Senin, 20 Februari 2012

buku " FATWA CINTA" Bag. II

buku " FATWA CINTA" Bag. II

oleh Iwan Sekopdarat pada 17 Februari 2012 pukul 10:17 ·
Tuah Pusaka Pembelah Makna
                                                                             Karya : iwansekopdarat
Keris tercabut dari warangka
Menengahi angkara dalam ikatan makna
Pada keris yang bertahta Tuah Pusaka
Disepihak ingin berbakti pada negri
Disepihak menurutkan kata hati
Dengan caranya sendiri ……
Ikatan makna ternoda
Oleh hukum yang dibuat manusia
Saling serang, saling terjang, terkam dan cengkram
Diselingi teriak yang berkumandang
Penyesalan terabaikan
Dipenghujung rintihan gaung erangan terlerai sudah
Satu tikaman membuat usai pertikaian
Darah menganak sungai
Laksemana terhunyung lunglai
Membekap luka yang masih menganga
Membalutinya dengan cindai sutra
Dipangkuan makna yang bersengketa
Ia dipanggil menghadap sang Pencipta
Adakah yang mati dengan menyanggah ketidakadilan
Ataukah yang hidup berpedoman menumpas kezaliman
Biarlah ia menjadi soaian
Namun ingatlah
Petuah – petuah laksamana
Yang mati dan yang melegenda
Terngiang sepanjang masa
Yang mati menyuarakan
Raja alim raja disembah
Raja zalim raja disanggah
Dan yang hidup dengan petuah
Takkan melayu hilang di bumi

Terkadang makna menyesuaikan suasana. Pada masa yang berbeda cara pengungkapan atau cara penyampaian. Pada roman picisan selembar surat masih ku simpan, satu kenangan yang tak terlupakan, kucintai dalam puisi.



















  “Suratmu”
                              Karya : iwansekopdarat
Suratmu dulu masih padaku
Bertulis tinta biru tua
Dikertas merah muda
Yang bersampul biru syahdu
Slalu kujaga
Ku simpan dan ku baca kala hati merindu
Kisah kita kau gores di tinta biru
Kenangan lalu waktu masih bersamamu
Kini zaman telah berubah
Tinta dan kertas terlindas
Dengan alat telematika yang cerdas
Tiada lagi gaya bahasa
Madah penyanjung cerita
Yang tertuang dari tinta
Berganti dengan pesan singkat
Langsung dibaca tanpa diingat
Dapat dihapus sesuai niat
Zaman boleh berubah
Adakah madah boleh musnah?
Surat yang bersampul biru
Menjadi saksi bisu
Dari alat telematika
Yang melesat laju
Biarlah kenangan itu
Bagian dari hidupku
Kujaga dan kubaca slalu
Kala hati merindu

          Emak pun pernah bercerita, mengajarkan kecintaan pada keimanan yang kuuntai berlapis syair.



















                   “Sepenggal Kisah Negri Kayangan”
                                                              Karya : iwansekopdarat
Mak…engkau pernah bercerita
Tentang kisah di surga
Yang ku ingat sepanjang masa
Semua malaikat turun menari
Burung nirwana terbang kesana kemari
Aneka bunga mekar harum mewangi
Melantunkan kidung cinta di alam hakiki
Kembang tetap mekar tak gugur dan layu lagi
Aku bertanya padamu mak
Bagaimana cara kesana kelak?
Satu petuah dari madah yang berlapis kiasan
Kau rangkai dalam untaian
Menyemat lumut di tepi
Sebentuk menghias jari
Makrifat selimut hati
Tawadduk berikhlas diri
Ingin aku melihat negri kayangan
Pemilik Dzat Yang Maha Penyayang
Semoga doa dikabulkan
Dari telapak tangan hamba Tuhan
Agar kelak kita dipertemukan
Dinegri kayangan
Yang dulu pernah engkau ceritakan
Akan makna cinta yang engkau untaikan.

Kembali kubertanya kepada mereka tentang makna cinta.
          Kepada pandai besi aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah tempahan, tempahan hati, tempahan rasa yang melebur ke dalam bara, jangan sampai tergenggam bara, sakitnya kan terasa”.
          Kepada nakhoda aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah lautan yang bertepi pada kemudi penentu haluan untuk diarungi gelombang, badai dan topan yang menanti. Sigap layar terkembang jangan patah anjungan, karam tiada tertahan, hendaklah ia berpedoman
                   Berujar seumuran
                   Tersemat ditadahkan
                   Berlayar setujuan
                   Bertambat setangkahan
          Kepada tukang batu aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah keteguhan, laksana batu ia keras, laksana air ia terbilas, perlahan batu kan jua hancur, pada tetesan air yang tercucur”
          Kepada karyawan aku juga bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah pekerjaan, pekerjaan yang dimulai dengan rasa tanpa beban di jiwa. Pekerjaan yang menuntut kedewasaan, pekerjaan yang tidak bisa dititipkan tanpa paksaan, penuh pengorbanan.
          Kepada pemadam kebakaran aku bertanya tentang hal yang sama, mereka menjawab “cinta adalah api, api yang harus dijaga, dipadamkan jika ia menyala bagai raja disulut, andai dingin menerpa rasa, bak kata petuah lama tampil menawan biar tertawan, kecil berkawan besarpun lawan”.
          Kepada pengemis aku bertanya dengan soalan yang serupa, mereka menjawab “cinta adalah permintaan dengan tengadah tangan mengiba kehidupan permintaan hati semoga kelak yang  mengasihi di balas di hari nanti”.
          Kepada penderma aku bertanya juga dalam soalan yang sama, mereka menjawab “cinta adalah pemberian, pemberian yang kesungguhan hati bukan nominal menjadi ukuran, bukan juga bentuk yang menjadi bagian, namun untaian belas kasih yang bertasbih”.
          Kepada nelayan aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah pengharapan, pengharapan pada kenyataan, pengharapan pada kehidupan bagaikan jala yang dilempar di lautan, suatu pengharapan pada hasil yang lumayan”.
          Kepada penegak hukum aku bertanya tentang makna cinta, mereka menjawab “maknanya adalah pengayoman yang dilandasi dengan pengetahuan bukan kekerasan ujung penyelesaian, bukan kekuatan ujung pengecualian”.
          Kepada ahli hukum aku bertanya tentang makna yang sama, mereka menjawab “maknanya adalah ketentuan, ketentuan dari pasal – pasal yang tiada tersurat namun ia tersirat. Ketentuan – ketentuan hak insani dari anugrah Dzat Yang Maha Tinggi”.
          Kepada ahli fikir aku bertanya tentang cinta, mereka menjawab “cinta adalah pengetahuan, pengetahuan yang dilandasi dengan pembelajaran. Pembelajaran dari diri untuk dimengerti”.
          Kepada orang yang ditinggal mati pasangan aku bertanya, mereka menjawabnya “cinta adalah ketabahan, ketabahan hati pada cabaran diri kepada makna yang misteri, haruslah berserah diri tiada indah untuk mengulanginya lagi jika cerita berakhir mati maka kisahnya tetaplah abadi”.








                   “Ku mengenang”
                                                Cipt. Iwansekopdarat

  G         Dmy
Aku sendiri
             Amn           C                    G
Mengenang cinta yang tak akan mati
   G              Dmy           Amn
Dan aku sendiri mengenang
         C                            G
Kau yang tak pernah kembali
  C        G   Dmy   Amn
Semoga kau tenang
  G     Dmy        Amn       C           G
Aku berharap agar damai disisinya
  G     Dmy        Amn                     C                    G
Aku berharap agar kau tenang ditemani dewa dewi
  G      Dmy         Amn         C                G
Aku mengenang hanya engkau dalam hati
  G      Dmy             Amn                 C                  G
Aku mengenang cinta yang suci tetap abadi dihati
  Dmy   Amn  C                     G
Ho…ho…ho tak pernah kembali
 Dmy    Amn  C                    G
Ho…ho…ho kini kau tlah pergi

( lagu “ Ku mengenang “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )













  Setangkup hati kulerai lewat puisi.

                              Merangkap sejuk di hulu
                             Lanai menepak kasih
                             Bertangkup di pucuk bambu
                             Tersemai di tepak selasih
          Lanai menepak kasih
          Lerai pun berselisih
          Tersemai ditepak selasih
          Menuai di nampan sirih
                             Lerai pun berselisih
                             Benci setara dengki
                             Menuai di nampan sirih
                             Kunci membuka hati
                                                Benci setara dengki
                                                Terbendung mazhab terpatri
                                                Kunci membuka diri
                                                Berlindung di Dzat tertinggi

          Pada maknanya maka rindu jalannya ditikungan asa dipersimpangan rasa akan aksara yang tersemat, dari rindu yang terkebat oleh sair 4 kerat.









                   Basah terselubung
                   Di baju tak berbenang
                   Resah membubung
                   Rindu yang tergenang
                                      Di baju tak berbenang
                                      Di perca berhamparan
                                      Rindu yang tergenang
                                      Rasa hampa haluan
                   Di perca berhamparan
                   Bertali menjulang kata
                   Rasa hampa haluan
                   Bagai kemudi hilang nakhoda
                                      Bertali menjulang kata
                                      Di aksara tanpa anjungan
                                      Bagai kembali hilang nakhoda
                                      Laksana berlayar tak bertujuan
                   Di aksara tanpa anjungan
                   Diwarangka berhulu sematkan
                   Laksana berlayar tanpa tujuan
                   Kemana perahu kan ditambatkan
                                      Diwarangka berhulu sematkan
                                      Beri sesuatu disuapkan
                                      Kemana perahu kan ditambatkan
                                      Hati merindu tak bertuan



          Kembali aku bertanya, bertanya tentang makna cinta kepada pengusaha, mereka menjawab “ cinta adalah usaha, dari kerja keras yang nyata, keuntungan dapat diraih jika jujur dan bersih.
          Kepada Dokter aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta laksana obat, penawar pada penyakit pencegahan pada yang sakit, kadang terasa pahit, meneguknya mungkin sulit, terkadang pada yang sakit cinta baginya penyakit, penyakit yang terjangkit hingga susah ia untuk bangkit, pada yang sembuh dari sakit cinta baginya mukjizat, mukjizat pada makrifat yang dirisalahnya atas anugrah dari Yang Maha Dzat.
          Kepada tukang bangunan aku bertanya dengan hal yang serupa, mereka menjawab “cinta itu bagai pondasi, jika tak kuat pondasinya maka rubuhlah bangunannya dan jika pondasi kokoh maka kokoh jualah bangunannya”.
          Malam semakin larut, sedetik pun tiada mata ini turut, aku pernah menulis kisah roman picisan yang sederhana, ku ikuti alur pikiran yang diwakili tinta, bercerita tentang tentang sepenggal rindu yang dibawa mati, keikhlasannya teruji, dari kisahnya yang abadi, yang ditinggal pergi, membawa kisah rindu itu untuk disuarakan pada dunia, lewat sair yang diuntai menjadi gubahan lagu (untuk lebih jelasnya baca novel tentang rindu 1 dan tentang rindu 2  karya iwansekopdarat).
          Baris – baris sair yang dirangkai olehnya sebelum menghadap Yang Kuasa, ia lantunkan pada nada yang bersenandung syahdu, sebagai tanda baginya untuk orang yang ditinggalkannya. Adapun baris – baris syair itu sebagai berikut.










