Kamis, 09 Mei 2013

DERAU-DERAU HATI Bag. I


KATAPENGANTAR

Alhamdulillahpuji dan syukur kehadirat ALLAH SWT saya ucapkan atas selesainya buku ini. Tanparidho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan, tidak lupasaya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan bukuini.
Satu buku yang berkisah akan keteguhanhati, Derau-derau Hati laksana suara h ujan yang berbisik di bawa angin.Derunya menyeruak kalbu menyeruput rindu menyiram dingin dari kegersangan hatinan pilu dalam ingin.

Kisaran, Mei 2013
Penulis

Iwan Sekopdarat



“Derau-Derau Hati’                                                                          Cipt.Iwan Sekop Darat

E     Amn   E                        Amn
Hatii.-ni, tak berhenti tuk menyayangi
E                         Amn
Takberhenti tuk mengasihi
F               Dmn                    E
Sekalipunengkau tak sudi, sekalipun
        A
Engkaumembenci
E      A    E                      A
Jiwai.-ni, tak lelah menjaga dirimu
E                          A
Takpernah berhenti menunggu,
F                    Dmn                E
Sekalipunengkau tak suka, sekalipun
         A
Engkautak cinta
Reff
E        F                  G             F                 A
Bagaigemuruh hujan yang dibawakan angin
           F         G               A       E
Derauhati ini tiada berpaling hooo
E        F                   G       F                      Amn
Bagaipanas membakar, hanguskan jiwa ini
            F          G            Amn               
Namunhati sejukkan menyirami
E      Amn E                          Amn      E
Rasai.-ni tak jemu merindu dirimu, tak jemu
             Amn
Mengharapcintamu
F                    Dmn
Sekalipunengkau membenci
E                    Amn
Sekalipunengkau tak suka

“Kemarau “

Rantingdahan kering
Helai-helaidaun akasia berguguran
Anginmemukul-mukul kerontang batang
Meninggalkansuara bersiuran
            Hujan berganti paras menggantang
            Akar terseok diantara debu tanahrerumputan
            Menyusuri muara kering kerontang
Menurunilembah ilalang dan pepohonan
Dalambatas pemandangan
Fatamorganabersenda gurau
Seakanhijau namun kemerahan
Seakanhujan namun kemarau
            Aku kekeringan
            Hatiku kemarau
            Bagai helai daun berguguran
            Rasaku derau-derau


“Sebentar Cuma “

Sejenakaku pergi…
SebentarCuma
Melihatgulungan awan di tebaran mega
Memandanglembayung senja di semburat cakrawala
Tidaklama
SebentarCuma
            Sejenak aku datang
SebentarCuma
Diantarakelebat bayang temaram
Dicelah bias sinar yang telah padam
Tidaklama
SebentarCuma
Sejenakaku kembali
SebentarCuma
Membawapelangi disaat rinai belum reda lagi
Mendekaprembulan kala mentari belum tinggi lagi
Tidaklama
SebentarCuma
            Sebentar Cuma aku pergi
            Sebentar Cuma aku datang
            Dan kembali pulang


“Harap Pintaku “

Akutudung bara dihatiku berkecamuk rasa
Kutau tak mungkin namun rasa ini kian menggebu
Kurasatak yakin untuk bisa melukis di angkasa
Melukisbilur cinta helai rindu di singgasana kalbu
………
Akukepung api dihatiku kian menyala
Membakarhangus semua hanya tinggal serpih debu
Serpihdebu dari sisa abu rasa ini jadi kelabu
Nyirutapak kaki seakan terpijak pecahan kaca
………
Akusenandung lagu dihatiku haru pilu
Nadakuragu iramapun layu rasa ini kian keruh
Akuletak angan tergeletak mimpi paruh waktu
Dimanaaku disaat hati ini bergemuruh
………
Akukumpul doa diahatiku mengharap ridha
Tengadahtangan di tiang malam bergantung bulan
Desahucapan seiring kelam lagi tak berbintang
Biarini kenangan perjalanan waktu
Harappintaku dikau bahagia………


“Dirimu yang Aku Cinta “

Sebeningkaca
Memantulkanseribu warna rasa di sukma
Nuansapesona
Cahayadari spektrum rindu yang tercipta
Akudibuai olehnya
Laksanasebening kaca nuansa pesona
Dirimuyang aku cinta
Seteduhkata
Melebihitelaga atau samudra dibelahan katulistiwa
Untaianmakna
Baris-barisaksara jalinan kata asamara
Akudi lagu olehnya
            Ibarat seteduh kata untaian makna
Dirimuyang aku cinta
Seindahrasa
Suarasukma getar jiwa membahara
Dalammerindu
Sebegituhati ini mengharapkan dirimu
Akudi ayun olehnya
            Laksana seindah rasa dalam merindu
            Dirimu yang aku cinta


