TINGGAL AKU
Batang usiaku kian berlalu
Meniti waktu tiada bisu
Menggelitik cumbu di
urat malu
Seikat rayupun telah
berlalu
Secupak kata tiada cukup
sesukat
makna tiada lengkap
semilir
angin malam pengap
menghitung
kelam dalam hisab
Ikutkan hati . . . mati
Ikutkan rasa . . . buta
Hanya seikat rindu
dalam cinta
Tinggal aku
Dalam dingin sunyi sepi
Tinggal aku
Dalam gundah resah gelisah menerpa
Tinggal
aku
Dalam dalam pendam remuk redam terendam
Tinggal aku . . . tinggal aku
Dipenghujung waktu
BAYANGNA KATA
Hebat ilmu dari membaca
Hebat menuntun diruas
kata
Adat wudhu jari mulia
Adat rukun harus
sempurna
Berkah ibu berkah dunia
Sekebat buku seikat kata
Apakah ilmu jadi berguan
Dibuat menipu lagi berdusta
Sampan rakit berkelang
– kelang
Menarik selang
malam-malam
Jangn sakit dibilang
bilang
Selagi senang
berdiam-diam
Angan pengap gelap gulita
Laksana malam tiada pelita
Jangan cakap emas permata
Jika didalam perut dunia
Seumpama rebut merebut
Soal kenyang maka
temberang
Tiada guna
disebut-sebut
Amal hilang pahala
kurang
Berlari pagi-pagi
Menunggu disiang hari
Mencuri dari perigi
Tentu nanti rugi sendiri
Papan menyangga cungkup
Dindingnya tiada
bertingkap
Seumpama tiada cukup
Sepiring tiada lengkap
Benalu disemak-semak
Berbelah dahan kuini
Mengadu kepada emak
Membela kepada bini
HANYA AKU DAN TUHAN
Hanya aku dan tuhanku
saja
Yang tau isi dalam dada
Rasa dalam sukma
Bisik hati dalam jiwa
Hanya aku dan tuhanku
saja
Yang lain mereka-reka
Mereka menduga-duga
Terkadang benar adanya
Tak jarang salah
menerka
Hanya aku dan tuhanku
saja
Yang tau semua
Apa yang ada dalam alam
fikirku
Bukan mereka bukan yang
lain juga
Selagi aku bertutur
rasa
Mereka hanya tempat
bertukar cerita
Yang lain tak ubahnya
pendengar cerita
Hanya aku
Dan tuhanku saja
ADA MAUNYA
Apa saja maumu, ku
turuti
Apa saja inginmu, ku
turuti
Apa saja . . .
Demi kamu
Ku lakukan
Yang seperti ini
Yang seperti itu
Disekitar kita sudah
biasa
Lagu lama
Itukan dulu
Sebelum melanjutkan
hubungan yang lebih serius
Hubungan yang diakui
Dalam hidup bermasyarakat
Itukan dulu
Berbagai cara mengambil
simpati
Dari sipemilik hati
yang dicinta
Kesan-kesan pertama
Biasa. . .
Lebih menggoda
Yach . . .
Lebih baik apa adanya
Jangan pura-pura
Hingga jangan disangka
Apa maunya
PESAN WAKTU
Aku genggam suara dalam
teriak yang keram
Tak tau dimana entah
memang aku yang sudah pelupa
Dari pori-pori malam
sayupku dengar saling bersautan
Memanggil satu nama
yang taka sing di telinga
Ku tengadah memandang
bulan dan bintang satu dua yang bersinar terang
Sedang aku mengejar
bayang yang hamper hilang
Tak kadang aku berpikir
Apakah waktu akan
menunggu dipersimpangan usiaku
Baik di pertigaan atau
di perempatan
Tak masalah bagiku
Namun tidak . . .
Waktu tak seperti apa
yang aku pikirkan
Ia sangant kikir,
pelit, dan perhitungan
Ia tidak menyisakan
sedikitpun untuk ku
Sekalipun aku tertidur
sementara atau selamanya . . .
Ia terus berlalu dan
tak mau menunggu
Waktu hanya berpesan
Jangan jemu
Terus ikuti aku
Jika ingin lebih jauh mengenal tuhanmu
HAWA NAFSU
Nafsu banyak maunya
Nafsu tak pernah merasa
puas
Andai
hati tidak bisa mengurungnya
Nafsu
merajalela
Jika
iman tidak menjaga
Nafsu
membabi buta
Dan
jika ikhlas tidak sempurna
Maka
jangan harap
Nafsu
dapat dipelihara
Sudah
punya satu mau dua
Sudah
dapat yang ini yang itu juga
Beli disini disana juga
Tukar disini disana juga
Maunya semuanya
Tak ada cukup-cukupnya
Tak ada puas-puasnya
Terlalu
megikutkan hawa nafsu
Jadi
gelap mata
Buta
hukum agama
Badanpun
bisa binasa
Maka
peliharalah hawa nafsu
Agar
hidup tidak celaka
PANGGUNG POLITIK
Suatu
pementasan dalam sandiwara kekuasaan
Panggungnya
bergelimang surat bergejolak urat
Imprivisasi
Argumentasi
Opini
Dan inovasi
Semua
dirangkum dalam satu strategi
Dengan
misi melempar janji-janji
Dan
visi menjaring koalisi
Panggung politik
Penjaraan peran dan karakteristik
Mencari simpatik
Dalam plot yang dramatic
Panggung
politik
Jika
tak ingin dikritik
Jangan
mengumbar janji yang menggelitik
Dengan
iming-iming kripik
SYA’IR ORANG GILA
Duduk
berdiri berjalan berlari
Bernyanyi
berjoget bergoyang menari
Alamat
tanda pikiran terkunci
Tiada ingat yang tersirat