                    Bermimpilah
                   Bagaikan pelangi pagi
                   Berserilah
                   Bagaikan melati
                   Berhias rindu penawar rasa hati
                   Bertahta dalam rasa ini
                   Diperjalanan cinta yang kulalui
                   Dipersimpangan rasa rindu ini
                   Ditikungan hati kutatap pelangi
                   Bias sinar ke alam mimpi
                   Biarlah ku bermimpi
                   Penawar rasa hati
                   Biarlah kulewati
                   Rasa rindu di hati
                   Bersama pelangi
                   Bertemankan mimpi
                   Bersama melati di hati.









          Akan kerinduan pada alam, teman dan handaitolan jua kampung halaman. Kubercerita tentang air yang mengalir disela – sela bebatuan pada kumpulan dari nuansa simponi alam. Mata air pegunungan berkisah keindahan kala air melompat berkejaran melewati ruas – ruas batu.
          Dari kejauhan lembayung jingga merona tatarku menerawang dari bibir pantai menyaksikan mentari yang sekejap lagi terpelanting laksana cahaya menembus tepian mega. Sinar lembutnya membelah angkasa, berhias pelangi pada siluet cakrawala, jika ia merupakan kisah maka kenanganlah ceritanya (disadur dari puisi pada halaman depan novel tentang rindu  2 karya iwansekopdarat)
          Pagi mulai menampakkan diri, menamparku dari mimpi, kembali ku kayuh semangat, dengan nafas tersengal keringat, demi masa sekerat, mengais rizki yang muddharat.
          Tak lupa dikekosongan waktu aku bertanya tentang makna cinta, kepada sopir aku bertanya, mereka menjawab “cinta adalah tanggung jawab, tanggung jawab bagaikan ia yang mengemudikan kendaraan, tanggung jawab untuk jiwa yang selamat, tanggung jawab dari amanat”.
          Kepada pegawai pemerintahan aku bertanya tentang hal yang sama, mereka menjawab “cinta adalah kejujuran, kejujuran yang terpatri tanpa berendus kepura-puraan, kejujuran dari hati tanpa berkelas kewenangan”.
          Kepada petani aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta bagai tanaman yang harus dijaga dan dilindungi, terus dipupuk agar ia tak layu, dirawat dengan hati agar tetap berseri”.
          Kepada angin aku bertanya tentang cinta angin menjawab “aku bagian dari cinta, yang berhembus diseluruh penjuru dunia, walau tak terlihat oleh mata, aku terus bekerja tanpa kenal masa aku tiada warna, aku tiada rupa namun aku terasa bagi semua makhluk ciptaan-Nya”.
          Kepada api aku bertanya tentang cinta api menjawab, “aku bagian dari cinta, yang memberikan cahaya, cahaya digelap gulita, pada insan yang ngelangsa”.
Kepada air aku bertanya tentang hal yang serupa air menjawab, “aku pun bagian dari cinta, yang mengalir melewati batas rasa, menyejukkan yang dahaga, menyirami makna pada insan yang bertanya”.
Kepada tanah aku bertanya tentang makna cinta, tanah menjawab “aku juga bagian dari cinta, tempatmu meletakkan rasa diatasnya, sebagai alas dunia bagian dari alam fana yang pernah dipijakkan makhluk – makhluk terdahulu dengan beragam cinta”.
Kepada lautan aku bertanya tentang hal yang sama, lautan menjawab “aku juga bagian dari cinta, pada wadah semua kisah ku tadah, untuk mengarungi makna untukmelewati rasa”
Kepada matahari aku bertanya tentang sinar cinta, matahari mwnjawab “aku bagian dari sinarnya, menelusuri setiap ruang pada bayang, benderang pada pandang, dengan terik kumenyemangati akan hal yang peduli”.
Kepada bulan dan bintang aku bertanya tentang sinar cinta, bulan dan bintang menjawab “aku juga bagian dari sinarnya yang menggantikan teriknya siang pada teduhnya malam, sesaknya petang pada syahdu temaram dikiaskan pada maknanya, dibiaskan pada madahnya”.
Pada langit aku bertanya tentang makna cinta, langit menjawab “aku bagian darinya yang memayungi dengan makna, menaungi dari rasa, bagai tiada berbatas misteri dalam luas, tak bertiang dan tiada bersangga, meraungi makna dengan rela”.
Kepada hutan aku bertanya tentang makna cinta, hutan pun menjawab “aku bagian darinya yang ikut menaungi dengan makna, diantara akar – akar rasa pada paru – paru dunia, memayungi daya, akan berkah yang dianugerahi pada maknanya”.
Kepada pelangi aku bertanya tentang makna cinta, pelangi menjawab “aku pun bagian darinya dengan warna ku ekspresikan makna, hadirku pada nuansa, bergelayut di cakrawala, warna tiada rupa, tatar pada mata”.
Kepada alam dan jagat raya aku bertanya tentang cinta, alam dan seisinya menjawab “cinta adalah simponi, simponi yang diberitakan air, tanah, angin, api dan lain sebagainya yang mencakup alam seisinya”.
Pada soalan aku bertanya, dipenghujung tinta akan makna yang membahana, pada jawaban yang tertera, tiada ku menggenapinya atau ku mengumpulkannya, pada beribu wajah aku bertanya sudah, hingga lupa aku berkilah pada diri yang berselah.
Malam makin larut, namun mata tak jua turut, dari gitar akan dawai senarnya yang bergetar, cobaku sejenak berujar, pada baris – baris sair berlapis nada tiadaku bertukar.
Pada gitar aku bertanya tentang cinta, gitar menjawab “aku jua bagian darinya dari unsur – unsur yang berbeda, aku tercipta memberitakan makna pada petik kidung malam, aku untaian, untaian dari makna yang menjulang”.
Dari tangan yang memetiknya aku bertanya tentang fatwa cinta, tangan menjawab “aku bagian dari maknanya, yang menuliskan kisah pada tinta madahnya, yang bersidekap penuh harap”.
Pada kaki aku bertanya tentang fatwa cinta, kaki menjawab “aku bagian dari maknanya, menyangga madahnya, menopang marwahnya, berpijak akan hal teruji, tiadaku berkecuali”.
Kepada mata aku bertanya tentang hal yang sama, mata menjawab “aku bagian dari maknanya melihat warna dari rupa, noda dari nista, tiadaku bersengketa, namun ku berupaya”.
Kepada telinga aku bertanya tentang soal yang serupa telinga menjawab “aku juga bagian dari maknanya, gaung ku meresap diantara usap, mendengar pada ujar, dari alam bawah sadar, peka ku tiada memudar”.
Kepada hidung aku bertanya tentang fatwa cinta, hidung menjawab “aku pun bagian dari maknanya, menghirup nafas pada anugrah, anugrah yang terpatri, anugrah yang hakiki”.
Kepada mulut aku bertanya tentang fatwa cinta, mulut pun menjawab “aku bagian dari maknanya yang menyuarakan secara nyata, pada kata – kata berpaduan lewat ucapan, tiadaku bertentangan”.
Kepada ruas – ruas raga aku bertanya tentang fatwa cinta, ruas – ruas raga menjawab “aku bagian dari maknanya, pada gerak kumenandakan, pada gerak ku tiada menahan, menurut dari yang jadi, mengikut pada menguji”.
Kepada pikiran aku bertanya tentang fatwa cinta, pikiran menjawab “aku bagian dari maknanya, dengan ilmu mengupas madahnya, dalam ilmu kumengenal Yang Maha Kuasa, yang memberi anugrah pada maknanya”.
Kepada jantung aku bertanya tentang fatwa yang sama jantung menjawab “aku jua bagian dari maknanya pada detak terkadang ku retak, pada denyut nadi terkadang ku berhenti, namun maknanya tidak pernah mati, berkalang resah tiada bertepi, ku menurut hak yang terpatri, sekalipun tercabut, tiada kisah ia turut”.
Kepada hati aku bertanya tentang fatwa cinta, hati menjawab “akulah bagian – bagian atau unsur – unsur dari yang disebut, maknanya keikhlasan, keikhlasan yang terpatri di jiwa yang hakiki, keikhlasan tiada syarat, keikhlasan tak berharap, dari harta dunia yang bersebab, keikhlasan akan kemurnian anugrah atas karunia Dzat Yang Maha Tinggi, keikhlasan akan kesucian berkah atas karunia Dzat Yang Maha Pemberi”.
Kepada ruh aku bertanya tentang fatwa cinta, Ruh menjawab “bagai angin tiada rupa, bagai rasa tiada warna, bagai makna tiada bentuk, tiada sempurna ilmu dunia untuk mengetahui hal yang tidak nyata namun ada sekalipun aku berkisah, ianya keikhlasan hati cukup mengaguminya jangan mengagungkannya, agungkan pada Dzat Yang Maha Pemberi anugrah maknanya, yang bertahta pada kerajaan alam semesta beserta isinya, keikhlasan hati dengan cahayanya, tiada ia membawa jalan yang tersesat, menyeru yang bermakrifat, tarekat yang berhakikat syariat namun dari semuanya, berpedomanlah pada Yang Maha Kuasa.
Akan keikhlasan hati pada maknanya, sekalipun mengagumi dalam hidup, dalam hati, dalam nafas, akan rindu, akan angan, akan rasa jika ridhonya belum berkehendak maka ikhlaskan ia dengan tawadduk maknanya, bagai misteri dari kemurahan Dzat Yang Maha Tinggi meridhonya untuk memberkahi.
Pada keikhlasan hati ku gubah dalam lagu yang berkait puisi.

                   I Say to Give end Goodbye
                                                       Cipt. iwansekopdarat

Amn                  G
In my life this, in my heart this
F                           E                           Amn
In my breath this, only you that my love
Amn                    G
In to long this, in my thought this
 F                         E
In my feeling this, only you
Dmn                     Amn
Now only memory residuari
 G                                Amn
So sweet matter you and me
 Dmn                                   Amn           G
That will do to night rain intering, my feeling
                   C     G    Amn         F
Reff            I miss you, your self
                               C               G
                   Your face, your eyes
                   C      G   Amn          F
                   I miss you, your smile
                               G               C
                   Your style, your joke
 C                       F                G
And to want always, I miss you
            C                            Amn
In my live dead and my breath
           F         G            C
I say to give end goodbye


Kepada satu raga engkau menjelma, menaungi makna pada keikhlasan, tiada berbalas yang engkau tanamkan ilmu yang mumpuni
          Tawadduk berserah diri
                   Memohon bertuas doa
          Ibu dari insani
                   Induk dari hewani
                             Pohon dari tunasnya
Padamu pahlawan dari maknanya yang mengajarkan madah sesungguhnya, dari untaian tiada engkau bertadah balas, dari kehidupan tiada engkau berkelah alas.