“Soalan Kalbu “

Jauhku angan kemudikan pikiran
Haluanku rasa biduk ku rindu
Mengarungilautan
Mengitarilangit biru
            Aku engkau diam
            Bungkam membubung bisu
            Menahan
              Merindu
              Soalan
                        Kalbu
Kuncupkelopak mekar dan layu
Berguguran,berserakan
Berhamparansatu-satu
Bergelimpangan
            Aku dan rasaku
                Aku dan cintaku
                        Aku dan hatiku
                             Aku dan rinduku
            Jadi satu soalan kalbu


“Sajak Derau-Derau Hati “

Dipucuk malam
Ujungtangkainya rembulan masih mengkal
Putikbintang belumpun mekar
Berharaprembulan memerah
Berharapbintangpun merekah
            Pucuk malam berdahan bimbang
Tangkairembulan beranting bintang
Tumbuhrindang
Lalutumbang
Selaksatarian jiwa hentakan irama zapin
Dirikuterlampau-lampau
Laksanabunyi suara hujan yang di bawa angin
Hatikuderau-derau
            Danmengambang
                Diawang-awang
                      Pecah jua di telapak tangan


“Rindu yang Teramat “

Tiadabergeming
Geladakhati hening
Cucuranrasa jiwa kering
Dalamseribu mungkin
Dalamsatu ingin
            Tiada terucap
Desahpilu harap
Raguharu mendekap
Akantiap-tiap
Padasatu usap
Tiadatersirat
Darikisah sekerat
Lagiberkarat
Dibagian sekat-sekat
Rinduyang teramat
            Perih luka dan kecewa
            Seolah tersayat sembilu
Lirihsuara nada cinta
Teramataku merindu




“Malam ini Aku Kembali “

Kembalimalam ini aku merindu kan mu
Membayangkanwajahmu, matamu, senyummu
Mengingatsemua tingkah polah gaya candamu
Mengenangmusuatu hal terindah bagiku
            Di payungi malam merajut angan
Dibawah sinar rembulan satu keinginana
Taburanbintang di kisah yang membentang
Kaudan aku bergandeng tangan
Jalinankasih ku sayang
Dihamparanpasir putih pantai
Berlarimengejar mimpi dan kaki telanjang
Kemilaulautan ditimpa surya gemulai
Semburat cakrawala senja nan tenang
            Bibirmu sedikit merekah
            Matamu memandang jengah
            Pipimumerona merah
            Kali pertama aku mengecup keningmu
            Kali pertama aku mengusap wajahmu
            Kali pertama aku membelai rambutmu
Maafkanaku yang dulu pernah menyakitimu
Maafkanaku yang tak pernah jujur kepadamu
Maafkansemua salahku, kepadamu
            Lama sudah kisah, engkaupun kianentah dimana
            Namun sungguh
            Malam ini kembali aku merindukan mu


“Tingkap Hati “

Tingkaphatiku masih terbuka
Mungkinsekali ini saja
Cukupsudah dengan semua cerita
Janganjadi rasa ini nanti muntah
Tingkaphatiku masih terbuka
Tiadalebar seperti dulu
Puassudah bertahan dan menunggu
Berharapengkau berubah
            Tingkap hatiku masih terbuka
Berharapkembali
Satukesempatan lagi
Jika tidak sudahlah               
Tingkaphatiku masih terbuka
Daritiap-tiap asa
Akumenggenggam rasa


“Temui Aku “

Temuiaku di simpang tiga
Tungguaku disana
Mungkintidak lama
Disini aku sebentar Cuma
            Nantikan aku di sana
            Di simpang tiga
            Persis di depan gedung tua
            Kita harus bicara
Disimpang tiga hanya untuk memastikan tempatnya
Agarkau tau dimana tempat menemuiku
Bukandisitu menjadi tempat kita untuk bicara
Hanyatempat menunggu saja
Selanjutnyaterserah dirimu
Kemanakita memperdengarkan rasa
            Jangan lupa
Temuiaku di simpang tiga
Tungguaku disana
Jikasampai lelah aku disana
Engkautiada
Berartiengkau telah tiada


“Tak Ubahnya Aku “

Gurat-gurathatiku
Pahatanyamenyerupai batu nisan
Ditepuk sayup nafasmu
Takubah aku mati kehausan
            Parit kecil rinduku
            Alurnya berkelok dan melintang
Dipukuldesah rasamu
takubah aku karam dan tenggelam
senyapsepi merayap menepi
gegapbising merebak hening
kutawan angan dan angin
kucurah nuansa hening
dankilatan ini bagai nyala api
            tak ubahnya aku yang tak dianggap
            meniti rasa canduku kadang pengap
taklayakkah aku jadi pilihan
diujung senjamu mengulam awan


“Angin dengan Angan “

Angin………
Bawaangan ini serta bersama
Menembusicahaya, celah ruang dan waktu
Mengusaplena bujuk rayu mesra canda haru pilu
Dipusara munajat cinta hakikat doa
Menguaktabir angan panas dingin

Angan………
Sertakanangin jauh melayang terbang mengangkasa
Melewatibulan bintang matahari dan pelangi
Membelaimesra biduk haluan layar kemudi
Diaksarauntaian syair makrifat jiwa
Menyingkapsilau ingin dianjungan
Anginmenuai angan
Anganmenyemai angin
Angindengan angan memetik keindahan
Angindan angan yakin dalam genggaman


