Minggu, 15 April 2012

DILEMA HATI MENYINTA Bag. 2

Dari rasa mereka yang terjalin dengarlah satu sair yang di rangkai dalam novel primadona di ujung trotoar karya iwan sekop darat, adapun sairnya sebagai berikut.

“ Berjuta
Rasa rindu menggebu di dalam dada
Selalu
Tak kuasa  menahan ingin bertemu
Denganmu selalu kasihku
Denganmu selalu
Laksana untaian
Kata cinta nan mesra
Engkau ku puja
Bisikan asmara
Terngiang dalam dada
Rasa bahagia, bersama
Bila malam ku terbayang selalu
Kala rindu mencekam membelenggu “

( sair terseut adalah lirik lagu gubahan iwan sekop darat yang berjudul bisikan rindu yang terdapat di novel primadona di ujung trotoar karya iwan sekop darat )

Riang hati si tidak terkira terima surat dari ri hari-hari si terasa indah ada hal baru yang mengalir di sela-sela lekuk hati si, hal yang sebelumnya belum di rasakan si, adalah ini awal kedewasaan, terkadang si tersenyum sendiri, mengenang apa yang telah terjadi kala bertemu satu senyum terukir kaku, tiada satu kata terucap akan cinta, namun semua tersurat dari mereka merangkai rindu, terlayang sudah syrat menyurat di antara mereka tapa terasa setahun sudah hubungan mereka, tanpa ada satu pun yang tau selain mereka di sebalik putih abu-abu.
Menyelinap  sedikit ragu di hati ri,adakah ini benar adanya, di depan mata ri melihat mereka di balik putih abu-abu melangkah mengandung cinta, ingin ri seperti mereka, namun sulit bagi ri untuk menjelaskan semuanya pada si kekasih hatinya, diujung gerbang ri menapaki jalannya dengan tertunduk seakan menghitung langkahnya, membiarkan dirinya terguyur gerimis siang-siang itu.
Satu langkah mengajari langkah ri dengan menggenggam payung ia melindungi tubuh ri yang sudah kebasahan ri tercekat tanpa sadar tangannya yang dingin ikut menggenggam payung itu dan tanpa juga secara refleks tangan ri menggenggam jemari gadis ayu di balik putih abu-abu. Sejenak tatap mereka beradu, rona merah membias di wajah ayu.


Ri cepat melepaskan pegangannya sambil berujar “ maaf “ gadis itu hanya tersenyum kaku. Kembali ri melayangkan pandangannya sejauh mungkin, seakan bertanya dalam hati. Gadis itu hanya memandang ri dari sudut ekor matanya, tidak banyak mereka bicara sampai di penghujung simpang yang memisahkan mereka. Satu senyum termanis yang di hadiah kan gadis itu buat ri yang belum pernah di dapatkan ri dari si. Dengan tatapan yang masih mengambang ri hanya menganggukkan kepalanya dan coba tersenyum membalas senyuman gadis itu. Namun sayang senyum yang di hadirkan ri seakan patah, ri terus menelusuri langkahnya, pandangannya tertuju di ujung sepatu yang melangkah ia tidak berusaha untuk sedikit berjalan cepat atau berlari kecil menghindari rintik hujan yang menerpa di biarkan tubuhnya kebasahan ri pun tak berniat menoleh ke belakang. Tanpa ri sadari sepasang mata tetap mengamati ri dengan menggenggam payung yang bersandar di bahunya. Sampai tubuh ri raib di tikungan barulah sepasang mata itu berhenti mengarahkan pandangannya. Gadis itu kembali membalikkan badannya dan berjalan melangkah menapaki jalan dengan beribu tanya di benaknya mengapa ri yang di kenalnya setahun belakangan ini banyak berubah berusaha menjaga jarak dari setiap teman wanitanya termasuk dirinya.





