Kamis, 27 Februari 2014

JUST ME AND MY GOD ( PART II )

TINGGAL AKU
Batang usiaku kian berlalu
Meniti waktu tiada bisu
Menggelitik cumbu di urat malu
Seikat rayupun telah berlalu
            Secupak kata tiada cukup      
sesukat makna tiada lengkap
semilir angin malam pengap
menghitung kelam dalam hisab
Ikutkan hati . . . mati
Ikutkan rasa . . . buta
Hanya seikat rindu dalam cinta
            Tinggal aku
            Dalam dingin sunyi sepi
            Tinggal aku
            Dalam gundah resah gelisah menerpa
            Tinggal aku
            Dalam dalam pendam remuk redam terendam
            Tinggal aku . . . tinggal aku
            Dipenghujung waktu





BAYANGNA KATA
Hebat ilmu dari membaca
Hebat menuntun diruas kata
Adat wudhu jari mulia
Adat rukun harus sempurna
            Berkah ibu berkah dunia
            Sekebat buku seikat kata
            Apakah ilmu jadi berguan
            Dibuat menipu lagi berdusta
Sampan rakit berkelang – kelang
Menarik selang malam-malam
Jangn sakit dibilang bilang
Selagi senang berdiam-diam
            Angan pengap gelap gulita
            Laksana malam tiada pelita
            Jangan cakap emas permata
            Jika didalam perut dunia
Seumpama rebut merebut
Soal kenyang maka temberang
Tiada guna disebut-sebut
Amal hilang pahala kurang
            Berlari pagi-pagi
            Menunggu disiang hari
            Mencuri dari perigi
            Tentu nanti rugi sendiri
Papan menyangga cungkup
Dindingnya tiada bertingkap
Seumpama tiada cukup
Sepiring tiada lengkap
            Benalu disemak-semak
            Berbelah dahan kuini
            Mengadu kepada emak
            Membela kepada bini

HANYA AKU DAN TUHAN
Hanya aku dan tuhanku saja
Yang tau isi dalam dada
Rasa dalam sukma
Bisik hati dalam jiwa
Hanya aku dan tuhanku saja
Yang lain mereka-reka
Mereka menduga-duga
Terkadang benar adanya
Tak jarang salah menerka
Hanya aku dan tuhanku saja
Yang tau semua
Apa yang ada dalam alam fikirku
Bukan mereka bukan yang lain juga
Selagi aku bertutur rasa
Mereka hanya tempat bertukar cerita
Yang lain tak ubahnya pendengar cerita
Hanya aku
Dan tuhanku saja



ADA MAUNYA
Apa saja maumu, ku turuti
Apa saja inginmu, ku turuti
Apa saja . . .
Demi kamu
Ku lakukan
Yang seperti ini
Yang seperti itu
Disekitar kita sudah biasa
Lagu lama
Itukan dulu
Sebelum melanjutkan hubungan yang lebih serius
Hubungan yang diakui
Dalam hidup bermasyarakat
Itukan dulu
Berbagai cara mengambil simpati
Dari sipemilik hati yang dicinta
Kesan-kesan pertama
Biasa. . .
Lebih menggoda
Yach . . .
Lebih baik apa adanya
Jangan pura-pura
Hingga jangan disangka
Apa maunya



PESAN WAKTU
Aku genggam suara dalam teriak yang keram
Tak tau dimana entah memang aku yang sudah pelupa
Dari pori-pori malam sayupku dengar saling bersautan
Memanggil satu nama yang taka sing di telinga

Ku tengadah memandang bulan dan bintang satu dua yang bersinar terang
Sedang aku mengejar bayang yang hamper hilang
Tak kadang aku berpikir
Apakah waktu akan menunggu dipersimpangan usiaku
Baik di pertigaan atau di perempatan
Tak masalah bagiku
Namun tidak . . .
Waktu tak seperti apa yang aku pikirkan
Ia sangant kikir, pelit, dan perhitungan
Ia tidak menyisakan sedikitpun untuk ku
Sekalipun aku tertidur sementara atau selamanya . . .
Ia terus berlalu dan tak mau menunggu
Waktu hanya berpesan
            Jangan jemu
            Terus ikuti aku
            Jika ingin lebih jauh mengenal tuhanmu





HAWA NAFSU
Nafsu banyak maunya
Nafsu tak pernah merasa puas
Andai hati tidak bisa mengurungnya      
Nafsu merajalela
Jika iman tidak menjaga
Nafsu membabi buta
Dan jika ikhlas tidak sempurna
Maka jangan harap
Nafsu dapat dipelihara
Sudah punya satu mau dua
Sudah dapat yang ini yang itu juga
               Beli disini disana juga
               Tukar disini disana juga
               Maunya semuanya
               Tak ada cukup-cukupnya
               Tak ada puas-puasnya
Terlalu megikutkan hawa nafsu
Jadi gelap mata
Buta hukum agama
Badanpun bisa binasa
Maka peliharalah hawa nafsu
Agar hidup tidak celaka





PANGGUNG POLITIK
Suatu pementasan dalam sandiwara kekuasaan
Panggungnya bergelimang surat bergejolak urat
               Imprivisasi
               Argumentasi
               Opini
               Dan inovasi
Semua dirangkum dalam satu strategi
Dengan misi melempar janji-janji
Dan visi menjaring koalisi
               Panggung politik
               Penjaraan peran dan karakteristik
               Mencari simpatik
               Dalam plot yang dramatic
Panggung politik
Jika tak ingin dikritik
Jangan mengumbar janji yang menggelitik
Dengan iming-iming kripik


SYA’IR ORANG GILA
Duduk berdiri berjalan berlari
Bernyanyi berjoget bergoyang menari
Alamat tanda pikiran terkunci
               Tiada ingat yang tersirat
               Seumpama akar putus urat
               Bingung apa yang dibuat
               Terkurung dalam satu tempat
Hati teracuni pikiran tergelincir
Diruang angan akal kocar-kacir
Hitam putih mata ujung nadir
Berguam komat kamit bagai mantra dan syair
               Lupa bersyukur badan binasa
               Tipisnya iman menjadi gila
               Amalan setitik nafsu setimba
               Raga terlilit akan celaka
Ilmu ikhlas penawar bisa
Dalam ruas celah sukma
Menghatur sembah menghela doa
Kepada zat yang maha sempurna
                                                                                                                   