          “ Lagu Buat Emak 2 “
                                   Cipt. iwansekopdarat
C                           F            C
Lelahmu emak tak kau rasakan
D        A    F      G
Demi aku anakmu
C                           F             C
Letihmu emak tak kau hiraukan
D       A    G      C
Demi aku anakmu
C       G                  A                G             C
Semua pengorbananmu tak terhingga waktu
C       G                 A                D              G
Keriput tua di wajahmu, tiada lelah bagimu
                   G    A                                 F
Reff            Emak tersayang, dengan cintamu
                             G                 C             D
                   Tulus kau bimbing aku, dengan kasihmu
                        A                               G
                   Dengan sayangmu, demi aku anakmu
                   G    A                         F
                   Emak tersayang jauh sudah jalan
                               G                  C            D
                   Kau lewati tanpa bimbang, dengan kasihmu
                           A                           G         A
                   Dengan sayangmu, demi aku anakmu
                      A       D                A                    G                C
                   Akan semua pengorbananmu tak mampu terbalas
                         D              A                              E           A
                   Akan semua kasih sayangmu, demi aku anakmu

( “ Lagu Buat Emak 2“ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )








“ Lagu Buat Emak 3 “
                                          Cipt. iwansekopdarat
Amn           G              Dmn           Amn
Tubuh tua dan renta, engkau emak tercinta
Dmn                Amn           E
Semangat terus menyala, dalam dada
  Amn           G             Dmn               Amn
Keriput diraut wajah, engkau emak tercinta
       Dmn           Amn                  E
Dengan tulus kasih menyerta, dalam dada
E         F      Amn  G            Amn       F         E
Seperti embun kasih sayangmu, laksana bunga
                   E                        Amn
Reff            Harummu sampai ke surga
                   G                          C
                   Mewangi dipenjuru dunia
                   Dmn                    Amn
                   Kasihmu melebih samudra
                   E                         Amn
                   Luas dan tak terkira
                             E                          Amn
                             Indahmu sepanjang masa
                              G                    C
                             Mewarnai penuh pesona
                             Dmn                    Amn
                             Sayangmu melebih angkasa
                               E                           Amn
                             Tinggi dan tak terhingga

(  “ Lagu Buat Emak 3“ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )

(Untuk lagu buat emak 1, anda bisa membaca liriknya di novel tentang rindu 1 karya iwansekopdarat).



          “ Ibu “
Ibu...
Tiada lelah bagi dunia untuk bersimpuh di kakimu
Dari jiwa – jiwa ngelangsa
Bertali makna berujung rasa
Engkau sirami dengan cinta
Ibu…
Penyebutmu tiada berbilang benua dan samudra
Tak terkias kata menembus cakrawala dimaknamu
Tapakmu penanda surga
Dari hati – hati hampa
Menyeru rupa berpaling mata
Engkau sejukkan dengan cinta
Ibu…
Terlalu banyak kata pada puisi dunia
Namun tiada pernah lelah untuk memuja
Tiada hilang di aksara tiada pudar pada makna
Bak lukisan alam semesta
Kasihmu melukisnya

                                                Karya : iwansekopdarat





“Berkelah tuas di tepi
Disisip tempahan makna
Bertampuk dilorong diri
Tersalah menulis jari
Tersilaf padanan kata
Maafku tolong ajari
                   Landai muara berhulu rasa
                   Tiada ku tantang memutuskan
                   Bagai kelana aku bertanya
                   Jika menyimpang diluruskan
Aku tiada ilmu
Goresanku tiada tentu
Bagai igauan di masa lalu
Aku tiada ilmu
Bermadah dari perahu
Kepada tuan yang tau
Ajari aku barang sekuku
Aku tiada ilmu
Dari dunia soalan hidup
Dari rupa tiadaku bisa
Agar ilmu bisa ku hirup
                             Jika sudi fatwa memberi
                             Niscaya maaf ku sepuluh jari”

SELESAI

BIODATA PENULIS
Lahir di Dabosingkep, Kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan besar di kampung sekopdarat (Dabosingkep). Beragama Islam, berjenis kelamin laki – laki, dan kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara. Berprofesi sebagai pedagang sayuran di pasar kartini, Kisaran dan juga pedagang di pasar kaget (pekan) di sekitar kota Kisaran.

buku " FATWA CINTA " Bag. I

buku " FATWA CINTA " Bag. I

oleh Iwan Sekopdarat pada 17 Februari 2012 pukul 10:13 ·
SEKAPUR SIRIH

          Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya penulisan buku ini, tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini. Buku yang bercerita akan petuah – petuah cinta dari kacamata penulis sebagai kuli tinta.

                                                                                      Kisaran, Februari 2012
                                                             Penulis

                                                                                      Iwansekopdarat

























“ia yang bermunajat
Dengan hayat tidaklah sesat
Terkadang maknanya dibawa tida tepat
Dari jiwa sekerat
Oleh bisikan sesaat
Tiada makna untuk suatu umat
Namun naungi seluruh isi alam jagat
Kenali ia pada sifat
Dari hati yang bermakrifat”

















“Fatwa Cinta dari Puisi Tua”


Kusebut dengan makna
Maknanya membahana
Beruas teduh rasa
Bertuas dalam maya
Letak tiada rupa
Berbilang diaksara
Merebak dikias kata
Kubilang dalam cinta
Kusibak dalam cerita
Bergelang di gagangnya
Menebak tak terkira
Petuah dari maknanya


                                                                Karya : iwansekopdarat













“Fatwa Cinta dari Puisi berirama”

Bertanya diruas rupa
Memaksa bertikai rasa
Ianya berkias kata
Dari selaksa bagai umpama
                                                                   Memaksa bertikai rasa
                   Wadah tepak berseri
                   Dari selaksa bagai umpama
                   Madah bertampuk misteri
Wadah tepak berseri
Disemat tepi jari
Madah bertampuk misteri
Hakikat dari Ilahi
                        Disemat tepi jari
                        Bersanggah berupaya
                        Hakikat dari Ilahi
Anugrah tiada hingga

       Karya : iwansekopdarat












“Fatwa Cinta dari Puisi Lama”


                        Sanggah didekap
                                      Bias cahaya
                                      Pasrah berharap
                                      Ikhlas berupaya
                                                          Bias cahaya
                                                          Bertanya jadi
                                                          Ikhlas berupaya
                                                          Bertahta hati
                                                                             Bertanya jadi
                                                                             Berpada kata
                                                                             Bertahta hati
                                                                             Setara rasa
                                      Berpada kata
                                      Manfaat doa
                                      Setara rasa
                                      Makrifat makna


                                                Karya : iwansekopdarat









“ Fatwa Cinta dari Talibun 6 Baris”

Bertanya seumpama
Untaian siku menadah
Jadinya kata laksana
Kemana aku berupa
Pada soalan seribu wajah
Darinya makna yang sama
                   Jadinya kata laksana
                   Membubung pualam jadi
                   Hakiki berparuh kata
                   Darinya makna yang sama
                   Selubung alam misteri
                   Miliki seluruh dunia
Hakiki berparuh kata
Semula jadi tiada bersanggah
Mengucap talibun makna
Miliki seluruh dunia
Terpatri di muara sembah
Sang pencipta Yang Maha Kuasa

Karya : iwansekopdarat







“Syair Fatwa Cinta dari air, api, angin dan tanah”


Atas maruah darinya
          Akulah bagian dari cinta
          Mengalir disela – sela jiwa yang nelangsa
          Seumpama padaku kata
          Menyirami tiada sengketa
Atas anugrah darinya
                   Akulah bagian dari cinta
                   Bercahaya di hati yang terpatri
                   Laksana padaku sapa
                   Menerangi tak berkecuali
Atas berkah darinya
          Aku jua bagian dari cinta
          Nafasku berirama pada kisah – kisah rasa
          Selaksa ku dimakna
          Menyejukkan alam semesta
Atas rahmat darinya
                   Aku pun  bagian darinya
                   Wadahku bertepak karsa
                   Bagaikan ku diibaratkan
                   Berpijak naungan makna
Atas semua karunia Yang Maha Kuasa
Karya : iwansekopdarat





“Fatwa Cinta pada Gurindam Doa”

Terang maknanya menurut adat
Kasih sayanglah ia dapat
          Wadah makna tiada sengketa
          Maruah ia berupaya
Warna makna umpama jadi
Cabarkan hidup dengan hati
          Janganlah madahnya sesumbar janji
          Niscaya ia mengingkari
Lirih maknanya bagai dikaji
Tasrih mulya dari yang jadi
          Madahkan ia pada makna yang tasamuh
          Niscaya hal tiada ia bergemuruh
Jika maknanya dibawa sesat
Tentu ilmu tiada ia tepat
          Pada anugrah pahami hal empat
          Tahulah ia hidup yang selamat
Bagai beduk ditabuh ke seluruh negeri
Bertawaduklah ia memagari
          Selami makna ia misteri
          Gurindam doalah tengadah jari

                                                Karya : iwansekopdarat


Pada Satu Cinta           Cipt. iwansekopdarat
Amn
Walaupun bulan mengambang

Merindu di balik awan
                                G
Tetaplah engkau pujaan
                             A
Rindu hatiku tertawan
Amn
Laksana engkau pelangi

