Jumat, 11 Juli 2014

Kumpulan Puisi Sajak dan Cerpen " AJARI AKU SETIA " jilid II


BAGIAN 3
geliat Kota Medan yang tak pernah tidur terus berpacu dengan waktu, semakin hari semakin mempersolek diri, pembangunan disana-sini menunjukkan Kota Medan semakin berbenah diri, sore itu rintik hujan membasahi Kota Medan, sepasang anak manusia berlari kecil menuju kafe santai di salah satu tempat tongkrongan anak muda Kota Medan, setibanya didalam kafe tersebut Nila dan Alek memesan minuman dan makanan ringan, mereka tampak begitu mesra, Nila hanya menimpali dengan senyum datar setiap obrolan dan candaan Alek.
“ia, aku serius nih kapan aku bisa maen ke Kisaran sekedar kenalan sama keluargamu” ucap Alek dengan mimic serius, Nila hanya memandang gelas minuman yang ia pegang dengan kedua tangannya, tiba-tiba terbayang wajah Damai dibenaknya, lama ia termenung, sentuhan tangan Alek di punggung tangannya, menyadarkan Nila “eh, sorry lek aku jadi lupa jawabannya,” ujar Nila datar.
“kamu sakit la” selidik Alek dengan perasaan was-was. “nggak lek, aku sehat, mungkin agak sedikit lelah” jawab Nila. “o,,,, jadi bagaimana la tanggapanmu tentang pertanyaan ku tadi?”. “beri aku waktu lek, belum saatnya aku mengenalkan mu pada orang tuaku, kamu mengerti kan?” pinta Nila, Alek hanya mengangguk kecil tanda setuju dengan pernyataan Nila. Setelah hujan mulai reda Nila dan Alek meninggalkan kafe tersebut. Meninggalkan fikiran yang berkecamuk di benak mereka masing-masing.

BAGIAN 4
Damai merebahkan diri di pembaringannya, menatap flapon langit-langit kamarnya, pikirannya jauh menerawang pada satu bayang yang sangat ia cintai, entah apa yang dilakukan Nila saat ini, dua kali Damai coba menghubungi hp Nila, namun selalu dijawab tidak aktif dan diluar servis area, Damai beranjak bangun dan duduk di bibir tempat tidurnya. Sambil memetik dawai gitar, Damai mulai bernyanyi pelan.


            KUSAYANG PADAMU
                                                            Cipt : Iwan Sekopdarat

Debur buih dipantai Kota ini
Hembus angin menembus sukma
Berteman malam dingin kusendiri
Tanpa bulan bintang disini
Huo...huo...huo...

Reff
            Semua tiada berubah
            Kumasih tetap sayang padamu
            Semua yang kulakukan
            Agar kau tahu aku sayang padamu

Buih pantai leburkan rasa
Kenangan bersama
Hembus angin menembus sukma
Kala tak bersama

(lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian iwan sekopdarat)


            “BERTAMAN”
                                            Cipt : Iwan Sekop Darat
Coba untuk bertahan memahamimu
Mencintai dirimu apa adanya
Berkali kan kucoba untuk mengerti
Menyayangi dirimu sepenuh jiwa
Bertahan untuk setia
Selagi masih ada cinta
Menjaga hubungan ini
Mencoba untuk mengerti

Reff
            Sungguh sakit, hati merana
            Dirimu berdusta membagi cinta
            Sunggu perih kecewa
            Jiwaku tersiksa kau mendua rasa
            Tiada guna diri ini bertahan setia
            Sedang kau hanya memandang sebelah mata

(lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian iwan sekopdarat)

Pagi-pagi sekali Damai sudah bangun selesai sholat subuh ia berolah raga di halaman depan rumahnya, ayah ibu dan adiknya Dani juga sudah bangun, mereka memperhatikan Damai dari pintu samping. Ibu Damai menyiapkan sarapan pagi sementara Dani masih bergayut manja dipelukan sang ayah. Sinar merah membias diangkasa, semburatnya menggeliatkan makhluk-makhluk tuhan yang ada dibumi, sang surya masih tersipu malu dengan senyumannya yang ayu. Damai merasa cukup segar setelah melakukan sedikit olah raga kecil. Ia kembali masuk kerumah dan sarapan bersama keluarga, hari ini rencana si Damai setelah siap sarapan ia akan pergi ke bengkel pamannya sekedar bantu-bantu.
Dari depan terdengar suara ketukan pintu, segera ayahnya menyuruh sang ibu untuk membukakan pintu namun Damai langsung berujar “biar saya saja pak,” ayahnyapun hanya mengangguk kecil, Damai segera beranjak dari bangkunyadan berjalan menuju ruangan depan, dengan hati-hati ia membukakan pintu, seorang laki-laki setengah baya dihadapannya, laki-laki itu kurang lebih seusia ayah Damai, dari raut wajahnya tampak lelaki tersebut sangat lelah, lelaki itu coba tersenyum pada Damai, Damai pun membalas senyum lelaki tersebut.
“permisi  dek, apa betul ini rumahnya Damai penyiar radio kala FM ceria?” Tanya sang lelaki paruh baya itu. “ya pak benar, saya sendiri yang bernama Damai” jawab Damai tenang. “ada perlu apa bapak mencari saya?” lanjut Damai.
Ayah dan ibu Damai baru saja selesai dan langsung menuju ruangan depan, begitu melihat siapa tamu tersebut ayah Damai pun langsung berkata “Selamat pagi pak Anton, ada keperluan apa bapak kemari, mari silahkan masuk dulu,” ternyata lelaki paruh ba ``ya itu adalah pak Anton kenalan pak Burhan ayah si Damai. Pak Anton salah satu staf di perusahaan perkebunan dimana pak Burhan mengantar sawit-sawit yang ia bawa dengan colt diesel nya. Tak lupa pak burhan meminta istrinyauntuk membuatkan minum pada tamu mereka. Pak Anton menarik nafas dalam – dalam, ia coba merangkai kata demi kata untuk memulai pembicaraannya, sengaja ia datang kerumah pak Burhan untuk bertemu dengan Damai, sebelumnya pak Anton sudah pergi ke alamat radio Kala FM ceria, untuk bertemu dengan Damai setibanya disana ia disambut teman Damai yang bernama Tio, dari tiolah pak anton mendapat keterangan dimana alamat rumah Damai.
Damaipun hanya mengangguk-angguk pelan, pak anton kembali melanjutkan pembicaraannya, ia mengatakan kemarin tepat pukul 10 anaknya yang bernama Nurma masuk rumah sakit setelah jatuh pingsan dan tak sadarkan dari kursi rodanya. Nurma adalah salah satu penggemar Damai, Nurma selalu mendengar radio disaat Damai sedang siaran, tiada episode yang terlewati nurma jika Damai bercuap – cuap di mikrophonenya. Secara tidak langsung pak Anton juga sering dengar. Jadi sering mendengar radio apalagi kalau Damai lagi siaran, nurma juga sering membacakan puisinya lewat radio tersebut, dengan nama samara putri kayangan.
Damai jadi termangu mendengar satu nama yang disebutkan pak anton, satu nama yang tak asing baginya, yang selalu membacakan puisi-puisi indah, Damai sangat dekat dan akrab dengan suara itu walau wajah sang empunya suara belum ia lihat  sebelumnya Damai juga sempat penasaran dengan wajah yang punya suara merdu itu . biasanya mereka – mereka yang biasa menelepon ke radio kala FM ceria menyempatkan diri sekedar bertutur sapa dan berkenalan dengan para penyiar di radio kala FM ceria, pikir Damai mungkin saja putri kayangan sengaja menutup jati dirinya dengan satu alas an-alasan tertentu.
Kembali Damai menyimak perkataan pak Anton, ayah Nurma juga menerangkan bahwa baru setahun ini Nurma menggunakan kursi roda, dikarenakan kepala nurma sering pening dan pandangannya sering kunang-kunang, pak Anton sangat menyayangi Nurma anak semata wayangnya itu. Istrinya meninggal saat melahirkan Nurma, pak Anton sengaja tak menikah lagi, ia ingin mencurahkan kasih sayang sebagai ayah yang merangkap Ibu untuk putri tercintanya. Dengan Penyakit tumor yang menyerang otak di kepalanya putrinya. Sang ayah ikhlas dan terus berdoa kepada yang maha Kuasa untuk dapat menguatkan hatinya dalam menjalani ujian ini, berbagai cara pengobatan telah ia tempuh dan jalani demi kesehatan putrinya. Sebulan yang lalu dokter yang merawat Nurma mengatakan bahwa tumor yang berada di kepala Nurma semakin mengganas. Dengan berat hati dokter juga mengatakan suatu mukjizat dari tuhan jika Nurma dapat bertahan lebih dari dua bulan.
Damai dan kedua orang tuanya terenyuh mendengar semua penuturan pak Anton, mata buk Burhan berkaca – kaca menyimak cerita pilu dari tamunya. Kepada pak Anton dua hari yang lalu nurma ingin bertemu dan berkenalan dengan Damai. Namun niat itu ia urungkan melihat kondisinya. Pak Anton maklum dengan keadaan putrinya dan iapun selalu menjadi teman cerita dan diskusi anaknya. Namun setelah kejadian tadi malam, pak Anton langsung mengambil inisiatif untuk menjumpai Damai, menceritakan semuanya pada Damai, mungkin saja Damai mau menjenguk dan menemui Nurma, sengaja Nurma ia titipkan pada perawat jaga, untuk menemani Nurma dirumah sakit sewaktu ia menjumpai Damai dirumahnya.
Setelah mendengar semua penjelasan dari Pak Anton, pak Burhan sekeluarga bergegas bersama pak Anton menuju rumah sakit dimana Nurma dirawat.