Seumpama akar putus urat
Bingung apa yang dibuat
Terkurung dalam satu tempat
Hati
teracuni pikiran tergelincir
Diruang
angan akal kocar-kacir
Hitam
putih mata ujung nadir
Berguam
komat kamit bagai mantra dan syair
Lupa bersyukur badan binasa
Tipisnya iman menjadi gila
Amalan setitik nafsu setimba
Raga terlilit akan celaka
Ilmu
ikhlas penawar bisa
Dalam
ruas celah sukma
Menghatur
sembah menghela doa
Kepada
zat yang maha sempurna
Awal jumpa
Deru
purnama regumpal saga
Saga
ditimbang buat pualam
Baru
pertama mengenal cinta
Lamun
terbayang setiap malam
Anai-anai elang dan kumbang
Bukan dipuji bak bidadari
Bagai angan selayang pandang
Pulang dihati akan menjadi
Awal
jumpa bertentang mata
Sepatah
kata bertutur sapa
Budi
bahasa luluh dan rasa
Rindu rupa terus terkenang
Siang malam terbayang bayang
Rasa
dihati bertabuh gendang
HATI ILMU
Mahir menenun tudung
payung
Celupka abu kuas pewarna
Sebutir embun diujung
daun
Cukuplah aku lepas
dahaga
Itik raja ibunya angsa
Tangan bertadah dalam tempayan
Setitik saja ilmu berguan
Akan berfaedah dikehidupan
Selagi nyawa tidak
mennggal raga
Belajar tiada mengenal
usia
Menimba dari yang paham
agama
Selagi mata dapat
membeda warna
Hendaklah ucap
mendengar rasa
Agar iman terpelihara
SIKULIT BUNDAR
Lama sudah ada dimuka
bumi
Pertama tercipta diawal
kaki menyentuhnya
Permainan dalam aturan
dan strategi
Yang terpenting saling
bekerja sama
Rahasia sikulit bundar
Laksana jari saling berbagi
Dilapangan hijau berputar-putar
Kesana-kemari untung rugi
Adu urat saling cepat
siapa takut
Siapkan tenaga jangan
sampai penat
Niscaya kelak tampil
jadi yang terhebat
Sikulit bundar diperebutkan kemana-mana
Dengan berbagai cara selagi dalam arena olahraga
Menyatukan rasa antara yang tua dan yang muda melihatnya
PUJANGGA PESOLEK
Pujangga pesolek
Berias dibelakang kaca
Melantunkan tembang
cinta
Sedemikian kata cantik
molek
Bertiang malam bergagang rembulan
Berdahan bintang berbuah angan
Menitih rembang surya gemilang
Syair rindu berbilang-bilang
Angkuh saku berdingin
beku
Pujangga pesolek
menginai jari
Umpama putik kelopak
sari
Mengunyah dingin dalam
bisu
Ruh nyawa jiwa sukma
Bersekat angan biduk kalbu
Haluan kemudi satu tuju
Dermaga impian bahtera cinta
Pujangga pesolek
Diam ragu layar tabir
Lacur bicara bidal dialek
Bertanam tebu dipinggir
bibir
Hanyalah semu awal dan
akhir
TASBIH JIWA
Kepadaku engkau bertanya
Siapa tuhanmu?
Yang member nyawa
ucapku
Kepadaku engkau
bertanya
Dimana tuhanmu
Diatas nyawa nyawa yang
ia ciptakan ucapku
Kembali dikau bertanya
“jika tuhanmu benar,
adakah saat ini ia dengar?
Ia maha mendengar
sekalipun siaramu
Kau simpan di bilik
kalbu yang terpagar
Di penghujung kata dikau
berujar
Merugilah diri bagi
yang tidak mensyukuri
Bertanya dalam kebodohan sendiri
Kadang kala budi
seperti
Kurang amalan keruhkan
hati.
BAKAL SENJA
Pecah semburat
Spectrum warna
Merona diangkasa
Surya tergelincir
sekarat
Rembang raya langit jiwa
Menggeliat terseok
Bergelegak erperosok
Jauh di lembah sukma
Petang – petang sudah
tiba
Lagi kusut suram muram
Dari kasut seikat anyam
Senja didepan mata
Sore layu angin layu
Mempesiang diri sejuk seram
Bermenung jauh dalam
Lipur hati sedih pilu
Sahaja letih sunggh
Surya sedater perut
laut
Pasti akan kelak turut
Tuntun satu pemegang
teguh
BUMI KITA
Bumi kita
Dunia anak cucu
Makin tua
Luluh lantak retak
seribu
Apa yang kelak tinggal
Masih sekarang terus di jagal
Ada juga penah
Sekarang saja hamper
punah
Yang dicari yang digali
Mencuri dari perut bumi
Bumi kita
Dunia anak cucu
Kelak mereka bertanya
Kemana hilang satu
Saturday
Bumi kita
Dunia anak cucu
Memelihara aksara
Agar kelak jangan rancu
Bumi kita
Dunia anak cucu
Ikhlas menjaga
kandungan ibu
DIKAU PAHLAWAN
Pahlawan urat
Pahlawan surat
Yang mengangkat senjata
Yang menggenggam tinta
Sama berjasa
Membuang kata penat
Untuk satu niat
Pahlawan dimedan pertempuran
Pahlawan
di gelangnggang kesusastraan
Yang
berperang gagah berani
Yang
berpedoman tak kenal mati
Sudah
dikau tunjukkkan
Dikau
perjuangkan
Dikau
teriakkan
Kenang – kenang kami yang mati
Bertaruh nyawa menjaga pertiwi
Senang-senang kami disini
Dari
tita darah sendiri
Salam
santun ku ucapkan
Untukmu
. . .