Awal jumpa
Deru purnama regumpal saga
Saga ditimbang buat pualam
Baru pertama mengenal cinta
Lamun terbayang setiap malam
               Anai-anai elang dan kumbang
               Bukan dipuji bak bidadari
               Bagai angan selayang pandang
               Pulang dihati akan menjadi
Awal jumpa bertentang mata
Sepatah kata bertutur sapa
Budi bahasa luluh dan rasa
               Rindu rupa terus terkenang
               Siang malam terbayang bayang
Rasa dihati bertabuh gendang
              


HATI ILMU
Mahir menenun tudung payung
Celupka abu kuas pewarna
Sebutir embun diujung daun
Cukuplah aku lepas dahaga
            Itik raja ibunya angsa
            Tangan bertadah dalam tempayan
            Setitik saja ilmu berguan
            Akan berfaedah dikehidupan
Selagi nyawa tidak mennggal raga
Belajar tiada mengenal usia
Menimba dari yang paham agama
Selagi mata dapat membeda warna
Hendaklah ucap mendengar rasa
Agar iman terpelihara


SIKULIT BUNDAR
Lama sudah ada dimuka bumi
Pertama tercipta diawal kaki menyentuhnya
Permainan dalam aturan dan strategi
Yang terpenting saling bekerja sama
            Rahasia sikulit bundar
            Laksana jari saling berbagi
            Dilapangan hijau berputar-putar
            Kesana-kemari untung rugi
Adu urat saling cepat siapa takut
Siapkan tenaga jangan sampai penat
Niscaya kelak tampil jadi yang terhebat
            Sikulit bundar diperebutkan kemana-mana
            Dengan berbagai cara selagi dalam arena olahraga
            Menyatukan rasa antara yang tua dan yang muda melihatnya

PUJANGGA PESOLEK
Pujangga pesolek
Berias dibelakang kaca
Melantunkan tembang cinta
Sedemikian kata cantik molek
            Bertiang malam bergagang rembulan
            Berdahan bintang berbuah angan
            Menitih rembang surya gemilang
            Syair rindu berbilang-bilang
Angkuh saku berdingin beku
Pujangga pesolek menginai jari
Umpama putik kelopak sari
Mengunyah dingin dalam bisu
            Ruh nyawa jiwa sukma
            Bersekat angan biduk kalbu
            Haluan kemudi satu tuju
            Dermaga impian bahtera cinta
Pujangga pesolek
Diam ragu layar tabir
Lacur bicara bidal dialek
Bertanam tebu dipinggir bibir
Hanyalah semu awal dan akhir

TASBIH JIWA
            Kepadaku engkau bertanya
Siapa tuhanmu?
Yang member nyawa ucapku
Kepadaku engkau bertanya
Dimana tuhanmu
Diatas nyawa nyawa yang ia ciptakan ucapku
Kembali dikau bertanya
“jika tuhanmu benar, adakah saat ini ia dengar?
Ia maha mendengar sekalipun siaramu
Kau simpan di bilik kalbu yang terpagar
Di penghujung kata dikau berujar
Merugilah diri bagi yang tidak mensyukuri
Bertanya dalam kebodohan sendiri
Kadang kala budi seperti
Kurang amalan keruhkan hati.

BAKAL SENJA
Pecah semburat
Spectrum warna
Merona diangkasa
Surya tergelincir sekarat
            Rembang raya langit jiwa
            Menggeliat terseok
            Bergelegak erperosok
            Jauh di lembah sukma
Petang – petang sudah tiba
Lagi kusut suram muram
Dari kasut seikat anyam
Senja didepan mata
            Sore layu angin layu
            Mempesiang diri sejuk seram
            Bermenung jauh dalam
            Lipur hati sedih pilu
Sahaja letih sunggh
Surya sedater perut laut
Pasti akan kelak turut
Tuntun satu pemegang teguh
BUMI KITA
Bumi kita
Dunia anak cucu
Makin tua
Luluh lantak retak seribu
            Apa yang kelak tinggal
            Masih sekarang terus di jagal
Ada juga penah
Sekarang saja hamper punah
            Yang dicari yang digali
            Mencuri dari perut bumi
Bumi kita
Dunia anak cucu
Kelak mereka bertanya
Kemana hilang satu Saturday
            Bumi kita
            Dunia anak cucu
            Memelihara aksara
            Agar kelak jangan rancu
Bumi kita
Dunia anak cucu
Ikhlas menjaga kandungan ibu

DIKAU PAHLAWAN
Pahlawan urat
Pahlawan surat
Yang mengangkat senjata
Yang menggenggam tinta
Sama berjasa
Membuang kata penat
Untuk satu niat
            Pahlawan dimedan pertempuran
Pahlawan di gelangnggang kesusastraan
Yang berperang gagah berani
Yang berpedoman tak kenal mati
Sudah dikau tunjukkkan
Dikau perjuangkan
Dikau teriakkan
            Kenang – kenang kami yang mati
            Bertaruh nyawa menjaga pertiwi
            Senang-senang kami disini
Dari tita darah sendiri
Salam santun ku ucapkan
Untukmu . . .
Dikau pahlawan


WAHAI TARUNA
Wahai taruna dikau laksana
Tunas yang tumbuh dimuka bumi
Generasi muda penerus bangsa
Harus tangguh gagah berani
            Duhai teruna bak mekar bunga
            Mekar abadi tak layu lagi
            Pergegas aksara perdengar suara
            Di taman hati dikau terpatri
Teruna jaya berpeluk budaya
Adab santun cerminkan diri
Selagi muda penuh tenaga
Sepantun rasa cintakan negeri
            Wahai taruna hapan jiwa
            Segera menyusun bentuk barisan
            Duhai pemuda pewaris nusa
            Letak anjungan rentak gugusan