BAGIAN 5
Seorang gadis terbaring lemah ditempat tidurnya, salah satu ruangan VIP rumah sakit. Ia baru saja siuman, dengan suara pelan ia memanggil nama ayahnya, seorang perawat dengan suara hati-hati menjelakan kepada gadis yang terbaring lemah itu. Gadis itu hanya mengangguk kecil.
Tidak lama kemudiam, pintu ruangan dimana gadis itu dirawat dibuka dengan pak Anton dan keluarga pak Burhan menghampiri sisi pembaringan mengecup pelan kepala gadis itu pak Anton berujar “syukur Alhamdulillah kamu sudah siuman Nurma, bagaimana sekarang perasaanmu?” “sudah agak mendingan pa” mereka semua tersenyum pada gadis itu yang tak lain bernama nurma putri pak Anton, putri membalas senyum mereka.
“siapa mereka pa?” tanya Nurma datar. “itu pak Burhan dan Bu Burhan teman papa dan pemuda yang pakai baju kotak-kotak itu namanya Damai dan yang kecil itu adik Damai,” terang pak Anton sambil melirik kearah keluarga pak Burhan satu persatu.
“Damai pa? penyiar radio kala FM ceria?” selidik Nurma penuh tanda tanyak, pak Anton hanya mengangguk pelan “pagi bang Damai? sapa Nurma perlahan, “pagi juga Nurma, lekas sembuh ya” jawab Damai, Nurma hanya mengangguk pelan. “maafkan ayah ku bang Damai, yang telah merepotkanmu, hingga datang kemari menjenguk ku” “tidak apa-apa, aku tidak repot koq, malah aku sendiri yang minta ikut sama ayahmu kemari”
“Bang Damai, ayahku mungkin sudah cerita banyak tentang aku??” “Nurma nanti saja kita saling bertukar cerita, Sekarang kamu istirahat dulu, jangan terlalu banyak mengeluarkan energy, nanti malah tambah sakit” terang Damai, Nurma mengangguk pelan sambil tersenyum penuh arti kepada Damai.
Tidak berselang lama dokter yang merawat Nurma pun memasuki ruangan tersebut, dan dengan sangat hormat meminta para penjenguk untuk meninggalkan tempat itu sementara, karena ia akan memeriksa pasiennya, selesai sang dokter memeriksa kondisi kesehatan Nurma ia segera meninggalkan ia segera meninggalkan ruangan, tak lupa ia meminta Pak anton segera menemuinya di ruang kerjanya. Pak Anton pun berjalan dibelakang dokter itu menuju ruang kerjanya, sementara Damai, adik dan kedua orang tuanya kembali masuk kedalam ruang kamar menemani Nurma yang masih terbaring lemah.
Diruang kerja dokter Budi Pak Anton mendengarkan dengan seksama semua penjelasan dokter Budi mengenai penyakit yang diderita Nurma, dokter budi menyarankan agar secepatnya Nurma di operasi  untuk mencegah pertumbuhan tumor yang semakin ganas tersebut. Dokter budi juga meminta Pak Anton untuk mencari pendonor atau kantong darah kerumah sakit lain yang berjenis golongan darah O, karena persediaan kantong darah O dirumah sakit ini sudah habis, mudah – mudahan dengan cepat ditangani nyawa Nurma dapat tertolong. Pak Anton termangu dengan semua penjelasan yang diucapkan dokter Budi, seikhlas – ikhlas hatinya Pak Anton merasa terenyuh jua, iapun meninggalkan ruangan dokter budi dengan langkah yang gontai menuju ruangan dimana Nurma dirawat. Setibanya disana ia meminta tolong kepada keluarga Pak Burhan untuk sejenak menemani putrinya karena ia akan keluar sebentar untuk satu urusan penting, Pak Burhan dan dan Damai mengikuti Pak Anton keluar dari ruangan tempat Nurma dirawat, sedangkan bu Burhan masih tetap menemani Nurma. Tidak jauh dari runangan itu setelah pintu ditutup, Pak Burhan menanyakan tentang keperluan yang akan diurus Pak Anton, dengan berat hati Pak Anton pun menerangkan kepada kepada Pak Burhan dan Damai apa yang dijelaskan dokter budi padanya. Tanpa disangka Damai segera mengajukan dirinya sebagai pendonor, lagi pula golongan darah Damai sama dengan Nurma, apalagi saat ini  nyawa Nurma perlu diselamatkan dalam penanganan secepat mungkin , Pak Burhan pun kembali masuk kedalam ruangan tempat Nurma dirawat. Ia meminta istrinya untuk keluar sebentar, diluar mereka berembuk mengizinkan kalau Damai mendonorkan darahnya buat Nurma, setelah dilakukan beberapa test pada Damai dan Damai dinyatakan sehat juga memenuhi persyaratan, maka damaipun mendonorkan hari itu juga, Nurma menjalani operasi dibagian kepalanya.
Alhamdulillah operasi tersebut berjalan dengan lancar, tidak henti – hentinya Pak Anton memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang masih menitipkan Nurma untuknya, walaupun ia tahu dengan Nurma menjalani operasi tersebut bukan berarti Nurma dinyatakan sembuh total, hanya menghambat pertumbuhan tumor ganas yang menyerang otk Nurma, namun biarlah yang terpenting ia selalu berusaha, dan menikmati detik demi detik bersama putri tercintanya. Tidak lupa Pak Anton juga mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada keluarga Pak Burhan terkhusus buat Damai, ketika ia menyelipkan amplop putih di saku baju Damai, dengan halus Damai menolaknya dan mengembalikan amplop tersebut. Damai ikhlas mendonorkan darahnyabuat Nurma. Pak Anton sangat suka dan bangga dengan sifat dan sikap Damai yang selalu tidak mengutamakan bentuk materi dalam suatu urusan.
Tidak terasa seminggu sudah nurma di rawat dirumah sakit setelah menjalani operasi, kesehatan Nurma berangsur-angsur membaik dokter budi juga mengizinkan 2 hari lagi Nurma sudah bisa pulang kembali kerumahnya. Seminggu juga Damai menemani Nurma, mereka saling bertukar cerita dan Nurma sangat bahagia ketika Damai mengatakan bahwa ia telah menganggap Nurma seperti adik kandungnya sendiri Nurma tidak pernah meminta lebih dari Damai sebagai sahabat saja Nurma sudah senang apa lagi kini Damai menganggapnya seperti adik kandung sendiri. Dari ruangan tempat dimana Nurma dirawat, Nurma selalu menjadi mendengar setia disaat Damai sedang cuap – cuap di depan mikroponnya dari radio mini Nurma tersenyum – senyum mendengar suara Damai, jika ada waktu luang dan senggang Damai pasti menyempatkan dirinya mejenguk Nurma, Nurma selalu meminta Damai untuk membacakan puisi, puisi – puisi yang di buat Damai sendiri, dengan suara pelan Damai selalu membacakan puisi buat Nurma, puisi – puisi ciptaan Damai seakan menjadi kekuatan dalam semangat baru hidup Nurma, dan dari cerita Damai Nurma ingin berkenalan dengan calon kakak ipar nya itu yang tak lain kekasih Damai yaitu Nila. Damai berjanji suatu saat ia akan mengenalkan Nila pada Nurma. Damai begitu bahagia melihat keceriaan yang terpancar dari wajah Nurma, adik perempuannya itu.
SEPENGGAL AYAT SETIA