Seperti biasa di tumpukkan buku paling atas di dalam tasnya ri mendapati amplop putih berkisah tentang rindu yang disisipkan si ke dalam tasnya, namun mengapa amplop surat kali ini membuat ri bertanya dalam hati, amplop itu tidak berwarna putih tapi merah muda. Ri menerka-nerka dalam hati, apakah gerangan amplop surat yang biasa ia terima berwarna putih kini berganti merah muda dengan penasaran ri membaca satu nama yang  bertuliskan tinta hitam. Ri makin bertambah penasaran karena nama yang sering di baca di pinggir atas sudut kanan bertuliskan si kini bukan, ri ingin dentang lonceng tanda usai menimbah ilmu menyaring cepat, agar ri tau apa isi surat itu, pengirim surat itu adalah seorang gadis yang kemarin memayunginya di saat ri kebasahan itu adalah sah teman ri teman si juga, segera ri memasukkan amplop surat merah muda itu ke dalam saku celana abu-abunya, ri hanya tak ingin di saat si menyelipkan suratnya melihat amplop surat berwarna merah muda itu yang juga di sisipkan seorang gadis, yang belum di ketahui ri apa maksud dalam surat tersebut.
Setibanya di ruma ri langsung membaca isi surat itu, menelaah setiap kata yang tertulis, sedikit ri bergetar getaran itu sama sewaktu tanpa sengaji ri menggenggam jemari gadis itu kala memegang payung.
                                                                                                                                                                                                                                                                        Buat
                                                                                                                           Ri
                                                                                                                        Di tempat,

Maaf ku di awal kata sebelum melanjutkan menulis surat ini kepadamu, dari tinta aku bertanya setahun belakangan itu dirimu seolah menjaga jarak dari kaum hawa adajah aku seorang sahabat salah merayakannya jika melihat senyum riang darimu, dulu gini seakan sirna, maafkan juga aku yang berlaku lancang bertanya ini semua, namun tak bisa ku tutupi disaat aku melihat engkau waktu itu berjalan dengan perlahan dan tertunduk seakan menahan beban, seolah menyimpan kisah tiada aku memaksa dirimu untuk menjawab semuanya, jika itu terlalu pribadi bagimu tak usah kau jawab, aku berusaha kan mengerti keputusanmu.

Aku hanya ingin senyum riang yang kini hilang, mulai terngenang menghiasi harimu kembali, dengan sedikit terbuka siapa tau aku bisa membantu.                       
Ri hanya ini yang dapat ku tulis sebelum dan sesudahnya ku ucapkan terima kasih.
                                                                                                                        Dariku sahabatmu,
                                                                                                                                    Sa
            Terpekur ri membaca surat dari sa apa yang di tuliskan sa ada benarnya juga, setahun belakangan ini memang ri seakan menutup diri dari kaum hawa lainya di balik putih abu-abu, ini ri lakukan hanya ingin membuktikan kepada si kesungguhan hati ri dalam menyintai si.
Bagi mereka yang tidak tau pastilah beranggapan sama, seperti anggapan sa pada ri, ingin ri utarakan semua terlanjur hati telah berjanji kepada si untuk tetap mejaga hubungan ini tanpa seorang pun yang tau kecuali mereka si dan ri, dalam hati kecil berkata.
“ maafkan aku sa yang tak mungkin berterus terang dengan apa yang ku jalani saat ini, tak ku pungkiri aku merasa bergetar hebat di saat tanpa sengaja menggenggam jemarimu, getar itu menjalar di seluruh tubuhku sesaat, sulit ku megartikannya, dan getar itu terus mengalir kala tatap beradu dan satu senyum manis yang kau hadiahkan padaku “
Entahlah getar ini lebih hebat dari getar yang dulu di saat pertama kali ri menulis surat buat si setahun yang lalu.
Ri juga membalas surat yang di titipkan sa kedalam tasnya kemaren pagi menjelang siang dengan hati-hati ri merangkainya agar tiada salah maksud dan letaknya.