SEBUAH MAKNA
Sebatang pena
Segenggam tinta
Sebilah aksara
Segaram kata
Pelipur lara
Sedahan rasa
Secuil warna
Seranting cinta
Semburatnya asmara
Candu dunia
            Dalam genggam tinta
            Sebatang pena memilah aksara
Dari untaian kata
Bak hilang dahaga
Pelipur lara
Dalam secuil warna
Sedahan rasa menjaga ranting cinta
Dari semburat asmara
Terkurung dalam gelora
Canda dunia

BA’DA
Jika nanti wa ad
Gemerincing tanzil sejuk jiwa
Sekarat-sekarat sifat
Dari ahkam dunia
            Hidup sesudah hidup
            Meniti mati ditengahnya
            Tuah badan penuh amalan
            Iimpahan karunia imbalannya
Sesudah yang belum pernah
sesudah yang menjalani
bersungguh niat tawajuh
bersungguh membekali
            adapun ia pasti tiba
            tak tentu musti ia datang
            berbagai cara ia menyapa
            selagi dimana ia berkumandang
ba’da hidup ba’da mati
apa saja yang ka bawa pergi

DIBILANG GAYA
Kau ini ada-ada saja!
Masak yang ini kau bilang gaya
Tren sekarang kaula muda
Bahan pakaian kurang semua
            Kau ini kurang kerjaan!
Berjingkrak seperti kesetanan
Kau bilang pulak anak jaman
Padahal kulihat
Macam cacing kepanasan
Aih anak manusia!
Memanglah penuh warna
Ingin tampil beda
Tak harus juga disangka gila
            Aih anak muda!
            Memanglah berjuta karya
            Ingin tampak gaya
            Tak harus juga meniru yang tak berguna

           

DRAMA “ IKHTIAR “
            Tak disangka yang tadinya panas menyengat  ditimpa sinar matahari yang sumringah menelanjangi bumi, kini terhapus oleh hujan yang datng tiba-tiba, tiada tampak tanda mau hujan, langit cerah sementara awan masih menari riang, didalam ruang kelas siswa-siswi yang sebelumnya merasa gerah oleh panasnya bumi, sedikit merasa lega denagn kedatangan sang hujan. Ini hari pertama para siswa menjejakkan kakinya kembaliu setelah libur panjang akhir semester kenaikan kelas dan kelulusan. Dibangku sekolah, tepatnya SMAN 1 DABD Jingkep. Kata orang tua-tua dulu jika kita memulai sesuatu disertai datangnya sang hujan, alamat niat akan terkabulkan, semoga saja apa yang diinginkan dan diharapkan para siswa dapat tercapai dan terkabulkan semua, amin. Lonceng tanda belajar usai telah dibunyikan bapak penjaga sekolah. Dengung suaranya yang biasa memekakkan telinga seakan tersumbat dengan cerah hujan yang sangat lebat namun rambatan suara lonceng tersebut masih dapat didengar para siswa. Tenaga pendidik yang tak lain wali kelas baru, dikelas 3A2 (Biologi) memberitahukan kepada siswa untuk memberesi perlengkapan sekolah masing –masing agar tidak ketinggalan, karena pada hari pertama ini proses belajar masih belum aktif benar, maka para siswa lebih awal pulang dari pada hari biasanya. Setelah do’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing, sang Guru pun keluar dari kelas, beberapa siswa ada juga yang mengikutinya dari belakang, kembali pulang kerumah masing-masing dengan menerobos hujan yang membasahi bumi, sementara siswa yang lain masih tetap bertahan didalam kelas berharap hujan reda, agar tidak kebasahan pulang kerumah. Sekedar bertutur sapa, saling bercanda, bertukar cerita dengan senyum tawa ceria.
            Dolah masih merapikan bukunya kedalam tas sekolah, tangan kanannya merogoh dalam tas tersebut seakan-akan mencari sesuatu, dengan mimic wajah sedikit kebingungan.
            Secara beramaan Ujang dan Mamat menghampiri Dolah sahabatnya.
Ujang  : “Assalamu’alaikum, brade” Pehal Nampak bingong je tuh!
Dolah  : “Waalaikumsalam, wai, aog mang, perasaan kawan, semalam kawan tarok gule-gule dalam tas
              ini, eh sekarang malah tak de, kemane og?” (dengan mimik wajah sedikit kebingungan)
Mamat : (Masih dalam ekspresi wajah yang datar) “boco agaknye tas tu”
Dolah  : “dak la mat, dak boco pun tas ni.”
Ujang  : “ai berantu agaknye tas tu!” mustilah betingok dengan orang pinta!”
Mamatpun tersenyum melihat ujang menautkan alis matanya, ia tau Ujang lagi bercanda, sementara Dolah hanya nyengir kuda.
Dolah    : “hah, kau ngaton kawan je jang.”
Sambil Dolah menutup tas sekolahnya menatap sekilas Wajah mamat dan Ujang
Mamat  : “Perai ni, apeje kerje dol.”
Ujang    : “Aog, tak Nampak batang idong selame perai ni kat lapangan”
Dolah    : “Buat dodol (Sambil tersenyum) dak lah, kelaot jareng ikan bantu Bapak” (Kembali        Dolah Berujar)
Dolah    : “oi, mat, ngape muke awak tu agak pucat, sering begadang ye.”
Ujang    : “ai dol,  awak tu macam dak tau je perangai kawan kite seeko ni, tukang ngorat, paling diye
                ngayal, macem mane  oug nak dapatkan mak jande kat simpang tige tu.”
Dolah    : “pantang jang, ngate orang tue latah tu kelak awak kualat, sumbeng ae lio padan muke.”
Mamat  : “ntah lah, Ujang ni! Nak kene ganyah mulot tu dengan  parot nio, barulah die sada, die ape
                Kurangnye, tau kau do!! ( dengan mimic wajah menatap Dolah ) due ari lalu jumpe aku kat lapangan tu, nak tau ape kerje die, maen lelayang macam budak-budak je.”
Ujang : “eit, mat! Awak jangan salah sangke, waktu tu, kawan nemankan adek kawan, maen layang-layang die dak pandai sangat, jadi kawan bantulah siket ajakan deie maen lelayang.”
Mamat  : “tingoklah dol, sok bele diri konon, kalau ngaja-ngaja aje, dak pulak lah  telulung menjeret, tepekek, tepekau, tereek, uloo, tereek, ulooo, sambel lari-lari dak pakai baju, dak pada umo lah tue,” (Dolah hanya tersenyum mendengar candaan kedua sahabatnya)
Ujang  : “inilah tungongnye awak, mat, kalau maen lelayang, mustilah, kene sebot terek ulo tarek ulo,
                kalau kite sobat maju mundo, berarti kawan kat parkiran , jadi tukang parker, hahaha…”

(Beberapa siswa yang mendengar pembicaraan tiga sahabat tersebut ikut tersenyum) menahan geli dengan candaan mereka.