Dikau
pahlawan
WAHAI TARUNA
Wahai
taruna dikau laksana
Tunas
yang tumbuh dimuka bumi
Generasi
muda penerus bangsa
Harus
tangguh gagah berani
Duhai teruna bak mekar bunga
Mekar abadi tak layu lagi
Pergegas aksara perdengar suara
Di taman hati dikau terpatri
Teruna
jaya berpeluk budaya
Adab
santun cerminkan diri
Selagi
muda penuh tenaga
Sepantun
rasa cintakan negeri
Wahai taruna hapan jiwa
Segera menyusun bentuk barisan
Duhai pemuda pewaris nusa
Letak anjungan rentak gugusan
SEBUAH MAKNA
Sebatang
pena
Segenggam
tinta
Sebilah
aksara
Segaram
kata
Pelipur
lara
Sedahan
rasa
Secuil
warna
Seranting
cinta
Semburatnya
asmara
Candu
dunia
Dalam genggam tinta
Sebatang pena memilah aksara
Dari
untaian kata
Bak
hilang dahaga
Pelipur
lara
Dalam
secuil warna
Sedahan
rasa menjaga ranting cinta
Dari
semburat asmara
Terkurung
dalam gelora
Canda
dunia
BA’DA
Jika
nanti wa ad
Gemerincing
tanzil sejuk jiwa
Sekarat-sekarat
sifat
Dari
ahkam dunia
Hidup sesudah hidup
Meniti mati ditengahnya
Tuah badan penuh amalan
Iimpahan karunia imbalannya
Sesudah
yang belum pernah
sesudah
yang menjalani
bersungguh niat tawajuh
bersungguh
membekali
adapun ia pasti tiba
tak tentu musti ia datang
berbagai cara ia menyapa
selagi dimana ia berkumandang
ba’da
hidup ba’da mati
apa
saja yang ka bawa pergi
DIBILANG GAYA
Kau
ini ada-ada saja!
Masak
yang ini kau bilang gaya
Tren
sekarang kaula muda
Bahan
pakaian kurang semua
Kau ini kurang kerjaan!
Berjingkrak seperti kesetanan
Kau bilang pulak anak jaman
Padahal kulihat
Macam cacing kepanasan
Aih anak manusia!
Memanglah penuh warna
Ingin tampil beda
Tak harus juga disangka
gila
Aih anak muda!
Memanglah berjuta karya
Ingin tampak gaya
Tak harus juga meniru yang tak berguna
DRAMA “ IKHTIAR “
Tak disangka yang tadinya panas
menyengat ditimpa sinar matahari yang
sumringah menelanjangi bumi, kini terhapus oleh hujan yang datng tiba-tiba,
tiada tampak tanda mau hujan, langit cerah sementara awan masih menari riang,
didalam ruang kelas siswa-siswi yang sebelumnya merasa gerah oleh panasnya
bumi, sedikit merasa lega denagn kedatangan sang hujan. Ini hari pertama para
siswa menjejakkan kakinya kembaliu setelah libur panjang akhir semester
kenaikan kelas dan kelulusan. Dibangku sekolah, tepatnya SMAN 1 DABD Jingkep.
Kata orang tua-tua dulu jika kita memulai sesuatu disertai datangnya sang
hujan, alamat niat akan terkabulkan, semoga saja apa yang diinginkan dan
diharapkan para siswa dapat tercapai dan terkabulkan semua, amin. Lonceng tanda
belajar usai telah dibunyikan bapak penjaga sekolah. Dengung suaranya yang
biasa memekakkan telinga seakan tersumbat dengan cerah hujan yang sangat lebat namun
rambatan suara lonceng tersebut masih dapat didengar para siswa. Tenaga
pendidik yang tak lain wali kelas baru, dikelas 3A2 (Biologi)
memberitahukan kepada siswa untuk memberesi perlengkapan sekolah masing –masing
agar tidak ketinggalan, karena pada hari pertama ini proses belajar masih belum
aktif benar, maka para siswa lebih awal pulang dari pada hari biasanya. Setelah
do’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing, sang Guru pun keluar dari
kelas, beberapa siswa ada juga yang mengikutinya dari belakang, kembali pulang
kerumah masing-masing dengan menerobos hujan yang membasahi bumi, sementara
siswa yang lain masih tetap bertahan didalam kelas berharap hujan reda, agar
tidak kebasahan pulang kerumah. Sekedar bertutur sapa, saling bercanda,
bertukar cerita dengan senyum tawa ceria.
Dolah masih merapikan bukunya
kedalam tas sekolah, tangan kanannya merogoh dalam tas tersebut seakan-akan mencari sesuatu, dengan
mimic wajah sedikit kebingungan.
Secara beramaan Ujang dan Mamat menghampiri Dolah
sahabatnya.
Ujang : “Assalamu’alaikum, brade” Pehal Nampak bingong je tuh!
Dolah :
“Waalaikumsalam, wai, aog mang, perasaan kawan, semalam kawan tarok gule-gule
dalam tas
ini,
eh sekarang malah tak de, kemane og?” (dengan mimik wajah sedikit kebingungan)
Mamat : (Masih
dalam ekspresi wajah yang datar) “boco agaknye tas tu”
Dolah : “dak
la mat, dak boco pun tas ni.”
Ujang : “ai berantu
agaknye tas tu!” mustilah betingok dengan orang pinta!”
Mamatpun tersenyum melihat ujang menautkan alis
matanya, ia tau Ujang lagi bercanda, sementara Dolah hanya nyengir kuda.
Dolah : “hah,
kau ngaton kawan je
jang.”
Sambil Dolah menutup tas sekolahnya menatap sekilas
Wajah mamat dan Ujang
Mamat : “Perai
ni, apeje kerje dol.”
Ujang : “Aog,
tak Nampak batang idong selame perai ni kat lapangan”
Dolah :
“Buat dodol (Sambil tersenyum) dak lah, kelaot jareng ikan bantu Bapak”
(Kembali Dolah Berujar)
Dolah : “oi,
mat, ngape muke awak tu agak pucat, sering begadang ye.”
Ujang : “ai
dol, awak tu macam dak tau je perangai
kawan kite seeko ni, tukang ngorat, paling diye
ngayal, macem mane oug nak dapatkan mak jande kat simpang tige
tu.”
Dolah :
“pantang jang, ngate orang tue latah tu kelak awak kualat, sumbeng ae lio padan muke.”
Mamat : “ntah
lah, Ujang ni! Nak kene ganyah mulot tu dengan
parot nio, barulah die sada, die ape
Kurangnye, tau kau do!! ( dengan mimic wajah
menatap Dolah ) due ari lalu jumpe aku kat lapangan tu, nak tau ape kerje die,
maen lelayang macam budak-budak je.”
Ujang : “eit, mat! Awak jangan salah sangke, waktu
tu, kawan nemankan adek kawan, maen layang-layang die dak pandai sangat, jadi
kawan bantulah siket ajakan deie maen lelayang.”
