Rabu, 01 Agustus 2012

BINGKISAN RAMADHAN (KUMPULAN SAJAK DAN SEPENGGAL HIDAYAH) Bag. 2

BINGKISAN RAMADHAN (KUMPULAN SAJAK DAN SEPENGGAL HIDAYAH) Bag. 2

oleh Gurindam Kelana pada 2 Agustus 2012 pukul 10:59 ·
“ Tergenang “
Ku telusuri sisi jalan di bawah sinaran lampu
Metropolitan
Sesekali ku tending kerikil menghadang di atas
Aspal hitam yang mengeras
Coba merngkuh baying teringat berpijak
Di pedesaan
Dari jalan pasir berbatu debu hanya Satu
Dua gilasan
Ah,,,
Ramadhan tahun ini
Aku menjalaninya sendiri
Engkau rupa bunga desa pesona tiada tara
Banyak sudah cerita
Jalan kita lalui bersama
Kini entah dimana rimba
Aku pergi bukan mengakhiri kisah yang ada
Aku pergi kan kembali untuk yang dicinta
Di penghujung ramadhan
Sepantun awal syawal
Mengupas buhul-buhul dosa
Ungkapan kesilapan
Minal aidin walfaizin
Mohon maaf lahir bathin
Kepadamu yang ku cinta
                                                   Ramadhan 1433 H
                           “ Surau di Ujung Kampung “
Surau di ujung kampong
Beratap rimba berdinding meranti
Bertiang nibung berkosen jati
Disitu menimba untung
Ilmu agama amalan sampai mati
Lantun dengung sayup samar suara mengaji
Surau di ujung kampung
Melewati jalan setapak dan jua titi
Disisi masih semak ilalang sana sini
Disitu bernaung
Memahami aturan ajaran yang hakiki
Sebagaimana ilmu yang di pelajari
Sebagaimana amalan yang diyakini
               Surau di ujung kampung
               Tempat bernaung
               Tempat menimba untung
                                                   Ramadhan 1433 H
                           “ Hidayah Ramadhan”
Damar yang baru pulang menjual kayu bakar
Tersentuh hatinya mendengar suara dari seorang
Anak seusianya yang melantunkan beberapa surah-surah
Pendek alquran dengan tiada henti diterik panas
Membakar bumi, suara yang merdu menggugah
Hati dammar untuk mendekati asal suara
Beralas kardus bekas berpayung kopiah using
Damar memperhatikan dengan seksama, ternyata anak
Tersebut seorang yang buta, mangkok kecil di sisinya
Itu terisi 3 atau 4 keping uang receh
Sekalipun ia peminta – minta, ia juga menyirami
Hati para pendermanya dengan lantunan surah-surah alquran
Indah dan merdu suaranya, ingin aku berlama-lama
Mendengar ia membaca ayat-ayat itu dengan
Ketukan ritme nada yang sanggup menggetarkan
Jiwa pendengarnya, batin dammar
“assalamu’alaikum wr.wb “ ujar dammar memulakan pembicaraannya
“waalaikumsalam wr.wb” jawab anak tersebut sambil menoleh kekiri kekanan coba mencari asal suara dengan indera keenamnya
Damar pun lebih mendekat dan menggapai tangan anak lelaki tersebut sambil menggenggam dan menjabat tangannya
“Kenalkan kisanak nama saya dammar, saya dari kampong ujung,saya sangat senang mendengar suara kisanak mengaji, sangat merdu,bolehkah barang sejenak saya duduk di samping kisanak mendengar kisanak melantunkan beberapa surah..?”
Damar meletakkan dengan pelan sekeping uang recehan sisa dari penjualan kayu bakar setelah ia membeli sedikit beras, rencana dammar dengan uang sisa itu ia berniat untuk di tabung di kumpul guna membayar zakat fitrahnya kelak. Namun , biarlah hari ini ia berbagi risky dengan anak itu. Mudah-mudahan besok ia dapat lebih banyak mengumpulkan kayu bakar yang di carinya di hutan tak jauh dari tempat tinggalnya.
“ nama saya alam. Panggil saya alam, kalau saya tidak salah menduga dari suara saudara mungkin kita seumuran atau terpaut dua tiga tahun saja” jawab anak itu yang ternyata bernama alam. Dammar kagum dengan alam yang baru dikenalnya dari pendengarannya saja alam dapat membaca situasi dan mengenalnya.
“iya kisanak,eh maaf,ia alam mungkin kita seumuran,saat ini umurku 13 thn”sela dammar yang sempat meralat perkataannya.
Alam tersenyum dan mengangguk-angguk kecil mengiayakan ia seumuran dengan damar.
Kembali alam berkata:
“damar dari aroma keringatmu tampaknya kau pekerja keras,mungkin masa kita lebih banyak keringat karena bermain,naun di sela-sela keringatmu aku mencium aroma kayu yang biasa di pakai ibuku untuk memasak,benarkah engkau bekerja mengumpulkan kayu bakar ?”
  “subhanallah” sela damar takjub sekalipun alam buta ia dilebihkan indera penciuman dan indera pendengarannya.
Damar pun menambahkan perkataannya
“benar alam,aku biasa mengumpulkan kayu di hutan ranting-ranting yang patah atau pohon-pohon yang tumbang untuk dijadikan kayu bakar dan di jual di pasar uang hasil penjualan sedikit banyak dapat meringankan beban ibuku yang seorang janda yang bekerja mengambil upahan cucian tetangga dalam memenuhi biaya kebutuhan keluarga kelangsungan guna menyambung hidup mereka. Bulan ramadhan kali ini ku isi dengan bekerja mencari kayu dihutan, biasanya sepulang sekolah baru aku mencari kayu di hutan setelah terkumpul dua atau tiga hari baru aku menjualnya kepasar.