Tersisa penggal terakhir dalam titik-titik
Sengaja tiada kuteruskan selagi pelangi menghapus rintik
Sepenggal dari ayat disela-sela gemeritik
Menjadikan ku sirna dalam satu gumpalan bintik
            Usapkan wajahmu sebelum embun mengambang
            Tarikan napasmu sebelum pagi menjelang
            Langkahkan kakimu sebelum siang datang
            Dan sembunyikan bayangmu sebelum senja menghilang
Karna aku suara malammu  dari taburan bintang gemintang
Lengkapi saja kalimat terakhir nanti
Setelah melihat aku di ujung jembatan
Selagi sapa bersaut-saut pasti
Untuk merajut bizurai angan




AKHIR SUARA

Dikau buat aku gerah dalam satu desah akhir suara
Dipenghujung ucap kau gantung aksara yang tertunda
Menjadi tanda Tanya dalam hati gundah gulana
Apakah gerangan dibisik kalbu bertahta
            Kadang menerka dari untaian kata dan rasa
            Mengira – ngira suatu kisah misteri
            Tentang semua nuansa pijaran mata
            Berselimut rindu dianjungan ratapan hati
Pikiran menyala menghantar lamunan mimpi
Mempesiang diri disisa isak tangis
Tercekat kata membiarkan bulir melewati pipi
Dirajam sukma menghela napas dalam baris



BAGIAN 6
            Pagi itu sudah duduk manis di depan rumahnya. Ia tampak segar dengan wajahnya yang berseri-seri seperti sinar matahari pagi yang menyinari bumi dengan dandanan seadanya membuat wajah Nila tampak cantik natural. Nila baru saja menelepon pangkalan taksi Medan untuk menjemput dirinya, dan berangkat menuju tempat kediamannya di Kisaran, satu minggu ini Nila libur, sengaja ia ingin membuat kejtan pada Damai, tanpa memberi tahu sebelumnya kedatangannya pada Damai. Tadi malam Nila menuntaskan persimpangan hatinya dengan sangat hati-hati dan berusaha tidak membuat Alek terlalu dalam sakit hati juga berharap Alek mau mengerti. Nila menceritakan semuanya pada Alek, tentang hubungannya dengan Damai, kini Nila sudah yakin bahwa damailah sebenarnya orang yang sangat ia cintai, Nila juga meminta maaf yang sebesar besarnya pada Alek, Nila tak ingin kisah yang tiada akhir ini terus mereka jalani, dengan berat hati dan wajah tertunduk, Alek memaklumi dan mengerti ia tidak bisa berbuat banyak, itu sudah keputusan Nila, Alek harus terima dengan lapang dada, jauh didalam lubuk hatinya Alek sangat mencintai Nila, cinta yang sesungguhnya bukan cinta yang biasa ia lemparkan pada gadis-gadis sebelumnya, baru kali ini Alek tertunduk kalah di hadapan seorang gadis.  Sebelumnya tidak ada kamus kalah dikehidupan Alek, dalam merebut hati gadis-gadis yang ia sukai. Dengan tubuh yang atletis, tampan dan kaya juga Alek seorang yang humoris, sudak cukup banyak membuat hati para gadis berdebar-debar disaat berdekatan dengan Alek. Pesona Alek begitu kuat memikat. Nila juga sempat terbuai oleh pesona tersebut. Namun belum terlalu jauh sehelai kesetiaan hati dan keikhlasan jiwa Damai. Menyadarkan Nila dari kemilaunya pesona Alek. Dalam hati Nila berjanji untuk menjaga selalu kesetiaan cintanya pada Alek. Cukup sudah kekeliruan ini ia buat, dan tak akan ia ulangi lagi, sebelum pulang Alek menjabat tangan Nila sambil bersuara pelan, “suatu saat kenalkan aku pada Damai, Nila, karena aku akan bertanya tentang kesetiaan padanya,” Nila hanya mengangguk pelan dan menatap punggung pemuda itu yang berjalan pelan ditelan pekatnya malam.
Dari cerita Damai lewat handphone nya, Nila juga sangat ingin berkenalan dengan Nurma, Damai sudah cerita panjang lebar tentang penyakit Nurma pada Nila, Damai telah menganggap Nurma seperti adik kandungnya sendiri, Damai ingin disisa akhir kehidupan Nurma, Nurma dapat tersenyum bahagia, Damai juga menceritakan sosok Nila kekasih hatinya pada nurma, namun ingin sekali berkenalan dengan Nila, Nurma sudah titip salam jika Damai menelepon Nila. “ah, begitu mulia hatimu Damai, jadikan aku semakin cinta, maafkan aku Damai yang telah berlaku curang padamu, kini aku sadar engkaulah sebenarnya pemilik hati ini, yang selalu menjaganya dengan kesetiaan dan keikhlasan” bisik batin Nila.
Nila masih terhanyut dalam sudut lamunannyadibangku depan rumah kosannya, semilir angin mengusap lembut wajahnya, ia biarkan angin memain-mainkan anak rambutnya, sehelai daun kering gugur dan jatuh dipangkuannya dan itu berbentuk hati, Nila mengambil dengan jemarinya daun tersebut. Membolak balik daun yang bentuknya menyerupai hati itu, saat Nila termenung memandang kearah daun kering yang kini berada di kedua ujung jarinya, suara klakson mobil menyentakkan lamunan Nila, mobil yang Nila tunggu sudah didepan mata, Nila pun bergegas masuk kedalam mobil tersebut, dan mobil melaju pelan membawa Nila kembali pulang menuju rumahnya, tanpa Nila sadari daun kering itu masih ia pegang dengan kedua jarinya.
Sementara dihalaman depan ruang iap VIP disalah satu rumah sakit Kisaran, seorang perawat menemui Nurma yang duduk dikursi rodanya menikmati sinar mataari pagi yang akan meninggi, hari ini wajah Nurma tampak berseri dan bercahaya tidak seperti waktu pertama ia masuk kerumah sakit ini, siang nanti Nurma diperbolehkan pulang, Damai berjanji nanti siang akan menjemput Nurma dan megantar Nurma kembali kerumahnya bersama Pak Anton ayah Nurma.
Hati Nurma sangat bahagia ingin siang cepat menjelang dan tak sabar menanti kedatangan ayahnya serta Damai yang membawa ia kembali pulang ke tempat kediamannya.
Hembus angin mengalun pelan, mengantar pori-pori pagi dalam nuansa bening yang berkilauan sehelai daun kering yang bentuknya menyerupai hati jatuh dipangkuan Nurma, Nurma mengambil daun kering itu, sambil membolak balikkan helai daun tersebut, tiba-tiba entah mengapa ia teringat dengan Damai, suara pelan sang perawat menyadarkan Nurma dari lamunannya.
“hari sudah semakin siang mbak, mari kita masuk.” “eh...iya” jawab Nurma sedikit gugup. Perawat itupun membantu mendrongkan kursi roda yang diduduki Nurma menuju ruangan dimana Nurma dirawat, daun kering yang tadi jatuh dipangkuan Nurma masih Nurma pegang dengan kedua jarinya, matanya terus memandang kedaun tersebut dengan pikiran yang berkecambuk resah.
(penutup)
Disalah satu persimpangan sudut Kota tergeletak dijalan raya seorang pemuda yang berlumuran darah korban dari kecelakaan lalu lintas, tabrakan maut sepeda motor merenggut nyawa pemuda itu seketika. Wargapun berbondong-bondong mendatangi tempat kejadian, mereka segera membawa tubuh pemuda yang berlumuran darah itu menuju rumah sakit terdekat.
Tak jauh dari tempat kejadian, seorang anak perempuan mengambil sebuah pigura yang telah retak dari sisi jalan raya, bocah perempuan itu lebih kurang berumur tujuh tahunan, ia melihati kearah pigura tersebut, ternyata didalam pigura yang kacanya sudah retak terdapat sebuah puisi dalam tulisan tangan yang dibuat dengan sangat rapid an indah. Boca perempuan itu coba mengeja kata demi kata untuk menyambungkan kalimat dalam tulisan tersebutdengan sedikit terbata-bata bocah perempuan itu membacanya.