Mamat :
“tingoklah dol, sok bele diri konon, kalau ngaja-ngaja aje, dak pulak lah telulung menjeret, tepekek,
tepekau, tereek, uloo, tereek, ulooo, sambel lari-lari dak pakai baju,
dak pada umo lah tue,” (Dolah hanya tersenyum mendengar candaan kedua
sahabatnya)
Ujang : “inilah
tungongnye awak, mat,
kalau maen lelayang,
mustilah, kene sebot terek ulo tarek ulo,
kalau kite sobat maju mundo, berarti kawan
kat parkiran , jadi tukang parker, hahaha…”
(Beberapa siswa yang mendengar
pembicaraan tiga sahabat tersebut ikut tersenyum) menahan geli dengan candaan
mereka.
Dolah : “aok mang mat, betol
geg kate Ujang tu ha…ha…ha…”
Mamat : “mang
betuah betuah budak bedue ni!” Moge je dose-dose die orang diamponkan yang mahe
juase!.”
(Secara serempak ujang dan dolah mengucapkan kata
amin sambil meraup muka)
Ujang : “Oh
ye,” dol, kawan nak nanye satu perkara, kalau kalau kite kat laot, pas masok
waktu isya, camane kite nak tau arah kiblat yang betol tu?.”
Mamat : itulah
awak jang, kalau nonton tipi asek pilem perang teros, dak jade-jade kalau dak
pilem perang, pilem kekaton
donal bebek, sesekali macam kawah! ( mamat seolah-olah menggantungkan
bicaranya)
Ujang :
(dengan ekspresi agak kebingungan) “tau rupanye awak mat?” agik pon ape sangkot paotnya arah kiblat
dengan pilem kekaton!
Mamat : kawan
mang kurang paham awak jang suke nonton pilem kekaton bile mase pilem popay,
kawan kasi saran, awak mustilah tanyekan pakcik popay tu arah kiblat, diekan
pelaot kat tipi tu . . ha..ha..ha..
Ujang :
hm…hm…hm… lawa muke! Tampa sekali bepuseng biji mate !
(mamat dengan dolah kembali tertawa)
Dolah : dak
sude-sude ikac bedue ni asek tegingel teros, keram urat perot ketawe,,,
(Dolah member waktu sejenak untuk membangun perkataanya)
Dolah :
kalau soal awak tanye tadi kawan memang kurang paham, Cuma ade bapak kawan
bilang, bile mase kite berade kat laot, kite mustilah berikhtiar untok
menyempurnekan arah kiblat yang betol, disampeng itu kite musti juge faham
siket-siket ilmu falak,
atau ilmu tentang perbintangan, bile ade mase, same-same kite tanye, bapak
kawan, care menentukan kiblat dengan meningok rasi bintang kat langet tu… bapak
kawan faham.
U jang : “ie
lah Dol…! Boleh juge tu, bile ade mase kite tanye bapak awak dol!
(Ujang pun mengalihkan pandangannyakepada Mamat
sambil berucap)
Ujang : “denga
tu berok utan! Musti tau kite ningok bintang kat langit bukan macam awak tu
mat, perangai dak senunoh, disuroh tingok bintang kat langit, kau orang malah
tingok mak jande bintang kat simpang tige tu, mang budak betuah
(Dolah dan teman-teman yang masih didalam kelas ikut
tertawa mendengar lelucon Ujang)
Mamat : ai
sedap je kate kawan berok utan, macem die lawa sangat , sada siket ulat bulu, jangan nak merepet je cerite, dari
tadi awak cakap nek bintang, agaknye ade rase tependam ke awak same nek
bintang, kalau mang je bia kawan jadi posnye, dak mahal ongkosnye, ae putih
segelas je. Ha. . . ha. . . ha. . .
Dolah :
Naseblah kau orang bedue ni asek ngate-ngate orang tue tu, tesedak pulak nek ngah tu, ikak sebot-sebot
namanye. Pantang lah ngate-ngate orang tu, kelak jadi kualat ha,,, ujan pun dah
mulai rede paling gerimis siket je, ayoklah kite balekdah lapa perot.
Ujang :
Ayoklah wai
Mamat : a ok yok
lah kite jump
(Akhirnya ketiga sahabat itu meninggalkan ruangan
kelas dengan wajah tersenyum dan pulang kembali kerumah masing-masing)
IMPIAN DOLAH
Lagu Cipt :
Iwansekop Darat
Sidolah bawak bola
Goring kiri goring kanan
Bukan goring [isang
Bukan juga goring bakwan
Sidolah
jarang bebaju
Selua
bola cume Satu
Dak
punye sepatu
Apalagi
baju baru
Memang boleh tahan kalau ditanah lapang
Garang dolah menyerang
Jadi jangan heran banyak yang ketakutan
Tendangan dolah macam peluru senapan
Reff
Sidolah
budak kecik, dibilang besa belum lagik
Tapi
macam lade kecik, pedasnya sampai mendelek
Sidolah punye mimpi, jadi pemain PSSI
Mengharumkan
name negeri, tanah ibu pertiwi
Sidolah anak pulau, keliling kampong jual bakpau
Jagok main takrau, jagok juge jurus kuntaw
Sidolah dak punye tipi, jadi pegi kerumah siti
Ditingkap berdiri, hobi nonton bola kaki.