“ Ucap, Tangis dan Tawamu “

Ucapmumeledak-ledak
Bagaidentum meriam
Yangbaru disulut dari hulu ledak
Menyalak-nyalak
Tiadahenti diam
            Tangismu tersedak-sedak
            Timbul tenggelam
            Seolah badai biduk perahu mengelak
Menghentak-hentak
Tiadajumpa diam
Tawamuterbahak-bahak
Sunggingsenyum bergumam
Seakansedih hilang letak
Mengakak-ngakak
Tiadamenjemput diam
            Diantara ucap tangis dan tawamu
            Aku tergeletak miris
Terhenyakdan terpaku


“ Derau-Derau Hati “

Bagian I
            “ Bang, bangun bang! “
            “ bang, bangun, bangun bang! “
Ucapgadis cilik membangunkan seorang pemuda yang tertidur di depan ruko pinggirjalan, dengan tangan kanannya gadis cilik tersebut menggoyang-goyangkan kakisipemuda berharap pemuda itu terbangun. Sementara tangan kiri gadis ciliktersebut masih tetap memanggul goni butut, suara adzan subuh menyadarkan pemudaitu, ia merasa ada yang menggoyang-goyangkan kakinya. Pemuda itupun tersentak dan terbangun dari tidurnya, ia tidakberusaha bangkit hanya menggeser sedikit duduknya dan menyandarkan tubuhnyapada pintu ruko. Matanya masih merah sedang badanya serasa letih tiada terkiraseakan tulang-tulangnya terlolosi satu-satu,dengan tangan kananya pemuda tersebut menggendang-gendang pinggir kepalanyamencoba mengingat kejadian tadi malam. Pemuda tersebut tercenung sesaat tak adasatu bagian pun yang sanggup ia ingat, ia coba tengadahkan kepalanya, itu puntak mampu menghadirkan layar ingatanya. Mata pemuda itu hanya menatap kosong,ia coba alihkan pandanganya kepada gadis kecil yang tadi membangunkanya. Kayukecik yang tadi masih di dalam goni butut, telah berpindah ke tangan kiri gadiskecil tersebut. Di pinggir tong sampah gadis kecil itu memilah-milah sampahmana yang akan ia ambil untuk dijual.
            Tak jauh dari tempat pemuda yangdibangunkanya tadi, sekilas gadis kecil itu memandang pemuda tersebut dantersenyum. Yach… ini sudah yang berapa kali gadis kecil itu membangunkanorang-orang yang tertidur di pinggir ruko atau pinggir jalan. Ia dapat denganjeli membedakan orang yang memang tidurnya di pinggir ruko dengan orang yangtertidur di pinggir rook. Yang memang tidurnya di pinggir atau di depan tookatau ruko, biasanya orang yang tidak punya tempat tinggal merantau ke ibukotabermodalkan keyakinan dari kerja serabutan sampai pemulung.
            Gadis kecil itu sudah hafal betulstylenya karna ia juga bagian dari mereka yang hidup di pinggir jalan.Sedangkan yang tertidur di pinggir took gadis kecil itu pun sudah faham betulpikiranya jarang meleset, tentulah mereka yang tertidur di pinggir jalan ataudepan ruko adalah orang yang menyia-nyiakan kesempatan hidupnya denganmenghambur-hamburkan uang, berpesa minuman keras atau menggunakan obatterlarang dalam dosis besar, hingga lupa bahkan tidak sanggup untuk kembalipulang kerumah dan tergeletak di pinggir jalan atau ruko. Jika gadis kecilpemulung itu melihatnya maka ia akan membangunkan orang yang tertidur tersebutdengan membangunkan mereka, ia berharap mereka jadi tersadar dari kekhilafanhidup yang mereka jalani.
            Sejenak memuda itu melemparkanpandangan di sekelilingnya, di pinggir sudut ruko pemuda itu pun melihat adaorang yang tidur di sana beralaskan kardus bekas dengan buntalan kain sebagaibantalnya. Pemuda itupun kembali tersadar dengan cepat ia meraba saku belakangcelananya ia dapati dompetnya masih di saku celananya. Ia pun segeramengeluarkan dompenya dan melihat isi dalam dompet itu, isinya masih utuh slipgajinyapun masih membaluti uang dalam domper itu. Kembali si pemudamengeluarkan uang dari dalam dompet dan menghitung  uangnya, “ tidak berkurang “ bisik batinpemuda itu. Kembali ia memasukkan uang kedalam dompet dan menyelipkanya ketempat semula.
            Si pemuda melihat orang yang tidurdi sudut pinggir ruko sudah bangun, dari cahaya lampu neon ruko, pemuda itudapat melihat bahwa orang yang tidur tadi seorang lelaki tua dengan pakaianyang hamper pudar warnanya. Lelaki tua itu berjalan beberapa langkah daritempat di mana ia tidur menuju ujung keramik teras ruko sambil menenteng botolaqua yang isinya tinggal setengah. Dengan air itu lelaki tua mencuci mukamembersihkan wajahnya.