AJARI AKU SETIA
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
Padahal tidur belum seberapa
Lelap leru sekelip saja
                Kupesiangi helai-helai kata
                Namun tak kutemukan jua
                Apa-apa disana
                Dari rindu yang bergejolak didada
                Dari rasa yang menggelegakkan nyawa
Bertahan ...
Agar mata tiada lagi terlelap lena
Menanti satu bisik lembah suara
Menunggu satu lirik dalam aksara
                Dipenghujung tidur yang belum sempurna
                Satu bisik dimalam buta aku terjaga
                Ajari aku setia

                SELESAI


                   
LAGU RINDU JIWA
Cipt. Iwan Sekop Darat

Lihatlah pelangi senja, sejuta warna
Indah mempesona
Lihatlah lembayung senja, merah merona
Nuansa rasa
Desir angin usap lembut terasa
Debur ombak buih putih dipantai
Reff
                Ingatkah kala ku genggam jemarimu
                Dan ku bisikkan nada cinta
                Ingatkah kala ku kecup keningmu
                Dan kau ucapkan, kau lagu rindu jiwa
Kenangan bersama, bagai helai sukma
Diangkasa luas, di lautan lepas
Dari aksara rindu jiwa rinduku menyala


                ASING DITANAH SENDIRI
Aku darah dari katulistiwa dua wajah
Meregang diufuk timur alam raya
Terunaku hilang seakan pagi tiba
Sedang bias lagi tidak memerah

Mendidih menggelegak nadi urat sum-sumku
Engkau kunyah rindu seperti memanah bulan
Dan kau muntahkan ragu setelah bosan menelan
Menyisakan kegigihan ku dalam kelambu
                                                                                                                                                        
Tanah berpijak bukan lagi milik
Sekedar menumpang kemurahan hati
Bertanya di mana dapat mencari
Apalah arti merdeka dari bilik-bilik

Mulut terkunci koyakpun tiada arti
Kerongkongan pun ditahan menyimpan suara
Kemana lagi dapat mencari cinta
Sedang mereka mengangkangi hukum – hukum sendiri


                                MENUNGGU AWAN
Dua atau tiga bulan lagi
Kita bertemu disini
Dua atau tiga bulan lagi
Kita membuat janji
                Dua atau tiga bulan lagi
                Kita belum tau pasti
Dua atau tiga bulan lagi
Banyak sudah yang hilang

Dua atau tiga bulan lagi
Gemuruh dada tertahan
                Dua atau tiga bulan lagi
                Aku dan kau menunggu awan


                                HIMPITAN RASA
Aku dipinggir jalan mimpi memahat sepi
Bilah pisau menoreh pilu dalam hati
Jagat raya aku dalam himpitan rasa

Kemana aku memagar rasa haru biru cinta
Dari pesona sejuta warna aksara
Inikah akhir dari penantian insan dunia
Bergagang resah di patung rindu yang belum sempurna

Kugalah keinginan pusara kalbu jiwa
Bertahta rewash mutiara pengharapan
Dimana lagu sukma bersenandung riang
Aku mati dalam mimpi kisah asmara

Terang saja aku buta
Apalagi gelap aku meraba
Mencari jejak dikerinduan sukma






                                RINDU TINGKAT DEWA
Lamunanku membuntuti bayanganmu
Adakah ini rindu yang ku tau dari ucap mereka
Sedang aku baru menyadarinya
Begitu hebat hingga membuat diriku
Jadi setengah gila
Aku belum mengenal cinta
Tapi kehendak sudah menjelma
Dari rindu aku mengambil kesimpulan
Rasa ini inginnya dekat denganmu
Rintihan kalbu yang menggebu
Ringkih angan mengenangmu


                                JANGAN EDAN
Seusiamu itu dulu aku belum mengerti apa-apa
Jangankan yang itu
Yang ini saja bagiku tabu rasanya
Seusiamu itu dulu aku masih main layangan
Bukan sekarang sudah pandai berduaan
Seusiamu itu dulu banyak yang harus dipelajari
Bukan seperti sekarang semua siap saji
Seusiamu itu dulu aku sudah bisa membeda warna
Tidak seperti saat ini banyak yang buta warna
Seusiamu itu masih berlari dan melompat
Mengapa kini berjalan saja kau penat
Seusiamu itu masih suka main-main
Bukan seperti kau ini yang gayanya bukan main
Seusiamu itu jangan lelah mengejar mimpi
Karena mimpi buat semangat berapi-api
Tidak macam sekarang
Untuk bermimpi saja kau enggan
Bagimu
Realita saja yang harus dikedepankan
Memang
Jaman sudah semakin edan















                                MELIHAT DIRI
Jangan dipikirkan
Jika engkau sendiri tidak tau
Apa yang harus kau pikirkan
                Jangan dilakakukan
                Kalau kau sudah tau
                Kelak nasibnya badan
Jangan dihiraukan
Kalau hanya nanti
Berujung kekacauan
                Jangan dibingungkan
                Jika tidak ingin rasa
                Kau permasalahkan
Jangan diabaiakan
Jika tak mau hatimu
Jadi tak karuan
                Jangan dirindukan
                Andai separuh cinta
                Engkau hilangkan
Jangan dibayangkan
Kalau kau sendiri saja
Takut kegelapan
                Jangan ditentukan
                Kalau kau saja
                Belum paham penjumlahan



BIODATA PENULIS

Lahir di Dabo Singkep, kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan basar dikampung Sekopdarat ( Dabo Singkep ) beragama islam berjenis kelamin laki – laki.
            Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang sayuran dipasar kartini Kisaran dan juga pedagang di pasar Kaget ( Pekan ) disekitar kota Kisaran.
            Adapun beberapa karya tulis Iwan  Sekop Darat :
1.      Tentang Rindu                                                   ( Novel )
2.      Tentang Rindu 2                                                ( Novel )
3.      Layang – layang Zaman                                     ( Novel )
4.      Fatwa Cinta                                                       ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
5.      Primadona Diujung Trotoar                               ( Novel )
6.      Madah Aksara                                                    (Novel dan Kumpulan Sajak )
7.      Tiang – tiang Aksara                                          (Novel dan Kumpulan Sajak)
8.      Do’a Simarjan                                                    ( Novel )
9.      Sulaman Aksara                                                 ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
10.  Dilema Hati Menyinta                                       ( Novel )
11.  Pasukan Pramuka                                               ( Novel )
12.  Bilur – bilur tinta                                                ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
13.  Buih Debur Riak Cinta                                      ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
14.  Bingkisan Ramadhan                                         ( Cerpen dan kumpulan sajak )
15.  Helai Rindu                                                        ( Cerpen drama dan kumpulan sajak )
16.  Nektar Cinta                                                         ( Novel )
17.  Bumi Segantang Lada                                       ( Drama dan Kumpulan Sajak )
18.  Sejuta Warna Bougainvillea                               (Drama cerpen dan kumpulan Sajak)
                                                                              (Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
19.  Celah Sukma                                                      ( Drama dan Kumpulan Sajak )
20.  Derau – derau Hati 1                                         ( Novel dan Puisi )
21.  Derau – Derau Hati 2                                         (Novel dan Puisi )
22.  Me And My God                                               ( Kumpulan Puisi, Drama dan Cerpen )
Ajari Aku Setia                                                        ( Kumpulan Puisi, Drama dan Cerpen )

Kumpulan Puisi Sajak dan Cerpen ' AJARI AKU SETIA " Jilid I


Kata Pengantar

            Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya buku ini, tanpa Ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat saya rampungkan. tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
            Satu buku yang berkisah akan keteguhan dan keikhlasan dalam menjalani hidup di buku ini juga terdapat beberapa buah puisi pergolakan hati.