Dolah    : “aok mang mat, betol geg kate Ujang tu ha…ha…ha…”
Mamat  : “mang betuah betuah budak bedue ni!” Moge je dose-dose die orang diamponkan yang mahe juase!.”

(Secara serempak ujang dan dolah mengucapkan kata amin sambil meraup muka)

Ujang    : “Oh ye,” dol, kawan nak nanye satu perkara, kalau kalau kite kat laot, pas masok waktu isya, camane kite nak tau arah kiblat yang betol tu?.”
Mamat  : itulah awak jang, kalau nonton tipi asek pilem perang teros, dak jade-jade kalau dak pilem perang, pilem kekaton donal bebek, sesekali macam kawah! ( mamat seolah-olah menggantungkan bicaranya)
Ujang    : (dengan ekspresi agak kebingungan) “tau rupanye awak mat?”  agik pon ape sangkot paotnya arah kiblat dengan pilem kekaton!
Mamat  : kawan mang kurang paham awak jang suke nonton pilem kekaton bile mase pilem popay, kawan kasi saran, awak mustilah tanyekan pakcik popay tu arah kiblat, diekan pelaot kat tipi tu . . ha..ha..ha..
Ujang    : hm…hm…hm… lawa muke! Tampa sekali bepuseng biji mate !

(mamat dengan dolah kembali tertawa)
Dolah    : dak sude-sude ikac bedue ni asek tegingel teros, keram urat perot ketawe,,,
(Dolah member waktu sejenak untuk membangun perkataanya)
Dolah    : kalau soal awak tanye tadi kawan memang kurang paham, Cuma ade bapak kawan bilang, bile mase kite berade kat laot, kite mustilah berikhtiar untok menyempurnekan arah kiblat yang betol, disampeng itu kite musti juge faham siket-siket ilmu falak, atau ilmu tentang perbintangan, bile ade mase, same-same kite tanye, bapak kawan, care menentukan kiblat dengan meningok rasi bintang kat langet tu… bapak kawan faham.
U jang   : “ie lah Dol…! Boleh juge tu, bile ade mase kite tanye bapak awak dol!

(Ujang pun mengalihkan pandangannyakepada Mamat sambil berucap)

Ujang    : “denga tu berok utan! Musti tau kite ningok bintang kat langit bukan macam awak tu mat, perangai dak senunoh, disuroh tingok bintang kat langit, kau orang malah tingok mak jande bintang kat simpang tige tu, mang budak betuah
(Dolah dan teman-teman yang masih didalam kelas ikut tertawa mendengar lelucon Ujang)

Mamat  : ai sedap je kate kawan berok utan, macem die lawa sangat , sada siket  ulat bulu, jangan nak merepet je cerite, dari tadi awak cakap nek bintang, agaknye ade rase tependam ke awak same nek bintang, kalau mang je bia kawan jadi posnye, dak mahal ongkosnye, ae putih segelas je. Ha. . . ha. . . ha. . .
Dolah    : Naseblah kau orang bedue ni asek ngate-ngate orang tue tu, tesedak pulak nek ngah tu, ikak sebot-sebot namanye. Pantang lah ngate-ngate orang tu, kelak jadi kualat ha,,, ujan pun dah mulai rede paling gerimis siket je, ayoklah kite balekdah lapa perot.
Ujang    : Ayoklah wai
Mamat  : a ok yok lah kite jump
(Akhirnya ketiga sahabat itu meninggalkan ruangan kelas dengan wajah tersenyum dan pulang kembali kerumah masing-masing)



IMPIAN DOLAH

Lagu Cipt : Iwansekop Darat

Sidolah bawak bola
Goring kiri goring kanan
Bukan goring [isang
Bukan juga goring bakwan
              Sidolah jarang bebaju
              Selua bola cume Satu           
              Dak punye sepatu
              Apalagi baju baru
Memang boleh tahan kalau ditanah lapang
Garang dolah menyerang
Jadi jangan heran banyak yang ketakutan
Tendangan dolah macam peluru senapan

              Reff
              Sidolah budak kecik, dibilang besa belum lagik
              Tapi macam lade kecik, pedasnya sampai mendelek
Sidolah punye mimpi, jadi pemain PSSI
              Mengharumkan name negeri, tanah ibu pertiwi
Sidolah anak pulau, keliling kampong jual bakpau
Jagok main takrau, jagok juge jurus kuntaw
Sidolah dak punye tipi, jadi pegi kerumah siti
Ditingkap berdiri, hobi nonton bola kaki.








PEMUDA

Apa yang kau tunggu pemuda
Terus maju
Terus pacu
Sorak kami dalam semangat mu
Riuh gempita raya
              Bangun pemuda
              Doa kami dipundakmu
              Laksana biduk
              terus kayuh
Simpul peluh
Jangan diam duduk
Bagai bintang sinar yang terang
Terus mengembang
              Dan jangan padam
              Pemuda . . . engkau teruna ahli waris muda
              Pemuda engkau laksana
              Butiran mutiara

MENANG – KALAH

Jangan lemah
Kalau sekali kalah
Terpenting usaha
Menang kalah lumrah
              Jangan bangga
              Kalau sekali juara
              Terpenting jaga         
              Menang kalah biasa
Gagah dimedan laga
Daya upaya
Semampu bisa
Terus berdoa
Seorang kesatria
              Tegak kelapa
              Berlapang dada
              Jadikan pelajaran yang ada
              Kembali semua
              Berpulang pada-Nya