Alam hanya mengangguk angguk kecil mendengar penjelasan panjang lebar dari damar
Kembali damar menyambungkan pembicaraannya
“sedikit banyak aku pun biasa mengaji dan telah tamat sampai 30 jus tepatnya aku sudah 2 kali khatam qur’an,namun hanya sebatas penguasaan aksara dengan sedikit tazwid dan panjang pendeknya tapi hari ini aku mendengar engkau melantunkan surah-surah dengan bacaan suara yang merdu perlu bagiku untuk lebih banyak belajar bukan hanya sebatas penguasaan aksaranya saja,baru terbuka mata hatiku,ternyata jika ayat-ayat itu dilantunkan dengan susunan bunyi yang benar sungguh indah dan merdu kedengarannya sanggup mengetarkan sukma dan tanpa terasa menetes air mata. Bulir palung rupa ingin aku belajar darimu alam,namun aku tak punya atau tak mampu memberikanmu sedikit imbalan dengan apa yang kelak dikau ajarkan.
Desah damar pelan di penghujung ucap
“damar,jika engkau bersungguh-sungguh ingin belajar aku sudi mengajarkannya,aku tiada mengharap imbalan apa-apa,biarlah kelak allah yang membalasnya,mudah-mudahan dengan kebulatan tekad dan niat sucimu insya allah sebulan penuh ramadhan ini engkau dapat menguasai apa yang engkau pelajari kelak dengan tidak mengganggu waktumu biarlah sepulang engkau menjual kayu bakar engkau sempatkan berhenti di persimpangan ini barang setengah atau satu jam kita mengaji bersama”
“terima kasih banyak alam,alhamdulillahirabbilalamin,semoga kelak allah membalasnya”
Amin y rabbal alamin “ jawab alam dengan tetap tersenyum
Kembali alam membacakan surah-surah pendek di ikuti damar dengan suara pelan,alam mengingatkan damar agar dapat membaca al qur’an dengan mata hati dari keikhlasan bathin yang suci.
Kurang lebih satu jam alam pun mempersilahkan damar  untuk kembali melanjutkan aktivitasnya.
Tak lupa damar mengucapkan salam kepada alam sebelum pamit pulang dengan wajah berseri dammar mengayuh sepedanya menuju rumahnya yang terletak di kampong ujung seperempat jam perjalanan damar pun tiba di kediamannya,rumah yang sangat sederhana peninggalan ayahnya semasa hidupnya.
Sesampainnya dirumah dammar langsung menemui ibunya yang baru saja pulang dari rumah tetangga mereka mengambil upahan dengan mencucikan pakaian tetangganya.
Kepada ibunya dammar menceritakan semua pa yang tadi ia alami dan perkenalannya dengan seoarng anak lelaki buta yang bernama alam yang sudi mengajarkannya cara mengaji yang benar dengan lantunan suara yang merdu. Ibunya pun sangat senang mendengar kabar tersebut dalam hati ibunya berdo’a” semoga allah membalas segala amal perbuatan anak yang dengan sudi mengajarkan anaknya tanpa harus meminta imbalan.
Kini sepulang dari menjual kayu bakar dammar menyempatkan diri barang satu jam berhenti disisi persimpangan beralas kardus tak jauh dari tanah lapang yang kini ditumbuhi semak dan ilalang hanya terpancang beberapa tiang kokoh yang hamper rapuh dimakan usia bekas pernah berdirinya suatu bangunan.
Dammar pun mengikuti alam,alam meminta dammar untuk menutup mata dan dengan mata bathin alam menganjurkan dammar untuk mengikutinya. Dammar pun mengikut apa yang di anjurkan alam, disaat dammar menutup mata dan mengikuti bacaan alam dengan hatinya,dammar merasa suasana disekelilingnya terasa tenang dan damai kesejukkan terasa mengalir di sela-sela porinya kedamaian menyeruak di rongga dadanya,padahal disaat itu matahari bersinar sangat teriknya dan kendaraan yang berlalu lalang di persimpangan jalan itu mengeluarkan suara yang sangat bising. Namun, lain yang dirasakan dammar,sangat bertolak belakang kini tahulah dammar hakikat membaca dengan hati yang suci ia pun terus mengikuti apa yang dibaca alam,beberapa surah pendek diantaranya :
  • Surah an-nas (manusia)
  • Surah al-falaq(waktu subuh)
  • Surah al-ikhlas(kemurnian keesaan allah)
  • Surah al-lahab(gejolak api)
  • Surah an-nur(pertolongan)
  • Surah al-khafirun(orang-orang kafir)
  • Surah al-khausart(nikmat yang banyak)
  • Surah ma’uun(barang-barang yang berguna)
  • Surah al-quraisy(suku qurais)
  • Surah al-fill(gajah)
  • Surah al-humazah(pengumpat)
  • Surah al-ashr(masa)
  • Surah al-takaatsur(bermegah-megahan)
  • Surah al-qariah(hari kiamat)
  • Surah al-aadiyat(kuda pereng yang berlari kencang)
  • Surah az-zalzalah(kegoncangan)
  • Surah al-bayyinah(bukti)
  • Surah al-qadr(kemulian)
  • Surah al-alaq(segumpal darah)
  • Surah at-tiin(buah tin)
  • Surah alam nasyrah(bukankah kami telah melapangkan)
  • Surah ad-dhuuha(waktu matahari sepenggalan naik)
  • Surah al-lail(malam)
  • Surah as-syam(matahari)
  • Surah al-balad(negeri)