Kisaran, April 2014
Penulis

Iwan Sekopdarat

SAJAK ATAU SANJAK
Tanagn menulis setangkai syair
Pikiran merebut sekuntum bait
Angan berlapis merangkai mahir
Awan berkabut rimbunan bukit
                Parau teriak melengking
                Kini tak lagi nyaring
                Gubahan dingin kerontang kering
Isak sedu tangis pilu
Kepada bulan tidak mengadu
Biar rindu digulung dalam kelambu
                Sajak ku paku itupun kaku
                Sajak ku lagu itupun ragu
Sajak atau sanjak entah akan beranjak
Geming bulan semu ditelan sejenak
Dingin angin beku semilir berserak
Dalam riak kalbu denyut nadi ini berdetak
                Tangan merangkai seikat puisi
                Pikiran merangkum sebatang pantun
                Angan bertikai dikeplet ilusi
                Dahan terkurung rentang setahun
Sajak atau sanjak
Beri aku waktu sejenak

KURSI RAJA-RAJA
Kursi raja-raja mejanya Satu
Berlomba minum menelan madu
Apapun cara tetap dituju
Saling sikut saling seteru
                Kursi raja-raja mejanya satu
                Adu siasat paling jitu
                Tak jarang mengobral janji palsu
                Muslihat tipu menipu
Kursi raja-raja mejanya Satu
Benang diasah jadi uang
Uang ditempa jadi parang
Berlomba mencari sekutu
                Kursi raja-raja mejanya Satu
                Inginnya bukit mimpinya gunung
                Kerja sedikit harap tak tanggung
                Tak peduli rakyat akan setuju
Kursi raja-raja mejanya satu
Maka berebut untuk maju
Padahal ilmu hanya sekutu
Sedang berkorban secuil batu
                Kursi raja-raja mejanya satu
                Ucap semu segala penjuru
                Bagai candu bercampur haru
                Laksana madu tertumpah empedu
Kursi raja-raja mejanya satu
Cakap memilih jangan tertipu



LUKA DARA
Dikau dara disudut bisu kota tua
Menggeliat rebahkan bulan dipusara malam
Denting hujan simponi kehidupan basuhkan alam
Bintik embun dikelopak matamu redup cahaya
                Angin melambai, dahan ranting kayu pucuknya patah
                Dikau terbuai, bujuk rayu
                Bagai kuncup belum sempat mekar dan layu gugur ditanah
Silau dengan pesona dunia maka buta dengan hakikat yang ada
Tersisa hanya perih
Tanpa tangan sanggup mengusap air mata
Menanggung derita pilu menyayat dada
                Dara bersangga diujung tiang
Bumi yang dipijak bagai terbalik
Mengapa sesal tidak awal terdetik
                Hingga hgati terjaga dari ngelangsa


AJARI AKU SETIA
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
Padahal tidur belum seberapa
Lelap lena sekelip saja
Malah kini berjaga-jaga
                Kupesiangi helai-helai kata
                Namun tak kutemukan jua
                Apa-apa disana
                Dari rindu yang bergejolak di dada
                Dari rasa yang menggelegakkan nyawa
Bertahan,
Agar mata tiada lagi terlelap lena
Menanti satu bisik lembah suara
Menunggu satu lirik dalam aksara

Di penghujung tidur yang belum sempurna
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
“ajari aku setia”

DUHAI JELITA
Dengan secuil debu yang menempel diwajah mu
Tidak mengurangi pesonamu duhai jelita
Usapkan saja
Agar wajahmu tampak lebih bercahaya
Agar wajahmu lebih bersinar memantulkan spektrum warna
                Tanpa perias muka yang menempel di wajahmu
                Tidak juga mengurangi kecantikanmu duhai jelita
                Kalaupun ada usapkan saja
                Agar wajahmu tampak lebih natural dan apa adanya
                Agar pesonamu lebih sempurna tanpa harus membubuh warna
Karena aku meandangmu
Tidak dengan kedua bola mata
Namun dengan hati yang lebih peka dari kedua bola mata


MAAF
Maaf,
Hanya itu yang tersisa dari kata yang aku punya
Adapun yang lain, hanyalah kata yang tak perlu kuucapkan
Hanya akan menambah luka saja
                Hanya akan membuang waktu saja
Tak ada yang sempurna
                Termasuk aku juga didalamnya
                Direlung hati bersuara
Untuk tampak lebih sempurna
Dan maaf
Jika nanti engkau bertanya
Walau hanya dalam hati
Mencari tapak tilas dari aksara
Yang rindu tengah ingin dibawa pergi


KHAS JANTAN
Sepotong batang pinus ia pikul diatas pundak
Keringat mengkilat dengan bidang dada yang sudah memang tercetak
Tanpa harus pergi ketempat seni kebugaran untuk membuat perut petak-[etak
Baunya khas jantan tanpa polesan wewangian
                Matanya bak elang tajam menusuk tulang
                Ucapnya sekali-kali saja namun cukup
                Yang mendengar jadi meriang
                Ia sang jantan yang tak mau berpangku tangan
Atau meletak tangan diatas pangku orang lain
Wajahnya tidak tampan
Namun auranya khas jantan
Rautnya tampak tenang
Menandakan bahwa ia
Benar-benar khas jantan


AKSEN
Gelang beradu gelang
Gemerincing merentak tari
Bimbang daku membilang
Terpancing katak kusangka keli
                Pilih yang seperlunya
                Besi jeruji atau tembaga
                Sedih merana-rana
                Kering perigi air mata
Perempatan simpang dicari
Hendak dicari tepak dan wadah
Kemana berjalan bayang sendiri
Seumpama kaki tidak melangkah
                Sepuh kecubung berkilauan
                Sekerat besi ditengah jari
                Jauh ujung kemauan
                Niat hati bertambah jadi
Sang embun juga hilang
Diujar madah bersahutan
Serumpun kata membilang
Selayar kita larungkan


FOBIA
Jangan matikan lampu dunia
Jangan padamkan pelita aksara
Aku tak ingin meraba
Digelap gulita kumpulan kata
                Jangan bawa aku melihat ketinggian
                Jangan bawa aku terbang menembus awan
                Kekhawatiranku lebih dari keyakinan
                Seakan hati tiada bertuhan
Namun sungguh itu bukan aku buat-buat
Apalagi rasa dalam jiwa bersekat-sekat dialam fikir
Terkadang aku jua tersesat
Dirimbun bau lalu lalang orang
Aku sekarat


SAHABAT
Engkau peluk dengan hangat
Lama tidak berjumpa
Sunggu rindu ini semakin hebat
Terus membakar jiwa raga
                Engkau kupanggil sahabat
                Dengan sebutan di ujung akhir nama
                Agar kelak kita saling mengingat
                Untuk kembali mengenang saat-saat sempurna
Aku engakau dengan beberapa nama
Satu arti dari suatu makna
Seakan hanya kita penghuni dunia
Yang lain masih memilih peruntungannya di surge
                Lagi dekap erat
                Sahabat
                Bagi hati muara tempat
                Yang indah untuk diingat





DESAH MALAM
Jemarimu kugenggam erat
Yakinlah
Aku kan menjaga hatimu
Bisikan angin kian merapat
Mengusap wajah
Dalam desah tarikan nafasmu
Melewati malam
Aku terdiam diujung pucuk bulan
Bisuku bimbang ditebaran bintang
Saat-saat akhir perjumpaan
Sebelum melangkah pulang
Rindu kenang dalam rasa aku sampaikan
Diantara tatap mata yang hilang dipandangan
Yakinlah
Aku akan menjaga hatimu


DARI AWAL
Tak tentu panas
Tak tentu hujan
                Tiada tentu kesah
                Tiada tentu pasal
Terkadang lepas
Terkadang diam
                Tak jarang resah
                Tak jarang bersoal
Apalagi lepas
Apalagi diam
                Sementara resah
                Sementara bersoal
Tukasmu bebas
Heningmu bungkam
                Caramu berkelah
                Caramu membual
Begitu terbilas
Begitu terendam
                Jadi basah
                Jadi terjual
Biar puas
Biar tenggelam
                Dari bilah
                Dari awal