Warnamu indah berseri
                                G
Tetaplah engkau di hati
                                Amn
Kan ku cinta sampai mati
           F                            G
          Bak kata pujangga lama
                                          C
          Cinta terpasung di mata
                                      Amn
          Hatilah yang berbicara
  F                           G
Laksana menguntai kata
                            C
Rindu hatiku memuja
                             E
Engkau laksana seroja
           E       Amn                  G
Reff   Harummu mewangi, indah di taman hati
                   F                                   E
          Tumbuh dan bersemi, mekar slalu di hati
           E       Amn                     G
          Rindu slalu ku jaga, di dahan cinta
                   F                                     E
          Tetaplah bersama, sampai menutup mata
                             Amn
          Pada satu cinta
( lagu “ pada satu cinta “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )
            Melati Hati
                                                 Cipt : iwansekopdarat
          G                     B           C                      Dmy
          Selembut sutra pagi, engkau menawan hati
          G                     B           C                      Dmy
          Semerbak harum wangi, kembang mekar dihati
          Amy              B           C                    D
          Seputihnya melati, indah bagai pelangi
          Amn                 B                        C              Dmy      
Warna pancaran diri, setangkai nama bagai peri
              G
o….o….. yeah
           G              B                  C                            Dmy
Reff   Taukah kau melati ada hati yang tulus mencintai
          G               B                  C                                 D
Taukah kau melati akan harum yang telah engkau beri
Amn              B          C       Dmy
Didalam hidup ini, slalu bersemi
A         G                    C        Dmy
Biar abadi, namamu slalu dihati ………………………
Dmy              G                          C                        A
Harum mewangi indah dan berseri laksana kau peri
                       Dmy               G                   G              C
Dihati tiada ragu ku mencintai …la…..la…..la…..la….la…..la
A                               D               G
Kau peri dihati tiada raguku mencintai
( lagu Melati Hati dapat dilihat di youtube dipencarian iwansekopdarat )
Denting dawai gitar masih bergenta, suara masih berdengung, disepertiga malam merambat, mata belum tertambat, sepertinya malam akan usai, namun pagi belum mulai, aku terjaga diantara mata yang terlelap lena, aku bekerja disela – sela mimpi mereka, kutelusuri lorong yang masih hampa, hampa suara, hampa rasa, hampa asa, mungkin satu dua yang terjaga, merangkum tangan bertahajud menghapus dosa.
Bak kelalawar, aku keluar
Bagai kunang – kunang, pikiran menerawang
Ku pedagang dipelataran
Yang harus cepat datang sebelum pagi menjelang
Ku berjualan sayur mayur, tomat dan bawang mengais rizki untuk bertahan dimasa mendatang. Sesama pedagang terkadang bertukar cerita diselingi tawa seakan tak ada duka semua topik dibuka, dari agama, politik dan kisah dunia, membahas tak perlu menunggu acara, tak peduli dimana hulu dan muara. Bercerita melewati hari dengan canda ku bertanya pada sahabat sesama pedagang sayur, “bagaimana pendapatmu tentang cinta yang luhur?” . sahabat menjawab “cinta tidak seperti timbangan, kawan yang kita gunakan disaat pembeli memilih – milih barang yang akan dibelinya dan kita menentukan harga setelah tau takarannya disaat barang di atas timbangan, jika timbangan mempunyai angka batas maksimal maka cinta melebihi timbangan batas pikiran normal atas keluhurannya”. Kembali ku bertanya kepada sahabat pedagang kain, “bagaimana pendapatmu tentang cinta yang yakin?”. Sahabat menjawab, “cinta tak seperti kain, dimata yakin dihati mungkin memilah – milah helai dari lusin, dari sulaman terpilin sampai satin. Cinta juga tidak seperti pakaian,terlihat usang dibiarkan bahkan dibuang.
          Jika pakaian membalut raga, menghindar fitnah dunia maka cinta selimut hati pada aurat akhirat yang hakiki”.
Satu persatu pembeli mulai berdatangan, aku pun mulai berjualan melayani pembeli dengan ramah dan sopan, sedikit gurauan tanpa melebihi batasan sekedar mempererat tali persaudaraan kepada langganan, bagai teman bias surya menapak pagi, malam terpelanting dari rotasi, para mata terjaga dari mimpi bersiap melangsungkan aktivitas sehari – hari kini pasar bagai lautan tak bertepi, aku semakin sibuk dari himpitan insani menawarkan barang dagangan kepada pembeli.
Sepeminum kopi dan sebatang sigaret yang di sulut api, para pembeli silih berganti datang dan pergi tiada henti hingga pagi merangkak tinggi dan bias mentari makin menyengati, pembeli pun sudah bisa dihitung jari.
Diselang waktu tersisa, kusempatkan sarapan dengan menu seadanya, secangkir kopi bersemat penganan.
Pada seorang pembeli yang lagi memilih jahe dan bawang putih aku bertanya, “bagaimana pendapatmu tentang cinta yang dipilih?”, si pembeli menjawab, “andai cinta dapat dibeli maka dipilih agar berguna nanti, diteliti dengan seksama agar tiada ia bersengketa bila tak suka dibiarkan tempat semula namun sayang cinta tak dapat dibeli apalagi ditawar tidak dengan sesuka hati memilih dan mengganti seperti jahe yang dipilih cinta bisa jadi lebih kotor dan berlumpur dari umbi jahe yang tumbuh di dalam tanah namun tetaplah ia berguna atau seperti bawang putih yang dipilih, cinta bisa jadi melebihi putihnya, warna bawang putih jadi baik ia datang dari letak dan warna yang berbeda cinta tetaplah nuansa yang terpatri tiada tawaran untuk dibeli”.
Seorang sahabat menghampiri, ia berjualan minuman dan sedikit makanan instan, mengambil gelas yang tadi ia tuangi kopi, menyuguhkan. Tak lama ia pun menjemput gelas kepada sahabat. Aku bertanya, “bagaimana menurutmu tentang cinta yang berkias?”, sesaat ia memandang sisa kopi yang  tertinggal lalu menjawabnya, “ mungkin bisa jadi cinta ini macam kopi bang! Walau hitam tetap diminati orang memesannya bermacam – macam, ada yang minta manis sedang dan sedikit gula, ada juga yang memintanya dicampur dengan susu atau telur bahkan tak jarang yang memesan kopi pahit seperti cinta kopi tetaplah kopi mungkin cara penyuguhannya saja yang berbeda, kurasa sedikit yang tak suka namun tak semua menolaknya”.
Aku hanya tersenyum mengajukan pertanyaan kepada beberapa sahabat, mereka menanggapinya dengan sudut pandang masing – masing, berintuisi, menganalisa atau perumpamaan, menggunakan beberapa majas untuk menjawab soalan. Pertanyaan tidaklah rumit namun jawaban bagai benang terlilit.
Aku hanya bertanya dari aksara yang lazim dikata sangat sederhana dan biasa diucapkan manusia dalam kehidupannya, tertulis  dimana saja disurat kabar, berita dan acara juga pada televisi anda.

Satu soalan dengan beribu jawaban dari beribu wajah. Seperti wajah yang tidak serupa sekalipun kembar tetaplah ia beda, mereka berekspresi dalam alam pikir, mereka berapresiasi dalam titik nadir memandang dari garis hidup yang mereka jalani mengungkap makna cinta dari kacamata mereka, ada yang menjawab dari sisi ketuhanan, dan ada juga yang menjawab dari sisi kehidupan, kecintaan kepada makhluk hidup, kecintaan kepada umat manusia, kecintaan kepada alam, kecintaan kepada pekerjaan dan lain sebagainya, aku hanya ingin mendengar bagaimana opini mereka dari kata yang sangat tua dan renta yang telah lama bertahta dunia dari adam dan hawa sejak menginjakkan kakinya di alam fana, dirisalahkan Nabi dan Rasul, disuarakan kasanova dan cleopatra, diriwayatkan dengan tokoh romeo dan juliet, diarungi napoleon dan markopoli di lukis Leonardo Da Vinci, rangoh dan affandi di tulis Kalil Gibran, Raja Alihaji dan WS Rendra diprediksi nostranamus dan raspatin dan masih banyak lagi aksara yang tidak muat untuk dibuka. Berkisah bagai drama yang berakhir sebelum selesai tinta di pena laksana hikayat tutankhamun permaisuri raja mesir dengan liku – liku piramidanya dan masih banyak lagi yang disuarakan mereka yang hidup di zamannya.
Siang itu gerimis menerpa, turun ke bumi coba mengelap dunia, di sudut tiang aku berjaga menunggu gerimis reda. Ku coba bertanya pada gerimis dengan satu soalan yang sama karna biasanya seperti yang sering kubaca gerimis ditulis pujangga menandakan akan waktu pada kenangan akan saat pada untaian baik itu pertemuan makna ataupun perpisahan dikata, gerimis tetap menyerta dalam tangis dan tawa ,dalam duka dan suka.
Namun gerimis hanya diam, bergelang sepi ia bungkam tetap ku menanti untuk soalan yang tlah diberi, entah tak sudi biarlah………………………………………………………. gerimis kan kusimpan abadi.


                 “Gerimis Indah”
                                                Cipt : iwansekopdarat

 C             Dmn                  Amn     G
Gerimis ku rindu mesra sapamu yang bertaut hujan
 C                                          G              C
Kau yang kurindukan, dalam bias kebasahan
 Dmn                       Amn
Kau telah berubah, cinta yang kau sanggah
 F                     G
Perih ku derita kini
                   Amn                F      G                             C         E        A
Reff            Gerimis aku disini, mengharapkan cintamu untuk kembali
                   Amn                F              G                    C               E        A
                   Gerimis bergelang sepi, engkau tetap kunanti untuk kembali
                   D                                       Amn
                   Kalau mungkin cinta engkau tak sudi
                   G                                        Amn
                   Tak mungkin rasa kau paksakan kini
                    D                            Amn
                   Gerimis indah cukuplah dihati
                           E                          Amn
                   Kenanganmu ku simpan abadi
( lagu Gerimis Indah dapat dilihat di youtube dipencarian iwansekopdarat )
          Ku juga bertanya pada tenaga pendidik atau pengajar tentang cinta yang bersinar,mereka menjawab “jika cinta diartikan dengan belajar, maka bukunya hati, fikirannya pena dan perkataannya warna, bak kata pepatah lama limas jadi                   sutra dibenang, lancar kaji karena diulang, melewati tahapan melalui proses, tiada ia ternoktah sepadan satu baris, jika ingin ia bersinar, yakini pada jalan yang benar. Jika ia sampai memudar niscaya sinarnya pudar”. Kepada murid pun aku bertanya hal yang serupa, mereka menjawabnya “cinta adalah ilmu yang harus dipelajari, dipahami dan dimengerti agar kelak tidak tersesat memaknai.
          Aku pun bertanya pada tukang cukur atau tukang pangkas tentang cinta yang membias, mereka menjawab “cinta juga seperti menata, menjaga dan merawat rambut, ia akan terlihat menawan jika dirapikan perlahan, tak salah orang bilang rambut mahkota bagi perawan begitu juga hendaknya dengan cinta haruslah pandai menjaga dapat merapikannya jika akan kecemburuan semakin panjang dan tidak beraturan”..
Kepada pencuri aku bertanya tentang cinta yang terpatri mereka menjawab, “tiada soalan yang paling sulit selain soalan hati, kami salah mengartikan, kami khilaf dipikiran, kami dibutakan nafsu duniawi memiliki ia yang bukan hak kami, dengan sembunyi dan tidak diketahui selalu alasan yang kami kias dalam tuntutan ekonomi, mudahan suatu saat cinta itu menerangi hati kami, meluruskan jalan kami yang hina ini agar nanti cinta itu terpatri di hati.
Kepada seorang pembunuh aku bertanya tentang cinta yang berlabuh, mereka menjawab “tiada tangkahan tempatnya berlabuh bagi para pembunuh, pecinta bisa saja mati di ujung belati namun kisahnya tetap abadi tiada hati sekalipun taruhan mati akan tetap ia jalani,dengan mengakhiri bukan berarti usai sampai disini namun awal dari suara dunia yang bercerita tentang kisah abadi”.
Kepada dua sejoli yang sedang memadu kasih aku bertanya tentang indahnya cinta, mereka menjawab “cinta bagai payung menaungi dunia bagi kami melindungi dari terik sinar mentari, menjaga agar tidak kebasahan dari rintik air yang jatuh ke bumi dengan kedua tangan kami menggenggam gagangnya, cinta juga bagai tangan kiri dan tangan kanan dimana yang satu menjabat salam yang satunya membersihkan begitu indah ia diciptakan tanpa haus dipersoalkan seperti cinta tangan kiri dan tangan kanan saling membutuhkan”.
Pada satu insan yang sedang patah hati aku pun bertanya tentang cinta yang dikhianati. Mereka menjawab “cinta tetaplah suci hanya pecinta saja yang tidak mengerti untuk memaknai dibutakan harta dunia, dikaburkan paras jelita hingga menyangka cinta bisa bertahta diatasnya terpeleset dalam lingkaran rasa hingga pahitnya kami terasa, tiada menjadi jera, kisah bukan selembar, dunia pun masih lebar. Terasa dikhianati dalam madahnya karena hati tlah mendua, indah dan pahitnya cinta  tetaplah misteri yang meraungi alam fana ini.
                   “Cinta Naungi Dunia”
                                           Cipt : iwansekopdarat