Dan beberapa surah-surah pendek lainnya yang terdapat dalam al-qur’an
Alam mengajarkan 4 atau 5 surah setiap harinya kepada dammar agar dammar lebih memahami setiap baris-barisnya dimana harus berdengung dimana harus dibaca panjang dan ketentuan bunyi lainnya sehingga bacaan itu menjadi sempurna dengan keindahan bunyi suara dan ketinggian budi bahasanya alam juga menganjurkan kepada dammar untuk memahami dan mempelajari apa yang dibacanya mengetahui isi dan maksud tiap surah tersebut. Agar membacanya lebih dapat menyatukan pikiran dan hati dengan mengetahui maksud dan tujuan surah tersebut.
Setiap kali alam dan dammar melantunkan bacaan dengan suara yang merdu tak jarang bunyi uang recehan berdentingan  beradu di mangkok yang tak jauh dari alam dan dammar.
Disaat mulai membaca dammar menutup matanya setelah selesai membaca dan alam menyuruhnya untuk membukakan kedua matanya maka damr mendapati mangkok kecil yang tadinya kosong kini melimpah ruah dengan uang recehan dan uang selembaran tanpa dammar sadari banyak pejalan kaki atau yang menggunakan kendaraan yang menyempatkan sejenak berhenti mendengarkan bacaan dammar yang dilantunkan dengan suara yang merdu menggetarkan pilar-pilar sukma,tiang-tiang jiwa,dengan keikhlasan mereka membagikan sedikit riskynya dengan meletakkan uang di dalam mangkok tersebut. Sewaktu akan pulang alam selalu memberikan uang yang di dalam mangkok semuanya pada dammar.
Pertama dammar menolaknya dengan mengatakan alam lebih membutuhkan uang itu, sementara ia walaupun keadaan pas-pasan dammar masih bias bertahan dengan berjualan kayu bakar setidaknya sedikitnya dammar sudah bias membantu ibunya. Namun alam mengatakan untuk apalah uang semua itu baginya, ia seoranng yang buta bukan bias beli apa-apa untuk makan,alam menerangkan ia tinggal di dekat masjid tak jauh dari tempat ini.ia juga dipercaya membantu orang yang menjaga masjid itu dengan menjaga masjid tersebut kebutuhan pangan dan sandang tercukupi,ia pun tinggal bersama orang yang mengurus masjid tersebut. Jadi menurutnya damarlah yang lebih berhak membutuhkan uang itu.
Setelah mendengar penjelasan alam yang panjang lebar dengan berat hati akhirnya dammar menerima juga uang tersebut. Setelah mengucap salam dammar pun permisi pulang pada alam.
Setibanya di rumah dammar menceritakan semua kejadian itu pada ibunya sambil meletakkan uang di dalam kantongan plastic di atas meja,dammar juga mengatakan sepeserpun ia tidak akan menyentuh uang itu,biarlah uang itu semua ia sumbangkan ke surau yang tak jauh dari rumahnya apalagi surau itu perlu sumbangan dana untuk perbaikan-perbaikan.
Tak terasa setetes air mata yang tergenang disudut mata ibunya jatuh menetes ke pipi. Bulir-bulir kebahagian yang tiada terkira ibunya terisak bangga melihat kemulian hati anaknya apalagi dammar berujar”aku bukan peminta-minta ibu,aku hanya perantara dari tangan-tangan penderma untuk membelanjakan sedikit harta mereka di jalan allah,aku tidak mendapat apa-apa darinya, namun pendermalah yang kelak dibalas dengan semua kemurahan mereka oleh allah. Tak henti-henti derai air mata ibunya” ucapan syukur berkalung do’a kepada sang pencipta semoga selalu melimpahkan hidayah kepada dammar putranya.
Pengurus surau yang tak jauh dari rumah dammar pun sangat berterima kasih kepada dammar dengan sumbangan yang dammar berikan kepada pegurus surau. Dammar pun menceritakan semua perihal dari mana uang tersebut bias terkumpul dan disumbangkan ke surau ini,mendengar semua penjelasan dammar pengurus surau pun meminjamkan al-qur’an yang ada terjemahannya kepada dammar. Dammar sangat senang menerimanya, setiap menunggu berbuka puasa dirumahnya dammar selalu membaca isi dari bacaan –bacaan itu apa yang ia baca bersama alam kembali diulanginya dirumah dammar pun melihat dan membaca qur’an yang dipinjamkan pengurus surau itu,ketika dammar memulangkan qur’an tersebut, pengurus surau mengatakan ambillah untukmu dammar,karena engkau lebih membutuhkannya dengan lupan rasa suka cita dammar menerimanya,semakin mantap bacaan dammar. Ia kini dapat melantunkan bacaan dengan suara yang merdu dan indah sama seperti alam. Alhamdulillah puasa dammar pun tiada satu hari pun berkurang dan ia masih tetap mencari dan mengumpulkan kayu di hutan untuk dijual dijadikan kayu bakar, di suraunya dari dulu dammar dipercayakan sebagai muezzin gema azhan yang disuarakan dammar kini lebih merdu dan indah dari sebelumnya pegurus dan beberapa orang surau menganjurkan agar dammar ikut dalam perlombaan azan. Dammar pun mengikuti perlombaan azan di kampungnya dan pada perlombaan tersebut dammar terpilih sebagai muezzin terbaik dikampungnya dan mewakilli kampungnya untuk tingkat antar kampong dalam perlombaan azan tersebut. Tidak hanya menyeruakan azan dalam mengaji pun lantunan suara dammar sangat merdu menggugah hati dan menggetarkan jiwa bagi yang mendengarnya. Para pendengarnya merasa ingin berlama-lama mendengar dammar melantunkan ayat dari surah-surah suci kepada dammar pun mereka meminta agar kelak dammar juga mengikuti musabaqah tillawatul qur’an(MTQ)
Tidak terasa hamper sebulan sudah dammar belajar cara membaca bacaan al-qur’an dengan baik dan benar pada alam,di penghujung ramadhan dengan santun alam menyalami dammar dan mengatakan sudah cukup bagi dammar mempelajari apa yang diajarkan alam,karena alam menyadari bahwa pada dasarnya dammar seorang anak yang cerdas,pekerja keras dan teguh pendirian jua kebulatan tekad yang mantap hingga dengan mudah bagi dammar menyerap dan mencerna apa-apa saja yang diajarkan alam juga denga rajinnya dammar mengulang-ulang bacaan itu dirumah sore harinya sepulang dari ia belajar dengan alam sambil menunggu waktu berbuka puasa tak lupa pula alam juga mengatakan dengan bacaan-bacaan tersebut hendaknya dammar lebih mendekatkan diri dan lebih meningkatkan ketaqwaannya kepada yang maha kuasa apa yang telah dipelajarinya semoga mendapat hidayah dikemudian hari kelak. Itulah hari terakhir dammar melihat dan bertemu alam, karena alam mengatakan jua ia akan kembali ke masjid yang tidak begitu jauh dari persimpangan ini,membantu pak tua dalam mengurus masjid dammar dan alam pun saling berpelukan dalam makna sahabat hati sejati,terselip kesedihan menyeruak di hati dammar saat berpisah dengan sahabatnya yang buta tersebut. Dammar pun mengayuh pelan sepedanya menuju kediamannya.
Dirumah setelah selesai berbuka puasa kepada ibunya dammar menceritakan semua perihal pertemannya dengan alam. Dengan seksama ibunya mendengar semua penjelasan dammar tak henti-hentinya ibunya memuji kebesaran tuhan.
Dammar juga mengatakan bahwa besok sepulang dari menjualkayu bakar ia memberikan sedikit cindera mata kepada alam sahabatnya,dammar pun minta pendapat ibunya,ibunya pun menyetujui renacana dammar tersebut.
Dammar pun tersenyum bahagia dan hari ini terakhir bagi dammar memberikan sumbangan ke surau dari hasil ia melantunkan bacaan-bacaan surah-surah suci bersama alam, dan dengan larangan yang sangat halus alam meminta dammar untuk tidak kembali duduk bersila beralas kardus di persimpangan sisi jalan mengharap iba dari para penderma yang mendengar lantunan bacaannya.