              BELADA KEMISKINAN
Menangis dibalik baju pengemis
Lagi robek lusuh kumuh
Miris hati isak tangis
Disebalik keruh gemuruh
              Tadah tangan kasihan tuah
              Sedikit uang harap hati
              Dan danan kemiskinan
              Mengiba kan diberi
Ah, jadi lading usaha
Duduk tenang menghasilkan
Tiada sesulit pekerjaan
              Sketsa alam gambaran lingkungan
              Duduk tenang menghasilkan
              Nanyian baru seikat debu
              Tarian baru rentak seribu
Dari muda berusaha
Jangan lengah tua nanti
Taunya ngemis sepanjang hari


GEMURUH CINTA
Rintik hujan satu-satu
Membasuh jalan mengusap angan
Ditimpa bayang sejuk seram
Sedang kalbu tiada tentu
              Gerimis senja dilangit merona
              Nyanyian sukmaku terhimpit rasa
              Gelegak jiwaku ditelan gelora
              Di lautan asmara bahtera cinta
Tembang di kaki pelangi senja
Kudung sunyi lantunan mimpi
Bertongkat harap menjadi
Di sanubari menumpuk rasa
              Karam disamudra keinginan
              Menanti jawaban tak kunjung datang
              Tergenang diusap keheningan
              Menjadikan hasrat yang terabaikan







KAKI BOLA
Mata bola liar
Melosat gusar
Kaki bola keram
Merapat diam
              Tehnik sepak
              Taktik tepak
              Di kaki bola melayang telak
              Jauh terbang
Hunuskan terjang
Ambil satu kesempatan
Dari kelalaian lawan
Dengan perhitungan
              Menyelesaikan pekerjaan
              Untuk satu kemenangan
              Yang indah
              Dibawa pulang

SEMANGAT BARU
             
Lama kau tertidur
Ditimpa bangkahan kemunafikan
Tiada yang mau peduli
Dalam kelelapan
              Semangat hilang sel nadi kendor
              Urat-urat nyali berputusan
              Tiada pemerhati agar kesohor
              Wadah pembinaan belum terwujudkan
Baru kau tunjukkan
Bukakan mata dunia
Layak diperhitungkan
Aksimu dimedan laga
              Semangat baru
              Teruna jaya
              Maju terus
              Indonesia raya
Bangulah dari tidur
Jangan lagi lesu
Semangat pantang mundur
Tanda muda bangsaku
             





BARISAN GARUDA

Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
Lihat semangat kami didada ini
Berkobar riap berapi-api
Melangkah dengan pasti taklukan mimpi
Harumkan nama ibu pertiwi
              Tabuhkan gendering siap kami menyerang
              Dengan penuh semangat juang
              Sampai titik penghabisan kami siap bertahan
              Agar tampil jadi pemenang
Dibumi khatulistiwa, gagah barisan garuda
Tunjukkanlah pada dunia, sepak bola Indonesia

Reff
Merah putih berkibar, di penjuru dunia
Semangat berkobar barisan garuda
Berlatih usaha, jangan lupa berdoa
Agar tampil jadi juara
Gol. . . gol. . . barisan garuda
Gol. . . gol. . . kita pasti bisa

(lagu barisan garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)




BARISAN GARUDA 2                    Lagu Cipt : Iwan SekopDarat

Barisan garuda maju terus pantang mundur
Semangat jangan kendor kita siap tempur
Barisan garuda penuh mental juara
Gagah dimedan laga
              Siapkan diri mantapkan strategi
              Semangat raihlah prestasi
              Putra-putri bangsa Indonesia tercinta
              Bangkitlah kita pasti bisa
Reff
Barisan garuda gagah dimedan laga
Barisan garuda buat lawan terpana
Barisan garuda berlatih dan berdoa
Barisan garuda merah putih tercinta

(lagu barisan garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
GARUDA MUDA INDONESIA
Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
C                                   G                           C
Garuda muda Indonesia, barisan gagah perkasa

C                                  G                     F         C
Gauda muda Indonesia, tunas bangsa tampil juara

              F                    C                     G                     C
Bangkitlah pemuda, barisan garuda, masa depan negara

  F                                C           G                   F          C
Majulah pemuda, barisan garuda, bersatulah selamanya

G     C     F              C            F                      G                  C
Garuda muda Indonesia, barisan yang gagah perkasa

G        C        F            C            F                 G                    C
Garuda muda Indonesia, barisan tunas bangsa tercinta

             C                                            G                     C
              Garuda muda Indonesia, barisan pantang mundur
             
              C                                            G         F          C                                                        
              Garuda muda Indonesia, barisan pantang mundur

(lagu barisan garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
SAJAK SANG PUNAI

Terbang jauh dikau punai
Terbang jauh berandai – andai
Tepakkan sayapmu biar pandai
Jangan disangkar terbuai-buai
              Melayang tinggi keangkasa
              Melambung jauh menembus mega
              Harap daku turut kesana
              Melihat pelangi lagi terunda
Laying sayapmu siap menuju
Terbang rendah menghisap madu
Ranting dahan penahan bisu
Bertengger jua dalam hatiku