MAK
Mak...
Ini aku anakmu
Anak yang kau kandung dulu
Anak yang kau lahirkan itu
                Mak...
                Ini aku
                Yang dulu kau timang sayang
                Yang dulu kau susukan
Mak...
Ini aku datang
Anakmu
Yang dulu gantung harapan
Mak ...
                Mak...
                Ini aku
                Anakmu
                Anak yang kembali pulang

KISAH WAKTU
Waktu yang menyudutkan aku untuk berdusta
Namun, sungguh bukan aku mengada-ngada
Dalam hatiku tetaplah engkau yang aku cinta
Tiada berubah
                Rindu ini masih sama
                Sayang ini masih sama
                Rasa inipun masih sama tak ada beda
                Sama seperti waktu dulu aku menyinta
Mengasihimu segenap jiwa raga
Jika dimatamu aku kini tampak berubah
Bukan berarti rasa ini telah musnah
Hanya sekelumit waktu yang yang sedikit berpindah
Tapi percayalah
Waktu jualah yang nanti akan berkisah


PILIHANMU
Tiada pernah aku meminta lebih
Cintai aku apa adanya
Terima aku lapang dada
Dengan kekuranganku
                Dengan kelemahanku
                Jangan lihat aku dari sudut pandang yang berbeda
                Karena akan menyita waktumu sia-sia
                Jika dalam hati sibuk bertanya
                Dan mereka-reka
                Akan membuat dirimu tersiksa
Tersiksa dari hipotesa prasangka
Tersiksa dari caramu menyinta
Biarkan bisik hatimu yang berbicara
Itu saja...
Itu saja...




RUMAH SAKIT
Yang pergi orang sakit
Yang datang orang sakit
Sakit karena banyak urusan dipersulit
Sedang kaya sakit
Sedang miskin sakit
                Sakit jika melulu-lulu duit
                Yang dilihat sakit
                Yang dirasa sakit
                Sakit memang jika jiwa sempit
Ditanya sakit
Dijawab sakit
Sakit mendengar jawaban yang rumit
Jadi... semua sakit
                Karena itu
                Kalau tidak ingin sakit
                Jangan cari penyakit
                Sebab itu
                Sakit dibilang sakit
Cukup dia Tanya sedikit
Tidak dijawab sempit
Itulah rumah sakit

AJARI AKU
Pipimu merona saat kukecup keningmu dengan mesra
Ajari aku setia
Agar ku tahu cara untuk menyinta
Wajahmu tersipu kala ku bisikkan kata syahdu
                Ajari aku merindu
                Agar aku tahu kasih yang biru
                Jantungmu berdebar kala ku genggam jemarimu
                Yang bergetar
Ajari aku sabar
Agar aku dapat menjaga rasa tiada pudar
Ajari aku untuk setia
Ajari aku untuk merindu
Ajari aku untuk bersabar
Agar ku dapat menjagamu


AJARI AKU SETIA
                                                                                                                                                        Mini Novel
Bagian I
“Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat malam, kembali kami mengudara untuk semua pendengar kala FM ceria masih bersama saya damai di seratus poin empat radio kesayangan anda, adapun acara kita hari ini adalah kreasi nada, tongkrongan anak muda dalam menyalurkan apresiasi ereka lewat music dan nada, disini kita semua mendengarkan anak muda yang berbakat mengaptresiasikan seni mereka baik itu lagu ciptaan sendiri ataupun puisi yang mereka suarakan lewat telepon.”
Sesaat damai menelan ludahnya dan kembali mengambil napas untuk menyambung pembicaraannya, “Baiklah para pendengar Kala FM yang ceria, sebelum saya menerima telepon dari anda, saya akan membacakan sebuah puisi dan menyanyikan satu lagu ciptaan saya untuk kalian semua.” Damai segera menyetel pelan sebuah lagu yang tadi menjadi backing kala ia bercuap-cuap di mikroponnya, satu lagu dari adele yang berjudul someone like you,  damai ganti dengan instrument piano nan merdu, damai menarik nafas sesaat lalu membacakan puisi yang ia buat kemarin.

JAUH SUDAH
Jauh sudah kau masuk dalam hidupku
Mengenalku sedalam-dalamnya
Melebihi dia yang menyinta
Melebihi dia yang merindu
                Ada satu perasaan lain terhadapmu
                Entahlah . . .
                Bila sehari saja tidak berjumpa denganmu
                Seolah ada yang hilang
                Dalam hati ini
                Dalam hidup ini
Kucoba tuk menjauh darimu
Namun malah ku terperangkap rinduku sendiri
Rindu tidak bertemu dirimu
Yang aku sendiri bingung mengapa begini
Adakah semua ini hatiku tlah berlaku surang
Atau memang perasaan ini terlalu hanyut dalam perasaan
Atau juga rindu ini tak bisa dibohongi
Di sepihak kisah terlarang
Aku terkurung dalam cerita
Yang hinggap sejenak menemani

Setelah seesai membacakan puisinya segera damai meraih gitar yang tak jauh dari kursinya, dengan tenang ia memetik senar gitar dan damaipun mulai bernyanyi.

BUNGA CINTA
                                            Cipt. Iwan Sekopdarat
Dari rindu kusabar menanti
Dari cinta kutetap setia
Mengenalmu sungguh ku bahagia
Rasa dalam dada berbunga
Berunga . . .  
REFF
                Aku jatuh cinta kepadamu
                Sungguh aku sayang kepada dirimu
                Biarkanlah saja orang berkata
                Biarkan saja
                Sungguh ku tak bisa melupakanmu
                Sungguh ku tak bisa jauh darimu
                Jangan dengarkan kata mereka
                 Kutetap cinta kau saja
(Lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekop Darat)

Sejenak damai mengatur nafasnya dan kembali damai berbicara di mikroponnya. “demikian satu buah puisi dan juga lagu yang saya perdengarkan kepada sahabat Kala FM ceria, semoga puisi dan lagu tersebut, menjadi inspirasi sahabat Kala FM ceria untuk bergabung bicara kreasi nada.” Dengan lembut suara nyanyian adek mengalir melatari damai yang sedang siaran di salah satu radio FM Kisaran, Asahan Sumatera Utara.
“masih tetap digelombang yang sama Kala FM ceria, seratus poin 4 mega hezt, radio kebanggaan anak muda, disini masih bersama saya Damai, atau biasa disebut Bung DM. Kita buka kembali di jalur telepon kosong enam dua tiga, tiga empa enam tiga ratus (tut...tut...tut... satu suara dering telepon dimeja damai, disaat ia sedang berbicara)
“Ok sahabat Kala FM ceria, kita terima penelpon pertama di acara kreasi nada,” (Damaipun menerima penelpon pertama di acara yang ia bawakan)
“Malam sahabat Kala Fm ceria, kreasi nada,”  “Assalamu’alaikum, bang DM, malam juga” jawab sipenelpon dengan suara merdu yang taka sing lagi bagi DM.
“Waalaikumsalam Wr. Wb. Passwordnya dog Put?” ujar Damai sambil tersenyum. “tongkrongan anak muda dalam menyalurkan apresiasi mereka lewat music dan nada” jawab sipenelpon.
“Yoi, mantap put, gimana kabarnya masih di istana nirwana? Oh ya put kamu dapat salam dari pemuda penyendiri di taman sepi, katanya dengar putri khayangan sedang berpuisi gimana gitu?”
“sehat bang, Putri masih tetap di istana nirwana, salam balik ya bang, buat pemuda penyendiri, ach... bang DM aada-ada ajah , putrid tidak ada apa-apanya jika dibandingkan pemuda penyendiri dan bang DM. oh iyah bang, puisi, jadi puisi nggak ni!”
“ha...ha...ha... abang jadi lupa keasikan ngobrol sama putri, okelah put langsung saja” Damaipun menyetel pelan lagu-lagu indah iang dibawakan adele, agar suara putrid terdengar jelas berpuisi, dari seberang sana Putri kayanganpun mulai berpuisi lewat Hpnya.