Namun dengan apa yang dipelajarinya tahulah kelak dimana seharusnya bacaan-bacaan itu di dengungkan, dammar pun sangat mengingat pesan sahabatnya.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali dammar telah berangkat menuju hutan untuk mencari dan mengumpulkan kayu untuk dijualnya ke pasar berharap dari hasil kayu yang dikumpulkan kelak dapat memberikan cendera mata kepada sahabatnya,hari ini hari terakhir berpuasa,ibunya pun tidak mengambil upah cucian dan membantu dammar mengukmpulkan dan mencari kayu untuk dijadikan kayu bakar dihutan yang tidak begitu jauh dari kediaman mereka. Dammar dan ibunya menjumpainya sebatang pohon sebesar paha orang dewasa yang tumbang dengan separuh akarnya yang tercabut,menurut hemat dammar dan ibunya mungkin saja pohon tersebut terkena terpaan angin hingga roboh beberapa akar yang tercabut menandakan tidak kuatnya menahan batang pohon itu,mendapat terpaan kuat angin tadi malam, dammar dan ibunya bersukur tidak harus bersusah mengumpulkan beberapa ranting yang patah di sekitar hutan tersebut. Dengan pohon yang tumbang ini cukuplah bagi dammar untuk membeli sedikit cendera mata pada sahabatnya. Dengan di bantu ibunya menggunakan gergaji dammar memotong pohon tersebut menjadi beberapa bagian, sesekali memotongnya dengan mkampak dammar membelah kayu itu menjadi ukuran kayu bakar yang sudah siap untuk dijual.damar dan ibunya sangat tercengang saat setiap potongan-potongan kayu yang dibelahnya terdapat bongkahan agak kehitaman ditengah kayu itu,bongkahan itu sebesar kepala orang dewasa, dammar memotong pohon tersebut menjadi sepuluh bagian potongan,kesemuanya dari potongan kayu tersebut di dalamnya terdapat bongkahan yang agak kehitaman sebesar kepala orng dewasa dari aroma khas yang keluar dari bongkahan itu tahulah ibunya bahwa itu kayu atau bongkahan gaharu yang sangat mahal harganya. Dulu semasa ayah dammar masih hidup ayahnya pernah menunjukkan kayu gaharu itu kepada ibunya. Gaharu yang dulu pernah ditemukan ayah saat membelah kayu di htan. Gaharu yang ditemukan hanya sebesar ibu jari. Keharuman dari aromanya yang dulu pernah tercium ibunya sama dengan apa yang ditemukan mereka saat ini dengan hati-hati dammar meracik kayu tersbut agar bongkahan gaharu itu tetap utuh kesepuluh bongkahan itu dammar keluarkan dari dalam kayu. Setelah selesai mereka pun kembali pulang kerumah,siang harinya dengan ditemani ibunya dammar menjual kayu bakar ke pasar tak lupa ibunya juga menjual gaharu kepada orang yang bias membelinya yang letak rumahnya tidak jauh ari pasar tersebut.
Bongkahan-bongkahan kayu tersebut  dibayar dengan harga yang sangat mahal. Tak henti-hentinnya dammar dan ibunya memanjatkan puji dan sukur kehadirat allah swt. Dengan risky yang diperolehnya hari ini tanpa di duga-duga kepada ibunya dammar meminta untuk menyisihkan sedikit uang itu untuk dibelikan mukena dan baju kurung buat ibunya.ibunya terenyuh mendengar permintaan anaknya.tak lupa dammar juga meminta ibunya untuk menyumbangkan kesurau beberapa persen dari hasil penjualan gaharu itu selebihnya ditabungkan keperluan kayu bakar dammar membelikan sebuah sajadah yang rencananya akan diberikan kepada alam sebagai cindera mata. Sepulang berbelanja dengan membonceng ibunya dammar sempatkan berhenti dipersimpangan jalan arah menuju rumah kediaman mereka kepada ibunya dammar menunjukkan salah satu sisi jalan diman tempat ia bersila beralas kardus bekas belajar ilmu bacaan kepada alam,ibunya hanya menganguk-angguk pelan,mereka tidak menjumpai alam karena memang kemaren alam berkata inilah hari terakhir ia duduk dan bersila disisi jalan bersama dammar. Kembali dammar mengayuh sepedanya mereka singgah di warung kecil tak jauh dari tempat dimana alam dan dammar pernah duduk. Kepada pemilik warung dengan santun dammar menanyakan dimana jalan menuju masjid, sang pemilik warung pun sambil tersenyum menerangkan dan menunjukkan arah menuju masjid dari jalan yang dilaluinya setiap berpapasan dengan warga,maka warga selalu tersenyum kepadanya. Dan dengan ramah dammar dan ibunya membalas senyum-senyum mereka dammar sempat heran padahal ia jarang berkunjung di kampong tersebut hanya melewatinya saja untuk menuju jalan kekampung ujung tempat kediamannya tapi mengapa seakan-seakan warga disini seakan mengenalnya.
Sesampainya di masjid ia sempatkan sholat zuhur walau matahari sudah agak tergelincir dari pusar kepala,selesai sholat ia berjalan disisi kanan masjid menghampiri seorang kakek tua yang sedang menyapu dammar mengira lelaki tua ini penjaga dan mengurus masjid ini karena dari cerita alam,ia tinggal bersama seorang kakek tua penjaga dan mengurus masjid kampong ini. Di awali dengan mengucap salam dammar menyapa lelaki tua itu. Dammar pun menanyakan kabar sahabatnya yang bernama alam seorang anak yang buta kepada lelaki tua itu. Lelaki tua itu hanya terbengong terpanah sesaat ia meminta dammar untuk menjelaskan siapa orang yang sebenarnya dicari oleh dammar sambil duduk di tangga sisi kanan masjid berdekatan dengan kakek tua itu. Dammar pun mulai menjelaskan dan menerangkan semuanya kepada kakek tua itu. Pak tua hanya  mengangguk angguk kecil tak henti-henti ia mengucapkan subhanallah mendengar penjelasan dammar selesai dammar bercerita setetes air mata tergenang dipelupuk mata yang renta milik kakek tua itu. Air mata itu mengalir di sela-sela wajah yang telah keriput dan kakekitu berujar
“beruntunglah engkau nak yang mendapatkan hidayah dari yang maha kuasa,disini tidak ada yang bernama alam seorang anak buta yang merdu suaranya dalam melantunkan surah-surah suci” dammar hanya terheran-heran sementara ibunya hanya tersenyum karena seminggu sebelumnya ibunya sudah tahu semuanya dari penjaga surau yang tak jauh dari kediaman mereka yang pernah melihat dammar duduk bersila seorang diri disisi persimpangan jalan beralaskan kardus bekas.
Tahulah penjaga surau di kampong dammar dari mana asal uang yang disumbangkan dammar semuanya untuk perbaikan surau mereka. Penjaga surau tersebut sangat tersentuh dengan keluhuran budi pekerti yang dimiliki dammar dan ini semua diceritakan kepada ibu dammar.
Tak lupa kakek tua itu menanyakan siapa nama ayah dammar dan nama kakek dammar baik dari ayah ataupun dari ibu.
Dammar pun memberitahukan nama ayah dan kakeknya kembali derai air mta membasahi pipi keriput kakek tua itu ia coba mengingat kembali kenangan silam dimana ia dan kakeknya masih seumuran di bawah dammar masa-masa kecil dulu sangat lah sulit.
Ia masih ingat dulu tempat mereka bermain dihalaman depan pekarangan yang kini tinggal pancang atau tinggak tiang rapuh dimakan zaman pancang-pancang tiang tersebut dulunya sebuah surau yang dibangun oleh kakek mereka, sementara tanah tersebut adalah tanah yang dihibahkan kakek buyutnya dammar,mereka pun mendirikan surau ditanah itu dengan meninggalkan satu tiang untuk disimpan kakek buyut dammar dan tiang itu sampai sekarang masih tersimpan dirumah dammar bersandar ditiang dapur,ayahnya belumsempat menceritakan semuanya pada isterinya yang tak lain ibu dammar,agar jika ia tiada kelak istrinya dapat menceritakan semuanya kepada dammar anak mereka dikemudian hari nanti setelah dammar dewasa.
Karena hari telah merambat sore ibunyadan dammar minta diri pamit pulang tak lupa mengucap salam,sajadah yang dibelinya dari pasar sebagai cendera mata buat alam ia sumbangkan ke masjid yang dijaga kakek tua itu. Masih banyak teka-teki yang belum terpecahkan oleh dammar, namun yang pasti saat ini dammar telah merasakan hidayah dari yang maha kuasa,dammar terus mengayuh sepedanya berharap cepat tiba dirumah dan menanyakan semuanya pada ibunya.
Hidayah ramadhan yang dirasakan dammar menyejukkan rongga-rongga jiwa ruang-ruang sukmanya.