            Udara subuh terasa dingin seolahmencucuk sumsum tulang pemuda itu, ia melihat kemejanya yang terbuka duakancing diatasnya. Dengan kedua tanganya ia merapikan kemejanya danmengancingkan kembali kemejanya. Aroma harum menyeruak di penciumanya, pemudaitu coba menebak dari mana asal aroma harum. Sekali dua kali si pemudamengendus hidungnya seolah aroma harum itu tidak jauh dari penciumanya. Kemejayang sudah terkancing rapi ia buka kembali, kepalanya merunduk memastikan darimana asal aroma. Ia tarik dalam-dalam nafasnya aroma harum tersebut dari dalamtubuhnya. Si pemuda heran bagaimana aroma harum itu seakan menempel ditubuhnya.Si pemuda termenung ia coba mengingat kembali apa yang telah terjadi tadimalam. Semakin ia mengingat semakin ia tak tahu, seakan ada yang terpotong dariingatanya. Pemuda itu kembali termenung, ada celah potongan yang tersisa… yach…potongan kecil, ia tadi malam bermimpi bertemu dengan seorang gadis cantik,cantiknya laksana bidadari, di malam mimpinya pemuda itu memeluk gadis itu.
Hanyaitu yang diingatnya...
Hanyaitu… lainya kabur diingatanya
            Ia masih duduk bersandar di pinturuko tersebut. Pemuda itu memejamkan matanya bukan tidur tetapi mencoba menebakapa yang sudah berlaku pada dirinya, jika diabenar mimpi mengapa aroma harum itu nyata di penciumanya, aroma harum dariparfum yang bukan ia punya.
            Gelap subuh merambat pelan berangsurmenepi di ufuk timur semburat rona merah menerangi pertanda pagi kan datang. Gelapsembunyi satu-satu hilang, yang lalu lalang pengguna jalan masih belum ramai.Dari pinggir jalan seorang penjual bubur mendorong gerobak daganganya, penjualitu melintasi jalan dimana pemuda tadi tertidur.
            Setengah berteriak pemuda itumemanggil penjual bubur yang berjalan pelan. “Bang, bubur bang !” . Sipenjualpun berhenti, “ia den, bubur ?” ucap penjual tersebut. Si pemuda bangkit danberanjak dari duduknya menghampiri penjual bubur persis di ujung keramik lantaiteras ruko yang tidak begitu jauh dari jalan raya. Pedagang buburpun mendoronggerobaknya  dan berhenti di hadapanpemuda itu, “Bubur satu bang !” ujar pemuda tersebut. “ Bubur apa den? kacanghijau atau pulut hitam “ si pedagang bubur memberikan pilihan. “ Kacang hijausaja satu!”. “ ia den “.
            Si pemuda kembali duduk di ujungubin keramik yang memang dibuat agak tinggi dari tanah dan jalan dekat gerobakdimana si penjual bubur menyiapkan bubur pesanan pemuda itu. Pemuda itu melihatpak tua yang semalam tidur tak jauh dari ia tertidur. Lelaki tua itu sedangmemberesi kardusnya dan menepuk-nepuk buntalan kain yang ia buat sehinggabantal tak jauh dari lelaki tua itu. Gadis kecil yang tadi membangunkanya masihsibuk berkutat dengan tong sampah, mengais-ngais sampah dan memilah-milahnya.Dua tong sampah sudah dilihat dan dipilah gadis kecil pemulung itu, dan initong sampah ketiga sepengetahuan pemuda itu.
“ den, ini buburnya “ ucap penjual buburseakan membuyarkan pandangan pemuda itu.
“ eh, ia pak, tolong pak buatkan lagidua mangkok “ tegas pemuda itu sambil menerima bubur pesanan dari tanganpenjual bubur.
“Dek…dek…mari!, Pak… pak… mari!,”Kembalipemuda itu berujar menatap kedua orang yang ia panggil, sambil menganggukkankepalanya memberi isyarat.Gadis cilik pemulung dan pak tua itu berjalanmenghampiri si pemuda, dan duduk tak jauh dari si pemuda.
            “ Dek, ini makan buburnya, pakbuburnya pak sudah dipesankan,“ ujar sipemuda. Tak lama penjual buburpunmenyerahkan dua mangkok bubur kepada gadis kecil dan pak tua itu.]
“Terimakasih nak“ tukas pak tua.
 “terimakasih ya bang,“ sela gadis cilikpemulung juga. Sipemuda hanya tersenyum dan mengangguk pelan. “abang habis mabokya tadi malam?” celetuk gadis kecil itu dengan polos kepada si pemuda. Sipemudayang ditanya tidak menjawab, malah dengan sebelah tanganya ia memijid batanghidungnya diantara kedua matanya. Sipemuda tak tahu apa yanga harus ia jawab,memang dulu ia pernah minum-minuman keras sekalipun sampai mabuk pemuda itumasih dapat mengontrol dirinya dengan tidak tertidur di sembarang tempat,itupun dulu sewaktu ia belum merantau.