“GETAR SUARA
Kepadamu getar suara
Dari hembusan angin yang berbisik mesra
 Mengantar rindu pada muara aksara
Melabilakn aku di dermaga rangkaian kata
                Gulungan ombak rasa
                Hempasan riak sukma
                Buih debur buih asmara
                Aku terdampar ditepi pantai cinta
Ingin ku kesana
Mengarungi luas samudra
Jelajahi lautan raya
Dibelahan bumi aksara
                Aksara rasa dari hati yang menyinta
                Dan aksara cinta dari kisah yang tak sempurna
                Kisaran pertengahan April dua ribu empat belas

Oke   bang DM sekian puisi dari Putri, sorry ya bang DM kalau puisi Putri jelek, maklum saja namanya baru belajar, nggak seperti puisi dan lagu-lagu bang DM, Suwer keren-keren.”
Damaipun menjawab, “Ah Putri kamu bisa aja, puisimu tadi keren, empat jempol buat kamu, bahasanya dalam banget, bang DM aja hanyut terbawa suasana dengan putrid berpuisi, oh ya put, minta lagu apa, and ada salam-salam ?” “lagu Fatin ya bang, memilih setia, salam-salamnya buat bang DM yang keren, Pemuda Penyendiri, getar sukma, melodi cinta, putrid Gemini, putra bahari, mawar merah, diah melati dan lain-lain bang, ucapannya met malam mingguan aja, ok bang Putri cabut dulu, Asslamu’alaikum Wr. Wb.” Putri khayanganpun menutup pembicaraannya.
“yoi put, terima kasih, nanti salam-salamnya bang DM sampaikan. Baiklah sahabat Kala FM ceria kita dengarkan lagu permintaan dari teman kita Putri Kayangan, memilih setia dari Fatin Lubis, and jangan lupa bagi yang malam mingguan, ingat-ingat pesan mama ha...ha...ha... ok sahabat setia Kala FM ceria ini dia satu tembang bagus dari Fatin memilih setia, seratus poin empat mega hertz, radio kebanggaan anak muda Kisaran.”
Damai pun menyetel lagu tersebut atas permintaan Putri khayangan yang damai tidak tau siapa nama sebenarnya gadis tersebut. Damai meletakkan control talk di atas meja, ia beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruangan studio menuju kamar mandi yang tak jauh dari ruangan radio, selesai dari kamar mandi Damai tidak langsung menu ruangan studio, namun ia duduk di bangku panjang ruangan santai yang bersebelahan dengan ruangan studio. Disana telah menunggu seorang gadis manis, Damai duduk disamping gadis tersebut.
“Sudah lama la?” ujar damai. “baru, tadi kerumah temem bentar, pas pulang lewat sini, yach iseng-iseng jadi singgah kesini.” “sorry ya la, kalau malam minggu aku tak bisa menemanimu, kuharap kamu mengerti keadaanku,”
“Aku mengerti koq Dam, tuh lagunya mau usai, cepat ke studio,” sela nila, “ok Nila aku nyiar dulu, besok aku kerumah mu, kamu mau nunggu sampai acara ini selesai?” tukas Damai. Nila hanya mengangguk kecil sambil tersenyum manis, Damaipun membalas senyum Nila kekasihnya itu dan bergegas menuju ruang studio kembali, Damai berkicau di mikroponnya membawa salah satu acara radio terpaporit kaula muda, silih berganti anak muda baik pria atau wanita yang memperdengarkan karya-karya indah mereka, baik itu puisi ataupun lagu ciptaan mereka dengan canda yang khas Damai selalu membawa acara tersebut lebih hidup sehingga digemari para pendengarnya baik yang muda maupun yang tua, dalam seminggu Damai hanya dua kali siaran, yaitu pada malam minggu diacara kreasi nada dengan durasi 2 jam dimulai jam 20.00 Wib hingga pukul 22.00 Wib dan malam kamis diacara rentak melayu juga dalam durasai 2 jam dengan waktu yang sama.
Diacara rentak melayu, radio Kala FM ceria mencoba kembali melestarikan budaya melayu lewat acaranya berbalas pantun, disini baik yang muda maupun yang tua sangat suka dengan acara yang Damai bawakan, setidaknya tanah Kisaran, Bumi Asahan rumpun melayu ini, dapat mengenal dan mempertahankan adat budaya resam melayu jangan sampai putra putri Asahan tidak tahu dan mengenal budaya leluhur mereka.
Tidak terasa satu Jam sudah Damai siaran, dari kaca putih pembatas ruang studio dan ruang santai, Nila masih duduk di bangku panjang, dia tersenyum manis pada Damai, Damaipun membalas senyum Nila, seorang pemuda masuk dari pintu samping menuju ruang santai tak lupa melambaikan tangan pada Damai, Damaipun membalas lambaian pemuda tersebut. Pemuda itu bernama Tio yang tak lain penyiar tetap di radio Kala FM ceria, dan tinggal disebelah ruang studio itu juga, sebentar ia bercakap-cakap dengan Nila sebelum menuju kamarnya disebelah ruang studio itu. Sepertinya Tio baru pulang dari malam mingguan menemani kekasih hatinya.
Damai masih menerima telepon dari seorang pemuda dalam acara kreasi nada. Penelpon itu bernama pemuda penyendiri, disini pemuda penyendiri memperdengarkan puisi dan lagu ciptaannya kepada sahabat-sahabat lain pecinta radio Kala FM ceria.


PILIHAN RASA
Aku dahaga
Ditengah gurun fatamorgana
Pemandangan nyata
Kelu lidah ini terasa
                Apakah cinta
                Sedang aku belum mengenalnya
                Apakah rindu
                Sedang aku sendiri belum tahu
Sementara aku merenda hari dengannya
Sedang aku menjalin kasih dengannya
Namun disaat kau hadir
Sungguh rasa ini tersiksa
Aku dikurung setia
Diantara dua pilihan rasa
Ajari aku setia


                RINDU TERINDAH
                                                                Cipt.  Iwan Sekopdarat
Satu ruang hati dalam hidup ini
Terlanjur menyinta merangkai asmara
Walau dirimu tau kau ada yang punya
Walau dirimu tau semua
                REFF
                Maafkanlah diriku, kekasih gelapku
                Bukan aku tak cinta lagi
                Cobalah kau pahami, kuharap engkau mengerti
                Tak mungkin kita harus sembunyi
                Biarkanlah semua kisah yang pernah ada
                Jadi rindu yang terindah waktu masih bersama
(Lagu Rindu Terindah  dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekop Darat).
Dipenghujung acara yang dibawakan damai, ia tersenyum menerima penelpon terakhir yang tak lain Nila kekasih hatinyasendiri, dari kaca putih pembatas ruangan, mata mereka saling beradu pandang dengan mesra, Nila dengan nama samarannya mawar merah, memperdengarkan puisi yang ia ciptakan.
Tio pun kini telah berada di ruangan studio duduk disebelah Damai, dan siap menggantikan Damai siaran, dengan mata terpejam damai mendengar puisi yang disuarakan Nila seakan mencari ruh dari puisi tersebut.


KABUT BIRU
Kabut biru disenandung mega nan syahdu
Taburan awan menghias terang alamku
Pelangi tampak nyata setelah hujan reda
Anganku terbang jauh ke alam sukma
                Haru biru
                Kadang perasaan ini tiada tentu
                Kemana arah dan tujuan
                Rasa hati beroleh rindu
Kepada mu pelukis hati nuansa kalbu
Goresan warnamu semburat rasaku
Bawa aku terbang kealam mimpimu
Ajak aku serta menggapai anganmu
Kabut biru
Selaput rasa hatiku
Dalam cinta dipenghujung rindu

Ketika waktu menunjukkan pukul 22 Wib Damaipun menutup acaranya dengan ceria dan di gantikan oleh penyiar yang lain Damai dan Nila sempat melambaikan tangan kepada Tio sebelum mereka keluar dari ruangan tersebut.
Damai mengantar pulang Nila, dirumah Nila pun Damai tidak begitu lama , mengngat malam makin larut, mereka bertukar cerita sekedarnya, tak lupa sebelum pergi Damai berpamitan kepada orang tua Nila, dengan mengendarai sepeda motor Damai menuju rumahnya.
Damai seorang pemuda pekerja keras dan ulet, ia tergolong dalam keluarga sederhana, ibunya seorang guru SD dan ayahnya seorang supir mobil colt diesel yang mengangkut sawit perkebunan, Damai kini kuliah di Universitas Asahan Fakultas Teknik, uang dari Damai siaran di radio sedikit banyak dapat membantu ia mmbeli keperluannya sendiri, setidaknya orang tua Damai tidak terlalu memikirkan uang saku Damai, jika siang hari ada waktu luang, Damai sering membantu pamannya di bengkel mobil milik pamannya. Damai mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Dani, Dani masih duduk dibangku Sekolah Dasar kelas lima, Damai sanagt menyayangi keluarganya.
Nila adalah pacar Damai anak seorang pengusaha di Kota Kisaran, Nila kini melanjutkan sekolahnya di salah satu perguruan tinggi Kota  Medan tepatnya di Universitas Sumatera Utara (USU), dua tahun sudah Nila menimba ilmu disana, jarak yang memisahkan mereka, tidak membuat cinta Damai luntur, rasa itu tetap sama, sama seperti dulu sewaktu mereka masih duduk di bangku Sekolah menengah umum, jika ada liburan Nila selalu menyempatkan pulang ke Kisaran untuk bertemu orang tua dan kekasih hatinya.