Satu puisi ia tulis buat sahabatnya yang buta alam

                           “Sahabat”
Sahabat insani sejati
Ialah sahabat obat penawar hati
Dari buhul-buhul puluh perindu
Merdu suara mengalun syahdu
Sahabat hati,sahabat abadi
Berkali ramadhan terlewati
Namun makna terpatri di dalam sanubari
Ketinggian budi bahasa dan keindahan bunyi
Keikhlasan suara hati sahabat insani sejati
Pada fitrah kesucian diri
Sahabat hati yang hakiki
Karunia kemulian menyelimuti
Hidayah semula jadi
Dari zat yang maha tinggi
                                                   Ramadhan 1433 H

Biodata Penulis

Lahir di dabosingkep, Kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab di sapa iwan. Tumbuh dan besar di kampung sekop darat(Dabosingkep ) beragama islam, berjenis kelamin laki-laki.
Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang sayuran di Pasar Kartini,Kiasaran dan juga pedagang di pasar kaget ( pekan) di sekitar kota kisaran.
Adapun beberapa karya tulis Iwan Sekop Darat.
1. Tentang Rindu
2. Tentang Rindu 2
3. Layang-Layang Zaman
4. Fatwa Cinta
5. Primadona Di ujung Trotoar
6. Madah Aksara
7. Tiang-Tiang Aksara
8. Do’a Si Marjan
9. Sulaman Aksara
10. Dilema Hati Menyinta
11. Pasukan Pramuka (Kisah Anak Pulau Dibalik Seragam Pramuka )
12. Bilur – Bilur Tinta ( Kumpulan Sajak )
13. Buih Debur Riak Cinta ( Kumpulan Sajak )
14. Bingkisan Ramadhan( Kumpulan Puisi,Sajak dan Syair )

BINGKISAN RAMADHAN (KUMPULAN SAJAK DAN SEPENGGAL HIDAYAH) Bag.1

BINGKISAN RAMADHAN (KUMPULAN SAJAK DAN SEPENGGAL HIDAYAH) Bag.1

oleh Gurindam Kelana pada 2 Agustus 2012 pukul 10:54 ·

Kata Pengantar
            Alhamdulillah puji syukur kehadhirat ALLAH SWT saya ucapkan atas selesainya penulisan buku ini tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam penyelesaian buku ini.
Satu goresan pena dalam untaian bait puisi, syair dan sajak juga sepenggal kisah pencerahan diri.
Kisaran
Ramadhan 1433 H
Penulis
Iwan Sekop Darat
















Hamba ini
Aku bersujud dihamparan sajadah cinta
Aku meminta hanya kepada-Mu ya allah
Aku berdo’a setulus hati jiwa raga
Dengan hidayah limpahan-Mu ya allah
            Tunjukkan aku jalan yang lurus
Jalan yang Engkau ridhoi
Dengan karuniaMu aku memuja
Sepenuh jiwa
Reff**ya allah aku bersujud
Ampunkanlah sgala dosa ini
Ya allah aku berharap
Jadikanlah kelak hamba hina ini
Penduduk surga
                                                                        Cipt : iwan sekop darat
     ( lagu hamba ini dapat dilihat dan di dengar di you tube di pencarian iwan sekop darat )










“ Gema Ramadhan “
Kulit di gebuk
Talu-talu bertalu beduk
Ramadhan tlah tiba
Ramadhan di depan mata
Membasuh dosa
Melipat gandakan pahala
Bulan mulia seribu bulan
Penuh amalan
Bulan mulia seribu bulan
Penuh limpahan
Gema ramadhan
Berkumandang
                                                Ramadhan 1433 H
                                                            “ Pengakuan “
Tapak ini berdebu
Debu dari dosa
Dosa kalbu
Penyakit jiwa
Tapak ini bernoda
Noda dari nista
Nista rasa
Penyakit sukma
Membasuh dengan air mata
Biji tasbih do’a
Takwa mengiba
Kepada yang esa
                                                Ramadhan 1433 H
                                                            “ Pendosa “
Kapan terakhir kali aku menyebut nama-Mu
Aku sendiri saja lupa
Lupa pada sang pemilik nyawa
Aku terlena
Terlena di buai gemerlap dunia
Bagiku dunia segalanya
Ternyata aku salah
Aku khilaf
Ketika yang ku cari tak kunjung pasti
Ketika yang ku kejar  tak kunjung dapat
Ketika yang ku tunggu tak kunjung dating
Baru ku tersadar
Bisikan ramadhan mengingatkanku
Seorang hamba lemah dan tidak berdaya
Dihadapan-Mu
Menengadah do’a,ampuni aku
Tunjukkan aku jalan yang lurus
Jalan yang engkau ridhoi
                                                Ramdahan 1433 H
                                                            “ Puasa “
Aku bertanya pada emak
Apa itu puasa ?
Emak menjawab
Puasa adalah belajar !
Kembali aku bertanya
Bukankah di sekolah aku sudah belajar ?
Kemabali emak menjawab
Belajar tak selalu di dapat dari bangku sekolah !
Dengan penasaran kembali kulontarkan pertanyaan
Apa-apa saja yang di pelajari dalam puasa ?
Satu senyum keteduhan emak menjawab
Banyak !
Kembali emak menambahkan perkataannya
Belajar untuk menahan haus dan lapar
Belajar untuk jujur dengan diri sendiri
Belajar untuk menahan amarah
Belajar untuk lebih mendekatkan diri pada ilahi
Belajar untuk menahan hawa nafsu
Belajar untuk lebih meningkatkan ketaqwaan pada yang maha Esa
Belajar dan belajar
Yang bermuara pada zat yang paling mulia
Selagi kesempatan belajar masih ada
Selagi nyawa memeluk raga
Belajar tidak pernah ada habisnya
                                                            Ramadhan 1433 H
                                                                        “ Pintu Akhirat “