PEMUDA
Apa yang kau tunggu pemuda
Terus maju
Terus pacu
Sorak kami dalam semangat mu
Riuh gempita raya
Bangun
pemuda
Doa
kami dipundakmu
Laksana
biduk
terus
kayuh
Simpul peluh
Jangan diam duduk
Bagai bintang sinar yang terang
Terus mengembang
Dan
jangan padam
Pemuda
. . . engkau teruna ahli waris muda
Pemuda
engkau laksana
Butiran
mutiara
MENANG – KALAH
Jangan lemah
Kalau sekali kalah
Terpenting usaha
Menang kalah lumrah
Jangan
bangga
Kalau
sekali juara
Terpenting
jaga
Menang
kalah biasa
Gagah dimedan laga
Daya upaya
Semampu bisa
Terus berdoa
Seorang kesatria
Tegak
kelapa
Berlapang
dada
Jadikan
pelajaran yang ada
Kembali
semua
Berpulang
pada-Nya
BELADA KEMISKINAN
Menangis dibalik baju pengemis
Lagi robek lusuh kumuh
Miris hati isak tangis
Disebalik keruh gemuruh
Tadah
tangan kasihan tuah
Sedikit
uang harap hati
Dan danan kemiskinan
Mengiba kan diberi
Ah, jadi lading usaha
Duduk tenang menghasilkan
Tiada sesulit pekerjaan
Sketsa
alam gambaran lingkungan
Duduk
tenang menghasilkan
Nanyian
baru seikat debu
Tarian
baru rentak seribu
Dari muda berusaha
Jangan lengah tua nanti
Taunya ngemis sepanjang hari
GEMURUH CINTA
Rintik hujan satu-satu
Membasuh jalan mengusap angan
Ditimpa bayang sejuk seram
Sedang kalbu tiada tentu
Gerimis
senja dilangit merona
Nyanyian
sukmaku terhimpit rasa
Gelegak
jiwaku ditelan gelora
Di
lautan asmara bahtera cinta
Tembang di kaki pelangi senja
Kudung sunyi lantunan mimpi
Bertongkat harap menjadi
Di sanubari menumpuk rasa
Karam
disamudra keinginan
Menanti
jawaban tak kunjung datang
Tergenang
diusap keheningan
Menjadikan
hasrat yang terabaikan
KAKI BOLA
Mata bola liar
Melosat gusar
Kaki bola keram
Merapat diam
Tehnik
sepak
Taktik
tepak
Di
kaki bola melayang telak
Jauh
terbang
Hunuskan terjang
Ambil satu kesempatan
Dari kelalaian lawan
Dengan perhitungan
Menyelesaikan
pekerjaan
Untuk
satu kemenangan
Yang
indah
Dibawa
pulang
SEMANGAT BARU
Lama kau tertidur
Ditimpa bangkahan kemunafikan
Tiada yang mau peduli
Dalam kelelapan
Semangat hilang sel nadi kendor
Urat-urat
nyali berputusan
Tiada
pemerhati agar kesohor
Wadah
pembinaan belum terwujudkan
Baru kau tunjukkan
Bukakan mata dunia
Layak diperhitungkan
Aksimu dimedan laga
Semangat
baru
Teruna
jaya
Maju
terus
Indonesia
raya
Bangulah dari tidur
Jangan lagi lesu
Semangat pantang mundur
Tanda muda bangsaku
BARISAN GARUDA
Lagu Cipt : Iwan
SekopDarat
Lihat semangat kami didada ini
Berkobar riap berapi-api
Melangkah dengan pasti taklukan mimpi
Harumkan nama ibu pertiwi
Tabuhkan
gendering siap kami menyerang
Dengan
penuh semangat juang
Sampai
titik penghabisan kami siap bertahan
Agar
tampil jadi pemenang
Dibumi khatulistiwa, gagah barisan garuda
Tunjukkanlah pada dunia, sepak bola Indonesia
Reff
Merah putih berkibar, di penjuru dunia
Semangat berkobar barisan garuda
Berlatih usaha, jangan lupa berdoa
Agar tampil jadi juara
Gol. . . gol. . . barisan garuda
Gol. . . gol. . . kita pasti bisa
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
BARISAN GARUDA 2 Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
Barisan garuda maju terus pantang mundur
Semangat jangan kendor kita siap tempur
Barisan garuda penuh mental juara
Gagah dimedan laga
Siapkan
diri mantapkan strategi
Semangat
raihlah prestasi
Putra-putri
bangsa Indonesia tercinta
Bangkitlah
kita pasti bisa
Reff
Barisan garuda gagah dimedan laga
Barisan garuda buat lawan terpana
Barisan garuda berlatih dan berdoa
Barisan garuda merah putih tercinta
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
GARUDA MUDA
INDONESIA
Lagu Cipt : Iwan
SekopDarat
C G C
Garuda muda Indonesia, barisan gagah perkasa
C G F C
Gauda muda Indonesia, tunas bangsa tampil juara
F C G C
Bangkitlah pemuda, barisan garuda, masa depan negara
F C
G F C
Majulah pemuda, barisan garuda, bersatulah selamanya
G C F C F G C
Garuda muda Indonesia, barisan yang gagah perkasa
G
C F C F G C
Garuda muda Indonesia, barisan tunas bangsa tercinta
C G C
Garuda
muda Indonesia, barisan pantang mundur
C G F C
Garuda
muda Indonesia, barisan pantang mundur
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
SAJAK SANG PUNAI
Terbang jauh dikau punai
Terbang jauh berandai – andai
Tepakkan sayapmu biar pandai
Jangan disangkar terbuai-buai
Melayang
tinggi keangkasa
Melambung
jauh menembus mega
Harap
daku turut kesana
Melihat
pelangi lagi terunda
Laying sayapmu siap menuju
Terbang rendah menghisap madu
Ranting dahan penahan bisu
Bertengger jua dalam hatiku
CERPEN
BUAH DARI
KEJUJURAN
Dengan melaksanakan sholat fardhu,
hati Ucok merasa lebih tenang dan lebih nyaman, seperti malamini selesai
melaksanakan sholat isya Ucok berdoa kepada yang maha Kuasa agar diberi
kesehatan jasmani dan rohani, dimudahkan rezeki juga tak lupa Ucok mendoakan
kedua orang tuanya atas keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Dan juga
selalu dalam limpahan karunia Allah SWT. Amin ya robbal alamin.
Terdengar suara batuk-batuk dari
ruang kamar ibunya, seger Ucok menuju dapur, mengambil segelas air putih dan
berjalan ke kamar bunya dengan hati-hati Ucok menyingkap tirai tua yang
warnanya telah pudar, di pembaringan tergolek wanita paruh baya dengan wajah
yang pucat, Ucok pun datang menghampiri ibunya sambil berkata “mak, minum dulu
mak, biar batuk mamak agak berkurang.” Ibunya menerima segelas air putih yang
disodorkan Ucok anaknya “terimakasih Cok” ucap ibunya. Isi gelas tersebut telah
berpindah kedalam perut wanita tua itu. Kini sedikit terasa nyaman
dikerongkongannya.