            Semenjak ia diperantauan ini, pemudatersebut berjanji dalam hatinya untuk tidak lagi menyentuh minuman yang berbaualkohol. Kembali gadis kecil pemulung itu berujar “sayanglah bang kalau uangdihambur-hamburkan dan tidur di pinggir jalan karna mabuk. Untung saja abangtidurnya di pinggir took, coba kalau tertidur di atas rel kereta api atau ditengah jalan kan bahaya!”. Sipemuda masih terdiam, dengan senyum kecut iamemandang gadis cilik yang berbicara tadi sementara pak tua hanya mendengarkansaja perkataan gadis kecil itu, ia tak ingin mencampuri omongan si gadis cilik.Pak tua itu berfikiran bahwa sipemuda itu lebih tau apa yang akan ia buat dalamhidupnya. “Tak baik pagi-pagi sudah menceramahi orang yang belum ia kenal, lagipula perkataan gadis kecil itu sudah mewakili perkataan hatinya” bisik batinlelaki tua itu. Isi mangkok telah berpindah ke perut mereka. Si pemudamembayarkan pesananya. Sebelum pergi pak tua dan gadis pemulung itu masihsempat mengucapkan rasa terimakasih pada pemuda itu.
            Kini tinggal pemuda itu seorang diriduduk di pinggir sisi ubin lantai. Baru ia tersadar, mengapa ia tidak sempatmenanyakan nama pak tua dan gadis kecil itu. Suara pintu besi ruko yangberdenyit meyentakkan lamunanya, pintu rumah took (ruko) telah dibukapenghuninya pun members-beresi tokonya. Si pemuda beranjak dari duduknya danberjalan menyusuri jalan raya, ia menuju langsung tempat kerjanya yang tidakbegitu jauh dari tempat ia tertidur. Pemuda itu tidak sempat pulang ke tempatkosannya, ia masih bekerja dengan aroma harum yang masih melekat di tubuhnya.Di tempat kerjanya pun seharian pemuda itu coba mengingat-ingat kembalikejadian tadi malam, namun ingatanya seakan buntu tak satupun kejadian yangmampu diingatnya.
            Sepulang dari kerjanya pemudatersebut langsung menuju rumah kosanya, mengguyur tubuhnya yang seharian tidakmandi. Segar terasa sekujur tubuh pemuda itu. Di pertengahan senja dan malamsipemuda bersujud memenuhi panggilan yang kuasa. Shalat magrib ia laksanakandengan khusu’. Selesai berdo’a sipemuda itu mengambil alqur’an dan membacaisinya dengan suara yang berdengung. Setelah selesai mengaji sipemudamerebahkan tubuhnya di kasur kamar kosnya, kembali ia coba mengingat-ingat,menyusun-nyusun potongan kejadian tadi malam. Sipemuda seakan menemukan satucelah, ia pun coba menyatukan potongan-potongan kejadian itu. Semalam ia kerjalembur dan pulang kurang lebih pukul 07.00 malam, sengaja ia tidak langsungpulang ketempat kosanya. Namun, berjalan berlawan arah dari tempat nya menujupusat perbelanjaan yang tidak begitu jauh dari tempat kerjanya. Semalam sore iamenerima gaji upah kerja dari pihak perusahaan, dengan uang itu si pemdaberencana membeli beberapa kebutuhanya mall pusat perbelanjaan tersebut. Di tengah perjalananya menuju pusatperbelanjaan itu si pemuda melihat seorang gadis berdiri di samping sedanputih, ketika si pemuda melintasi gadis tersebut, gadis itu meminta tolongkepada si pemuda untuk melihat mobilnya yang ia bilang mogok. Si pemuda yangsedikit banyak tahu dan faham soal mesin, coba membantu gadis itu. Seingatpemuda itu sewaktu ia memperbaiki mesin mobil sedan putih tersebut, pemuda itumerasakan ada benda tumpul yang menyentuh tengkuknya dengan keras, dan pemudaitu tidak ingat apa-apa lagi, ia seolah bermimpi dalam tidurnya bertemu danmemeluk seorang gadis cantik yang ia anggap bagai bidadari turun dari kayangan.Hanya itu saja yang ia ingat, lain tidak sampai si pemuda tersadar daritidurnya setelah dibangunkan gadis cilik di pinggir ruko di mana semalam ialewati.