                                                                                                                        Buat
                                                                                                                            Sa
                                                                                                                      Di tempat

Di saat menorehkan tinta ini galauku masih mencerca di setiap sudut ruang malam entahlah sa, ucap terkunci di sebalik janji pada hati yang terlanjur memendam semua ini, ku hargai rasa persahabatanmu yang peduli akan aku , entah beban entah apa tapi maafku kan yang tak bisa mengatakan semuannya sekali lagi ku ucap terima kasih karena kau masih memberikan ku satu pandangan pencerahan jiwa, akan senyum riang yang kini hilang, ku coba untuk menata senyum itu kembali menapaki pagi di ujung senja yang menanti.
Sa . . . tentang kejadian itu di saat tanpa sengaja aku menggenggam tanganmu, maafkanku, tiada terdetik rasa dengan sengaja melakukan itu, aku hanya tak ingin engkau menganggap diriku yang bukan-bukan, atau beranggapan aku mengambil kesempatan dari keadaan yang ada.
Sa sekali lagi ku ucapkan terima kasih padamu yang masih sudi peduli padaku.

                                                                                                            Dariku

                                                                                                               Ri


Galau di terpa di lema
Dilemma dari hati menyinta
Resah di tiup aksara
Aksara dari rindu bersuara
Seumpama diri menyinta
Menyinta dari hati tanpa bentuk nyata
Selaksa diri merindu
Merindu dari kalbu terselubung di ruang waktu
Hati terbelenggu
Rasa pun terpejara
Terbelenggu dari bisik rayu
Terpenjara dari suara dunia
Piktografku melambungkan angan
Akan nuansa yang berkepanjangan
Kemelut bergayut di rata
Di kirai hingga kembali semula
Bagai jenggalah yang tiada terjamah
Sulit bagi bagi hati untuk menelaah
Resa bisu
Galau ragu
Gelisah tiada tentu
Gundah membaur jadi satu
Dari makna semu
Membutakan warna dunia

Peniti di peti di pertanya
Bersangkau kata pada aksara
Tidaklah kemudi putar haluan
Tidaklah terpatri di ruang madah
Meniti hati dalam menyinta
Menjaga rasa dalam asmara
Tidak semudah membalik telapak tangan
Tidak secepat kaki yang melangkah
                                    Bertikai pudar diserut temaram
                                    Temaram terngiang yang mengambang
                                    Berkelah di muara tanpa di ulang
                                    Bertahta di ruang sudut pandang
                                    Andai berlayar ke laut dalam
                                    Badai gelombang siap menghadang
                                    Haruskah nahkoda siap membilang
                                    Dari rasa yang bertualang
Bertapal makna lena
Marwah pun mencabar jadi
Berseteru sebab yang terpatri
Yakin angan tersemat nanti
Kala soal di pertanya
Dimuara sanubari memagar diri
Tak tentu menjawab tak tentu pasti
Mungkin diam obat hati

“ Sungguh Misteri “

                                                                                                              Cipt : iwan sekop darat

      C                              E
Sehari saja kalau kita tka bertemu
                        F
Kan terasa hampa ku merasa merindu
                   C
Di dalam anganku bayang wajahmu
      C                          G
Sehari saja lama rasaku sewindu
                        F
Selalu ingin jumpa belahan jiwamu
                    C
Didalam hatiku hanya namamu
                                             F                    G                     C
                                    Walau kutau mungkin kau ada yang memiliki
                                             F              G           C                AMy
                                    Tak mungkin rasa cinta ini kan terbagi
        F                   G             C
                                    Tak sadar rasa hati telah menyintai
                                            D         F        E
                                    Biar ku pendam sendiri
Reff :
    E         F             G              C          AMy
Oh sungguh misteri cinta ini, yang aku alami
     F          G                AMy
Mengapa terjadi tanpa ku sadari
     A       F        G         F          A
Oh sungguh misteri rasa ini, terselubung sepi
   F              G                C
Biarkan semua tersimpan di hati