Amn                      Dmn              
Semua insan kan mendambakan
G                                  Amn
Kasih sayang cinta yang suci
F                              G             E         Amn  
Melengkapi dalam hidup ini, hanya sekali
Amn                      Dmn
Banyak jua yang tersakiti
G                                  Amn
Akan cinta yang dinodai
F                    G           E
Janji kini dikhianati, diingkari
                     C                          G                 F
Reff            Terasa indahnya cinta tanpa kata dusta
                          E
                   Bila saling menyinta
                   C                          G               F
                   Terasa pahitnya cinta, hati tlah mendua
                             E                         F               G                          
                   Jadi tersiksa, rahasia cinta menjelma
                     C                 A
                   Meraungi dunia
                          F         E                    A
                   Jagakan hati yang terpedaya
( lagu “ Cinta Naungi Dunia “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )
Bagai fenomena ia sulit diterka, terkadang selaksa bencana ia menerpa tak jarang laksana anugerah ia menjelma, seperti angin ia nyata, namun tak terlihat oleh mata, bagaimana rupa, bentuk dan letaknya, tetaplah ia terasa setelah menerpa raga.
Seumpama udara yang tidak berbicara, terkadang ia bersuara jika memang cinta diibaratkan udara atau angin tentulah ia hal mungkin, pada yang yakin, namun janganlah bertuhankan padanya tapi jadikanlah ia muara, merangkum do’a dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, Yang Maha Esa.
Kepada Hakim aku bertanya tentang maklumat, sedikit ia bercerita namun sarat dengan makna baginya “cinta adalah keputusan pada makramat ( kehormatan ) yang telah ditetapkan” kepada Jaksa pun aku bertanya tentang tuntutan cinta,        ia pun sedikit berbicara, dengan perumpamaan berkias kata baginya cinta juga suatu tuntutan “tuntutlah ia pada perkara yang hak baginya, dengan bukti yang ada, janganlah diperdata pada Pembela tak lupa kebertanya tentang cinta yang diperdebatkan mereka menjawab “cinta adalah perjuangan, perjuangan yang harus dibela, ditegakkan dari kemunafikan, diluruskan dari ketidakadilan”.
Pada Saksi aku bertanya tentang kesaksian cinta mereka menjawab “cinta jua penglihatan, dari mata hati menyuarakan, berlapis sumpah dengan hal yang tak mudah, jagan coba membutakan makna, maka kan dipertanggungjawabkan kelak di alam sana”.
Kepada Terdakwa yang bersalah ku bertanya tentang dakwaan cinta, mereka menjawab “bagai pengambil madu pada lebah penunggu, tiada ragu walau lebah tak setuju, kini termangu, terhenyak dibangku pada keputusan penentu, dari hukuman yang telah menunggu”.
Kepada Terdakwa yang tidak bersalah pun aku menanyakan hal yang serupa mereka menjawab “terkadang cinta dijadikan teori konspirasi, meralat alibi, membuat seolah – olah teradili, demi kepentingan sendiri, terkadang mereka lupa pada zat yang maha tinggi, menempatkan cinta pada hakikat abadi, sekalipun diadili, yang benar tetaplah dipendengar”.
Kepada orang – orang yang dapat melihat isi dunia aku bertanya tentang warna cinta mereka menjawab “cinta bagai nuansa yang terangkum dalam suasana penuh warna, terlihat bening tak jarang ia berakhir duka, dimulai dengan tangis tak jarang berujung bahagia”.
Kepada orang buta aku bertanya tentang cinta yang buta, mereka menjawab “kabur pekat ia tak berwarna, pada gelap yang menyelimutinya, tiada bermata, ia menjelma bak rahasia mengungkap tabir mega, walau buta pahami ia dengan indra perasa”.
Kepada musafir aku bertanya tentang cinta yang berkelana, mereka menjawab “cinta adalah perjalanan, perjalanan yang dilalui setiap insan, dari ujung benua sampai kutub dunia, jadikanlah tiang – tiang menyangga untuk lebih memahami ajaran agama”.
Kepada ahli agama aku pun bertanya tentang makna cinta, mereka menjawab “cinta sejati mutlak milik hak Dzat Yang Maha Tinggi, hanya sedikit kita diberi pengetahuan tentangnya, syukuri pada mahabbah (kecintaan) yang dianugrahinya, cintai ia agar tiada kemunkaran meraja bertahta, sayangi sesama pada makhluk ciptaan-Nya dengan tawadduk, berikhlas hati, makna kan tersirat, kata tiada bersurat”.
Pada ahli surga (orang – orang yang menjalankan perintah agama dan menjauhinya) aku bertanya tentang muara cinta, mereka menjawab “yang dipernah diberitakan oleh nabi – nabi sebelumnya dan nabi – nabi sesudahnya yang digenapi Rasulullah Muhammad SAW bagi semua umat, risalahnya membawa berkah, mahabbahnya membawa faedah, maknanya tiada bersanggah pada kasta, harta, dan tahta, semua pernah merasakannya namun hendaknya dengan makna itu jadikanlah ia pedoman yang bermuara pada Ya Rahman”.
Kepada ahli neraka (orang – orang yang mendustakan agama) aku bertanya tentang cinta yang disanggah, mereka menjawab “bagai meletakkan bara api di kepala sendiri dengan nafsu duniawi mengatas namakan maknanya, sesat terlihat nikmat namun menjadikan ia sesat, pada genangan yang memabukkan mereguknya bagai kehausan, pada angka yang dipertaruhkan, meraupnya bagai kekurangan, pada kenikmatan surga dunia, terlupakan siksa neraka”.

Pada penyair aku bertanya tentang cinta yang zahir, mereka menjawab “pandanglah kaca, bercermin padanya, tiada ia terpedaya, dari pantulannya pandang jua pada bayangan, ia mengikat badan dari bias cahaya, tiada ia bersengketa, dari ukurannya.
Pada pujangga aku juga menanyakan hal yang serupa, mereka menjawabnya “cinta adalah malaikat   hati, penjaga hati dan pilihan hati karna dari hati maknanya bersuara, dalam hidup ini maknanya slalu menemani laksana hati yang tiada henti mengitari matahari.

                   “Kau malaikat hati”
                                         Cipt. Iwansekopdarat
G     C              G           C           Dmy
Kau malaikat hati, kau penjaga hati
      C      Amn   B        C              Dmy
Dalam hidup ini, kau slalu menemani
C                    B          Amn
Oh malaikat hati laksana peri
             Dmy
Bagai bidadari
                         G                        C
Reff            Sesejuk embun kau sirami
                           Amn                        Dmy
                   Seharum bunga kau mewangi    2x
                      C       G
          Oh malaikat hati

                       Amn              Dmy
          Tergenggam indah mimpi – mimpi
                       C       G
          Oh malaikat hati
                Amn            Dmy
          Meraih angan pasti

( lagu “ Kau Malaikat Hati “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )




          Tentang malam, tentang sunyi dan tentang sepi
Ku terdiam, ku bertepi, ku disisi
Seserpih angan, sekeping hati, sekerat mimpi
          hanya untukmu kawan, sahabat hati yang kumiliki
                   Dalam belanga di ikan sepat
                   Dalam perigi kali pun rapat
                   Dalam rasa rindu ku kebat
                   Dalam hati arti sahabat
                             Tidaklah paku di atas kaca
                             Maka retak palu bergema
                             Tidaklah risau untuk mencerna
                             Akan letak ilmu berguna
                   Pelampung dapat ditambat
                   Tidak di dalam kata berikat
                   Pantun hanya empat kerat
                   Namun kiasan makna tersirat
                             Dua keris pada hiasan
                             Keris di tanah beri sepuhan
                             Dua baris hanya soalan
                             Baris di bawah inti soalan
                   Bukan kalam melerai pulang
                   Tapi kayu bertikai dahan
                   Bukan malam bertangkai bintang
                   Tapi ilmu bertirai iman
                             Sirup tiada asam
                             Kalau diberi dengan manisan
                             Hidup tiada bosan
                             Jikalau diisi dengan cabaran
                   Tiada cendawan berwarna pudar
                   Pada pualam batu patahan
                   Maka cabaran bermakna sabar
                   Ia soalan ilmu amalan
                             Sudah sedia diatas dulang
                             Sebab pulut santan terasa
                             Lidah berbisa bukan kepalang
                             Sebab mulut badan binasa
                   Teri gulama dalam kereta
                   Buang sayang simpan berdebu
                   Tak guna hidup bersengketa
                   Menang orang kalahpun abu
                             Tenun sutra bersemat tanjung
                             Bunga nusa melurus tangga
                             Pantun bersangga adat dijunjung
                             Pusaka bangsa harus dijaga
                   Bengkok besi karna kuat
                   Tiada bertapis pualam seri
                   Elok hati karna niat
                   Maka melapis kalam Ilahi
                             Tiada kutadah seri dimuka
                             Hanya turun dalam hiasan
                             Tiada ku indah merangkai kata
                             Hanya pantun dalam kiasan