Disisi
pembaringan Ucok memijit-mijit dengan lembut kaki ibunya. “Mak, kalau lagi
kurangsehat istirahat dulu jangan dipaksa, nanti sakit mamak makin bertambah.”
Si ibu hanya mengangguk kecil, ia coba menata satu senyum yang tak lagi muda,
agar Ucok sang anaknya tidak terlalu khawatir akan keadaanya.
Ibu siucok bekerja sebagai buruh
harian di perkebunan sawit, ia seorang janda ditinggal mati suaminya sepuluh
tahun yang lalusewaktu ucok masih berumur 8 tahun, dengan tegar seorang diri
sang ibu membesarkan anaknya dari mengambil upah harian, membantu orang
berjualan dipasar, atau biasa disebut pajak oleh orang kisaran, medan dan
sekitarnya. Sebagai buruh harian di perkebunan sawit, semua pekerjaan yang
halal ia lakoni, tidak ada kata penyerah dalam hidupnya demi menyekolahkan
anaknya.
Siucok anak yang baik, pintar dan
rajin ia baru satu minggu tamat atau lulus di salah satu Sekolah Menengah Umum
Kota Kisaran, Ucok adalah nama panggilan atau nama sapaannya, nama sebenarnya
adalah Togar Harahap , sebenarnya Ucok sangat ingin melanjutkan sekolahnya
ketingkat yang lebih tinggi tepatnya dibangku kuliah Universitas Asahan, namun
Ucok sadar dengan perekonomian keluarganya yang tidak sanggup membiayai
keperluan dan kebutuhan di perguruan tinggi. Dalam hai Ucok berkata “suatu saat
nanti aku akan kuliah sambl bekerja, aku akan menyisihkan uangnya demi meraih
cita-cita.”
Dari ibunya, Ucok banyak belajar
tentang perjuangan hidup, ketegaran dan kejujuran, baik di Sekolah maupun di
lingkungan tempat tinggalnya, Ucok sempat disenangi oleh orang-orang dari yang
tua sampai yang tua sampai yang muda karena keramahan sopan santun dan budi
pekerti yang dimiliki Ucok.
Malam makin merambat pelan, suara
kendaraan bermotor tidak lagi membisingkan, dengan tetap teduh sang ibu
memerhatikan anaknya yang sedang mengurut kakinya.
“Ucok, sudah
malam, istirahatlah,”
“iya mak.” Jawab
Ucok, ucok pun menyambung perkataannya
“mak, Ucok mau
cerita,”
“cerita apa
Ucok” ujar sang ibu
“tadi siang mak
sewaktu ucok di apotik membeli obat mamak, Ucok bertemu Bapaknya si Anggi, Bapak sianggi menawarkan pekerjaan.”
“kerja apa cok”
Tanya sang ibu lembut
“bantu-bantu
dipajak mak,”
Si ibu menatap
iba anaknya, yang baru saja lulus dari sekolah, disaat ini anak-anak yang
seusia Ucok pastilah sibuk mempersiapkan diri, belajar untuk masuk di perguruan
tinggi yang mereka inginkan, Sementara Ucok anaknya hanya mampu ia sekolahkan
ditingkat SMU saja, tak terasa sebutir air mata tergenang dikelopak mata wanita
paruh baya itu.
“menagpa melamun
mak?” ucap Ucok pelan
“eh, taka pa-apa
lah Ucok, jadi apa kau bilang?”
“nantilah pak
Ucok ceritakan dulu sama mamak,”
“o. . . “ sahut
sang ibu datang
“Bapak si anggi
nawarkan kerja, karena sebelumnya dia sudah nanya mak, apa kegiatan sekarang
setelah lulus sekolah.” siucok diam sejenak lalu kembali berkata
“Ucok bilang
lah, belum ada amang boru, rencana cari-cari kerja lah, siapa tau nanti suatu
saat bisa kuliah”
“jadi mau kau
kerja cok, bantu-bantu di pajak?” selidik ibunya
“maul ah mak,
tapi mintak izin dulu lah sama mamak, nanti uang kerja ucok, Ucok tabung biar
bisa kuliah, kalau dapat Ucok kuliah sambil kerja mak”
Sang ibu
tersenyum bangga melihat semangat putranya dalam hati sang ibu berdoa semoga
tuhan memberi jalan untuk ketekunan dalam kemuliaan hati anaknya.
Sang ibupun mengangguk pelan
mengizinkan Ucok bekerja membantu-bantu Pak Boris Sinaga ayahnya Anggi
berjualan dipajak. , dulu sang ibupun bekerja membantu-bantu pak Naga panggilan
akrab ayahnya Anggi berjualan dipajak, dengan kejujuran yang dimiliki juga
rajin dan terampil, keluarga pak naga sangat menyukai hasil kerja ibunya si
ucok.
Merekapun sangat menyayangkan
disaat ibunya si Ucok mengundurkan diri atau berhenti bekerja sama pak naga,
dikarenakan factor usia dimana Ibu si Ucok sudah tidak begitu tahan lagi kena
angin malam maka saat ini ia bekerja sebagai buruh harian di perkebunan sawit,
sewaktu di pajak, ibu si Ucok harus berangkat kerja jam 4 subuh dan pulang
kerumah jam 12 siang, Pak Naga berjualan di pajak kartini, atau biasa di sebut
pajak pagi, cukup lama pekerjaan ini ibunya siucok lakoni, dari Ucok kelas 3 SD
sampai tamat SMP, saat itu Ucok lebih sering dititipkan sama tetangga.
Sementara saat ini, ibunya si Ucok
tidak lagi harus bangun subuh-subuh lagi karena di perkebunan sawitibunya si
Ucok bekerja mulai dari jam 07.30 pagi sampai dengan jam 12 siang, walaupun
upaknya tidak sebesar upah sewaktu di pajak, tetapi cukuplah seadanya menutupi
kebutuhan mereka.
Pak Naga berharap dengan sifat dan
sikap terpuji ibunya ucok menurun pula pada si Ucok putra sang ibu yang dulu
lama bekerja membantu mereka berjualan di pajak.