   F             G                C
Kan ku cerai cinta pada makna hati
( lagu tersebut dapat di dengar di you tube di pencarian iwan sekop darat )

Dari keraguan tersebut dengarlah satu syair yang di rangkai yang terdapat di buku tiang-tiang aksara karya iwan sekop darat. Ada pun syairnya sebagai berikut.
“ terkenang aku
Terkekang dalam sangkar emas
Tak bebas aku
Bermain di alam yang luas bersama
Terhempas semua cerita cinta yang indah
Tertinggal hanya
Kenangan manis asmara bersama
Kini hanya terkurung
Kini hanya terkekang
Terhempas tak bebas
Hanya tinggal kenangan
Kuhanyalah merpati
Di sangkar emas ini
Tanpa bisa terbang jauh, melayang tinggi
Terkurug ku sendiri
Tiada yang menemani
Harap engkau mengerti
Coba untuk menanti
Ku coba menyelami
Merpati tak ingkar janji
Tetap setia di hati aku pasti kembali

( syair tersebut adalah lirik lagu gubahan iwan sekop darat yang berjudul terkurung terdapat di buku tiang-tiang aksara karya iwan sekop darat )

Satu surat bersampul biru tua di kertas biru muda tersisip di lembar buku sa. Dengan rasa bahagia sa membaca surat surat itu sedikit timbul rasa kecewa disaat sa mengetahui ri begitu rapat memendam kegalauan hatinya, tak di pungkiri oleh sa ketika genggam erat tangan  ri menggapai jemarinya, walau tanpa sengaja sa suka. Ada getar aneh menjalar di denyut nadinya, padahal sebelumnya sa adalah kekasih hati re di sebalik putih abu-abu mereka yang lain pun tahu. Dan di sebalik puith abu-abu juga mereka yang lain tahu kalau saat ini hubungan tali kasih antara sad an re sudah putus, sudah bubaran. Sebelumnya dengan re sa tak pernah merasakan getar yang sangat hebat seperti saat itu ketika tangan ri menggenggamnya, walaupun seharian re menggenggam jemari lembut tangan sa, sa menerima re menjadi kekasihnya tak lain tak bukan hanya ingin membuktikan pada dunia bahwa ia bukanlah seorang gadis yang kurang dalam pergaulan. Sa menerima re bukan dari hatinya. Oleh sebab itu hubungan mereka tidak berjalan lama, dengan ri membuat sa tau bagaimana rasa merindu, merindu dalam getar asmara yang syhadu. Ri bukanlah tempat persinggahan perahu dari hati sa. Namun pelabuhan tempat dimana perahu hati sa di tambatkan dengan kejujuran dan keterus terangannya sa pun membalas surat dari ri.

Buat
Ri
 Di tempat


Surat darimu telah ku baca, ku pahami setiap baris aksara begitu hebat engkau memendam galau hati.
Sebagai seorang wanita maafku yang terlalu lancang berterus terang jujur ku katakan semenjak kejadian itu membuat aku jadi tak menentu, di sebalik putih abu-abu engkau dan yang lainnya sudah tahu bahwa aku dulu kekasih dari re, dan di sebalik putih abu-abu juga engkau dan yang lainnya tahu bahwa kini aku dan re tidak ada hubungan apa-apa lagi, ku harap engkau tidak menduga aku mencari pelarian dari makna rasa, entah mengapa getar itu menjalar di setiap aliran darah yang tak pernah sebelumnya ku rasakan sekalipun dengan re dulu.
Ri ku harap engkau tidak membenci ku dengan semua kejujuran ini, izinkan aku membantu dirimu mencari senyum riang mu yang kini hilang.