Lantunan syahdu penyejuk jiwa
Lembar-lembar doa
Pengharapan
Dengung merdu bait aksara
Kalam dan sabda
Melebur dosa
Suara seindah suara
Tinggi bahasa
Rupa seindah rupa
Tinggi budaya
Kerat-kerat ayat
Ilmu makrifat
Mencari syafaat
Kelak, di pintu akhirat
                                                Ramadhan 1433 H
                                                            “ Ruh Jiwa dan Nyawa “
Genangan purnama bersimbah ramadhan
Memercik kemilau di anjungan jiwa
Memanggil ruh-ruh masa
Ruh,jiwa,dan nyawa
Linangan pelangi disemburat ramadhan
Sahut bersahut bertalu sukma
Menyeruh ruh-ruh masa
Ruh jiwa dan nyawa
Beritakan ramadhan tiba
Dari umbul-umbul kepala
Pembulu urat saraf semua
Dari ruang celah hati
Denyut detak sanubari
                                                Ramadhan 1433 H
                                    “ Perang “
Perang melawan nafsu sendiri
Perang melawan dentuman hati
Perang melawan amuakan rasa
Perang melawan kehendak asa
 Ialah jihad sejati
 Iilmu agama sebagai senjata
 Meredam segala gejolak jiwa
 Perang tetap lah perang
 Penuh dengan pengorbanan

                                                   Ramahdhan 1433 H
                                   “hikayat adam”
 Yang  pernah menginjak kaki di surga
Insan pertama di dunia
Berteman hawa
Tak jenuh setan dan iblis menggoda
Dari segenggam tanah
Dari segumpal darah
Di tiup ruh padanya
Di lebihkan akal fikiran dan budaya
Untuk lebih mengenal semua
Alam beserta isinya
Dan untuk lebih mengenal penciptanya
Agar bersujud kepada yang kuasa
Dialah
Nenek moyang manusia
                                                Ramadhan 1433 H
                                                “ Hikayat Hawa “
Sebagai bumi dari anak-anak adam
Sebelumtuntas perjanjian alam fana
Telapak sorga
Insan dengan kasih saying tak terhingga
Insan dengan lambing cinta yang abadi
Pengorbanan dan perjuangan yang tak terlukiskan
Keindahan dunia
Pesona surga
Ialah insan ibu pertama di dunia
Yang juga sangat berjasa
Di kehidupan-kehidupan selanjutnya
                                                            Ramadhan 1433 H
                                                            “ Dengan Ramadhan “
Luruh segala rasa
Derai air mata
Disudut kelopak pendosa
Ternyata waktu masih ada
Untuk membasuh dan membilas dosa
Dengan ramadhan
Banyak yang harus disiapkan
Dibekalkan
Dalam amalan
Tiada satupun yang tahu
Hari ini esok lusa atau hari berikutnya
Karena yang hakiki tetaplah pasti
                                                            Ramadhan 1433 H
                                                            “ Rasulullah “
Terlahir di antara zaman jahiliah
Disaat semua dosa di anggap hal yang biasa
Dengan julukan dipercaya
Pembawah risalah dan do’a umat manusia
Untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta
Susah sungguh jalan yang dilewatinya
Terpaan cacian makian dan celaan
Dimana saat itu masih sulit menerima arti Tuhan
Dialah khalifah di bumi dengan KeRasulan
Dari mukzijat bacaan insan pedoman sampai akhir zaman
Yang pernah melakukan perjalanan hati
Dalam ridho zat yang maha tinggi
                                                            Ramadhan 1433 H
                                                “ Arti Menahan “
Banyak hikmah yang dipetik dalam menahan
Dengan penuh kerelaan kelapangan dan keikhlasan
Amalan menjadi jembatan kebahagian
Dalam arti menahan di bulan ramadhan
Menjadi insan-insan yang beriman
                                                            Ramadhan 1433 H
                                                “ Hikmah Puasa “
Pengemis berkata
Inilah kami yang jarang minum jarang makan
Dengan tiada harta meminta-minta
Barang satu dua hari coba engkau seperti kami
Maka kelak kau kan merasa
Bahwa sangat saying menghambur harta
Dan mengumbar nafsu belaka
Itulah salah satu diantara hikmah dari puasa
                                                            Ramadhan 1433 H
                                                “ Lailatul Qodar “
Lailatus salam,lailatul baraqah
Malam kesejahteraan malam penuh berkah
Penuh keagungan malam kemuliaan
Dari keindahan malam yang lebih baik dari seribu bulan
Dengan kekhusyukkan
Lihatlah anugera tuhan
Dipenggalan ramadhan
                                                            Ramadhan 1433 H
                                    “ Syahid “
Yang berjuang mempertahankan agama
Terkapar
Mati
Yang membela agama
Terkapar
Mati
Yang mempertaruhkan jiwa raga demi agama
Terkapar
Mati
Yang menyeruhkan kebenaran agama
Terkapar
Mati
Deret-deret batu nisan
Terpancang
Hisab tiap-tiap insan
                                                                        Ramadhan 1433 H
                                    “ Tahmid “
Diantara hamparan tahiyat
Seru deru menderu memuji
Kebesaran sang jagat
Do’a rapal sunyi
Asmaul husna memenuhi rongga dada
Tengadah memuji nama
Kebesaran para pencipta
Bergulir berputar biji tasbih tiada henti
Ucap memagari
Menyerukan yang abadi
Sambung menyambung melewati
Di titian jalan suci
                                                                        Ramadhan 1433 H
                                                                        “ Zakiah “
Muara hati
Dari sabda ilahi
Bacaan suci
Kemurnian keagungan
Rahmat kesejahteraan
Dalam aturan bimbingan
Keikhlasan
Bersih membasuh dosa
Pengharapan tiada hingga
Takhim zakiah
Pintu hidayah
                                                                        Ramadhan 1433 H
                                                            “ Kuntum Doa “
Kuntum-kuntum do’a mekar di tepi taman sorga
Penuh warna harum semerbak wangi rupa
Wajah-wajah ahli surge
Menyirami kuncup kuntum mekar do’a
Pesonanya sampai ke dunia
Berlabuh di sukma
Kuncup mekar kuntum do’a
                                                            Ramadhan 1433 H
                                                “ Nur “
Mahligai nurani
Tirai-tirai kemilauan
Bias-bias kesucian
Makramat keimanan
Dalam tangkup keagungan
Cahaya pencerah jiwa
Sinaran menyirami sukma
Celah disisi rongga
Ruahan cahaya
Cahaya pancaran taqwa
                                                            Ramadhan 1433 H
                                    “ Keindahan Nama “