                   Adakah rupa ditirai mata
                   Pada mata berpendar bias
                   Adakah kira melerai makna
                   Pada kata bersandar hias
                             Pada mata berpendar bias
                             Tiada sekam di ikat bamban
                             Pada kata bersandar hias
                             Kala cekam berkabut malam
                   Tiada sekam diikat bamban
                   Kemana ruang untuk berlari
                   Kala cekam berkabut malam
                   Kemana tiang membaca diri
                             Bertirai sutra semat peniti
                             Merayu rakyat berdiam diri
                             Bertikai hasrat di dalam hati
                             Menuju rakyat kalam Ilahi
                   Bersepuh tembaga pada bara
                   Keluar jua pada belanga
                   Berpeluh tenaga pada dunia
                   Melebur doa pada Yang Kuasa
                             Bukan letak pada raga
                             Hanya mengikat wadah belanga
                             Bukan bijak dalam berkata
                             Hanya mengikat madah yang ada



                   Tak sanggup bara menahan api
                   Mati bertemu mati berjumpa
                   Tak sanggup raga untuk dipuji
                   Miskin di ilmu miskin di harta
                             Tanda lidi berjenjang suling
                             Agar kumbang saut di jeram
                             Tanda berdiri si lancang kuning
                             Layar terkembang ke laut dalam
                   Belah kayu seribu enau
                   Silang serakit bertirai purun
                   Madah melayu Kepulauan Riau
                   Barang sebait merangkai pantun















                             Lancang Kuning 2
                                                                    Cipt. Iwansekopdarat
 Amn                                   E
Lancang kuning sayang berlayar malam
                                    Amn
Melepas sauh di tengah lautan
                                E   
Arah angin sayang tunjukkan jalan
                                    Amn
Selamat badan ditimpa gelombang
                     Dmn               Amn    E                Amn
Reff            Jangan kau gegabah ataupun gundah   o…o…o
                     Dmn           Amn     E           Amn
                   Ikutkan haluan jangan kau lawan
  Amn                                      E
Nakhoda hai sayang hawas dan paham
                                     Amn
Menentang badai sigap menahan
                               E
Berlayar malam siap cobaan
                                       Amn
Badai gelombang rahasia Tuhan
                     Dmn          Amn    E          Amn
                   Berbesar jiwa lapangkan dada
                     D              Amn   E             Amn
                   Ikutkan petuah jangan kau lupa

( lagu “ Lancang Kuning 2 “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )


          Pernahkah mendengar hikayat Hang Tuah dan Hang Jebat. Saat cinta  dipertaruhkan oleh 2 laksamana. Dalam sair merangkum kisah.
oleh Iwan Sekopdarat pada 17 Februari 2012 pukul 10:13 ·
SEKAPUR SIRIH

          Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya penulisan buku ini, tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini. Buku yang bercerita akan petuah – petuah cinta dari kacamata penulis sebagai kuli tinta.

                                                                                      Kisaran, Februari 2012
                                                             Penulis

                                                                                      Iwansekopdarat

























“ia yang bermunajat
Dengan hayat tidaklah sesat
Terkadang maknanya dibawa tida tepat
Dari jiwa sekerat
Oleh bisikan sesaat
Tiada makna untuk suatu umat
Namun naungi seluruh isi alam jagat
Kenali ia pada sifat
Dari hati yang bermakrifat”

















“Fatwa Cinta dari Puisi Tua”


Kusebut dengan makna
Maknanya membahana
Beruas teduh rasa
Bertuas dalam maya
Letak tiada rupa
Berbilang diaksara
Merebak dikias kata
Kubilang dalam cinta
Kusibak dalam cerita
Bergelang di gagangnya
Menebak tak terkira
Petuah dari maknanya


                                                                Karya : iwansekopdarat













“Fatwa Cinta dari Puisi berirama”

Bertanya diruas rupa
Memaksa bertikai rasa
Ianya berkias kata
Dari selaksa bagai umpama
                                                                   Memaksa bertikai rasa
                   Wadah tepak berseri
                   Dari selaksa bagai umpama
                   Madah bertampuk misteri
Wadah tepak berseri
Disemat tepi jari
Madah bertampuk misteri
Hakikat dari Ilahi
                        Disemat tepi jari
                        Bersanggah berupaya
                        Hakikat dari Ilahi
Anugrah tiada hingga

       Karya : iwansekopdarat












“FatwakCinta dari Puisi Lama”


                        Sanggah didekap
                                      Bias cahaya
                                      Pasrah berharap
                                      Ikhlas berupaya
                                                          Bias cahaya
                                                          Bertanya jadi
                                                          Ikhlas berupaya
                                                          Bertahta hati
                                                                             Bertanya jadi
                                                                             Berpada kata
          &nKsp;                                                                  Bertahta hati
                                                                             Setara rasa
                                      Berpada kata
                                      Manfaat doa
                                      Setara rasa
                                      Makrifat makna


                                                Karya : iwansekopdarat









“ Fatwa Cinta dari Talibun 6 Baris”

Bertanya seumpama
Untaian siku menadah
Jadinya kata laksana
Kemana aku berupa
Pada soalan seribu wajah
Darinya makna yang sama
                   Jadinya kata laksana
                   Membubung pualam jadi
                   Hakiki berparuh kata
                   Darinya makna yang sama
                   Selubung alam misteri
                   Miliki seluruh dunia
Hakiki berparuh kata
Semula jadi tiada bersanggah
Mengucap talibun makna
Miliki seluruh dunia
Terpatri di muara sembah
Sang pencipta Yang Maha Kuasa

Karya : iwansekopdarat







“Syair Fatwa Cinta dari air, api, angin dan tanah”


Atas maruah darinya
          Akulah bagian dari cinta
          Mengalir disela – sela jiwa yang nelangsa
          Seumpama padaku kata
          Menyirami tiada sengketa
Atas anugrah darinya
                   Akulah bagian dari cinta
                   Bercahaya di hati yang terpatri
                   Laksana padaku sapa
                   Menerangi tak berkecuali
Atas berkah darinya
          Aku jua bagian dari cinta
          Nafasku berirama pada kisah – kisah rasa
          Selaksa ku dimakna
          Menyejukkan alam semesta
Atas rahmat darinya
                   Aku pun  bagian darinya
                   Wadahku bertepak karsa
                   Bagaikan ku diibaratkan
                   Berpijak naungan makna
Atas semua karunia Yang Maha Kuasa
Karya : iwansekopdarat





“Fatwa Cinta pada Gurindam Doa”

Terang maknanya menurut adat
Kasih sayanglah ia dapat
          Wadah makna tiada sengketa
          Maruah ia berupaya
Warna makna umpama jadi
Cabarkan hidup dengan hati
          Janganlah madahnya sesumbar janji
          Niscaya ia mengingkari
Lirih maknanya bagai dikaji
Tasrih mulya dari yang jadi
          Madahkan ia pada makna yang tasamuh
          Niscaya hal tiada ia bergemuruh
Jika maknanya dibawa sesat
Tentu ilmu tiada ia tepat
          Pada anugrah pahami hal empat
          Tahulah ia hidup yang selamat
Bagai beduk ditabuh ke seluruh negeri
Bertawaduklah ia memagari
          Selami makna ia misteri
          Gurindam doalah tengadah jari

                                                Karya : iwansekopdarat


Pada Satu Cinta           Cipt. iwansekopdarat
Amn
Walaupun bulan mengambang

Merindu di balik awan
                                G
Tetaplah engkau pujaan
                             A
Rindu hatiku tertawan
Amn
Laksana engkau pelangi