CERPEN
BUAH DARI KEJUJURAN

              Dengan melaksanakan sholat fardhu, hati Ucok merasa lebih tenang dan lebih nyaman, seperti malamini selesai melaksanakan sholat isya Ucok berdoa kepada yang maha Kuasa agar diberi kesehatan jasmani dan rohani, dimudahkan rezeki juga tak lupa Ucok mendoakan kedua orang tuanya atas keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Dan juga selalu dalam limpahan karunia Allah SWT. Amin ya robbal alamin.
              Terdengar suara batuk-batuk dari ruang kamar ibunya, seger Ucok menuju dapur, mengambil segelas air putih dan berjalan ke kamar bunya dengan hati-hati Ucok menyingkap tirai tua yang warnanya telah pudar, di pembaringan tergolek wanita paruh baya dengan wajah yang pucat, Ucok pun datang menghampiri ibunya sambil berkata “mak, minum dulu mak, biar batuk mamak agak berkurang.” Ibunya menerima segelas air putih yang disodorkan Ucok anaknya “terimakasih Cok” ucap ibunya. Isi gelas tersebut telah berpindah kedalam perut wanita tua itu. Kini sedikit terasa nyaman dikerongkongannya.
Disisi pembaringan Ucok memijit-mijit dengan lembut kaki ibunya. “Mak, kalau lagi kurangsehat istirahat dulu jangan dipaksa, nanti sakit mamak makin bertambah.” Si ibu hanya mengangguk kecil, ia coba menata satu senyum yang tak lagi muda, agar Ucok sang anaknya tidak terlalu khawatir akan keadaanya.
              Ibu siucok bekerja sebagai buruh harian di perkebunan sawit, ia seorang janda ditinggal mati suaminya sepuluh tahun yang lalusewaktu ucok masih berumur 8 tahun, dengan tegar seorang diri sang ibu membesarkan anaknya dari mengambil upah harian, membantu orang berjualan dipasar, atau biasa disebut pajak oleh orang kisaran, medan dan sekitarnya. Sebagai buruh harian di perkebunan sawit, semua pekerjaan yang halal ia lakoni, tidak ada kata penyerah dalam hidupnya demi menyekolahkan anaknya.
              Siucok anak yang baik, pintar dan rajin ia baru satu minggu tamat atau lulus di salah satu Sekolah Menengah Umum Kota Kisaran, Ucok adalah nama panggilan atau nama sapaannya, nama sebenarnya adalah Togar Harahap , sebenarnya Ucok sangat ingin melanjutkan sekolahnya ketingkat yang lebih tinggi tepatnya dibangku kuliah Universitas Asahan, namun Ucok sadar dengan perekonomian keluarganya yang tidak sanggup membiayai keperluan dan kebutuhan di perguruan tinggi. Dalam hai Ucok berkata “suatu saat nanti aku akan kuliah sambl bekerja, aku akan menyisihkan uangnya demi meraih cita-cita.”
              Dari ibunya, Ucok banyak belajar tentang perjuangan hidup, ketegaran dan kejujuran, baik di Sekolah maupun di lingkungan tempat tinggalnya, Ucok sempat disenangi oleh orang-orang dari yang tua sampai yang tua sampai yang muda karena keramahan sopan santun dan budi pekerti yang dimiliki Ucok.
              Malam makin merambat pelan, suara kendaraan bermotor tidak lagi membisingkan, dengan tetap teduh sang ibu memerhatikan anaknya yang sedang mengurut kakinya.
“Ucok, sudah malam, istirahatlah,”
“iya mak.” Jawab Ucok, ucok pun menyambung perkataannya
“mak, Ucok mau cerita,”
“cerita apa Ucok” ujar sang ibu
“tadi siang mak sewaktu ucok di apotik membeli obat mamak, Ucok bertemu Bapaknya si Anggi,  Bapak sianggi menawarkan pekerjaan.”
“kerja apa cok” Tanya sang ibu lembut
“bantu-bantu dipajak mak,”
Si ibu menatap iba anaknya, yang baru saja lulus dari sekolah, disaat ini anak-anak yang seusia Ucok pastilah sibuk mempersiapkan diri, belajar untuk masuk di perguruan tinggi yang mereka inginkan, Sementara Ucok anaknya hanya mampu ia sekolahkan ditingkat SMU saja, tak terasa sebutir air mata tergenang dikelopak mata wanita paruh baya itu.
“menagpa melamun mak?” ucap Ucok pelan
“eh, taka pa-apa lah Ucok, jadi apa kau bilang?”
“nantilah pak Ucok ceritakan dulu sama mamak,”
“o. . . “ sahut sang ibu datang
“Bapak si anggi nawarkan kerja, karena sebelumnya dia sudah nanya mak, apa kegiatan sekarang setelah lulus sekolah.” siucok diam sejenak lalu kembali berkata
“Ucok bilang lah, belum ada amang boru, rencana cari-cari kerja lah, siapa tau nanti suatu saat bisa kuliah”
“jadi mau kau kerja cok, bantu-bantu di pajak?” selidik ibunya
“maul ah mak, tapi mintak izin dulu lah sama mamak, nanti uang kerja ucok, Ucok tabung biar bisa kuliah, kalau dapat Ucok kuliah sambil kerja mak”
Sang ibu tersenyum bangga melihat semangat putranya dalam hati sang ibu berdoa semoga tuhan memberi jalan untuk ketekunan dalam kemuliaan hati anaknya.
              Sang ibupun mengangguk pelan mengizinkan Ucok bekerja membantu-bantu Pak Boris Sinaga ayahnya Anggi berjualan dipajak. , dulu sang ibupun bekerja membantu-bantu pak Naga panggilan akrab ayahnya Anggi berjualan dipajak, dengan kejujuran yang dimiliki juga rajin dan terampil, keluarga pak naga sangat menyukai hasil kerja ibunya si ucok.
              Merekapun sangat menyayangkan disaat ibunya si Ucok mengundurkan diri atau berhenti bekerja sama pak naga, dikarenakan factor usia dimana Ibu si Ucok sudah tidak begitu tahan lagi kena angin malam maka saat ini ia bekerja sebagai buruh harian di perkebunan sawit, sewaktu di pajak, ibu si Ucok harus berangkat kerja jam 4 subuh dan pulang kerumah jam 12 siang, Pak Naga berjualan di pajak kartini, atau biasa di sebut pajak pagi, cukup lama pekerjaan ini ibunya siucok lakoni, dari Ucok kelas 3 SD sampai tamat SMP, saat itu Ucok lebih sering dititipkan sama tetangga.
              Sementara saat ini, ibunya si Ucok tidak lagi harus bangun subuh-subuh lagi karena di perkebunan sawitibunya si Ucok bekerja mulai dari jam 07.30 pagi sampai dengan jam 12 siang, walaupun upaknya tidak sebesar upah sewaktu di pajak, tetapi cukuplah seadanya menutupi kebutuhan mereka.
              Pak Naga berharap dengan sifat dan sikap terpuji ibunya ucok menurun pula pada si Ucok putra sang ibu yang dulu lama bekerja membantu mereka berjualan di pajak.
              Ucok sangat senang mendengar jawaban ibunya yang mengirimkan Ucok bekerja sama Bapaknya sianggi. Tak lupa Ibunya mengingatkan dan member nasihat agar Ucok harus jujur, ramah, baik, juga sikap tingkah laku, dan sopan santun harus dijaga. Ucokpun beranjak dari kamar ibunya berjalan menuju ruang kamarnya, sebelum memejamkan mata masih disempatkannya memetik dawai gitar sambil bersenandung pelan.