Ketupat di dalam nampan
Bersemat pulut dan lemang
Dengan sifat yang ar rahman
Limpahan rahmat kasih saying
            Dari dalam rahim
Tersebutlah kandungan
Dari yang ar rahim
Tersebutlah yang ar rahman
Bersemat manik-manik
Mutiara pualam sempurna
Dengan sifat al malik
Penguasa alam beserta isinya
Dikerat dan dihendus
Yang dikerat terbagi dua
Dengan sifat yang al quddus
Tiada cacat lagi maha sempurna
Semua disebut pualam
Dari permata sampai intan
Ia jua disebut as salam
Yang memberi keselamatan
Bersepuh dalam ubin
Bersisi di ujungan
Seteduh sifat al mu’min
Sang pemberi perlindungan
Sisi tepi yang dijalini
Berkelah merajut sutera
Arti dari al muhaimin
Dialah yang maha memelihara
Berkat baris-baris
Bersemat di aksara
Dengan sifat yang al aziz
Yang kuat maha perkasa
Makrifat yang di cabar
Hati yang kan terasa
Dengan sifat yang al jabbar
Ia lagi maha memaksa
Benang yang terlampir
Sutera di jalin ganda sulaman
Dengan al mutakabbir
Yang maha memiliki segala kebesaran
Saat akhil baliq
Tahu lah hak mana yang nista
Dengan sifat yang al kholiq
Dialah zat yang maha pencipta
                                                            “ Gurindam Ramadhan “
Sebagaimana hidup berbekal iman
Supaya mati membawa amalan
Sebaik bulan dari seribu bulan
Ialah hakikat bulan ramadhan
Hendaklah berpuasa dibulan ramadhan
Fitrah diri mensuci badan
Barang siapa yang mengagungkan ramadhan
Tahulah ia segala ilmu kemuliaan
Berpuasa dan menahan hawa nafsu
Suatu ketentuan dari hokum yang berlaku
Barang siapa yang berbuat kebajikan di bulan ramadhan
Tentulah segala amal dilipat gandakan
Selagi tiada ingkar semua masuk surga
Sekalipun berhenti atau singgah di pintu-pintu neraka
Bulan berkah penuh rahmat dengan segala pengampunan
Ialah bulan dari segala bulan hidayah ramadhan
Ramadhan mengingatkan hidup pada mati
Sebagaimana amalan yang lebih mendekatkan diri pada ilahi
                                                                                    Ramadhan 1433 H
                                    “ Thoharoh “
Bertayamun dari tapak debu meraup muka
Juga wudhu yang di usap membasuh rupa
Bersuci
Menghadap ilahi
Dengan kerelaan dan keikhlasan yang terpatri
Kerendahan hati
Bersujud di sajadah-sajadah bumi
Mengharap ridho zat yang maha tinggi
                                                                                    Ramadhan 1433 H
                                    “ As-Syam “
Tiada perang yang paling hebat
Selain perang melawan diri sendiri
Amukan dari siasat hawa nafsu sesaat
Segala cabaran diri
Ketetapan hati dimana rasa terkendali
Ditiap-tiap niat yang tersekat
Kehendak terkunci
Untuk fitrah dihadapan ilahi
Sang penguasa jagat
                                                                                    Ramadhan 1433 H
                                                “ Renungan Ramadhan “
Dari semua ilmu-ilmu dunia
Dari semua ilmu-ilmu agama
Dengan segala ilmu amalan
Dengan segala syariat keimanan
Puasa
Puasalah yang hanya kita dengan tuhan yang tahu
Tanpa siapa seorangpun yang tahu hal itu
Suatu cabaran diri
Dari kerajaan hati dengan hajat-hajat tersembunyi
Di relung sanubari
Sebagaimana hati menahan
Dari segala kehendak diri
                                                            Ramadhan 1433 H
                                    “ Bulan Ramadhan “
Syahrul ibadah
Syahrul gufran
Syahrul jihad
Syahrul fath
Syahrul qur’an
Dengan segala faedahnya
Dengan segala ampunan
Dengan segala redaman niat
Dengan segala kemenangan hikmah
Dengan segala ketinggian ilmu bacaan
Bulan ramadhan
Penuh rahmat kemuliaan
Kesucian dari keesaan
                                                Ramadhan 1433 H
                                    “ Akhir Zaman “
Keimanan yang di yakini
Entah kapan dating namun pasti
Rahasia zat yang maha tinggi
Akhir zaman
Ketaqwaan yang disuratkan
Dari bacaan kesuciaan
Hanya ia yang tahu kapan diserukan
Akhir zaman
Kiamat sudah dekat
Selagi hidup bertobat
Selagi pintu pintu belum tertutup rapat
Akhir zaman
                                                Ramadhan 1433 H


                                                “ Takbir “
Sahut menyahut bergema
Sepenuh rongga dada
Asma allah
Kebesaran dengan semua keagungan
Kebesaran dengan semua kemuliaan
Kebesaran dengan semua kesucian
Seru menyeruh ucap tiada lelah
Linangan air mata tiada sudah
Asma allah
Kebesaran dari segala kecintaan
Kebesaran dari segala kasih sayang
Kebesaran dari segala kerinduan
Ungkap rasa di bulir tetes air mata
Ruahan sukma di tangisan pilu jiwa
Saat berkumandang
Asma allah
                                                            Ramadhan 1433 H
                                    “ Anta Tarooni “ ( Enngkau Melihatku )
Aku bersedekah
Engkau melihatku
Mereka melihatku
Semua melihatku
Aku berzakat
Engkau melihatku
Mereka melihatku
Semua melihatku
Aku sholat
Engkau melihatku
Mereka melihatku
Semua melihatku
Aku memberi
Engkau melihatku
Mereka melihatku
Semua melihatku
Aku berpuasa
Engkau melihatku
Engkau melihatku
Engkau melihatku
Kecuali mereka dan semua
Hanya engkau yang tahu dan melihatku
                                                               Ramadhan 1433 H
                                       “ Bidaakhil ( di dalam ) “
Amalan di dalam hati
Ialah puasa
Belajar menahan diri
Dari niat niat yang berkuasa
Amalan yang tersembunyi
Ialah puasa
Berusaha meredam gejolak diri
Dari tingkat-tingkat nafsu dunia
Amalan yang penuh keyakinan hakiki
Ialah puasa
Berikhtiar memagari
Dari sekat-sekat ruang rasa
Amalan di kemulian yang suci
Ialah puasa
Perlawanan hidup mengenang mati
Dari ilmu-ilmu aturan agama
                                                   Ramadhan 1433 H