Warnamu indah berseri
                                G
Tetaplah engkau di hati
                                Amn
Kan ku cinta sampai mati
           F                            G
          Bak kata pujangga lama
                                          C
          Cinta terpasung di mata
                                      Amn
          Hatilah yang berbicara
  F                           G
Laksana menguntai kata
                            C
Rindu hatiku memuja
                             E
Engkau laksana seroja
           E       Amn                  G
Reff   Harummu mewangi, indah di taman hati
                   F                                   E
          Tumbuh dan bersemi, mekar slalu di hati
           E       Amn                     G
          Rindu slalu ku jaga, di dahan cinta
                   F                                     E
          Tetaplah bersama, sampai menutup mata
                             Amn
          Pada satu cinta
( lagu “ pada satu cinta “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )
            Melati Hati
                                                 Cipt : iwansekopdarat
          G                     B           C                      Dmy
          Selembut sutra pagi, engkau menawan hati
          G                     B           C                      Dmy
          Semerbak harum wangi, kembang mekar dihati
          Amy              B           C                    D
          Seputihnya melati, indah bagai pelangi
          Amn                 B                        C              Dmy      
Warna pancaran diri, setangkai nama bagai peri
              G
o….o….. yeah
           G              B                  C                            Dmy
Reff   Taukah kau melati ada hati yang tulus mencintai
          G               B                  C                                 D
Taukah kau melati akan harum yang telah engkau beri
Amn              B          C       Dmy
Didalam hidup ini, slalu bersemi
A         G                    C        Dmy
Biar abadi, namamu slalu dihati ………………………
Dmy              G                          C                        A
Harum mewangi indah dan berseri laksana kau peri
                       Dmy               G                   G              C
Dihati tiada ragu ku mencintai …la…..la…..la…..la….la…..la
A                               D               G
Kau peri dihati tiada raguku mencintai
( lagu Melati Hati dapat dilihat di youtube dipencarian iwansekopdarat )
Denting dawai gitar masih bergenta, suara masih berdengung, disepertiga malam merambat, mata belum tertambat, sepertinya malam akan usai, namun pagi belum mulai, aku terjaga diantara mata yang terlelap lena, aku bekerja disela – sela mimpi mereka, kutelusuri lorong yang masih hampa, hampa suara, hampa rasa, hampa asa, mungkin satu dua yang terjaga, merangkum tangan bertahajud menghapus dosa.
Bak kelalawar, aku keluar
Bagai kunang – kunang, pikiran menerawang
Ku pedagang dipelataran
Yang harus cepat datang sebelum pagi menjelang
Ku berjualan sayur mayur, tomat dan bawang mengais rizki untuk bertahan dimasa mendatang. Sesama pedagang terkadang bertukar cerita diselingi tawa seakan tak ada duka semua topik dibuka, dari agama, politik dan kisah dunia, membahas tak perlu menunggu acara, tak peduli dimana hulu dan muara. Bercerita melewati hari dengan canda ku bertanya pada sahabat sesama pedagang sayur, “bagaimana pendapatmu tentang cinta yang luhur?” . sahabat menjawab “cinta tidak seperti timbangan, kawan yang kita gunakan disaat pembeli memilih – milih barang yang akan dibelinya dan kita menentukan harga setelah tau takarannya disaat barang di atas timbangan, jika timbangan mempunyai angka batas maksimal maka cinta melebihi timbangan batas pikiran normal atas keluhurannya”. Kembali ku bertanya kepada sahabat pedagang kain, “bagaimana pendapatmu tentang cinta yang yakin?”. Sahabat menjawab, “cinta tak seperti kain, dimata yakin dihati mungkin memilah – milah helai dari lusin, dari sulaman terpilin sampai satin. Cinta juga tidak seperti pakaian,terlihat usang dibiarkan bahkan dibuang.
          Jika pakaian membalut raga, menghindar fitnah dunia maka cinta selimut hati pada aurat akhirat yang hakiki”.
Satu persatu pembeli mulai berdatangan, aku pun mulai berjualan melayani pembeli dengan ramah dan sopan, sedikit gurauan tanpa melebihi batasan sekedar mempererat tali persaudaraan kepada langganan, bagai teman bias surya menapak pagi, malam terpelanting dari rotasi, para mata terjaga dari mimpi bersiap melangsungkan aktivitas sehari – hari kini pasar bagai lautan tak bertepi, aku semakin sibuk dari himpitan insani menawarkan barang dagangan kepada pembeli.
Sepeminum kopi dan sebatang sigaret yang di sulut api, para pembeli silih berganti datang dan pergi tiada henti hingga pagi merangkak tinggi dan bias mentari makin menyengati, pembeli pun sudah bisa dihitung jari.
Diselang waktu tersisa, kusempatkan sarapan dengan menu seadanya, secangkir kopi bersemat penganan.
Pada seorang pembeli yang lagi memilih jahe dan bawang putih aku bertanya, “bagaimana pendapatmu tentang cinta yang dipilih?”, si pembeli menjawab, “andai cinta dapat dibeli maka dipilih agar berguna nanti, diteliti dengan seksama agar tiada ia bersengketa bila tak suka dibiarkan tempat semula namun sayang cinta tak dapat dibeli apalagi ditawar tidak dengan sesuka hati memilih dan mengganti seperti jahe yang dipilih cinta bisa jadi lebih kotor dan berlumpur dari umbi jahe yang tumbuh di dalam tanah namun tetaplah ia berguna atau seperti bawang putih yang dipilih, cinta bisa jadi melebihi putihnya, warna bawang putih jadi baik ia datang dari letak dan warna yang berbeda cinta tetaplah nuansa yang terpatri tiada tawaran untuk dibeli”.
Seorang sahabat menghampiri, ia berjualan minuman dan sedikit makanan instan, mengambil gelas yang tadi ia tuangi kopi, menyuguhkan. Tak lama ia pun menjemput gelas kepada sahabat. Aku bertanya, “bagaimana menurutmu tentang cinta yang berkias?”, sesaat ia memandang sisa kopi yang  tertinggal lalu menjawabnya, “ mungkin bisa jadi cinta ini macam kopi bang! Walau hitam tetap diminati orang memesannya bermacam – macam, ada yang minta manis sedang dan sedikit gula, ada juga yang memintanya dicampur dengan susu atau telur bahkan tak jarang yang memesan kopi pahit seperti cinta kopi tetaplah kopi mungkin cara penyuguhannya saja yang berbeda, kurasa sedikit yang tak suka namun tak semua menolaknya”.
Aku hanya tersenyum mengajukan pertanyaan kepada beberapa sahabat, mereka menanggapinya dengan sudut pandang masing – masing, berintuisi, menganalisa atau perumpamaan, menggunakan beberapa majas untuk menjawab soalan. Pertanyaan tidaklah rumit namun jawaban bagai benang terlilit.
Aku hanya bertanya dari aksara yang lazim dikata sangat sederhana dan biasa diucapkan manusia dalam kehidupannya, tertulis  dimana saja disurat kabar, berita dan acara juga pada televisi anda.

Satu soalan dengan beribu jawaban dari beribu wajah. Seperti wajah yang tidak serupa sekalipun kembar tetaplah ia beda, mereka berekspresi dalam alam pikir, mereka berapresiasi dalam titik nadir memandang dari garis hidup yang mereka jalani mengungkap makna cinta dari kacamata mereka, ada yang menjawab dari sisi ketuhanan, dan ada juga yang menjawab dari sisi kehidupan, kecintaan kepada makhluk hidup, kecintaan kepada umat manusia, kecintaan kepada alam, kecintaan kepada pekerjaan dan lain sebagainya, aku hanya ingin mendengar bagaimana opini mereka dari kata yang sangat tua dan renta yang telah lama bertahta dunia dari adam dan hawa sejak menginjakkan kakinya di alam fana, dirisalahkan Nabi dan Rasul, disuarakan kasanova dan cleopatra, diriwayatkan dengan tokoh romeo dan juliet, diarungi napoleon dan markopoli di lukis Leonardo Da Vinci, rangoh dan affandi di tulis Kalil Gibran, Raja Alihaji dan WS Rendra diprediksi nostranamus dan raspatin dan masih banyak lagi aksara yang tidak muat untuk dibuka. Berkisah bagai drama yang berakhir sebelum selesai tinta di pena laksana hikayat tutankhamun permaisuri raja mesir dengan liku – liku piramidanya dan masih banyak lagi yang disuarakan mereka yang hidup di zamannya.
Siang itu gerimis menerpa, turun ke bumi coba mengelap dunia, di sudut tiang aku berjaga menunggu gerimis reda. Ku coba bertanya pada gerimis dengan satu soalan yang sama karna biasanya seperti yang sering kubaca gerimis ditulis pujangga menandakan akan waktu pada kenangan akan saat pada untaian baik itu pertemuan makna ataupun perpisahan dikata, gerimis tetap menyerta dalam tangis dan tawa ,dalam duka dan suka.
Namun gerimis hanya diam, bergelang sepi ia bungkam tetap ku menanti untuk soalan yang tlah diberi, entah tak sudi biarlah………………………………………………………. gerimis kan kusimpan abadi.


                 “Gerimis Indah”
                                                Cipt : iwansekopdarat

 C             Dmn                  Amn     G
Gerimis ku rindu mesra sapamu yang bertaut hujan
 C                                          G              C
Kau yang kurindukan, dalam bias kebasahan
 Dmn                       Amn
Kau telah berubah, cinta yang kau sanggah
 F                     G
Perih ku derita kini
                   Amn                F      G                             C         E        A
Reff            Gerimis aku disini, mengharapkan cintamu untuk kembali
                   Amn                F              G                    C               E        A
                   Gerimis bergelang sepi, engkau tetap kunanti untuk kembali
                   D                                       Amn
                   Kalau mungkin cinta engkau tak sudi
                   G                                        Amn
                   Tak mungkin rasa kau paksakan kini
                    D                            Amn
                   Gerimis indah cukuplah dihati
                           E                          Amn
                   Kenanganmu ku simpan abadi
( lagu Gerimis Indah dapat dilihat di youtube dipencarian iwansekopdarat )
          Ku juga bertanya pada tenaga pendidik atau pengajar tentang cinta yang bersinar,mereka menjawab “jika cinta diartikan dengan belajar, maka bukunya hati, fikirannya pena dan perkataannya warna, bak kata pepatah lama limas jadi                   sutra dibenang, lancar kaji karena diulang, melewati tahapan melalui proses, tiada ia ternoktah sepadan satu baris, jika ingin ia bersinar, yakini pada jalan yang benar. Jika ia sampai memudar niscaya sinarnya pudar”. Kepada murid pun aku bertanya hal yang serupa, mereka menjawabnya “cinta adalah ilmu yang harus dipelajari, dipahami dan dimengerti agar kelak tidak tersesat memaknai.
          Aku pun bertanya pada tukang cukur atau tukang pangkas tentang cinta yang membias, mereka menjawab “cinta juga seperti menata, menjaga dan merawat rambut, ia akan terlihat menawan jika dirapikan perlahan, tak salah orang bilang rambut mahkota bagi perawan begitu juga hendaknya dengan cinta haruslah pandai menjaga dapat merapikannya jika akan kecemburuan semakin panjang dan tidak beraturan”..
Kepada pencuri aku bertanya tentang cinta yang terpatri mereka menjawab, “tiada soalan yang paling sulit selain soalan hati, kami salah mengartikan, kami khilaf dipikiran, kami dibutakan nafsu duniawi memiliki ia yang bukan hak kami, dengan sembunyi dan tidak diketahui selalu alasan yang kami kias dalam tuntutan ekonomi, mudahan suatu saat cinta itu menerangi hati kami, meluruskan jalan kami yang hina ini agar nanti cinta itu terpatri di hati.
Kepada seorang pembunuh aku bertanya tentang cinta yang berlabuh, mereka menjawab “tiada tangkahan tempatnya berlabuh bagi para pembunuh, pecinta bisa saja mati di ujung belati namun kisahnya tetap abadi tiada hati sekalipun taruhan mati akan tetap ia jalani,dengan mengakhiri bukan berarti usai sampai disini namun awal dari suara dunia yang bercerita tentang kisah abadi”.
Kepada dua sejoli yang sedang memadu kasih aku bertanya tentang indahnya cinta, mereka menjawab “cinta bagai payung menaungi dunia bagi kami melindungi dari terik sinar mentari, menjaga agar tidak kebasahan dari rintik air yang jatuh ke bumi dengan kedua tangan kami menggenggam gagangnya, cinta juga bagai tangan kiri dan tangan kanan dimana yang satu menjabat salam yang satunya membersihkan begitu indah ia diciptakan tanpa haus dipersoalkan seperti cinta tangan kiri dan tangan kanan saling membutuhkan”.
Pada satu insan yang sedang patah hati aku pun bertanya tentang cinta yang dikhianati. Mereka menjawab “cinta tetaplah suci hanya pecinta saja yang tidak mengerti untuk memaknai dibutakan harta dunia, dikaburkan paras jelita hingga menyangka cinta bisa bertahta diatasnya terpeleset dalam lingkaran rasa hingga pahitnya kami terasa, tiada menjadi jera, kisah bukan selembar, dunia pun masih lebar. Terasa dikhianati dalam madahnya karena hati tlah mendua, indah dan pahitnya cinta  tetaplah misteri yang meraungi alam fana ini.
                   “Cinta Naungi Dunia”
                                           Cipt : iwansekopdarat