            Pemuda itu berfikir lebih keras danmengambil kesimpulan bahwa semalam ada yang memukul tengkuknya hingga iapingsan, tapi untuk apa? Jika orang itu ingin merampok mengapa uangnya tetaputuh dalam dompetnya, si pemuda tidak habis fikir ia pun lupa mengingat nomorplat sedan putih itu, juga lupa mengingat wajah gadis yang meminta tolongkapadanya, seingatnya pun di tempat kerjanya si pemuda itu pun tidak pernahbermasalah dengan teman-teman sekerjanya. Satu tanda tanya besar dalam hidupnyadengan kejadian yang menimpanya semalam, namun yang jelas gadis dalam mimpinyaitu bukan gadis yang ia lihat di samping sedan putih itu. Yach… gadis dalammimpinya tidak memiliki poni rambut, sementara yang di samping sedan putihmemiliki poni di atas mata, yach… poni…poni rambut di atas mata!. Si pemudacoba mengingat gadis yang memiliki poni rambut lurus di atas alis matanya.Namun, di kota metropolitan ini bukan hanya satu gadis yang memiliki ponirambut, banyak gadis di sini yang memiliki poni rambut lurus yang sama. Kembalisi pemuda itu menemui jalan buntu.
            Suara adzan membuyarkan lamunanpemuda itu, sayup terengar dari kamar kosnya menandakan masuknya shalat isya.Si pemuda segera bangkit dari kasurnya dan melaksanakan shalat isya. Selesaishalat si pemuda kembali merebahkan tubuhnya, Ia tidak lagi makan malam karnasepulang kerja ia singgah dan makan di warung makan tidak jauh dari tempatkosanya. Si pemuda pun tertidur dengan rasa penasaran yang menyelimutipikiranya.
            Si pemuda yang di kampong halamanyaselalu dianggap jelek oleh masyarakat, pemuda yang tidak punya tujuan hidupmenghabiskan malam demi malam dengan botol-botol minuman keras, selalu membuatonar, berkelahi, berantam dan sering membuat keributan. Ketika ia mengenalcinta dari seorang gadis yang bernama Jamila, gadis sekampungnya membuat pemudaitu tersadar bahwa selama ini ia telah jauh tersesat dan menyimpang dari jalan yangbenar, seakan mendapat semangat baru si pemuda ingin meninggalkankebiasaan-kebiasaan buruknya. Dari jamila pemuda itu banyak belajar arti hidupdan cinta . rasa pemuda itu pun tidak bertepuk sebelah tangan, Jamila yangmelihat pemuda itu telah berubah membuka hatinya dan menerima pemuda itumenjadi kekasihnya. Namun, keluarga Jamila tidak menyetujui hubungan yang dijalin Jamila dengan pemuda itu. Mereka tetap menganggap si pemuda sekaliperemen kampung tetap premen kampung sampai kapanpun preman kampong. Pihak  keluarga pun menjodohkan Jamila denganpilihan mereka, Jamila tidak dapat berbuat banyak dan menentang kehendak orangtuanya. Dengan berat hati Jamila harus mengikhlaskan terkubur rasa cintanyapada pemuda itu. Si pemuda yang mendapat kabar bahwa  Jamila telah di tunangkan dengan seorang  pemuda pilihan orang tuanya, membawa lukahati yang tiada terperikan. Di saat seorang sahabat pemuda itu pulang dariperantauan dan menawarkan pemuda itu untuk ikut denganya di perantauan, pemudaitu pun mengiyakan dan ikut sahabatnya mengadu nasib di negeri orang. Di kotametropolitan ini si pemuda tidak mengadu nasibnya bersama sahabatnya yang telahduluan menginjak kakinya di ibu kota. Sahabatnya sudah berkeluarga dan memilikiseorang anak, hanya dua minggu pemuda itu menumpang di rumah sahabatnya. Iatidak ingin terlalu membebankan sahabatnya dengan kndisi keuangan sahabatnyayang pas-pasan. Setelah mendapat pekerjaan pemuda itu pun pindah dan memilihkamar kos sebagai tempat tinggalnya. Setelah member penjelasan yang tidak inginsahabatnya beranggapan yang tidak-tidak pada dirinya, dengan berat hati sangsahabat pun mengizinkan pemuda itu mencari tempat kosnya.
            Dari Jamila yang mengajarkan articinta pada pemuda itu , membuat pemuda itu selalu menghargai waktu, dan tidaklagi menyentuh minum-minuman keras, sekalipun Jamila tidak lagi disisinyanamun, apa-apa yang dikatakan Jamila terus membekas dihatinya. “Jadikan cintasebagai bentuk anugrah dari yang maha kuasa agar kita lebih mendekatkan dirikepadaNya dan lebih banyak bersyukur dengan apa yang kita miliki dalam hidup”.Si pemuda ingin membuktikan bahwa ia bukanlah seorang pemuda yang tidak punyamasa depan dan pemuda mabuk-mabukan di perantauan ini. Si pemuda bertekatmeraih cita-cita dan harapanya.
            Hari demi hari berjalan sepertibiasanya, sedikit demi sedikit si pemuda mencoba melupakan. Kejadian yangdialaminya membuat ia merasa bodoh dengan kejadian yang membingungkan tersebut.