Dariku
Yang baru mengerti arti rindu
Sa



Ri terhenyak membaca surat dari sa apa yang di takutkan selama ini oleh ri kini hadir dengan nyata. Pada dua hati ri di hadapkan dengan dilema cinta. Ternyata bukan hanya ri saja yang merasakan getar dan debar itu, sa juga merasakannya, malah lebih hebat dari yang di rasakan ri hingga keterustrangannya sa mengungkapkan ke jujurannya, rasa hati ri bercampur aduk membaur dengan rasa rindu, terselip sesal di hati tak ingin mengingkari janji untuk tetap menjaga hati si, kejadian dengan sa membuat ri makin tersiksa, tersiksa dengan galau rasanya yang semakin berkecamuk di dalam dada, antara si dan dan sa suatu hal yang terindah dala hati ri.
Ragu ri membuat ia makin tak menentu antara cinta yang tersurat kala kertas tertuang tinta atau cinta yang tersirat dari getar pandang mata , di kala tangan saling menggenggam tanpa sengaja.
Sesaat ri memejamkan matanya sambil merendahkan kepalanya barharap menemukan jawaban dari semuanya, nama itu hanya membuat ri tenang sejenak setelah ia membuka matanya kembali ia di hadapkan oleh di lema, dilema cinta dari dua hati merindu ri membiarkan jarinya menari-nari di atas kertas mengikuti gerak kata hatinya membalas surat dari sa.

                                                                                                   Buat
                                                                                                      Sa
                                                                                                   Di tempat,

Dariku yang menuliskan tinta hitam ini untukmu, tiada ku hebat memendam galau hati, menyembunyikan dari mu, biar nanti suatu saat engkau tau semuanya, biar nanti suatu saat dunia yang berkata menyuarakan semua kegalauan ini.
Ku hargai kejujuranmu, dan aku merasa tersanjung dengan kata rindu yang kau tulis di kertas itu.
Entalah sa hatiku masih bimbang, adakah semua ini benar adanya, ucapku seakan terkunci sari sesuatu  yang tak ingin ku ingkari akan getar itu sulit bagiku juga melukiskannya, semoga suatu saat secerca cahaya menerangi hati ini, aku hanya berangan-angan di ujung kebimbangan aku pun takut bermimpi, bermimpi di sudut ke galauan berangan memilikimu, bermimpi merindumu, semakin melihat ku jadi tak menentu.
Aku jua tidak membencimu malah sebaliknya, di penghujung ucapku kau hal yang terindah di ruang hati ku yang gundah.



                                                                                                                       Dariku
                                                                                                            Yang bertanya arti rindu
                                                                                                                        Ri



Satu suara menyapa
Satu suara menyinta
Cinta menjadi dilema
Di saat bimbang hati bertahta
                       Satu pandang menyurat
                       Satu pandang menyirat
                       Cinta menjadi keramat
                       Di  saat derita batin teramat sangat
Satu rasa terurai
Satu rasa terlerai
Cinta menjadi bertikai
Di saat gundah di kalbu memaknai
           Satu suara
                       Satu pandang
                                   Dan satu rasa
           Tiada insane yang sempurna
Dari terlerai terurai
           Menyirat menyurat
                       Menyintya menyapa
           Ada hati yang akan tersiksa merana
           Merana oleh cinta
           Tersiksa oleh rasa
           Berat sungguh memilah rasa
           Bagaikan buah simalakama

Maka tinta di dalam pena
Di dalam pena tiada berkata
Menyapa cinta hati bahagia
Di lema cinta jiwa tersiksa
                       Bersangga di anjungan
                       Patahlah kaki penyebabnya
                       Kepada dua pilihan
                       Kemana hati menjawabnya


Menjulang angan terlena
Bertalu di kaki muara
Tiada soalan yang sempurna
Dari yang rindu dari yang cinta
                       Meraup angkuh menghadang
                       Pandangan di sisi pelupuk
                       Tak sanggup merengkuh bayang
                       Sedang angan masih di peluk
Tersemat di warangka
Mak di besi sepuhannya
Alamat jiwa tersiksa
Dua hati bertanya cinta
                       Terbentang sembah dari jari
                       Terbantang amalan memudahkan
                       Terkadang arahnya menerangi
                       Terkadang jalannya membutahkan