Ucok sangat senang mendengar
jawaban ibunya yang mengirimkan Ucok bekerja sama Bapaknya sianggi. Tak lupa
Ibunya mengingatkan dan member nasihat agar Ucok harus jujur, ramah, baik, juga
sikap tingkah laku, dan sopan santun harus dijaga. Ucokpun beranjak dari kamar
ibunya berjalan menuju ruang kamarnya, sebelum memejamkan mata masih
disempatkannya memetik dawai gitar sambil bersenandung pelan.
AKU SAYANG
PADAMU
Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
Dabur buih dipanatai kota ini
Hembus angin sukma
Berteman malam dingin kusendiri
]tanpa bulan bintang disini
Huo . . . huo . . .
Reff
Semua
tiada berubah kumasih saying padamu
Semua
yang kulakukan agar kau tahu aku saying padamu
Buih
pantai leburkan rasa
Kenangan
bersama
Hembus
angin menembus sukma
Kala
tak bersama
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
Dari
dalam kamar sebelah sang ibu hanya tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala
mendengar ucok mengyanyikan lagu dengan suara yang sangat lembut. Tak lama
ucokpun terlelap dalam mimpi dan cita – citanya dibuai oleh redup bulan dan sinar
bintang diperaduan malam nan syahdu.
Subuh-subuh
sekali ucok sudah bangun dan berangkat kepasar, hari ini adalah hari pertama
Ucok bekerja di kios pajaknya pak Naga, bukanlah suatu hal baru bagi ucok
bekerja tersebut, karena sebelumnya jika hari libur sekolah ucok sudah biasa
membantu ibunya yang dulu masih bekerja kios pajak pak Naga. Pak naga juga
sering member ucok sekedar uang saku sekolah sewaktu ucok membantu memebereskan
barang dagangannya. Pak Naga berjualan sayur mayor di pasar kartini.
Subuh-subuh sekali mereka telah membuka dan merapikan barang dagangannya, semua
macam jenis sayur mayor ia jual dari kubis, wortel, sawi, bayam, paria, timun,
cabe, bawang dan lain-lain.
Pak
Naga dan isterinya sangat senang dengan hasil kerja ucok, ucok sangat pandai
dan terampil dalam mengelola barang dagangan Pak Naga. Para pelanggan merekapun
makin bertambah. Anggipun putri dari pak naga ikut membantu dipasar disaat hari
libur atau tidak masuk kuliah. Dari seringnya mereka bersama, diam-diam anggi
telah jatuh hati pada ucok. Sementara ucok selalu mencoba menepis jauh-jauh
perasaan yang tidak bias ia bohongi itu. Ucok sadar atas perhatian anggi yang
sangat lebih pada dirinya namun selama ini ucok selalu menganggap Anggi tak
lebih sahabat kecilnya. Teman bermain diwaktu kecil, sohib akrab dimana mereka
masih menimba ilmu dibangku sekolahan baik itu dari SD, SMP, dan SMU, Ucok
belo\um berani terlalu jauh berangan – angan dan berandai-andai mengerai
perasaan hatinya, baginya yang terpenting saat ini membenahi kehidupannya, dan
meraih cita-citanya, soal hati ucok berusaha untuk tidak memperdengarkannya
dulu. Ia curahkan perasaannya lewat petik dawai gitar dan lagu yang ia
ciptakan.
BUNGA CINTA
Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
Dari rindu kusabar menunggu
Dari cinta kutetap setia
Mengenalmu sungguh ku bahagia
Rasa dalam dada berbung. . .
berbung
RF
Aku jatuh cinta kepadamu
Sungguh aku saying pada dirimu
Biarkan saja orang berkata
Biarkan saja
Sungguh kutak bias melupakanmu
Sungguh ku tak bias jauh darimu
Jangan dengarkan kata mereka
Ku tetap cinta kau saja
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
Tidak terasa dua tahun sudah ucok
bekerja di pasar membantu Pak Naga berjualan sayur-mayur di kiosnya, ibunya
ucok tidak lagi bekerja sebagai buruh harian di perkebunan sawit, ia membantu
ucok bercocok tanam di halaman belakang rumahnya, ibunya ucok menanam cabe
rawit, mentimun, kacang panjang, terong dan tanaman palawija lainnya. Disamping
beternak ayam dan ikan lele, dengan upah yang diterima ucok, selain ia membeli
bibit-bibit ternak dan bibit-bibit tanaman, ia juga menyisihkan uang tersebut
untuk di tabung, ucok juga mempergunakan waktu dengan kegiatan-kegiatan positif
dan yang berguna.
Jika ia bekerja
di pasar mula pukul 4 subuh dan selesai pukul 1 siang, pulang kembali ke rumah
istirahat sejenak atau tidur siang. Maka jam 2 siang ucok membantu ibunya
merawat dan JHmemelihara tanaman dan ternak mereka, malam harinya ucok membuka
les privat bahasa inggris untuk anak-anak SD dan SMP di rumahnya. Anak-anak
yang belajar bahasa inggris dirumah Ucok cukup lumayan banyak. Terkadang mereka
belajar diteras rumah, dikarenakan ruang tamu rumah ucok tidak begitu luas, dan
tidak bisa menampung anak-anak yang sedang belajar tersebut.
Uang dari hasil
ucok mengajar selalu ia tabung untuk masa depannya, anggi juga sering
menyempatkan diri main kerumah ucok sekedar membantu ibunya ucok, dalam merawat
dan memelihara tanaman atau ternak milik ucok, terkadang anggi juga menemani
dan membantu ucok sewaktu ucok memberikan les privat bahasa inggris kepada
anak-anak. Sebuah nilai kejujuran dalam meraih cita-cita yang selalu ditanamkan
sang ibu kepada anaknya dalam meraih kesuksesan dan masa depan yang lebih
mapan. Dari doa sang ibucurahan kasih sayang yang tiada batasnya untuk sang
anak buah hati tercinta
Satu kisah dipersembahkan untuk
ibu-ibu sedunia dan satu lagu buat ibu tercinta.
KASIH MU IBU
Lembut kasihmu ibu, pancaran cinta
yang suci
Pengorbanan muibu, sinaran kasih
abadi
Curahan perhatianmu, sepanjang
hidupku
Limpahan kasih sayang mu, seumur
hidupku
Ho . . . o. . . o . . .