BAGIAN 2
Rembulan masih bergayut manja, malam makin meninggi, kerlip bintang menerangi angkasa, taburan sinar di sisi waktu yang misteri, ditempat tidurnya Nila coba memejamkan matanya, Nila gelisah membayangkan satu wajah selalu ada dibenaknya, tak terasa sebulir air mata jatuh menetes di pipinya “maafkan aku Damai” bisik hatinya.
Nila merasa amat bersalah pada Damai setahun belakangan ini, Nila memiliki hubungan khusus dengan pria lain, ia telah menerima Alek menjadi kekasih hatinya, walaupun Damai tidak jauh, jauh dilubuk hati Nila ia merasa berdosa pada Damai, yang telah mendustakan kisah kasih kasih mereka, jujur diakui Nila juga menyukai Alek anak Medan yang jauh lebih tampan juga lebih kaya dari Damai, namun satu yang tidak dimiliki Alek, yaitu ketenangan dan kesederhanaan bersama Damai, Nila merasa lebih tenang dan nyaman, dua wajah pemuda silih berganti di benak Nila, sampai kapan ia harus berdusta pada Damai? akhirnya Nilapun tertidur dengan pikiran yang berkecambuk tiada tentu.
Satu minggu Nila di Kisaran, satu minggu jua Damai selalu menemani Nila, mereka selalu berdua pergi kemana – mana, Damai merasa kali ini Nila agak lain dari biasanya, sekarang Nila lebih sering melamun ketika diajak bicara, Damai hanya menduga apakah Nila mulai bosan dengan hubungan ini atau apakah Nila sudah berpindah hati? Segera Damai buang jauh-jauh prasangka-prasangka tersebut. “ah sudah lah, jika aku diijinkan, jodoh pasti bertemu,” bisik batin Damai, menghibur hatinya sendiri. Memang lain dirasakan Damai setahun belakangan ini. Nila sudah jarang menelepon Damai, jika Damai menghubungi ke Hp Nila pun jarang aktif, paling ketika diangkat Nila selalu mengatakan sekarang banyak tugas, sibuk di perkuliahan dan banyak lagi alasan yang dikemukakan Nila, Damai hanya berpikiran positif menanggapai semua alas an yang dikemukakan Nila, Damai coba memaklumi semuanya sekembalinya Nila ke Kota Medan tempat dimana Nila menimba ilmu, aktivitas Damai kembali sepertinya. Menjadi montir di bengkel pamannya, atau kuliah dan malamnya Damai siaran di radio Kala FM Ceria, kalaupun tidak lagi siaran Damai sering juga nongkrong bersama teman-teman di halaman depan radio kala FM Ceria seperti halnya malam ini, yaitu malam kamis dimana Damai kembali siaran di acara rentak melayu. Jika di acara kreasi nada Damai lebih menyapa hangat kaula muda maka diacara rentak melayu, Damai membaur dengan orang-orang tua yang dapat berpantun dengan indah, karena itu baik yang muda maupun yang tua sangat menyukai Damai yang dapat menyatu baik kepada semua orang.
Dengan candaan segar Damai memulai kata sambutannya, dari satu pantun yang ia lempar kepada pendengar radio karangan kala FM ceria, maka acara berbalas pantun lewat teleponpun dimulai.
“malam Kala FM Ceria, rentak melayu”
“malam jugo wak DM, Assalamu’alaikum Wr. Wb.” Jawab sipenelpon
“waalaikumsalam Wr. Wb. dengan siapo, dimano, jangan lupo wak, passwordnyo, kalao dak paham password, kata kuncinyo” jawab Damai.
“biasolah wak DM dengan wak alang di jalan dipo, aih sampai lupo passwordnyo, setambat setangkahan, anak melayu tanah asahan.” jawab penelpon yang bernama wak alang.
“aih mak jang, kito dipanggil wak, bolum pun kawin, masih mudo nih wak alang.” canda Damai “biar lobih akrab sebutan wak DM tu, hahahaha... jadi macam mano boleh kito mulai pantun kito ini?” sela wak alang.
“lanjut wak alang, biar kito libas malam hari ini, ha...ha...ha...” tumpal Damai.
“ha, dongar yo,
balari atok ka kampong bayam
menari cucu rontak semilan
dikiri entok di kanan ayam
yang mano dulu ondak dimakan
jadi wak DM sekian pantun dari wak Alang, kita tunggu orang menjawabnyo,” “ayo wak Alang kito tunggu.” ujar Damai “okelah kalau begitu, jangan lupo salam untuk semuo, wak alang pogi dulu, Assalamu’alaikum Wr. Wb.” jawab wak Alangdari Hp nya. waalaikumsalam Wr. Wb. ya itu tadi pantun dari wak Alang, kito tunggu adokah satu pendengar menjawabnyo.” tak lama kemudian terdengar suara dering telepon, damaipun segera mengangkat telepon tersebut. “slamat malam, rentak melayu siapo dimano?”
“Assalamu’alaikum Wr. Wb., malam jugo, setambat setangkahan, anak melayu Asahan, ini dongan wak Jahar di simpang Kawat” jawab penelpon yang bernama wak Jahar
“baru muncul wak jahar, macam mano kabarnyo?”
“sehat wal’afiat wak DM, cumo kantong sajo yang kurang seha, ha...ha...ha...” tukas wak jahar dari teleponnya. “karang kantong yang lain, bajayo kito, ha...ha...ha... jadi kito balas pantunyo wak Alang tadi?”
“tontulah wak DM, ini diyo kito balas patunnyo wak Alang, dongar baik – baik yo,,,
mamerah mato wak Alang
tapolanting ka somak-somak
tasorah mano pilihan
yang taponting bagulai lomak
ha...ha...ha... biar tabakar janggut wak alang kau itu ha...ha...ha... sudah dulu wak DM Assalamu’alaikum Wr. Wb.” tutup wak jahar. “waalaikum salam Wr. Wb. ha...ha...ha... ado-ado sajo wak jahar kito ini, jadi biar aku tambahkan pantunnyo tadi
ka polanting ka somak-somak
tapikiran si bini mudo
yang taponting gulai lomak
sambal belacan jangan dilupo
okay baiklah para pendengar yang setio kala FM ceria, masih bersama sayo yang ditambalkan orang tuo tu dongan sebutan wak DM, kito dongar dendang nan merdu  dari Iyeth Bustami dengan lagu laksmana raja dilaut, seratus poin empat, radio kebanggaan kito Kala FM cerio, ini dio lagu Iyeth Bustami”
Damai pun menyetel lagu Iyeth Bustami dari laptop studio tersebut. Damai melepaskan control talk yang tadi berada di kedua telinganya ke leher, Damai meregangkan pinggangnya sambil merentangkan kedua tangan sekedar meregangkan otot-ototnyanya, acara rentak melayu begitu hidup dengan canda dan gaya Damai yang disukai banyak penggemarnya, Damai selalu melempar obrolan-obrolan segar, guyonan, menghibur yang dipersembahkan daai dengan suara machonya.

  Bersambung ke Jilid II