 “ Karam Anganku Terngenang “

                                                                                                          Cipt : iwan sekop darat

      C                                           G
Jika rasa terluah, takutku merasa salah
                  F                            G
Ku yakin itu tak mungkinkan bersama
      C
Cinta yang kau ucapkan
                    G
Resahku di kehampaan
                      F                      G
Yakinkah semua tiu kan merana
                                        A                      G         F            E
                                    Terbelenggu di rasa ini, jadi tersiksa
                                         A                G         F             G                                     kala hati rindu terpenjara, ku tak kuasa
Reff :
     F          C
Oh  rasasia cinta
       G               Amn                     Dmn                  F
Kala rindu terlarang, dari waktu yang tersiksa
     G
Ku mengenang
     F         C
Oh dilema cinta
                 G             Amn                          Dmn           F
Kala rasa tertuang, takutku memeluk bayang
        G           C
Karam anganku tergenang

( lagu tersebut dapat di dengar di you tube di pencarian iwan sekop darat )

Dari di lema cinta, ri semakin tak berdaya  antara yang merindu dan yang menyinta dengarlah satu sair yang di rangkai terdapat di buku sulaman aksara karya iwan sekop darat.

“ Baru ku sadari cinta harus memilih
Mungkinkah kujalani kasih di dua hati
Tak sanggupku melupakan yang pertama
Tak relaku lepaskan keduanya
Cintaku terpaut di dua hati
Sanggupkah munggkinkah
Ku bagi dua kasih
Sanggupkah mungkinkah
Ku tinggalkan semua
Tak ingin tak rela
Keduanya terluka
Di saat kasih harus memilih
Biarku mencoba melupakan semua
Biarku mencoba merelakan semua
Simpanlah pendamlah
Kisah kasih asmara
Biarkan hatiku yang mengalah

( sair tersebut adalah lirik lagu gubakan iwan sekop darat yang berjudul ku bagi dua kasih terdapat di buku sulaman aksara karya iwan sekop darat )

Dari  si menyinta dari sa merindu, menghadapkan ri pada di lema, di lema hati menyinta, pada si ia temukan arti cinta, pada sa ia temukan getar asmara ri tak berdaya akan soalan hati menyangkut rasa, ri tak ingin salah satu di antara mereka jadi terluka kecewa dan merana, di sebalik putih abu-abu ri menanggung beban rindu, entahlah keputusan mana yang harus di ambil agar si dan sa merasa tidak tersakiti haruskah ri membunuh rasanya sendiri ? mengubur dalam-dalam semua rindunya ? hanya ri saja yang tau jalan mana yang terbaik di laluinya, sebagai pemula mengenal cinta di sebalik putih abu-abu jalan yan di  tempuh masih panjang dan berbatu, ri masih harus banyak belajar dan memahami makna cinta, berharap dengan semua itu tidak menggoyahkan ri dalam menimba ilmu menggapai cita- cita yang dituju.


Biodata Penulis

Lahir di dabosingkep, Kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab di sapa iwan. Tumbuh dan besar di kampung sekop darat(Dabosingkep ) beragama islam, berjenis kelamin laki-laki.
Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang sayuran di Pasar Kartini,Kiasaran dan juga pedagang di pasar kaget ( pekan) di sekitar kota kisaran.
Adapun beberapa karya tulis Iwan Sekop Darat.
1. Tentang Rindu
2. Tentang Rindu 2
3. Layang-Layang Zaman
4. Fatwa Cinta
5. Primadona Di ujung Trotoar
6. Madah Aksara
7. Tiang-Tiang Aksara
8. Do’a Si Marjan
9. Sulaman Aksara
10. Dilema Hati Menyinta