Reff
Bagai pelita yang menerangi,
perjalanan hidup ini
Bagai sinaran yang menyirami relung
hati
Laksana embun dipagi hari
Bening putih berseri
Laksana indah warna pelangi
Kasih abadi
Ibu
Lambing
sejati cinta yang suci
Ku
bersimpuh dikakimu
Yang
selalu mengashi
PANTUN BERKASIH
KASIHAN
Biji selaseh nampan belanga
Si ikan laga di paya-paya
Jikalau boleh abang bertanya
Adek jelita siapa yang punya
Si ikan laga di paya-paya
Dipaya-paya saling
bercanda
Adek
belum ada yang punya
Selain
ayah bunda tercinta
Jika wadah yang dikau pinta
Berselendang tangan menyangga
Jikalau sutah bertutur sapa
Salahkah abang bertanya nama
Bersandar tangan menyangga
Tanah
negeri tuah ampuna
Tiada
salah abang bertanya
Apalah
arti sebuah nama
Bunga seroja didalam pagar
Diambil satu anak malaka
Indah disapa nyaman didengar
Andailah tau sebuah nama
Diambil
satu anak malaka
Dijadikan
pewarna dalam belanga
Tanyakan
ayah bunda tercinta
Yang
memberikan adek sebuah nama
Ikan sembilang berenang-renang
Ikan lidah badannya pendek
Bolehkah abang datang bertandang
Sekedar bertamu kerumah adek
Ikan
sepat ikan sembilang
Yang
mana pendek yang mana lebar
Jikalau
niat abang bertandang
Pintu
rumah adek terbuka lebar
Berseri teluk kuantan
mempesona tanjung hulunya
satu lagi abang tanyakan
salahkah cinta pandang pertama
mempesona
tanjung hulunya
indah melayu itu sebabnya
tiadalah
salah pandang pertama
biarkan
waktu yang menjawabnya
MONOLOG
MASIH KU MENANTi
Genggamlah
Genggam erat jangan kau lepas lagi
Agar dapat kurasa lembutnya cintamu
Dekaplah
Dekap kuat jangan kau pergi lagi
Agar masih kurasa hangatnya kasihmu
Disini aku masih menanti
Genggamlah dekap lah
Jangan lagi lepas
Jangan lagi pergi
Ku selalu merindukan
Genggaman lembut cintamu
Dekapan hangat kasih mu
UJUNG RINDU
Terkadang dalam cinta
Air mata jatuh berderai
Hapuskan semua rasa
Diantara kabut asmara bertikai
Terkadang
dalam rindu
Mempesiangi
benci dan ragu
Bertahta
makna cemburu
Bermahkota
haru pilu
Bagai asmara yang penuh gelora
Cinta
Selaksa bara yang panas
Curiga menyelimuti hati menyinta
Diantara kisa bahtera nan luas
Pedih
rindu sepahit empedu
Perih
rasa tertoreh sembilu
` dalam
cinta di ujung rindu
Dalam
dusta berakhir pilu
HILANG
Masih selalu kuingat
Manisnya senyum bibirmu
Buat hatiku Teramat
Sangatmerindu
Masih
membekas dalam angan
Rajuk
mesra sapa candamu
Bayang
rindu tiada kutahan
Hadir
selalu datang mengganggu
Dari caramu menatapku
Gaya bicaramu
Tutur katamu
Semua tentangmu
Sungguh
aku rindu
Rasa
ini tiada berubah
Masih
cinta
Rindu
ini masih tersisa
Terus
bergemuruh
Untuk yang pernah tersayang
Dari kisah yang dulu hilang
Bagai rintik hujan malam syahdu
Hapuskan jejak sang perindu
Tergenang dalam angan kelabu
Muara rindu di biduk hatiku
MALAM SUNYI
Malam sunyi
Bagai dedaunan kering yang
berguguran
Laksana nyanyian kemarin yang
memilukan
Satu cerita cinta yang sungguh
sangat menyakitkan
Dari kisah asrama menorah perih
menyayat hati
Simponi tinggal bekas lembar usang
Berserakan tanpa tidak dipungut
tangan
Hanya sisa yang kini tinggal
serpihan
Dan tak lagi layak untuk dibilang
Malam sunyi . . .
Dibalut kelam yang enggan
bercengkrama
Berselimut bulan dalam bias warna
hamper pudar
Diantara kerlip bintang buram durja
Nyanyian sepi diujung ujar
Pedam hati
Malam sunyi lagi sepi menyayat hati
BIODATA
PENULIS
Lahir
di Dabo Singkep, kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan
nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan basar dikampung Sekopdarat ( Dabo
Singkep ) beragama islam berjenis kelamin laki – laki.
Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang
sayuran dipasar kartini Kisaran dan juga pedagang di pasar Kaget ( Pekan )
disekitar kota Kisaran.
Adapun beberapa karya tulis Iwan Sekop Darat :
1.
Tentang
Rindu (
Novel )
2.
Tentang Rindu
2 (
Novel )
3.
Layang – layang
Zaman (
Novel )
4.
Fatwa
Cinta (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
5.
Primadona Diujung
Trotoar (
Novel )
6.
Madah
Aksara (Novel
dan Kumpulan Sajak )
7.
Tiang – tiang
Aksara (Novel
dan Kumpulan Sajak)
8.
Do’a Simarjan (
Novel )
9.
Sulaman
Aksara (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
10. Dilema
Hati
Menyinta (
Novel )
11. Pasukan
Pramuka (
Novel )
12. Bilur –
bilur
tinta (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
13. Buih
Debur Riak
Cinta (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
14.
Bingkisan
Ramadhan (
Cerpen dan kumpulan sajak )
15. Helai
Rindu
( Cerpen drama dan kumpulan sajak )
16. Nektar
Cinta
( Novel )
17. Bumi Segantang Lada ( Drama dan
Kumpulan Sajak )
18.
Sejuta Warna
Bougainvillea (Drama cerpen dan kumpulan Sajak)
(Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
(Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
19. Celah Sukma (
Drama dan Kumpulan Sajak )
20. Derau – derau Hati 1 ( Novel dan Puisi )
21. Derau – Derau Hati 2 (Novel dan Puisi )
22. Just Me And My God ( Kumpulan Puisi, Drama
dan Cerpen )