AKU SAYANG PADAMU
               Lagu Cipt : Iwan SekopDarat

Dabur buih dipanatai kota ini
Hembus angin sukma
Berteman malam dingin kusendiri
]tanpa bulan bintang disini
Huo . . . huo . . .
             
              Reff
              Semua tiada berubah kumasih saying padamu
              Semua yang kulakukan agar kau tahu aku saying padamu
              Buih pantai leburkan rasa
              Kenangan bersama
              Hembus angin menembus sukma
              Kala tak bersama

(lagu barisan garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)


              Dari dalam kamar sebelah sang ibu hanya tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala mendengar ucok mengyanyikan lagu dengan suara yang sangat lembut. Tak lama ucokpun terlelap dalam mimpi dan cita – citanya dibuai oleh redup bulan dan sinar bintang diperaduan malam nan syahdu.
              Subuh-subuh sekali ucok sudah bangun dan berangkat kepasar, hari ini adalah hari pertama Ucok bekerja di kios pajaknya pak Naga, bukanlah suatu hal baru bagi ucok bekerja tersebut, karena sebelumnya jika hari libur sekolah ucok sudah biasa membantu ibunya yang dulu masih bekerja kios pajak pak Naga. Pak naga juga sering member ucok sekedar uang saku sekolah sewaktu ucok membantu memebereskan barang dagangannya. Pak Naga berjualan sayur mayor di pasar kartini. Subuh-subuh sekali mereka telah membuka dan merapikan barang dagangannya, semua macam jenis sayur mayor ia jual dari kubis, wortel, sawi, bayam, paria, timun, cabe, bawang dan lain-lain.
              Pak Naga dan isterinya sangat senang dengan hasil kerja ucok, ucok sangat pandai dan terampil dalam mengelola barang dagangan Pak Naga. Para pelanggan merekapun makin bertambah. Anggipun putri dari pak naga ikut membantu dipasar disaat hari libur atau tidak masuk kuliah. Dari seringnya mereka bersama, diam-diam anggi telah jatuh hati pada ucok. Sementara ucok selalu mencoba menepis jauh-jauh perasaan yang tidak bias ia bohongi itu. Ucok sadar atas perhatian anggi yang sangat lebih pada dirinya namun selama ini ucok selalu menganggap Anggi tak lebih sahabat kecilnya. Teman bermain diwaktu kecil, sohib akrab dimana mereka masih menimba ilmu dibangku sekolahan baik itu dari SD, SMP, dan SMU, Ucok belo\um berani terlalu jauh berangan – angan dan berandai-andai mengerai perasaan hatinya, baginya yang terpenting saat ini membenahi kehidupannya, dan meraih cita-citanya, soal hati ucok berusaha untuk tidak memperdengarkannya dulu. Ia curahkan perasaannya lewat petik dawai gitar dan lagu yang ia ciptakan.









BUNGA CINTA
               Lagu Cipt : Iwan SekopDarat

Dari rindu kusabar menunggu
Dari cinta kutetap setia
Mengenalmu sungguh ku bahagia
Rasa dalam dada berbung. . . berbung
RF
Aku jatuh cinta kepadamu
Sungguh aku saying pada dirimu
Biarkan saja orang berkata
Biarkan saja
Sungguh kutak bias melupakanmu
Sungguh ku tak bias jauh darimu
Jangan dengarkan kata mereka
Ku tetap cinta kau saja

(lagu barisan garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)


              Tidak terasa dua tahun sudah ucok bekerja di pasar membantu Pak Naga berjualan sayur-mayur di kiosnya, ibunya ucok tidak lagi bekerja sebagai buruh harian di perkebunan sawit, ia membantu ucok bercocok tanam di halaman belakang rumahnya, ibunya ucok menanam cabe rawit, mentimun, kacang panjang, terong dan tanaman palawija lainnya. Disamping beternak ayam dan ikan lele, dengan upah yang diterima ucok, selain ia membeli bibit-bibit ternak dan bibit-bibit tanaman, ia juga menyisihkan uang tersebut untuk di tabung, ucok juga mempergunakan waktu dengan kegiatan-kegiatan positif dan yang berguna.
Jika ia bekerja di pasar mula pukul 4 subuh dan selesai pukul 1 siang, pulang kembali ke rumah istirahat sejenak atau tidur siang. Maka jam 2 siang ucok membantu ibunya merawat dan JHmemelihara tanaman dan ternak mereka, malam harinya ucok membuka les privat bahasa inggris untuk anak-anak SD dan SMP di rumahnya. Anak-anak yang belajar bahasa inggris dirumah Ucok cukup lumayan banyak. Terkadang mereka belajar diteras rumah, dikarenakan ruang tamu rumah ucok tidak begitu luas, dan tidak bisa menampung anak-anak yang sedang belajar tersebut.
Uang dari hasil ucok mengajar selalu ia tabung untuk masa depannya, anggi juga sering menyempatkan diri main kerumah ucok sekedar membantu ibunya ucok, dalam merawat dan memelihara tanaman atau ternak milik ucok, terkadang anggi juga menemani dan membantu ucok sewaktu ucok memberikan les privat bahasa inggris kepada anak-anak. Sebuah nilai kejujuran dalam meraih cita-cita yang selalu ditanamkan sang ibu kepada anaknya dalam meraih kesuksesan dan masa depan yang lebih mapan. Dari doa sang ibucurahan kasih sayang yang tiada batasnya untuk sang anak buah hati tercinta
Satu kisah dipersembahkan untuk ibu-ibu sedunia dan satu lagu buat ibu tercinta.






KASIH MU IBU

Lembut kasihmu ibu, pancaran cinta yang suci
Pengorbanan muibu, sinaran kasih abadi
Curahan perhatianmu, sepanjang hidupku
Limpahan kasih sayang mu, seumur hidupku
Ho . . . o. . . o . . .