Amn                      Dmn              
Semua insan kan mendambakan
G                                  Amn
Kasih sayang cinta yang suci
F                              G             E         Amn  
Melengkapi dalam hidup ini, hanya sekali
Amn                      Dmn
Banyak jua yang tersakiti
G                                  Amn
Akan cinta yang dinodai
F                    G           E
Janji kini dikhianati, diingkari
                     C                          G                 F
Reff            Terasa indahnya cinta tanpa kata dusta
                          E
                   Bila saling menyinta
                   C                          G               F
                   Terasa pahitnya cinta, hati tlah mendua
                             E                         F               G                          
                   Jadi tersiksa, rahasia cinta menjelma
                     C                 A
                   Meraungi dunia
                          F         E                    A
                   Jagakan hati yang terpedaya
( lagu “ Cinta Naungi Dunia “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )
Bagai fenomena ia sulit diterka, terkadang selaksa bencana ia menerpa tak jarang laksana anugerah ia menjelma, seperti angin ia nyata, namun tak terlihat oleh mata, bagaimana rupa, bentuk dan letaknya, tetaplah ia terasa setelah menerpa raga.
Seumpama udara yang tidak berbicara, terkadang ia bersuara jika memang cinta diibaratkan udara atau angin tentulah ia hal mungkin, pada yang yakin, namun janganlah bertuhankan padanya tapi jadikanlah ia muara, merangkum do’a dengan lebih mendekatkan diri pada sang pencipta, Yang Maha Esa.
Kepada Hakim aku bertanya tentang maklumat, sedikit ia bercerita namun sarat dengan makna baginya “cinta adalah keputusan pada makramat ( kehormatan ) yang telah ditetapkan” kepada Jaksa pun aku bertanya tentang tuntutan cinta,        ia pun sedikit berbicara, dengan perumpamaan berkias kata baginya cinta juga suatu tuntutan “tntutlah ia pada perkara yang hak baginya, dengan bukti yang ada, janganlah diperdata pada Pembela tak lupa kebertanya tentang cinta yang diperdebatkan mereka menjawab “cinta adalah perjuangan, perjuangan yang harus dibela, ditegakkan dari kemunafikan, diluruskan dari ketidakadilan”.
Pada Saksi aku bertanya tentang kesaksian cinta mereka menjawab “cinta jua penglihatan, dari mata hati menyuarakan, berlapis sumpah dengan hal yang tak mudah, jagan coba membutakan makna, maka kan dipertanggungjawabkan kelak di alam sana”.
Kepada Terdakwa yang bersalah ku bertanya tentang dakwaan cinta, mereka menjawab “bagai pengambil madu pada lebah penunggu, tiada ragu walau lebah tak setuju, kini termangu, terhenyak dibangku pada keputusan penentu, dari hukuman yang telah menunggu”.
Kepada Terdakwa yang tidak bersalah pun aku menanyakan hal yang serupa mereka menjawab “terkadang cinta dijadikan teori konspirasi, meralat alibi, membuat seolah – olah teradili, demi kepentingan sendiri, terkadang mereka lupa pada zat yang maha tinggi, menempatkan cinta pada hakikat abadi, sekalipun diadili, yang benar tetaplah dipendengar”.
Kepada orang – orang yang dapat melihat isi dunia aku bertanya tentang warna cinta mereka menjawab “cinta bagai nuansa yang terangkum dalam suasana penuh warna, terlihat bening tak jarang ia berakhir duka, dimulai dengan tangis tak jarang berujung bahagia”.
Kepada orang buta aku bertanya tentang cinta yang buta, mereka menjawab “kabur pekat ia tak berwarna, pada gelap yang menyelimutinya, tiada bermata, ia menjelma bak rahasia mengungkap tabir mega, walau buta pahami ia dengan indra perasa”.
Kepada musafir aku bertanya tentang cinta yang berkelana, mereka menjawab “cinta adalah perjalanan, perjalanan yang dilalui setiap insan, dari ujung benua sampai kutub dunia, jadikanlah tiang – tiang menyangga untuk lebih memahami ajaran agama”.
Kepada ahli agama aku pun bertanya tentang makna cinta, mereka menjawab “cinta sejati mutlak milik hak Dzat Yang Maha Tinggi, hanya sedikit kita diberi pengetahuan tentangnya, syukuri pada mahabbah (kecintaan) yang dianugrahinya, cintai ia agar tiada kemunkaran meraja bertahta, sayangi sesama pada makhluk ciptaan-Nya dengan tawadduk, berikhlas hati, makna kan tersirat, kata tiada bersurat”.
Pada ahli surga (orang – orang yang menjalankan perintah agama dan menjauhinya) aku bertanya tentang muara cinta, mereka menjawab “yang dipernah diberitakan oleh nabi – nabi sebelumnya dan nabi – nabi sesudahnya yang digenapi Rasulullah Muhammad SAW bagi semua umat, risalahnya membawa berkah, mahabbahnya membawa faedah, maknanya tiada bersanggah pada kasta, harta, dan tahta, semua pernah merasakannya namun hendaknya dengan makna itu jadikanlah ia pedoman yang bermuara pada Ya Rahman”.
Kepada ahli neraka (orang – orang yang mendustakan agama) aku bertanya tentang cinta yang disanggah, mereka menjawab “bagai meletakkan bara api di kepala sendiri dengan nafsu duniawi mengatas namakan maknanya, sesat terlihat nikmat namun menjadikan ia sesat, pada genangan yang memabukkan mereguknya bagai kehausan, pada angka yang dipertaruhkan, meraupnya bagai kekurangan, pada kenikmatan surga dunia, terlupakan siksa neraka”.

Pada penyair aku bertanya tentang cinta yang zahir, mereka menjawab “pandanglah kaca, bercermin padanya, tiada ia terpedaya, dari pantulannya pandang jua pada bayangan, ia mengikat badan dari bias cahaya, tiada ia bersengketa, dari ukurannya.
Pada pujangga aku juga menanyakan hal yang serupa, mereka menjawabnya “cinta adalah malaikat   hati, penjaga hati dan pilihan hati karna dari hati maknanya bersuara, dalam hidup ini maknanya slalu menemani laksana hati yang tiada henti mengitari matahari.

                   “Kau malaikat hati”
                                         Cipt. Iwansekopdarat
G     C              G           C           Dmy
Kau malaikat hati, kau penjaga hati
      C      Amn   B        C              Dmy
Dalam hidup ini, kau slalu menemani
C                    B          Amn
Oh malaikat hati laksana peri
             Dmy
Bagai bidadari
                         G                        C
Reff            Sesejuk embun kau sirami
                           Amn                        Dmy
                   Seharum bunga kau mewangi    2x
                      C       G
          Oh malaikat hati

                       Amn              Dmy
          Tergenggam indah mimpi – mimpi
                       C       G
          Oh malaikat hati
                Amn            Dmy
          Meraih angan pasti

( lagu “ Kau Malaikat Hati “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )




          Tentang malam, tentang sunyi dan tentang sepi
Ku terdiam, ku bertepi, ku disisi
Seserpih angan, sekeping hati, sekerat mimpi
          hanya untukmu kawan, sahabat hati yang kumiliki
                   Dalam belanga di ikan sepat
                   Dalam perigi kali pun rapat
                   Dalam rasa rindu ku kebat
                   Dalam hati arti sahabat
                             Tidaklah paku di atas kaca
                             Maka retak palu bergema
                             Tidaklah risau untuk mencerna
                             Akan letak ilmu berguna
                   Pelampung dapat ditambat
                   Tidak di dalam kata berikat
                   Pantun hanya empat kerat
                   Namun kiasan makna tersirat
                             Dua keris pada hiasan
                             Keris di tanah beri sepuhan
                             Dua baris hanya soalan
                             Baris di bawah inti soalan
                   Bukan kalam melerai pulang
                   Tapi kayu bertikai dahan
                   Bukan malam bertangkai bintang
                   Tapi ilmu bertirai iman
                             Sirup tiada asam
                             Kalau diberi dengan manisan
                             Hidup tiada bosan
                             Jikalau diisi dengan cabaran
                   Tiada cendawan berwarna pudar
                   Pada pualam batu patahan
                   Maka cabaran bermakna sabar
                   Ia soalan ilmu amalan
                             Sudah sedia diatas dulang
                             Sebab pulut santan terasa
                             Lidah berbisa bukan kepalang
                             Sebab mulut badan binasa
                   Teri gulama dalam kereta
                   Buang sayang simpan berdebu
                   Tak guna hidup bersengketa
                   Menang orang kalahpun abu
                             Tenun sutra bersemat tanjung
                             Bunga nusa melurus tangga
                             Pantun bersangga adat dijunjung
                             Pusaka bangsa harus dijaga
                   Bengkok besi karna kuat
                   Tiada bertapis pualam seri
                   Elok hati karna niat
                   Maka melapis kalam Ilahi
                             Tiada kutadah seri dimuka
                             Hanya turun dalam hiasan
                             Tiada ku indah merangkai kata
                             Hanya pantun dalam kiasan


                   Adakah rupa ditirai mata
                   Pada mata berpendar bias
                   Adakah kira melerai makna
                   Pada kata bersandar hias
                             Pada mata berpendar bias
                             Tiada sekam di ikat bamban
                             Pada kata bersandar hias
                             Kala cekam berkabut malam
                   Tiada sekam diikat bamban
                   Kemana ruang untuk berlari
                   Kala cekam berkabut malam
                   Kemana tiang membaca diri
                             Bertirai sutra semat peniti
                             Merayu rakyat berdiam diri
                             Bertikai hasrat di dalam hati
                             Menuju rakyat kalam Ilahi
                   Bersepuh tembaga pada bara
                   Keluar jua pada belanga
                   Berpeluh tenaga pada dunia
                   Melebur doa pada Yang Kuasa
                             Bukan letak pada raga
                             Hanya mengikat wadah belanga
                             Bukan bijak dalam berkata
                             Hanya mengikat madah yang ada



                   Tak sanggup bara menahan api
                   Mati bertemu mati berjumpa
                   Tak sanggup raga untuk dipuji
                   Miskin di ilmu miskin di harta
                             Tanda lidi berjenjang suling
                             Agar kumbang saut di jeram
                             Tanda berdiri si lancang kuning
                             Layar terkembang ke laut dalam
                   Belah kayu seribu enau
                   Silang serakit bertirai purun
                   Madah melayu Kepulauan Riau
                   Barang sebait merangkai pantun















                             Lancang Kuning 2
                                                                    Cipt. Iwansekopdarat
 Amn                                   E
Lancang kuning sayang berlayar malam
                                    Amn
Melepas sauh di tengah lautan
                                E   
Arah angin sayang tunjukkan jalan
                                    Amn
Selamat badan ditimpa gelombang
                     Dmn               Amn    E                Amn
Reff            Jangan kau gegabah ataupun gundah   o…o…o
                     Dmn           Amn     E           Amn
                   Ikutkan haluan jangan kau lawan
  Amn                                      E
Nakhoda hai sayang hawas dan paham
                                     Amn
Menentang badai sigap menahan
                               E
Berlayar malam siap cobaan
                                       Amn
Badai gelombang rahasia Tuhan
                     Dmn          Amn    E          Amn
                   Berbesar jiwa lapangkan dada
                     D              Amn   E             Amn
                   Ikutkan petuah jangan kau lupa

( lagu “ Lancang Kuning 2 “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )


          Pernahkah mendengar hikayat Hang Tuah dan Hang Jebat. Saat cinta  dipertaruhkan oleh 2 laksamana. Dalam sair merangkum kisah.