Bagian 2
            Di dalam ruangan kamar yangperalatanya serba mewah seorang gadis manis menangis sesunggukan. Ia menangisinasibnya yang kini dijalaninya. Kejadian itu sudah tiga bulan berlalu namun,terus membekas dihatinya dimana disaat gadis itu menghadiri pesta ulang tahunteman satu kuliahnya. Sewaktu ia mengambil minuman yang disodorkan temanya lalumeminumnya, tidak lama kemudian terasa berputar-putar dan gadis itu tidak ingatapa-apa lagi, ketika sadar si gadis menjerit histeris mendapati dirinyatergolak di kamar hotel dengan pakaian yang acak-acakan. Ia merasakan perih didaerah kewanitaanya. Ketika si gadis melihat bercak darah yang ternoda diseprai putih, kembali si gadis menjerit lalu pingsan.
            Ketika siuman gadis manis tersebutsudah berada di kamarnya. Si gadis manis tersebut memandang sekeliling ruangankamarnya, tidak berubah, di sudut tempat tidur ibu si gadis duduk menemaninya,tak jauh dari ibunya seorang dokter berdiri diantara ayah dan kakaknya, merekamemandang khawatir kepada gadis manis tersebut.
            “Mama…” ucap ucap gadis manis itumemeluk ibunya di sertai suara tangis yang memilukan. “Tenang Tira, tenangjangan menangis lagi mama di sini, mama di sini” dengan lembut sang ibumembelai rambut gadis manis yang bernama Tira itu. Pelukan si ibu membuat hatiTira sedikit tenang. Setelah isaknya mereda kembali sang ibu berujar “Tira,coba jelaskan apa yang terjadi pada dirimu semalam. Tadi pagi pihak hotel menghubungike telepon seluler papa, memberitahukan seoranggadis pingsan setelah terdengar seorang gadis tersebut menjerit histeristerdengar dari pintu kamar hotel yang sedikit terbuka. Hanya kartu nama ituyang tersimpan di dalam dompet gadis itu. Papa yang diberitahu segera bergegasmengajak mama dan kak Andi menuju hotel tersebut. Ternyata gadis itu kamu Tira,apa yang telah terjadi”.
            Dengan isak tertahan Tira mencobamengingat kembali kejadian semalam, setelah menarik nafas ia mencobamenjelaskan kepada dokter dan keluarganya. “Tira tidak tahu ma, Tira  tidak ingat, yang Tira ingat, Tira menghadiripesta ulang tahun teman Tira malam itu di salah satu kafe yang telah yang telahdi boking teman tira itu. Semua teman kuliah Tira hadir. Tira merasa pusingsetelah seorang pelayan kafe menyuguhkan minuman dingin kepada Tira, setelahitu Tira tidak ingat apa-apa lagi sampai Tira tersadar telah berada di kamarhotel dengan pakaian yang acak-acakan” .jawab Tira di sela isaknya.
            Tira mencoba mengingat namun, tidaksatupun yang sanggup diingatnya. Dari noda darah di seprai kasur kamar hotel ditambah rasa pedih di daerah kewanitaanya Tira tahu, ia bukan anak kecil lagi,sesuatu yang buruk telah menimpa dirinya. “Tira diperkosa”. Satu kata bagaimomok menghantui kehidupan Tira.
            Kedua orang tuanya mencoba memberipengertian agar Tira tabah menjalani hari-harinya, kepada dokter keluargamereka dan pihak hotel, ayah Tira meminta mereka untuk merahasiakan kejadianini. Ayah Tira seorang pengusaha yang sukses dan salah satu konglomerat dinegeri ini. Usaha lestoran mereka seakan menjamur dimana-mana belum lagibengkel mobil dan sepeda motor yang besar dan memiliki beberapa cabang di kotalain. Mereka juga langsung menjual onderdil mobilserta spare part sepada motor dalam skala yang cukup besar.selain memilikibeberapa restoran dan bengkel kendaran, ayah Tira juga memiliki beberapa buahsuper market yang ia kelola. Andi kakanya Tira yang baru selesai kuliah ditunjuk untuk engawasi bengkel-bengkel besar milik mereka sementara ibunya Tiramembawahi lestoran-lestoran yang mereka kelola.
Tira masih duduk di bangku kuliah.iamenimbang ilmu di salah satu Universitas Ternama ibu kota, mangambil jurusanManajement di fakultas Ekonomi, Tira mahasiswa semester tiga,  gadis manis, canti dan periang, ia sangatdisukai teman-temannya, Tira pandai bergaul walau sedikit tinggi hati.