Reff
Bagai pelita yang menerangi, perjalanan hidup ini
Bagai sinaran yang menyirami relung hati
Laksana embun dipagi hari
Bening putih berseri
Laksana indah warna pelangi
Kasih abadi
             
              Ibu
              Lambing sejati cinta yang suci
              Ku bersimpuh dikakimu
              Yang selalu mengashi

PANTUN BERKASIH KASIHAN

Biji selaseh nampan belanga
Si ikan laga di paya-paya
Jikalau boleh abang bertanya
Adek jelita siapa yang punya
               Si ikan laga di paya-paya
              Dipaya-paya saling bercanda
              Adek belum ada yang punya
              Selain ayah bunda tercinta
Jika wadah yang dikau pinta
Berselendang tangan menyangga
Jikalau sutah bertutur sapa
Salahkah abang bertanya nama
               Bersandar tangan menyangga
              Tanah negeri tuah ampuna
              Tiada salah abang bertanya
              Apalah arti sebuah nama
 Bunga seroja didalam pagar
Diambil satu anak malaka
Indah disapa nyaman didengar
Andailah tau sebuah nama
              Diambil satu anak malaka
              Dijadikan pewarna dalam belanga
              Tanyakan ayah bunda tercinta
              Yang memberikan adek sebuah nama
Ikan sembilang berenang-renang
Ikan lidah badannya pendek
Bolehkah abang datang bertandang
Sekedar bertamu kerumah adek
              Ikan sepat ikan sembilang
              Yang mana pendek yang mana lebar
              Jikalau niat abang bertandang
              Pintu rumah adek terbuka lebar
Berseri teluk kuantan
mempesona tanjung hulunya
satu lagi abang tanyakan
salahkah cinta pandang pertama
              mempesona tanjung hulunya
              indah melayu itu sebabnya
              tiadalah salah pandang pertama
              biarkan waktu yang menjawabnya




MONOLOG
MASIH KU MENANTi

Genggamlah
Genggam erat jangan kau lepas lagi
Agar dapat kurasa lembutnya cintamu
Dekaplah
Dekap kuat jangan kau pergi lagi
Agar masih kurasa hangatnya kasihmu
Disini aku masih menanti
Genggamlah dekap lah
Jangan lagi lepas
Jangan lagi pergi
Ku selalu merindukan
Genggaman lembut cintamu
Dekapan hangat kasih mu


UJUNG RINDU

Terkadang dalam cinta
Air mata jatuh berderai
Hapuskan semua rasa
Diantara kabut asmara bertikai
              Terkadang dalam rindu
              Mempesiangi benci dan ragu
              Bertahta makna cemburu
              Bermahkota haru pilu
Bagai asmara yang penuh gelora
Cinta Selaksa bara yang panas
Curiga menyelimuti hati menyinta
Diantara kisa bahtera nan luas
              Pedih rindu sepahit empedu
              Perih rasa tertoreh sembilu
`            dalam cinta di ujung rindu
              Dalam dusta berakhir pilu

HILANG

Masih selalu kuingat
Manisnya senyum bibirmu
Buat hatiku Teramat
Sangatmerindu
              Masih membekas dalam angan
              Rajuk mesra sapa candamu
              Bayang rindu tiada kutahan
              Hadir selalu datang mengganggu
Dari caramu menatapku
Gaya bicaramu
Tutur katamu
Semua tentangmu
              Sungguh aku rindu
              Rasa ini tiada berubah
              Masih cinta
              Rindu ini masih tersisa
              Terus bergemuruh
Untuk yang pernah tersayang
Dari kisah yang dulu hilang
Bagai rintik hujan malam syahdu
Hapuskan jejak sang perindu
Tergenang dalam angan kelabu
Muara rindu di biduk hatiku


MALAM SUNYI
Malam sunyi
Bagai dedaunan kering yang berguguran
Laksana nyanyian kemarin yang memilukan
Satu cerita cinta yang sungguh sangat menyakitkan
Dari kisah asrama menorah perih menyayat hati
Simponi tinggal bekas lembar usang
Berserakan tanpa tidak dipungut tangan
Hanya sisa yang kini tinggal serpihan
Dan tak lagi layak untuk dibilang
Malam sunyi . . .
Dibalut kelam yang enggan bercengkrama
Berselimut bulan dalam bias warna hamper pudar
Diantara kerlip bintang buram durja
Nyanyian sepi diujung ujar
Pedam hati
Malam sunyi lagi sepi menyayat hati



















BIODATA PENULIS

Lahir di Dabo Singkep, kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan basar dikampung Sekopdarat ( Dabo Singkep ) beragama islam berjenis kelamin laki – laki.
            Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang sayuran dipasar kartini Kisaran dan juga pedagang di pasar Kaget ( Pekan ) disekitar kota Kisaran.
            Adapun beberapa karya tulis Iwan  Sekop Darat :
1.      Tentang Rindu                                                    ( Novel )
2.      Tentang Rindu 2                                                 ( Novel )
3.      Layang – layang Zaman                                     ( Novel )
4.      Fatwa Cinta                                                        ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
5.      Primadona Diujung Trotoar                               ( Novel )
6.      Madah Aksara                                                    (Novel dan Kumpulan Sajak )
7.      Tiang – tiang Aksara                                          (Novel dan Kumpulan Sajak)
8.      Do’a Simarjan                                                    ( Novel )
9.      Sulaman Aksara                                                 ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
10.  Dilema Hati Menyinta                                         ( Novel )
11.  Pasukan Pramuka                                                 ( Novel )
12.  Bilur – bilur tinta                                                 ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
13.  Buih Debur Riak Cinta                                        ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
14.  Bingkisan Ramadhan                                           ( Cerpen dan kumpulan sajak )
15.  Helai Rindu                                                          ( Cerpen drama dan kumpulan sajak )
16.  Nektar Cinta                                                         ( Novel )
17. Bumi Segantang Lada                                          ( Drama dan Kumpulan Sajak )
18. Sejuta Warna Bougainvillea                                 (Drama cerpen dan kumpulan Sajak)
     (Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
19. Celah Sukma                                                         ( Drama dan Kumpulan Sajak )
20. Derau – derau Hati 1                                            ( Novel dan Puisi )
21. Derau – Derau Hati 2                                            (Novel dan Puisi )
22. Just Me And My God                                           ( Kumpulan Puisi, Drama dan Cerpen )