BERPUASA DI BULAN RAMADHAN
                                                               Cipt : Iwan Sekop Darat
Berpuasa di bulan puasa
Salah sattu rukun islam
Berpuasa di bulan ramadhan
Dapat menyehatkan badan
Berpuasa di bulan ramadhan
Kewajiban umat islam
Berpuasa di bulan ramadhan
Tidak minum tidak makan
Berpuasa menahan diri
Dari marah dan benci
Berpuasa melatih diri
Terpuji
Reff*dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari
Berpuasa dalam sehari
Kita melatih diri
Satu kewajiban
Untuk umat islam
Berpuasa di bulan ramadhan
Memenuhi panggilan tuhan

(lagu tersebut dapat dilihat dan di dengar di you tube di pencarian iwan sekop darat )










                                                   “ Diperantauan”
Puasa tahun ini
Seperti tahun-tahun sebelumnya
Aku masih diperantauan
Rindu aku kampong halaman
Menyambut ramadhan
Dengan keluarga dan handai tolan
Bersenda gurau dengan kawan-kawan
Saat berbuka
Emak mempersiapkan makanan
Pada tiap-tiap hidangan
. . . . .emak……..
Aku masih diperantauan
Rindu pulang
Bertemu dan berkumpul bersama handai tolan
Barang pun hanya semalam
                                                   Ramadhan 1433 H
                                       “ Maaf Lahir Bathin “
Hatur maafku lahir bathin
Walau hanya dari ketik kata
Dari alat saluran hambatan bebas angkasa
Hatur maafku lahir bathin
Walau hari ini
Tiada bias bersujud bersimpuh di tapak kaki sorga
Aku mohon maaf lahir bathin
Minal aizin walfaidin
                                                   Ramadhan 1433 H
                           “ Sajadah Padang Hijau “
Hamparan padang hijau
Titik embun belum usai mengusap rerumputan
Takbir menggema di rumpun ilalang bergoyang
Semua memuji kebesaran sang kholiq
Gelar-gelar sajadah
Di hamparan rerumputan padang hijau
Bersujud bertahiyat di awal pagi surge mengkilat
Di hari kemenangan
Di atas sajadah padang hijau
                                                               Ramadhan 1433 H
                           “ Kite Balek Kampong “
                                                                           Cipt : Iwan Sekop Darat
Balek kampong 2x
Jumpe ayah emak kite balek kampong
Balek kampong 2x
Riang hati tak terkire balek kampong
Jumpe saudare kandong
Juge kawan sekampong
Rindu hati membubong
Hari raye di kampong
Reff*Balek kampong 2x
Jumpe ayah emak kite balek kampong
Balek kampong 2x
Riang hati tak terkire balek kampong
Biar pakai pompon penteng balek kampong
Balek kampong
Baju kurong sarong balek kampong
Oi jangan bingong jangan termenong
Apelagi duduk tejangkong
Kalau naseb algi untung
Kite balek kampong
Biar naek sampan jungkong
Apelagi naek pompon
Biar pon pakai pelampong
Yang penteng balek kampong
Baju kurong pakai sarong
Rindu jumpe ngumpol di kampong
Kite balek kampong

(lagu tersebut dapat dilihat dan di dengar di you tube di pencarian iwan sekop darat)
                           “ Syair Ramadhan “
Dinukilkan dari antara bulan
Keindahan melebihi seribu bulan
Ialah ramadhan bulan penuh amalan
Penuh rahmat hidayah karunia tuhan
Berusaha menahan dalam berpuasa
Bukan hanya bertahan makan atau dahaga
Namun jua hati berpuasa dari nafsu dunia
Satu amalan dari hamba yang taqwa
Bulan ramadhan bulan penuh berkah
Dimana kembali dalam kemulian fitrah
Tiada henti takbir bersila di sajadah
Mengagung asma dengan tangan tengadah
Petiklah hikmah bulan ramadhan
Mendidik hati memagar badan
Menjadikan diri lebih tauladan
Faedah bulan ramadhan yang di amalkan
                                                     Ramadhan 1433 H
                             “ Arti Hidup “
Jauh sudah jalan dahaga pun terasa
Panjang sudah masa dahaga pun menerpa
Persimpangan dan belokan di lewati sudah
Beberapa tikungan tiada berubah
Meraih cita harta kuasa dan tahta
Semua di raup agar merasa sempurna
Adakah itu semua tujuan hidup insan
Dengan semua kemegahan dan kemewahan
Belajarlah menahan dalam berpuasa
Niscaya tahulah faedah yang berguna
                                                               Ramadhan 1433 H

“ Maaf yang Tertunda “
Aku yang tiada sempat memindah kata
Berujar sayup samar-samar
Dulu jua rasa ini bergetar
Kata maaf yang kini tertunda
Halus riak buih ombak berdesiran
Gemelugut camar memecah sunyi
Meniti buih di senja hari
Dari semua tiada patut di sesalkan
Sekalipun terlambat masihkah maaf itu ada
Selagi dosa belum kering air mata
 Selagi nista belum genang air muka
Kini ramadhan kembali tiba
Membasuh membilas luka dosa
Mengharap pengampuan dari maaf yang tertunda
                                                     Ramadhan 1433 H
“ Aku Jua “
Yang terangkai dari kata usap jiwa
Yang terlerai dari ucap hela sukma
Yang tertikai dari desah deru raga
Aku jua
Yang tergenang dari raup kunyah rasa
Yang mengambang dari sila gelugut asa
Yang terenggang dari dekap balut karsa
Aku jua
Tepak sirih berjajar
Kacip pinang di belah dua
Kepak lirih ujar
Lancip angan di angkasa
                                         Ramadhan 1433 H
                 “ Ilmu “
Akal membaca pikiran
Selidiki hati
Penuh misteri
Ilmu amalan
Budi melihat bahasa
Laku bersopan
Ujar bersantun
Ilmu agama
Naluri mengecap rasa
Di lajur keindahan
Di jalur kemilauan
Ilmu dunia
Ilmu segala ilmu
Berdasar dari yang satu
Sang pemberi tahu
                                                   Ramadhan 1433 H