            Namun setelah kejadian yang menimpaTira, kini ia lebih pendiam, pemurung dan lebih menutup diri pada teman-temandan keluarganya, Tira  kini banyakmelamun dan sangat membenci  yang namanyalaki-laki, karena laki-laki telah membuat hidupnya seperti ini. Ayah Tiramencoba mengait-ngaitkan kejadian yang menimpa putrinya, ayah Tira beranggapantelah terjadi konspirasi pada keluarganya. Mungkin saja ini di latarbelakangiurusan bisnis ayah Tira. Pesaing bisnis ayah Tira yang ingin menjatuhkan usahamereka atau ada orang yang merasa sakit hati kepada Tira hingga melakukanperbuatan terkutuk itu pada putrinya. Ayah Tira sengaja tidak melaporkankejadian tersebut kepada pihak yang berwajib dengan pertimbangan yang iafikirkan masak-masak. Ayah Tira masih keluarga darah biru, ia tidak inginkeluarga besar darah birunya mengetahui kejadian ini yang dapat mencoreng namabaik keluarga besar darah birunya. Ayah Tira juga tidak ingin teman-teman kuliahTira mengetahui aib ini. Jika ia melapor ke pihak yang berwajib, ayah Tiratidak ingin Tira merasa terpukul dan terpojok. karena itu ayah Tira mengambilkeputusan yang telah mereka kompromikan bersama istri dan kakak Tira, Andi anaklaki-lakinya untuk merahasiakan kejadian ini. Tidak lupa ibu Tira memintadokter keluarga mereka memberikan Tira obat anti kehamilan. Setalah kejadiantersebut Tira pun mengkonsumsi obat yang di berikan dokter kepadanya.
            Namun, apa mau dikata empat bulansetelah kejadian itu, kenyataan berkata lain Tira dinyatakan positif hamil.Tira yang masih terpukul dengan kejadian itu masih terpuruk rasanya. Ia tidakmenginginkan kehamilan ini. Tira dan keluarganya tidak tahu siapa ayah darianak yang di kandung Tira, Tira sangat membenci benih yang ada di rahimnya. Sempatjuga terlintas di benak ibunya Tira untuk menggugurkan kandungan putrinyatersebut, hal ini diutarakan ibunya Tira kepada dokter keluarga mereka, dokteritu melarang keras niat ibunya Tira dengan mengatakan “Mungkin Tuhan punyarencana lain, kita telah berusaha namun Tuhan berkehendak lain, tidak ada yangmustahil bagi Tuhan sekalipun Tira sudah mengkonsumsi obat anti hamil, Tuhansudah membuat keputusanya, petiklah hikmah dari kejadian ini”. Perkataan doktertersebut menyadarkan keluarga Tira. Tira pun lebih sering mengurung dirinya dikamar, ia kini lebih cepat tersinggung dan lebih banyak diam. Tira juga keluardari bangku kuliahnya dan mengambil cuti kuliah beberapa bulan kedepan. Rasabencinya pada kaum laki-laki makin memuncak, senyum manis yang biasa bertenggerdi wajah Tira seakan sirna. Ayah Tira yang melihat kenyataan ini segeraberembuk dengan istri dan anak pertamanya. ‘Ma. Apa sekarang tindakan kita ma,papa tidak ingin keluarga besar kita tahu kalau Tira hamil di luar nikah, lebihcelakanya lagi kita tidak tahu siapa orang yang telah menghamili Tira, papamalu dengan kejadian yang tidak kita inginkan ini yang akan mencoreng nama baikkeluarga besar nantinya“,ujar ayah Tira dengan suara bergetar. “Entahlah mamajuga pusing, mama bingung harus berbuat apa”, desah ibunya Tira putus asa.“Andi, adakah kamu tahu jalan keluar dari semua ini”, ucap ayahnya memintasolusi dari anak pertama mereka. Andi diam sesaat dengan satu tarikan nafasberat, Andi pun menjelaskan apa yang ada di fikiranya. :Begini pa, kitanikahkan saja Tira. Karyawan yang bekerja pada kita tidak sedikit, kita pilihdiantara mereka untuk dijadikan suami Tira. Kita jelaskan pada Tira bahwapernikahan ini hanya bersifat sementara sejanis kawin kontrak. Biar saja kitaberi kebebasan pada Tira untuk membuat syarat-syaratnya, karena Andi merasauntuk saat ini Tira masih sangat membenci yang namanya kaum pria, setidaknyaini dapat menyelamatkan martabat keluarga. Tapi mereka harus menjelaskan semuaini pada Tira dengan hati-hati agar tidak menyinggung perasaan Tira,
            Sang ayah dan si ibu mendengarmasukan dari putranya mengangguk-angguk pelan tanda setuju dan dapat diterimaakal sehat.. “Jadi siapa pemuda yang akan kita tunjuk ndi, apa kamu sudah adapilihan untuk dijadikan suami Tira?”, Tanya sang ayah. “Belum pa,kita bicarakandulu pada Tira baru kita tahu langkah apa yang akan kita ambil selanjutnya”,jawab Andi putera mereka. “Baiklah kalau begitu, besok kita bicarakan ini samaTira”, ucap sang ayah menutup pembicaraan merka.
            Keesokan harinya mereka menjelaskandengan hati-hati dan terperici kepada Tira apa yang dirundingkan ayah, ibu dankakak Tira. Tira hanya termenung mendengar penjelasan mereka, jauh di lubukhatinya Tira sangat menyayangi keluarga yang sangat memperhatikan dirinyasekalipun rasanya terpuruk di dasar yang paling dalam ayah, ibu dan kakanyaselalu memberikan semangat hidup bagi Tira, ini yang membuat Tira tetap kuatsampai detik ini. Tira pun tak ingin mengecewakan keluarganya, ia menyanggupidan siap mengikuti apa yang mereka jelaskan. Dalam pernikahan nanti, Tira lahyang menentukan syarat-syaratnya.
            Sang ayah pun meminta Andi untukmemilih dan mencari pemuda yang tepat bagi Tira. Dalam waktu seminggu setelahmelihat berkas-berkas surat karyawan bengkelnya, Andi pun mengantongi satu namayang ia anggap tepat menjadi siami sementara bagi Tira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar