Jumat, 11 Juli 2014
Kumpulan Puisi Sajak dan Cerpen " AJARI AKU SETIA " jilid II
BAGIAN 3
geliat Kota Medan yang tak pernah tidur terus berpacu dengan waktu, semakin hari semakin mempersolek diri, pembangunan disana-sini menunjukkan Kota Medan semakin berbenah diri, sore itu rintik hujan membasahi Kota Medan, sepasang anak manusia berlari kecil menuju kafe santai di salah satu tempat tongkrongan anak muda Kota Medan, setibanya didalam kafe tersebut Nila dan Alek memesan minuman dan makanan ringan, mereka tampak begitu mesra, Nila hanya menimpali dengan senyum datar setiap obrolan dan candaan Alek.
“ia, aku serius nih kapan aku bisa maen ke Kisaran sekedar kenalan sama keluargamu” ucap Alek dengan mimic serius, Nila hanya memandang gelas minuman yang ia pegang dengan kedua tangannya, tiba-tiba terbayang wajah Damai dibenaknya, lama ia termenung, sentuhan tangan Alek di punggung tangannya, menyadarkan Nila “eh, sorry lek aku jadi lupa jawabannya,” ujar Nila datar.
“kamu sakit la” selidik Alek dengan perasaan was-was. “nggak lek, aku sehat, mungkin agak sedikit lelah” jawab Nila. “o,,,, jadi bagaimana la tanggapanmu tentang pertanyaan ku tadi?”. “beri aku waktu lek, belum saatnya aku mengenalkan mu pada orang tuaku, kamu mengerti kan?” pinta Nila, Alek hanya mengangguk kecil tanda setuju dengan pernyataan Nila. Setelah hujan mulai reda Nila dan Alek meninggalkan kafe tersebut. Meninggalkan fikiran yang berkecamuk di benak mereka masing-masing.
BAGIAN 4
Damai merebahkan diri di pembaringannya, menatap flapon langit-langit kamarnya, pikirannya jauh menerawang pada satu bayang yang sangat ia cintai, entah apa yang dilakukan Nila saat ini, dua kali Damai coba menghubungi hp Nila, namun selalu dijawab tidak aktif dan diluar servis area, Damai beranjak bangun dan duduk di bibir tempat tidurnya. Sambil memetik dawai gitar, Damai mulai bernyanyi pelan.
KUSAYANG PADAMU
Cipt : Iwan Sekopdarat
Debur buih dipantai Kota ini
Hembus angin menembus sukma
Berteman malam dingin kusendiri
Tanpa bulan bintang disini
Huo...huo...huo...
Reff
Semua tiada berubah
Kumasih tetap sayang padamu
Semua yang kulakukan
Agar kau tahu aku sayang padamu
Buih pantai leburkan rasa
Kenangan bersama
Hembus angin menembus sukma
Kala tak bersama
(lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian iwan sekopdarat)
“BERTAMAN”
Cipt : Iwan Sekop Darat
Coba untuk bertahan memahamimu
Mencintai dirimu apa adanya
Berkali kan kucoba untuk mengerti
Menyayangi dirimu sepenuh jiwa
Bertahan untuk setia
Selagi masih ada cinta
Menjaga hubungan ini
Mencoba untuk mengerti
Reff
Sungguh sakit, hati merana
Dirimu berdusta membagi cinta
Sunggu perih kecewa
Jiwaku tersiksa kau mendua rasa
Tiada guna diri ini bertahan setia
Sedang kau hanya memandang sebelah mata
(lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian iwan sekopdarat)
Pagi-pagi sekali Damai sudah bangun selesai sholat subuh ia berolah raga di halaman depan rumahnya, ayah ibu dan adiknya Dani juga sudah bangun, mereka memperhatikan Damai dari pintu samping. Ibu Damai menyiapkan sarapan pagi sementara Dani masih bergayut manja dipelukan sang ayah. Sinar merah membias diangkasa, semburatnya menggeliatkan makhluk-makhluk tuhan yang ada dibumi, sang surya masih tersipu malu dengan senyumannya yang ayu. Damai merasa cukup segar setelah melakukan sedikit olah raga kecil. Ia kembali masuk kerumah dan sarapan bersama keluarga, hari ini rencana si Damai setelah siap sarapan ia akan pergi ke bengkel pamannya sekedar bantu-bantu.
Dari depan terdengar suara ketukan pintu, segera ayahnya menyuruh sang ibu untuk membukakan pintu namun Damai langsung berujar “biar saya saja pak,” ayahnyapun hanya mengangguk kecil, Damai segera beranjak dari bangkunyadan berjalan menuju ruangan depan, dengan hati-hati ia membukakan pintu, seorang laki-laki setengah baya dihadapannya, laki-laki itu kurang lebih seusia ayah Damai, dari raut wajahnya tampak lelaki tersebut sangat lelah, lelaki itu coba tersenyum pada Damai, Damai pun membalas senyum lelaki tersebut.
“permisi dek, apa betul ini rumahnya Damai penyiar radio kala FM ceria?” Tanya sang lelaki paruh baya itu. “ya pak benar, saya sendiri yang bernama Damai” jawab Damai tenang. “ada perlu apa bapak mencari saya?” lanjut Damai.
Ayah dan ibu Damai baru saja selesai dan langsung menuju ruangan depan, begitu melihat siapa tamu tersebut ayah Damai pun langsung berkata “Selamat pagi pak Anton, ada keperluan apa bapak kemari, mari silahkan masuk dulu,” ternyata lelaki paruh ba ``ya itu adalah pak Anton kenalan pak Burhan ayah si Damai. Pak Anton salah satu staf di perusahaan perkebunan dimana pak Burhan mengantar sawit-sawit yang ia bawa dengan colt diesel nya. Tak lupa pak burhan meminta istrinyauntuk membuatkan minum pada tamu mereka. Pak Anton menarik nafas dalam – dalam, ia coba merangkai kata demi kata untuk memulai pembicaraannya, sengaja ia datang kerumah pak Burhan untuk bertemu dengan Damai, sebelumnya pak Anton sudah pergi ke alamat radio Kala FM ceria, untuk bertemu dengan Damai setibanya disana ia disambut teman Damai yang bernama Tio, dari tiolah pak anton mendapat keterangan dimana alamat rumah Damai.
Damaipun hanya mengangguk-angguk pelan, pak anton kembali melanjutkan pembicaraannya, ia mengatakan kemarin tepat pukul 10 anaknya yang bernama Nurma masuk rumah sakit setelah jatuh pingsan dan tak sadarkan dari kursi rodanya. Nurma adalah salah satu penggemar Damai, Nurma selalu mendengar radio disaat Damai sedang siaran, tiada episode yang terlewati nurma jika Damai bercuap – cuap di mikrophonenya. Secara tidak langsung pak Anton juga sering dengar. Jadi sering mendengar radio apalagi kalau Damai lagi siaran, nurma juga sering membacakan puisinya lewat radio tersebut, dengan nama samara putri kayangan.
Damai jadi termangu mendengar satu nama yang disebutkan pak anton, satu nama yang tak asing baginya, yang selalu membacakan puisi-puisi indah, Damai sangat dekat dan akrab dengan suara itu walau wajah sang empunya suara belum ia lihat sebelumnya Damai juga sempat penasaran dengan wajah yang punya suara merdu itu . biasanya mereka – mereka yang biasa menelepon ke radio kala FM ceria menyempatkan diri sekedar bertutur sapa dan berkenalan dengan para penyiar di radio kala FM ceria, pikir Damai mungkin saja putri kayangan sengaja menutup jati dirinya dengan satu alas an-alasan tertentu.
Kembali Damai menyimak perkataan pak Anton, ayah Nurma juga menerangkan bahwa baru setahun ini Nurma menggunakan kursi roda, dikarenakan kepala nurma sering pening dan pandangannya sering kunang-kunang, pak Anton sangat menyayangi Nurma anak semata wayangnya itu. Istrinya meninggal saat melahirkan Nurma, pak Anton sengaja tak menikah lagi, ia ingin mencurahkan kasih sayang sebagai ayah yang merangkap Ibu untuk putri tercintanya. Dengan Penyakit tumor yang menyerang otak di kepalanya putrinya. Sang ayah ikhlas dan terus berdoa kepada yang maha Kuasa untuk dapat menguatkan hatinya dalam menjalani ujian ini, berbagai cara pengobatan telah ia tempuh dan jalani demi kesehatan putrinya. Sebulan yang lalu dokter yang merawat Nurma mengatakan bahwa tumor yang berada di kepala Nurma semakin mengganas. Dengan berat hati dokter juga mengatakan suatu mukjizat dari tuhan jika Nurma dapat bertahan lebih dari dua bulan.
Damai dan kedua orang tuanya terenyuh mendengar semua penuturan pak Anton, mata buk Burhan berkaca – kaca menyimak cerita pilu dari tamunya. Kepada pak Anton dua hari yang lalu nurma ingin bertemu dan berkenalan dengan Damai. Namun niat itu ia urungkan melihat kondisinya. Pak Anton maklum dengan keadaan putrinya dan iapun selalu menjadi teman cerita dan diskusi anaknya. Namun setelah kejadian tadi malam, pak Anton langsung mengambil inisiatif untuk menjumpai Damai, menceritakan semuanya pada Damai, mungkin saja Damai mau menjenguk dan menemui Nurma, sengaja Nurma ia titipkan pada perawat jaga, untuk menemani Nurma dirumah sakit sewaktu ia menjumpai Damai dirumahnya.
Setelah mendengar semua penjelasan dari Pak Anton, pak Burhan sekeluarga bergegas bersama pak Anton menuju rumah sakit dimana Nurma dirawat.
BAGIAN 5
Seorang gadis terbaring lemah ditempat tidurnya, salah satu ruangan VIP rumah sakit. Ia baru saja siuman, dengan suara pelan ia memanggil nama ayahnya, seorang perawat dengan suara hati-hati menjelakan kepada gadis yang terbaring lemah itu. Gadis itu hanya mengangguk kecil.
Tidak lama kemudiam, pintu ruangan dimana gadis itu dirawat dibuka dengan pak Anton dan keluarga pak Burhan menghampiri sisi pembaringan mengecup pelan kepala gadis itu pak Anton berujar “syukur Alhamdulillah kamu sudah siuman Nurma, bagaimana sekarang perasaanmu?” “sudah agak mendingan pa” mereka semua tersenyum pada gadis itu yang tak lain bernama nurma putri pak Anton, putri membalas senyum mereka.
“siapa mereka pa?” tanya Nurma datar. “itu pak Burhan dan Bu Burhan teman papa dan pemuda yang pakai baju kotak-kotak itu namanya Damai dan yang kecil itu adik Damai,” terang pak Anton sambil melirik kearah keluarga pak Burhan satu persatu.
“Damai pa? penyiar radio kala FM ceria?” selidik Nurma penuh tanda tanyak, pak Anton hanya mengangguk pelan “pagi bang Damai? sapa Nurma perlahan, “pagi juga Nurma, lekas sembuh ya” jawab Damai, Nurma hanya mengangguk pelan. “maafkan ayah ku bang Damai, yang telah merepotkanmu, hingga datang kemari menjenguk ku” “tidak apa-apa, aku tidak repot koq, malah aku sendiri yang minta ikut sama ayahmu kemari”
“Bang Damai, ayahku mungkin sudah cerita banyak tentang aku??” “Nurma nanti saja kita saling bertukar cerita, Sekarang kamu istirahat dulu, jangan terlalu banyak mengeluarkan energy, nanti malah tambah sakit” terang Damai, Nurma mengangguk pelan sambil tersenyum penuh arti kepada Damai.
Tidak berselang lama dokter yang merawat Nurma pun memasuki ruangan tersebut, dan dengan sangat hormat meminta para penjenguk untuk meninggalkan tempat itu sementara, karena ia akan memeriksa pasiennya, selesai sang dokter memeriksa kondisi kesehatan Nurma ia segera meninggalkan ia segera meninggalkan ruangan, tak lupa ia meminta Pak anton segera menemuinya di ruang kerjanya. Pak Anton pun berjalan dibelakang dokter itu menuju ruang kerjanya, sementara Damai, adik dan kedua orang tuanya kembali masuk kedalam ruang kamar menemani Nurma yang masih terbaring lemah.
Diruang kerja dokter Budi Pak Anton mendengarkan dengan seksama semua penjelasan dokter Budi mengenai penyakit yang diderita Nurma, dokter budi menyarankan agar secepatnya Nurma di operasi untuk mencegah pertumbuhan tumor yang semakin ganas tersebut. Dokter budi juga meminta Pak Anton untuk mencari pendonor atau kantong darah kerumah sakit lain yang berjenis golongan darah O, karena persediaan kantong darah O dirumah sakit ini sudah habis, mudah – mudahan dengan cepat ditangani nyawa Nurma dapat tertolong. Pak Anton termangu dengan semua penjelasan yang diucapkan dokter Budi, seikhlas – ikhlas hatinya Pak Anton merasa terenyuh jua, iapun meninggalkan ruangan dokter budi dengan langkah yang gontai menuju ruangan dimana Nurma dirawat. Setibanya disana ia meminta tolong kepada keluarga Pak Burhan untuk sejenak menemani putrinya karena ia akan keluar sebentar untuk satu urusan penting, Pak Burhan dan dan Damai mengikuti Pak Anton keluar dari ruangan tempat Nurma dirawat, sedangkan bu Burhan masih tetap menemani Nurma. Tidak jauh dari runangan itu setelah pintu ditutup, Pak Burhan menanyakan tentang keperluan yang akan diurus Pak Anton, dengan berat hati Pak Anton pun menerangkan kepada kepada Pak Burhan dan Damai apa yang dijelaskan dokter budi padanya. Tanpa disangka Damai segera mengajukan dirinya sebagai pendonor, lagi pula golongan darah Damai sama dengan Nurma, apalagi saat ini nyawa Nurma perlu diselamatkan dalam penanganan secepat mungkin , Pak Burhan pun kembali masuk kedalam ruangan tempat Nurma dirawat. Ia meminta istrinya untuk keluar sebentar, diluar mereka berembuk mengizinkan kalau Damai mendonorkan darahnya buat Nurma, setelah dilakukan beberapa test pada Damai dan Damai dinyatakan sehat juga memenuhi persyaratan, maka damaipun mendonorkan hari itu juga, Nurma menjalani operasi dibagian kepalanya.
Alhamdulillah operasi tersebut berjalan dengan lancar, tidak henti – hentinya Pak Anton memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang masih menitipkan Nurma untuknya, walaupun ia tahu dengan Nurma menjalani operasi tersebut bukan berarti Nurma dinyatakan sembuh total, hanya menghambat pertumbuhan tumor ganas yang menyerang otk Nurma, namun biarlah yang terpenting ia selalu berusaha, dan menikmati detik demi detik bersama putri tercintanya. Tidak lupa Pak Anton juga mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada keluarga Pak Burhan terkhusus buat Damai, ketika ia menyelipkan amplop putih di saku baju Damai, dengan halus Damai menolaknya dan mengembalikan amplop tersebut. Damai ikhlas mendonorkan darahnyabuat Nurma. Pak Anton sangat suka dan bangga dengan sifat dan sikap Damai yang selalu tidak mengutamakan bentuk materi dalam suatu urusan.
Tidak terasa seminggu sudah nurma di rawat dirumah sakit setelah menjalani operasi, kesehatan Nurma berangsur-angsur membaik dokter budi juga mengizinkan 2 hari lagi Nurma sudah bisa pulang kembali kerumahnya. Seminggu juga Damai menemani Nurma, mereka saling bertukar cerita dan Nurma sangat bahagia ketika Damai mengatakan bahwa ia telah menganggap Nurma seperti adik kandungnya sendiri Nurma tidak pernah meminta lebih dari Damai sebagai sahabat saja Nurma sudah senang apa lagi kini Damai menganggapnya seperti adik kandung sendiri. Dari ruangan tempat dimana Nurma dirawat, Nurma selalu menjadi mendengar setia disaat Damai sedang cuap – cuap di depan mikroponnya dari radio mini Nurma tersenyum – senyum mendengar suara Damai, jika ada waktu luang dan senggang Damai pasti menyempatkan dirinya mejenguk Nurma, Nurma selalu meminta Damai untuk membacakan puisi, puisi – puisi yang di buat Damai sendiri, dengan suara pelan Damai selalu membacakan puisi buat Nurma, puisi – puisi ciptaan Damai seakan menjadi kekuatan dalam semangat baru hidup Nurma, dan dari cerita Damai Nurma ingin berkenalan dengan calon kakak ipar nya itu yang tak lain kekasih Damai yaitu Nila. Damai berjanji suatu saat ia akan mengenalkan Nila pada Nurma. Damai begitu bahagia melihat keceriaan yang terpancar dari wajah Nurma, adik perempuannya itu.
SEPENGGAL AYAT SETIA
Tersisa penggal terakhir dalam titik-titik
Sengaja tiada kuteruskan selagi pelangi menghapus rintik
Sepenggal dari ayat disela-sela gemeritik
Menjadikan ku sirna dalam satu gumpalan bintik
Usapkan wajahmu sebelum embun mengambang
Tarikan napasmu sebelum pagi menjelang
Langkahkan kakimu sebelum siang datang
Dan sembunyikan bayangmu sebelum senja menghilang
Karna aku suara malammu dari taburan bintang gemintang
Lengkapi saja kalimat terakhir nanti
Setelah melihat aku di ujung jembatan
Selagi sapa bersaut-saut pasti
Untuk merajut bizurai angan
AKHIR SUARA
Dikau buat aku gerah dalam satu desah akhir suara
Dipenghujung ucap kau gantung aksara yang tertunda
Menjadi tanda Tanya dalam hati gundah gulana
Apakah gerangan dibisik kalbu bertahta
Kadang menerka dari untaian kata dan rasa
Mengira – ngira suatu kisah misteri
Tentang semua nuansa pijaran mata
Berselimut rindu dianjungan ratapan hati
Pikiran menyala menghantar lamunan mimpi
Mempesiang diri disisa isak tangis
Tercekat kata membiarkan bulir melewati pipi
Dirajam sukma menghela napas dalam baris
BAGIAN 6
Pagi itu sudah duduk manis di depan rumahnya. Ia tampak segar dengan wajahnya yang berseri-seri seperti sinar matahari pagi yang menyinari bumi dengan dandanan seadanya membuat wajah Nila tampak cantik natural. Nila baru saja menelepon pangkalan taksi Medan untuk menjemput dirinya, dan berangkat menuju tempat kediamannya di Kisaran, satu minggu ini Nila libur, sengaja ia ingin membuat kejtan pada Damai, tanpa memberi tahu sebelumnya kedatangannya pada Damai. Tadi malam Nila menuntaskan persimpangan hatinya dengan sangat hati-hati dan berusaha tidak membuat Alek terlalu dalam sakit hati juga berharap Alek mau mengerti. Nila menceritakan semuanya pada Alek, tentang hubungannya dengan Damai, kini Nila sudah yakin bahwa damailah sebenarnya orang yang sangat ia cintai, Nila juga meminta maaf yang sebesar besarnya pada Alek, Nila tak ingin kisah yang tiada akhir ini terus mereka jalani, dengan berat hati dan wajah tertunduk, Alek memaklumi dan mengerti ia tidak bisa berbuat banyak, itu sudah keputusan Nila, Alek harus terima dengan lapang dada, jauh didalam lubuk hatinya Alek sangat mencintai Nila, cinta yang sesungguhnya bukan cinta yang biasa ia lemparkan pada gadis-gadis sebelumnya, baru kali ini Alek tertunduk kalah di hadapan seorang gadis. Sebelumnya tidak ada kamus kalah dikehidupan Alek, dalam merebut hati gadis-gadis yang ia sukai. Dengan tubuh yang atletis, tampan dan kaya juga Alek seorang yang humoris, sudak cukup banyak membuat hati para gadis berdebar-debar disaat berdekatan dengan Alek. Pesona Alek begitu kuat memikat. Nila juga sempat terbuai oleh pesona tersebut. Namun belum terlalu jauh sehelai kesetiaan hati dan keikhlasan jiwa Damai. Menyadarkan Nila dari kemilaunya pesona Alek. Dalam hati Nila berjanji untuk menjaga selalu kesetiaan cintanya pada Alek. Cukup sudah kekeliruan ini ia buat, dan tak akan ia ulangi lagi, sebelum pulang Alek menjabat tangan Nila sambil bersuara pelan, “suatu saat kenalkan aku pada Damai, Nila, karena aku akan bertanya tentang kesetiaan padanya,” Nila hanya mengangguk pelan dan menatap punggung pemuda itu yang berjalan pelan ditelan pekatnya malam.
Dari cerita Damai lewat handphone nya, Nila juga sangat ingin berkenalan dengan Nurma, Damai sudah cerita panjang lebar tentang penyakit Nurma pada Nila, Damai telah menganggap Nurma seperti adik kandungnya sendiri, Damai ingin disisa akhir kehidupan Nurma, Nurma dapat tersenyum bahagia, Damai juga menceritakan sosok Nila kekasih hatinya pada nurma, namun ingin sekali berkenalan dengan Nila, Nurma sudah titip salam jika Damai menelepon Nila. “ah, begitu mulia hatimu Damai, jadikan aku semakin cinta, maafkan aku Damai yang telah berlaku curang padamu, kini aku sadar engkaulah sebenarnya pemilik hati ini, yang selalu menjaganya dengan kesetiaan dan keikhlasan” bisik batin Nila.
Nila masih terhanyut dalam sudut lamunannyadibangku depan rumah kosannya, semilir angin mengusap lembut wajahnya, ia biarkan angin memain-mainkan anak rambutnya, sehelai daun kering gugur dan jatuh dipangkuannya dan itu berbentuk hati, Nila mengambil dengan jemarinya daun tersebut. Membolak balik daun yang bentuknya menyerupai hati itu, saat Nila termenung memandang kearah daun kering yang kini berada di kedua ujung jarinya, suara klakson mobil menyentakkan lamunan Nila, mobil yang Nila tunggu sudah didepan mata, Nila pun bergegas masuk kedalam mobil tersebut, dan mobil melaju pelan membawa Nila kembali pulang menuju rumahnya, tanpa Nila sadari daun kering itu masih ia pegang dengan kedua jarinya.
Sementara dihalaman depan ruang iap VIP disalah satu rumah sakit Kisaran, seorang perawat menemui Nurma yang duduk dikursi rodanya menikmati sinar mataari pagi yang akan meninggi, hari ini wajah Nurma tampak berseri dan bercahaya tidak seperti waktu pertama ia masuk kerumah sakit ini, siang nanti Nurma diperbolehkan pulang, Damai berjanji nanti siang akan menjemput Nurma dan megantar Nurma kembali kerumahnya bersama Pak Anton ayah Nurma.
Hati Nurma sangat bahagia ingin siang cepat menjelang dan tak sabar menanti kedatangan ayahnya serta Damai yang membawa ia kembali pulang ke tempat kediamannya.
Hembus angin mengalun pelan, mengantar pori-pori pagi dalam nuansa bening yang berkilauan sehelai daun kering yang bentuknya menyerupai hati jatuh dipangkuan Nurma, Nurma mengambil daun kering itu, sambil membolak balikkan helai daun tersebut, tiba-tiba entah mengapa ia teringat dengan Damai, suara pelan sang perawat menyadarkan Nurma dari lamunannya.
“hari sudah semakin siang mbak, mari kita masuk.” “eh...iya” jawab Nurma sedikit gugup. Perawat itupun membantu mendrongkan kursi roda yang diduduki Nurma menuju ruangan dimana Nurma dirawat, daun kering yang tadi jatuh dipangkuan Nurma masih Nurma pegang dengan kedua jarinya, matanya terus memandang kedaun tersebut dengan pikiran yang berkecambuk resah.
(penutup)
Disalah satu persimpangan sudut Kota tergeletak dijalan raya seorang pemuda yang berlumuran darah korban dari kecelakaan lalu lintas, tabrakan maut sepeda motor merenggut nyawa pemuda itu seketika. Wargapun berbondong-bondong mendatangi tempat kejadian, mereka segera membawa tubuh pemuda yang berlumuran darah itu menuju rumah sakit terdekat.
Tak jauh dari tempat kejadian, seorang anak perempuan mengambil sebuah pigura yang telah retak dari sisi jalan raya, bocah perempuan itu lebih kurang berumur tujuh tahunan, ia melihati kearah pigura tersebut, ternyata didalam pigura yang kacanya sudah retak terdapat sebuah puisi dalam tulisan tangan yang dibuat dengan sangat rapid an indah. Boca perempuan itu coba mengeja kata demi kata untuk menyambungkan kalimat dalam tulisan tersebutdengan sedikit terbata-bata bocah perempuan itu membacanya.
AJARI AKU SETIA
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
Padahal tidur belum seberapa
Lelap leru sekelip saja
Kupesiangi helai-helai kata
Namun tak kutemukan jua
Apa-apa disana
Dari rindu yang bergejolak didada
Dari rasa yang menggelegakkan nyawa
Bertahan ...
Agar mata tiada lagi terlelap lena
Menanti satu bisik lembah suara
Menunggu satu lirik dalam aksara
Dipenghujung tidur yang belum sempurna
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
Ajari aku setia
SELESAI
LAGU RINDU JIWA
Cipt. Iwan Sekop Darat
Lihatlah pelangi senja, sejuta warna
Indah mempesona
Lihatlah lembayung senja, merah merona
Nuansa rasa
Desir angin usap lembut terasa
Debur ombak buih putih dipantai
Reff
Ingatkah kala ku genggam jemarimu
Dan ku bisikkan nada cinta
Ingatkah kala ku kecup keningmu
Dan kau ucapkan, kau lagu rindu jiwa
Kenangan bersama, bagai helai sukma
Diangkasa luas, di lautan lepas
Dari aksara rindu jiwa rinduku menyala
ASING DITANAH SENDIRI
Aku darah dari katulistiwa dua wajah
Meregang diufuk timur alam raya
Terunaku hilang seakan pagi tiba
Sedang bias lagi tidak memerah
Mendidih menggelegak nadi urat sum-sumku
Engkau kunyah rindu seperti memanah bulan
Dan kau muntahkan ragu setelah bosan menelan
Menyisakan kegigihan ku dalam kelambu
Tanah berpijak bukan lagi milik
Sekedar menumpang kemurahan hati
Bertanya di mana dapat mencari
Apalah arti merdeka dari bilik-bilik
Mulut terkunci koyakpun tiada arti
Kerongkongan pun ditahan menyimpan suara
Kemana lagi dapat mencari cinta
Sedang mereka mengangkangi hukum – hukum sendiri
MENUNGGU AWAN
Dua atau tiga bulan lagi
Kita bertemu disini
Dua atau tiga bulan lagi
Kita membuat janji
Dua atau tiga bulan lagi
Kita belum tau pasti
Dua atau tiga bulan lagi
Banyak sudah yang hilang
Dua atau tiga bulan lagi
Gemuruh dada tertahan
Dua atau tiga bulan lagi
Aku dan kau menunggu awan
HIMPITAN RASA
Aku dipinggir jalan mimpi memahat sepi
Bilah pisau menoreh pilu dalam hati
Jagat raya aku dalam himpitan rasa
Kemana aku memagar rasa haru biru cinta
Dari pesona sejuta warna aksara
Inikah akhir dari penantian insan dunia
Bergagang resah di patung rindu yang belum sempurna
Kugalah keinginan pusara kalbu jiwa
Bertahta rewash mutiara pengharapan
Dimana lagu sukma bersenandung riang
Aku mati dalam mimpi kisah asmara
Terang saja aku buta
Apalagi gelap aku meraba
Mencari jejak dikerinduan sukma
RINDU TINGKAT DEWA
Lamunanku membuntuti bayanganmu
Adakah ini rindu yang ku tau dari ucap mereka
Sedang aku baru menyadarinya
Begitu hebat hingga membuat diriku
Jadi setengah gila
Aku belum mengenal cinta
Tapi kehendak sudah menjelma
Dari rindu aku mengambil kesimpulan
Rasa ini inginnya dekat denganmu
Rintihan kalbu yang menggebu
Ringkih angan mengenangmu
JANGAN EDAN
Seusiamu itu dulu aku belum mengerti apa-apa
Jangankan yang itu
Yang ini saja bagiku tabu rasanya
Seusiamu itu dulu aku masih main layangan
Bukan sekarang sudah pandai berduaan
Seusiamu itu dulu banyak yang harus dipelajari
Bukan seperti sekarang semua siap saji
Seusiamu itu dulu aku sudah bisa membeda warna
Tidak seperti saat ini banyak yang buta warna
Seusiamu itu masih berlari dan melompat
Mengapa kini berjalan saja kau penat
Seusiamu itu masih suka main-main
Bukan seperti kau ini yang gayanya bukan main
Seusiamu itu jangan lelah mengejar mimpi
Karena mimpi buat semangat berapi-api
Tidak macam sekarang
Untuk bermimpi saja kau enggan
Bagimu
Realita saja yang harus dikedepankan
Memang
Jaman sudah semakin edan
MELIHAT DIRI
Jangan dipikirkan
Jika engkau sendiri tidak tau
Apa yang harus kau pikirkan
Jangan dilakakukan
Kalau kau sudah tau
Kelak nasibnya badan
Jangan dihiraukan
Kalau hanya nanti
Berujung kekacauan
Jangan dibingungkan
Jika tidak ingin rasa
Kau permasalahkan
Jangan diabaiakan
Jika tak mau hatimu
Jadi tak karuan
Jangan dirindukan
Andai separuh cinta
Engkau hilangkan
Jangan dibayangkan
Kalau kau sendiri saja
Takut kegelapan
Jangan ditentukan
Kalau kau saja
Belum paham penjumlahan
BIODATA PENULIS
Lahir di Dabo Singkep, kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan basar dikampung Sekopdarat ( Dabo Singkep ) beragama islam berjenis kelamin laki – laki.
Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang sayuran dipasar kartini Kisaran dan juga pedagang di pasar Kaget ( Pekan ) disekitar kota Kisaran.
Adapun beberapa karya tulis Iwan Sekop Darat :
1. Tentang Rindu ( Novel )
2. Tentang Rindu 2 ( Novel )
3. Layang – layang Zaman ( Novel )
4. Fatwa Cinta ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
5. Primadona Diujung Trotoar ( Novel )
6. Madah Aksara (Novel dan Kumpulan Sajak )
7. Tiang – tiang Aksara (Novel dan Kumpulan Sajak)
8. Do’a Simarjan ( Novel )
9. Sulaman Aksara ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
10. Dilema Hati Menyinta ( Novel )
11. Pasukan Pramuka ( Novel )
12. Bilur – bilur tinta ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
13. Buih Debur Riak Cinta ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
14. Bingkisan Ramadhan ( Cerpen dan kumpulan sajak )
15. Helai Rindu ( Cerpen drama dan kumpulan sajak )
16. Nektar Cinta ( Novel )
17. Bumi Segantang Lada ( Drama dan Kumpulan Sajak )
18. Sejuta Warna Bougainvillea (Drama cerpen dan kumpulan Sajak)
(Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
19. Celah Sukma ( Drama dan Kumpulan Sajak )
20. Derau – derau Hati 1 ( Novel dan Puisi )
21. Derau – Derau Hati 2 (Novel dan Puisi )
22. Me And My God ( Kumpulan Puisi, Drama dan Cerpen )
Ajari Aku Setia ( Kumpulan Puisi, Drama dan Cerpen )
Kumpulan Puisi Sajak dan Cerpen ' AJARI AKU SETIA " Jilid I
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya buku ini, tanpa Ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat saya rampungkan. tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
Satu buku yang berkisah akan keteguhan dan keikhlasan dalam menjalani hidup di buku ini juga terdapat beberapa buah puisi pergolakan hati.
Kisaran, April 2014
Penulis
Iwan Sekopdarat
SAJAK ATAU SANJAK
Tanagn menulis setangkai syair
Pikiran merebut sekuntum bait
Angan berlapis merangkai mahir
Awan berkabut rimbunan bukit
Parau teriak melengking
Kini tak lagi nyaring
Gubahan dingin kerontang kering
Isak sedu tangis pilu
Kepada bulan tidak mengadu
Biar rindu digulung dalam kelambu
Sajak ku paku itupun kaku
Sajak ku lagu itupun ragu
Sajak atau sanjak entah akan beranjak
Geming bulan semu ditelan sejenak
Dingin angin beku semilir berserak
Dalam riak kalbu denyut nadi ini berdetak
Tangan merangkai seikat puisi
Pikiran merangkum sebatang pantun
Angan bertikai dikeplet ilusi
Dahan terkurung rentang setahun
Sajak atau sanjak
Beri aku waktu sejenak
KURSI RAJA-RAJA
Kursi raja-raja mejanya Satu
Berlomba minum menelan madu
Apapun cara tetap dituju
Saling sikut saling seteru
Kursi raja-raja mejanya satu
Adu siasat paling jitu
Tak jarang mengobral janji palsu
Muslihat tipu menipu
Kursi raja-raja mejanya Satu
Benang diasah jadi uang
Uang ditempa jadi parang
Berlomba mencari sekutu
Kursi raja-raja mejanya Satu
Inginnya bukit mimpinya gunung
Kerja sedikit harap tak tanggung
Tak peduli rakyat akan setuju
Kursi raja-raja mejanya satu
Maka berebut untuk maju
Padahal ilmu hanya sekutu
Sedang berkorban secuil batu
Kursi raja-raja mejanya satu
Ucap semu segala penjuru
Bagai candu bercampur haru
Laksana madu tertumpah empedu
Kursi raja-raja mejanya satu
Cakap memilih jangan tertipu
LUKA DARA
Dikau dara disudut bisu kota tua
Menggeliat rebahkan bulan dipusara malam
Denting hujan simponi kehidupan basuhkan alam
Bintik embun dikelopak matamu redup cahaya
Angin melambai, dahan ranting kayu pucuknya patah
Dikau terbuai, bujuk rayu
Bagai kuncup belum sempat mekar dan layu gugur ditanah
Silau dengan pesona dunia maka buta dengan hakikat yang ada
Tersisa hanya perih
Tanpa tangan sanggup mengusap air mata
Menanggung derita pilu menyayat dada
Dara bersangga diujung tiang
Bumi yang dipijak bagai terbalik
Mengapa sesal tidak awal terdetik
Hingga hgati terjaga dari ngelangsa
AJARI AKU SETIA
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
Padahal tidur belum seberapa
Lelap lena sekelip saja
Malah kini berjaga-jaga
Kupesiangi helai-helai kata
Namun tak kutemukan jua
Apa-apa disana
Dari rindu yang bergejolak di dada
Dari rasa yang menggelegakkan nyawa
Bertahan,
Agar mata tiada lagi terlelap lena
Menanti satu bisik lembah suara
Menunggu satu lirik dalam aksara
Di penghujung tidur yang belum sempurna
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
“ajari aku setia”
DUHAI JELITA
Dengan secuil debu yang menempel diwajah mu
Tidak mengurangi pesonamu duhai jelita
Usapkan saja
Agar wajahmu tampak lebih bercahaya
Agar wajahmu lebih bersinar memantulkan spektrum warna
Tanpa perias muka yang menempel di wajahmu
Tidak juga mengurangi kecantikanmu duhai jelita
Kalaupun ada usapkan saja
Agar wajahmu tampak lebih natural dan apa adanya
Agar pesonamu lebih sempurna tanpa harus membubuh warna
Karena aku meandangmu
Tidak dengan kedua bola mata
Namun dengan hati yang lebih peka dari kedua bola mata
MAAF
Maaf,
Hanya itu yang tersisa dari kata yang aku punya
Adapun yang lain, hanyalah kata yang tak perlu kuucapkan
Hanya akan menambah luka saja
Hanya akan membuang waktu saja
Tak ada yang sempurna
Termasuk aku juga didalamnya
Direlung hati bersuara
Untuk tampak lebih sempurna
Dan maaf
Jika nanti engkau bertanya
Walau hanya dalam hati
Mencari tapak tilas dari aksara
Yang rindu tengah ingin dibawa pergi
KHAS JANTAN
Sepotong batang pinus ia pikul diatas pundak
Keringat mengkilat dengan bidang dada yang sudah memang tercetak
Tanpa harus pergi ketempat seni kebugaran untuk membuat perut petak-[etak
Baunya khas jantan tanpa polesan wewangian
Matanya bak elang tajam menusuk tulang
Ucapnya sekali-kali saja namun cukup
Yang mendengar jadi meriang
Ia sang jantan yang tak mau berpangku tangan
Atau meletak tangan diatas pangku orang lain
Wajahnya tidak tampan
Namun auranya khas jantan
Rautnya tampak tenang
Menandakan bahwa ia
Benar-benar khas jantan
AKSEN
Gelang beradu gelang
Gemerincing merentak tari
Bimbang daku membilang
Terpancing katak kusangka keli
Pilih yang seperlunya
Besi jeruji atau tembaga
Sedih merana-rana
Kering perigi air mata
Perempatan simpang dicari
Hendak dicari tepak dan wadah
Kemana berjalan bayang sendiri
Seumpama kaki tidak melangkah
Sepuh kecubung berkilauan
Sekerat besi ditengah jari
Jauh ujung kemauan
Niat hati bertambah jadi
Sang embun juga hilang
Diujar madah bersahutan
Serumpun kata membilang
Selayar kita larungkan
FOBIA
Jangan matikan lampu dunia
Jangan padamkan pelita aksara
Aku tak ingin meraba
Digelap gulita kumpulan kata
Jangan bawa aku melihat ketinggian
Jangan bawa aku terbang menembus awan
Kekhawatiranku lebih dari keyakinan
Seakan hati tiada bertuhan
Namun sungguh itu bukan aku buat-buat
Apalagi rasa dalam jiwa bersekat-sekat dialam fikir
Terkadang aku jua tersesat
Dirimbun bau lalu lalang orang
Aku sekarat
SAHABAT
Engkau peluk dengan hangat
Lama tidak berjumpa
Sunggu rindu ini semakin hebat
Terus membakar jiwa raga
Engkau kupanggil sahabat
Dengan sebutan di ujung akhir nama
Agar kelak kita saling mengingat
Untuk kembali mengenang saat-saat sempurna
Aku engakau dengan beberapa nama
Satu arti dari suatu makna
Seakan hanya kita penghuni dunia
Yang lain masih memilih peruntungannya di surge
Lagi dekap erat
Sahabat
Bagi hati muara tempat
Yang indah untuk diingat
DESAH MALAM
Jemarimu kugenggam erat
Yakinlah
Aku kan menjaga hatimu
Bisikan angin kian merapat
Mengusap wajah
Dalam desah tarikan nafasmu
Melewati malam
Aku terdiam diujung pucuk bulan
Bisuku bimbang ditebaran bintang
Saat-saat akhir perjumpaan
Sebelum melangkah pulang
Rindu kenang dalam rasa aku sampaikan
Diantara tatap mata yang hilang dipandangan
Yakinlah
Aku akan menjaga hatimu
DARI AWAL
Tak tentu panas
Tak tentu hujan
Tiada tentu kesah
Tiada tentu pasal
Terkadang lepas
Terkadang diam
Tak jarang resah
Tak jarang bersoal
Apalagi lepas
Apalagi diam
Sementara resah
Sementara bersoal
Tukasmu bebas
Heningmu bungkam
Caramu berkelah
Caramu membual
Begitu terbilas
Begitu terendam
Jadi basah
Jadi terjual
Biar puas
Biar tenggelam
Dari bilah
Dari awal
MAK
Mak...
Ini aku anakmu
Anak yang kau kandung dulu
Anak yang kau lahirkan itu
Mak...
Ini aku
Yang dulu kau timang sayang
Yang dulu kau susukan
Mak...
Ini aku datang
Anakmu
Yang dulu gantung harapan
Mak ...
Mak...
Ini aku
Anakmu
Anak yang kembali pulang
KISAH WAKTU
Waktu yang menyudutkan aku untuk berdusta
Namun, sungguh bukan aku mengada-ngada
Dalam hatiku tetaplah engkau yang aku cinta
Tiada berubah
Rindu ini masih sama
Sayang ini masih sama
Rasa inipun masih sama tak ada beda
Sama seperti waktu dulu aku menyinta
Mengasihimu segenap jiwa raga
Jika dimatamu aku kini tampak berubah
Bukan berarti rasa ini telah musnah
Hanya sekelumit waktu yang yang sedikit berpindah
Tapi percayalah
Waktu jualah yang nanti akan berkisah
PILIHANMU
Tiada pernah aku meminta lebih
Cintai aku apa adanya
Terima aku lapang dada
Dengan kekuranganku
Dengan kelemahanku
Jangan lihat aku dari sudut pandang yang berbeda
Karena akan menyita waktumu sia-sia
Jika dalam hati sibuk bertanya
Dan mereka-reka
Akan membuat dirimu tersiksa
Tersiksa dari hipotesa prasangka
Tersiksa dari caramu menyinta
Biarkan bisik hatimu yang berbicara
Itu saja...
Itu saja...
RUMAH SAKIT
Yang pergi orang sakit
Yang datang orang sakit
Sakit karena banyak urusan dipersulit
Sedang kaya sakit
Sedang miskin sakit
Sakit jika melulu-lulu duit
Yang dilihat sakit
Yang dirasa sakit
Sakit memang jika jiwa sempit
Ditanya sakit
Dijawab sakit
Sakit mendengar jawaban yang rumit
Jadi... semua sakit
Karena itu
Kalau tidak ingin sakit
Jangan cari penyakit
Sebab itu
Sakit dibilang sakit
Cukup dia Tanya sedikit
Tidak dijawab sempit
Itulah rumah sakit
AJARI AKU
Pipimu merona saat kukecup keningmu dengan mesra
Ajari aku setia
Agar ku tahu cara untuk menyinta
Wajahmu tersipu kala ku bisikkan kata syahdu
Ajari aku merindu
Agar aku tahu kasih yang biru
Jantungmu berdebar kala ku genggam jemarimu
Yang bergetar
Ajari aku sabar
Agar aku dapat menjaga rasa tiada pudar
Ajari aku untuk setia
Ajari aku untuk merindu
Ajari aku untuk bersabar
Agar ku dapat menjagamu
AJARI AKU SETIA
Mini Novel
Bagian I
“Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat malam, kembali kami mengudara untuk semua pendengar kala FM ceria masih bersama saya damai di seratus poin empat radio kesayangan anda, adapun acara kita hari ini adalah kreasi nada, tongkrongan anak muda dalam menyalurkan apresiasi ereka lewat music dan nada, disini kita semua mendengarkan anak muda yang berbakat mengaptresiasikan seni mereka baik itu lagu ciptaan sendiri ataupun puisi yang mereka suarakan lewat telepon.”
Sesaat damai menelan ludahnya dan kembali mengambil napas untuk menyambung pembicaraannya, “Baiklah para pendengar Kala FM yang ceria, sebelum saya menerima telepon dari anda, saya akan membacakan sebuah puisi dan menyanyikan satu lagu ciptaan saya untuk kalian semua.” Damai segera menyetel pelan sebuah lagu yang tadi menjadi backing kala ia bercuap-cuap di mikroponnya, satu lagu dari adele yang berjudul someone like you, damai ganti dengan instrument piano nan merdu, damai menarik nafas sesaat lalu membacakan puisi yang ia buat kemarin.
JAUH SUDAH
Jauh sudah kau masuk dalam hidupku
Mengenalku sedalam-dalamnya
Melebihi dia yang menyinta
Melebihi dia yang merindu
Ada satu perasaan lain terhadapmu
Entahlah . . .
Bila sehari saja tidak berjumpa denganmu
Seolah ada yang hilang
Dalam hati ini
Dalam hidup ini
Kucoba tuk menjauh darimu
Namun malah ku terperangkap rinduku sendiri
Rindu tidak bertemu dirimu
Yang aku sendiri bingung mengapa begini
Adakah semua ini hatiku tlah berlaku surang
Atau memang perasaan ini terlalu hanyut dalam perasaan
Atau juga rindu ini tak bisa dibohongi
Di sepihak kisah terlarang
Aku terkurung dalam cerita
Yang hinggap sejenak menemani
Setelah seesai membacakan puisinya segera damai meraih gitar yang tak jauh dari kursinya, dengan tenang ia memetik senar gitar dan damaipun mulai bernyanyi.
BUNGA CINTA
Cipt. Iwan Sekopdarat
Dari rindu kusabar menanti
Dari cinta kutetap setia
Mengenalmu sungguh ku bahagia
Rasa dalam dada berbunga
Berunga . . .
REFF
Aku jatuh cinta kepadamu
Sungguh aku sayang kepada dirimu
Biarkanlah saja orang berkata
Biarkan saja
Sungguh ku tak bisa melupakanmu
Sungguh ku tak bisa jauh darimu
Jangan dengarkan kata mereka
Kutetap cinta kau saja
(Lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekop Darat)
Sejenak damai mengatur nafasnya dan kembali damai berbicara di mikroponnya. “demikian satu buah puisi dan juga lagu yang saya perdengarkan kepada sahabat Kala FM ceria, semoga puisi dan lagu tersebut, menjadi inspirasi sahabat Kala FM ceria untuk bergabung bicara kreasi nada.” Dengan lembut suara nyanyian adek mengalir melatari damai yang sedang siaran di salah satu radio FM Kisaran, Asahan Sumatera Utara.
“masih tetap digelombang yang sama Kala FM ceria, seratus poin 4 mega hezt, radio kebanggaan anak muda, disini masih bersama saya Damai, atau biasa disebut Bung DM. Kita buka kembali di jalur telepon kosong enam dua tiga, tiga empa enam tiga ratus (tut...tut...tut... satu suara dering telepon dimeja damai, disaat ia sedang berbicara)
“Ok sahabat Kala FM ceria, kita terima penelpon pertama di acara kreasi nada,” (Damaipun menerima penelpon pertama di acara yang ia bawakan)
“Malam sahabat Kala Fm ceria, kreasi nada,” “Assalamu’alaikum, bang DM, malam juga” jawab sipenelpon dengan suara merdu yang taka sing lagi bagi DM.
“Waalaikumsalam Wr. Wb. Passwordnya dog Put?” ujar Damai sambil tersenyum. “tongkrongan anak muda dalam menyalurkan apresiasi mereka lewat music dan nada” jawab sipenelpon.
“Yoi, mantap put, gimana kabarnya masih di istana nirwana? Oh ya put kamu dapat salam dari pemuda penyendiri di taman sepi, katanya dengar putri khayangan sedang berpuisi gimana gitu?”
“sehat bang, Putri masih tetap di istana nirwana, salam balik ya bang, buat pemuda penyendiri, ach... bang DM aada-ada ajah , putrid tidak ada apa-apanya jika dibandingkan pemuda penyendiri dan bang DM. oh iyah bang, puisi, jadi puisi nggak ni!”
“ha...ha...ha... abang jadi lupa keasikan ngobrol sama putri, okelah put langsung saja” Damaipun menyetel pelan lagu-lagu indah iang dibawakan adele, agar suara putrid terdengar jelas berpuisi, dari seberang sana Putri kayanganpun mulai berpuisi lewat Hpnya.
“GETAR SUARA
Kepadamu getar suara
Dari hembusan angin yang berbisik mesra
Mengantar rindu pada muara aksara
Melabilakn aku di dermaga rangkaian kata
Gulungan ombak rasa
Hempasan riak sukma
Buih debur buih asmara
Aku terdampar ditepi pantai cinta
Ingin ku kesana
Mengarungi luas samudra
Jelajahi lautan raya
Dibelahan bumi aksara
Aksara rasa dari hati yang menyinta
Dan aksara cinta dari kisah yang tak sempurna
Kisaran pertengahan April dua ribu empat belas
Oke bang DM sekian puisi dari Putri, sorry ya bang DM kalau puisi Putri jelek, maklum saja namanya baru belajar, nggak seperti puisi dan lagu-lagu bang DM, Suwer keren-keren.”
Damaipun menjawab, “Ah Putri kamu bisa aja, puisimu tadi keren, empat jempol buat kamu, bahasanya dalam banget, bang DM aja hanyut terbawa suasana dengan putrid berpuisi, oh ya put, minta lagu apa, and ada salam-salam ?” “lagu Fatin ya bang, memilih setia, salam-salamnya buat bang DM yang keren, Pemuda Penyendiri, getar sukma, melodi cinta, putrid Gemini, putra bahari, mawar merah, diah melati dan lain-lain bang, ucapannya met malam mingguan aja, ok bang Putri cabut dulu, Asslamu’alaikum Wr. Wb.” Putri khayanganpun menutup pembicaraannya.
“yoi put, terima kasih, nanti salam-salamnya bang DM sampaikan. Baiklah sahabat Kala FM ceria kita dengarkan lagu permintaan dari teman kita Putri Kayangan, memilih setia dari Fatin Lubis, and jangan lupa bagi yang malam mingguan, ingat-ingat pesan mama ha...ha...ha... ok sahabat setia Kala FM ceria ini dia satu tembang bagus dari Fatin memilih setia, seratus poin empat mega hertz, radio kebanggaan anak muda Kisaran.”
Damai pun menyetel lagu tersebut atas permintaan Putri khayangan yang damai tidak tau siapa nama sebenarnya gadis tersebut. Damai meletakkan control talk di atas meja, ia beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruangan studio menuju kamar mandi yang tak jauh dari ruangan radio, selesai dari kamar mandi Damai tidak langsung menu ruangan studio, namun ia duduk di bangku panjang ruangan santai yang bersebelahan dengan ruangan studio. Disana telah menunggu seorang gadis manis, Damai duduk disamping gadis tersebut.
“Sudah lama la?” ujar damai. “baru, tadi kerumah temem bentar, pas pulang lewat sini, yach iseng-iseng jadi singgah kesini.” “sorry ya la, kalau malam minggu aku tak bisa menemanimu, kuharap kamu mengerti keadaanku,”
“Aku mengerti koq Dam, tuh lagunya mau usai, cepat ke studio,” sela nila, “ok Nila aku nyiar dulu, besok aku kerumah mu, kamu mau nunggu sampai acara ini selesai?” tukas Damai. Nila hanya mengangguk kecil sambil tersenyum manis, Damaipun membalas senyum Nila kekasihnya itu dan bergegas menuju ruang studio kembali, Damai berkicau di mikroponnya membawa salah satu acara radio terpaporit kaula muda, silih berganti anak muda baik pria atau wanita yang memperdengarkan karya-karya indah mereka, baik itu puisi ataupun lagu ciptaan mereka dengan canda yang khas Damai selalu membawa acara tersebut lebih hidup sehingga digemari para pendengarnya baik yang muda maupun yang tua, dalam seminggu Damai hanya dua kali siaran, yaitu pada malam minggu diacara kreasi nada dengan durasi 2 jam dimulai jam 20.00 Wib hingga pukul 22.00 Wib dan malam kamis diacara rentak melayu juga dalam durasai 2 jam dengan waktu yang sama.
Diacara rentak melayu, radio Kala FM ceria mencoba kembali melestarikan budaya melayu lewat acaranya berbalas pantun, disini baik yang muda maupun yang tua sangat suka dengan acara yang Damai bawakan, setidaknya tanah Kisaran, Bumi Asahan rumpun melayu ini, dapat mengenal dan mempertahankan adat budaya resam melayu jangan sampai putra putri Asahan tidak tahu dan mengenal budaya leluhur mereka.
Tidak terasa satu Jam sudah Damai siaran, dari kaca putih pembatas ruang studio dan ruang santai, Nila masih duduk di bangku panjang, dia tersenyum manis pada Damai, Damaipun membalas senyum Nila, seorang pemuda masuk dari pintu samping menuju ruang santai tak lupa melambaikan tangan pada Damai, Damaipun membalas lambaian pemuda tersebut. Pemuda itu bernama Tio yang tak lain penyiar tetap di radio Kala FM ceria, dan tinggal disebelah ruang studio itu juga, sebentar ia bercakap-cakap dengan Nila sebelum menuju kamarnya disebelah ruang studio itu. Sepertinya Tio baru pulang dari malam mingguan menemani kekasih hatinya.
Damai masih menerima telepon dari seorang pemuda dalam acara kreasi nada. Penelpon itu bernama pemuda penyendiri, disini pemuda penyendiri memperdengarkan puisi dan lagu ciptaannya kepada sahabat-sahabat lain pecinta radio Kala FM ceria.
PILIHAN RASA
Aku dahaga
Ditengah gurun fatamorgana
Pemandangan nyata
Kelu lidah ini terasa
Apakah cinta
Sedang aku belum mengenalnya
Apakah rindu
Sedang aku sendiri belum tahu
Sementara aku merenda hari dengannya
Sedang aku menjalin kasih dengannya
Namun disaat kau hadir
Sungguh rasa ini tersiksa
Aku dikurung setia
Diantara dua pilihan rasa
Ajari aku setia
RINDU TERINDAH
Cipt. Iwan Sekopdarat
Satu ruang hati dalam hidup ini
Terlanjur menyinta merangkai asmara
Walau dirimu tau kau ada yang punya
Walau dirimu tau semua
REFF
Maafkanlah diriku, kekasih gelapku
Bukan aku tak cinta lagi
Cobalah kau pahami, kuharap engkau mengerti
Tak mungkin kita harus sembunyi
Biarkanlah semua kisah yang pernah ada
Jadi rindu yang terindah waktu masih bersama
(Lagu Rindu Terindah dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekop Darat).
Dipenghujung acara yang dibawakan damai, ia tersenyum menerima penelpon terakhir yang tak lain Nila kekasih hatinyasendiri, dari kaca putih pembatas ruangan, mata mereka saling beradu pandang dengan mesra, Nila dengan nama samarannya mawar merah, memperdengarkan puisi yang ia ciptakan.
Tio pun kini telah berada di ruangan studio duduk disebelah Damai, dan siap menggantikan Damai siaran, dengan mata terpejam damai mendengar puisi yang disuarakan Nila seakan mencari ruh dari puisi tersebut.
KABUT BIRU
Kabut biru disenandung mega nan syahdu
Taburan awan menghias terang alamku
Pelangi tampak nyata setelah hujan reda
Anganku terbang jauh ke alam sukma
Haru biru
Kadang perasaan ini tiada tentu
Kemana arah dan tujuan
Rasa hati beroleh rindu
Kepada mu pelukis hati nuansa kalbu
Goresan warnamu semburat rasaku
Bawa aku terbang kealam mimpimu
Ajak aku serta menggapai anganmu
Kabut biru
Selaput rasa hatiku
Dalam cinta dipenghujung rindu
Ketika waktu menunjukkan pukul 22 Wib Damaipun menutup acaranya dengan ceria dan di gantikan oleh penyiar yang lain Damai dan Nila sempat melambaikan tangan kepada Tio sebelum mereka keluar dari ruangan tersebut.
Damai mengantar pulang Nila, dirumah Nila pun Damai tidak begitu lama , mengngat malam makin larut, mereka bertukar cerita sekedarnya, tak lupa sebelum pergi Damai berpamitan kepada orang tua Nila, dengan mengendarai sepeda motor Damai menuju rumahnya.
Damai seorang pemuda pekerja keras dan ulet, ia tergolong dalam keluarga sederhana, ibunya seorang guru SD dan ayahnya seorang supir mobil colt diesel yang mengangkut sawit perkebunan, Damai kini kuliah di Universitas Asahan Fakultas Teknik, uang dari Damai siaran di radio sedikit banyak dapat membantu ia mmbeli keperluannya sendiri, setidaknya orang tua Damai tidak terlalu memikirkan uang saku Damai, jika siang hari ada waktu luang, Damai sering membantu pamannya di bengkel mobil milik pamannya. Damai mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Dani, Dani masih duduk dibangku Sekolah Dasar kelas lima, Damai sanagt menyayangi keluarganya.
Nila adalah pacar Damai anak seorang pengusaha di Kota Kisaran, Nila kini melanjutkan sekolahnya di salah satu perguruan tinggi Kota Medan tepatnya di Universitas Sumatera Utara (USU), dua tahun sudah Nila menimba ilmu disana, jarak yang memisahkan mereka, tidak membuat cinta Damai luntur, rasa itu tetap sama, sama seperti dulu sewaktu mereka masih duduk di bangku Sekolah menengah umum, jika ada liburan Nila selalu menyempatkan pulang ke Kisaran untuk bertemu orang tua dan kekasih hatinya.
BAGIAN 2
Rembulan masih bergayut manja, malam makin meninggi, kerlip bintang menerangi angkasa, taburan sinar di sisi waktu yang misteri, ditempat tidurnya Nila coba memejamkan matanya, Nila gelisah membayangkan satu wajah selalu ada dibenaknya, tak terasa sebulir air mata jatuh menetes di pipinya “maafkan aku Damai” bisik hatinya.
Nila merasa amat bersalah pada Damai setahun belakangan ini, Nila memiliki hubungan khusus dengan pria lain, ia telah menerima Alek menjadi kekasih hatinya, walaupun Damai tidak jauh, jauh dilubuk hati Nila ia merasa berdosa pada Damai, yang telah mendustakan kisah kasih kasih mereka, jujur diakui Nila juga menyukai Alek anak Medan yang jauh lebih tampan juga lebih kaya dari Damai, namun satu yang tidak dimiliki Alek, yaitu ketenangan dan kesederhanaan bersama Damai, Nila merasa lebih tenang dan nyaman, dua wajah pemuda silih berganti di benak Nila, sampai kapan ia harus berdusta pada Damai? akhirnya Nilapun tertidur dengan pikiran yang berkecambuk tiada tentu.
Satu minggu Nila di Kisaran, satu minggu jua Damai selalu menemani Nila, mereka selalu berdua pergi kemana – mana, Damai merasa kali ini Nila agak lain dari biasanya, sekarang Nila lebih sering melamun ketika diajak bicara, Damai hanya menduga apakah Nila mulai bosan dengan hubungan ini atau apakah Nila sudah berpindah hati? Segera Damai buang jauh-jauh prasangka-prasangka tersebut. “ah sudah lah, jika aku diijinkan, jodoh pasti bertemu,” bisik batin Damai, menghibur hatinya sendiri. Memang lain dirasakan Damai setahun belakangan ini. Nila sudah jarang menelepon Damai, jika Damai menghubungi ke Hp Nila pun jarang aktif, paling ketika diangkat Nila selalu mengatakan sekarang banyak tugas, sibuk di perkuliahan dan banyak lagi alasan yang dikemukakan Nila, Damai hanya berpikiran positif menanggapai semua alas an yang dikemukakan Nila, Damai coba memaklumi semuanya sekembalinya Nila ke Kota Medan tempat dimana Nila menimba ilmu, aktivitas Damai kembali sepertinya. Menjadi montir di bengkel pamannya, atau kuliah dan malamnya Damai siaran di radio Kala FM Ceria, kalaupun tidak lagi siaran Damai sering juga nongkrong bersama teman-teman di halaman depan radio kala FM Ceria seperti halnya malam ini, yaitu malam kamis dimana Damai kembali siaran di acara rentak melayu. Jika di acara kreasi nada Damai lebih menyapa hangat kaula muda maka diacara rentak melayu, Damai membaur dengan orang-orang tua yang dapat berpantun dengan indah, karena itu baik yang muda maupun yang tua sangat menyukai Damai yang dapat menyatu baik kepada semua orang.
Dengan candaan segar Damai memulai kata sambutannya, dari satu pantun yang ia lempar kepada pendengar radio karangan kala FM ceria, maka acara berbalas pantun lewat teleponpun dimulai.
“malam Kala FM Ceria, rentak melayu”
“malam jugo wak DM, Assalamu’alaikum Wr. Wb.” Jawab sipenelpon
“waalaikumsalam Wr. Wb. dengan siapo, dimano, jangan lupo wak, passwordnyo, kalao dak paham password, kata kuncinyo” jawab Damai.
“biasolah wak DM dengan wak alang di jalan dipo, aih sampai lupo passwordnyo, setambat setangkahan, anak melayu tanah asahan.” jawab penelpon yang bernama wak alang.
“aih mak jang, kito dipanggil wak, bolum pun kawin, masih mudo nih wak alang.” canda Damai “biar lobih akrab sebutan wak DM tu, hahahaha... jadi macam mano boleh kito mulai pantun kito ini?” sela wak alang.
“lanjut wak alang, biar kito libas malam hari ini, ha...ha...ha...” tumpal Damai.
“ha, dongar yo,
balari atok ka kampong bayam
menari cucu rontak semilan
dikiri entok di kanan ayam
yang mano dulu ondak dimakan
jadi wak DM sekian pantun dari wak Alang, kita tunggu orang menjawabnyo,” “ayo wak Alang kito tunggu.” ujar Damai “okelah kalau begitu, jangan lupo salam untuk semuo, wak alang pogi dulu, Assalamu’alaikum Wr. Wb.” jawab wak Alangdari Hp nya. waalaikumsalam Wr. Wb. ya itu tadi pantun dari wak Alang, kito tunggu adokah satu pendengar menjawabnyo.” tak lama kemudian terdengar suara dering telepon, damaipun segera mengangkat telepon tersebut. “slamat malam, rentak melayu siapo dimano?”
“Assalamu’alaikum Wr. Wb., malam jugo, setambat setangkahan, anak melayu Asahan, ini dongan wak Jahar di simpang Kawat” jawab penelpon yang bernama wak Jahar
“baru muncul wak jahar, macam mano kabarnyo?”
“sehat wal’afiat wak DM, cumo kantong sajo yang kurang seha, ha...ha...ha...” tukas wak jahar dari teleponnya. “karang kantong yang lain, bajayo kito, ha...ha...ha... jadi kito balas pantunyo wak Alang tadi?”
“tontulah wak DM, ini diyo kito balas patunnyo wak Alang, dongar baik – baik yo,,,
mamerah mato wak Alang
tapolanting ka somak-somak
tasorah mano pilihan
yang taponting bagulai lomak
ha...ha...ha... biar tabakar janggut wak alang kau itu ha...ha...ha... sudah dulu wak DM Assalamu’alaikum Wr. Wb.” tutup wak jahar. “waalaikum salam Wr. Wb. ha...ha...ha... ado-ado sajo wak jahar kito ini, jadi biar aku tambahkan pantunnyo tadi
ka polanting ka somak-somak
tapikiran si bini mudo
yang taponting gulai lomak
sambal belacan jangan dilupo
okay baiklah para pendengar yang setio kala FM ceria, masih bersama sayo yang ditambalkan orang tuo tu dongan sebutan wak DM, kito dongar dendang nan merdu dari Iyeth Bustami dengan lagu laksmana raja dilaut, seratus poin empat, radio kebanggaan kito Kala FM cerio, ini dio lagu Iyeth Bustami”
Damai pun menyetel lagu Iyeth Bustami dari laptop studio tersebut. Damai melepaskan control talk yang tadi berada di kedua telinganya ke leher, Damai meregangkan pinggangnya sambil merentangkan kedua tangan sekedar meregangkan otot-ototnyanya, acara rentak melayu begitu hidup dengan canda dan gaya Damai yang disukai banyak penggemarnya, Damai selalu melempar obrolan-obrolan segar, guyonan, menghibur yang dipersembahkan daai dengan suara machonya.
Bersambung ke Jilid II
Kamis, 27 Februari 2014
JUST ME AND MY GOD ( PART II )
TINGGAL AKU
Batang usiaku kian berlalu
Meniti waktu tiada bisu
Menggelitik cumbu di
urat malu
Seikat rayupun telah
berlalu
Secupak kata tiada cukup
sesukat
makna tiada lengkap
semilir
angin malam pengap
menghitung
kelam dalam hisab
Ikutkan hati . . . mati
Ikutkan rasa . . . buta
Hanya seikat rindu
dalam cinta
Tinggal aku
Dalam dingin sunyi sepi
Tinggal aku
Dalam gundah resah gelisah menerpa
Tinggal
aku
Dalam dalam pendam remuk redam terendam
Tinggal aku . . . tinggal aku
Dipenghujung waktu
BAYANGNA KATA
Hebat ilmu dari membaca
Hebat menuntun diruas
kata
Adat wudhu jari mulia
Adat rukun harus
sempurna
Berkah ibu berkah dunia
Sekebat buku seikat kata
Apakah ilmu jadi berguan
Dibuat menipu lagi berdusta
Sampan rakit berkelang
– kelang
Menarik selang
malam-malam
Jangn sakit dibilang
bilang
Selagi senang
berdiam-diam
Angan pengap gelap gulita
Laksana malam tiada pelita
Jangan cakap emas permata
Jika didalam perut dunia
Seumpama rebut merebut
Soal kenyang maka
temberang
Tiada guna
disebut-sebut
Amal hilang pahala
kurang
Berlari pagi-pagi
Menunggu disiang hari
Mencuri dari perigi
Tentu nanti rugi sendiri
Papan menyangga cungkup
Dindingnya tiada
bertingkap
Seumpama tiada cukup
Sepiring tiada lengkap
Benalu disemak-semak
Berbelah dahan kuini
Mengadu kepada emak
Membela kepada bini
HANYA AKU DAN TUHAN
Hanya aku dan tuhanku
saja
Yang tau isi dalam dada
Rasa dalam sukma
Bisik hati dalam jiwa
Hanya aku dan tuhanku
saja
Yang lain mereka-reka
Mereka menduga-duga
Terkadang benar adanya
Tak jarang salah
menerka
Hanya aku dan tuhanku
saja
Yang tau semua
Apa yang ada dalam alam
fikirku
Bukan mereka bukan yang
lain juga
Selagi aku bertutur
rasa
Mereka hanya tempat
bertukar cerita
Yang lain tak ubahnya
pendengar cerita
Hanya aku
Dan tuhanku saja
ADA MAUNYA
Apa saja maumu, ku
turuti
Apa saja inginmu, ku
turuti
Apa saja . . .
Demi kamu
Ku lakukan
Yang seperti ini
Yang seperti itu
Disekitar kita sudah
biasa
Lagu lama
Itukan dulu
Sebelum melanjutkan
hubungan yang lebih serius
Hubungan yang diakui
Dalam hidup bermasyarakat
Itukan dulu
Berbagai cara mengambil
simpati
Dari sipemilik hati
yang dicinta
Kesan-kesan pertama
Biasa. . .
Lebih menggoda
Yach . . .
Lebih baik apa adanya
Jangan pura-pura
Hingga jangan disangka
Apa maunya
PESAN WAKTU
Aku genggam suara dalam
teriak yang keram
Tak tau dimana entah
memang aku yang sudah pelupa
Dari pori-pori malam
sayupku dengar saling bersautan
Memanggil satu nama
yang taka sing di telinga
Ku tengadah memandang
bulan dan bintang satu dua yang bersinar terang
Sedang aku mengejar
bayang yang hamper hilang
Tak kadang aku berpikir
Apakah waktu akan
menunggu dipersimpangan usiaku
Baik di pertigaan atau
di perempatan
Tak masalah bagiku
Namun tidak . . .
Waktu tak seperti apa
yang aku pikirkan
Ia sangant kikir,
pelit, dan perhitungan
Ia tidak menyisakan
sedikitpun untuk ku
Sekalipun aku tertidur
sementara atau selamanya . . .
Ia terus berlalu dan
tak mau menunggu
Waktu hanya berpesan
Jangan jemu
Terus ikuti aku
Jika ingin lebih jauh mengenal tuhanmu
HAWA NAFSU
Nafsu banyak maunya
Nafsu tak pernah merasa
puas
Andai
hati tidak bisa mengurungnya
Nafsu
merajalela
Jika
iman tidak menjaga
Nafsu
membabi buta
Dan
jika ikhlas tidak sempurna
Maka
jangan harap
Nafsu
dapat dipelihara
Sudah
punya satu mau dua
Sudah
dapat yang ini yang itu juga
Beli disini disana juga
Tukar disini disana juga
Maunya semuanya
Tak ada cukup-cukupnya
Tak ada puas-puasnya
Terlalu
megikutkan hawa nafsu
Jadi
gelap mata
Buta
hukum agama
Badanpun
bisa binasa
Maka
peliharalah hawa nafsu
Agar
hidup tidak celaka
PANGGUNG POLITIK
Suatu
pementasan dalam sandiwara kekuasaan
Panggungnya
bergelimang surat bergejolak urat
Imprivisasi
Argumentasi
Opini
Dan inovasi
Semua
dirangkum dalam satu strategi
Dengan
misi melempar janji-janji
Dan
visi menjaring koalisi
Panggung politik
Penjaraan peran dan karakteristik
Mencari simpatik
Dalam plot yang dramatic
Panggung
politik
Jika
tak ingin dikritik
Jangan
mengumbar janji yang menggelitik
Dengan
iming-iming kripik
SYA’IR ORANG GILA
Duduk
berdiri berjalan berlari
Bernyanyi
berjoget bergoyang menari
Alamat
tanda pikiran terkunci
Tiada ingat yang tersirat
Seumpama akar putus urat
Bingung apa yang dibuat
Terkurung dalam satu tempat
Hati
teracuni pikiran tergelincir
Diruang
angan akal kocar-kacir
Hitam
putih mata ujung nadir
Berguam
komat kamit bagai mantra dan syair
Lupa bersyukur badan binasa
Tipisnya iman menjadi gila
Amalan setitik nafsu setimba
Raga terlilit akan celaka
Ilmu
ikhlas penawar bisa
Dalam
ruas celah sukma
Menghatur
sembah menghela doa
Kepada
zat yang maha sempurna
Awal jumpa
Deru
purnama regumpal saga
Saga
ditimbang buat pualam
Baru
pertama mengenal cinta
Lamun
terbayang setiap malam
Anai-anai elang dan kumbang
Bukan dipuji bak bidadari
Bagai angan selayang pandang
Pulang dihati akan menjadi
Awal
jumpa bertentang mata
Sepatah
kata bertutur sapa
Budi
bahasa luluh dan rasa
Rindu rupa terus terkenang
Siang malam terbayang bayang
Rasa
dihati bertabuh gendang
HATI ILMU
Mahir menenun tudung
payung
Celupka abu kuas pewarna
Sebutir embun diujung
daun
Cukuplah aku lepas
dahaga
Itik raja ibunya angsa
Tangan bertadah dalam tempayan
Setitik saja ilmu berguan
Akan berfaedah dikehidupan
Selagi nyawa tidak
mennggal raga
Belajar tiada mengenal
usia
Menimba dari yang paham
agama
Selagi mata dapat
membeda warna
Hendaklah ucap
mendengar rasa
Agar iman terpelihara
SIKULIT BUNDAR
Lama sudah ada dimuka
bumi
Pertama tercipta diawal
kaki menyentuhnya
Permainan dalam aturan
dan strategi
Yang terpenting saling
bekerja sama
Rahasia sikulit bundar
Laksana jari saling berbagi
Dilapangan hijau berputar-putar
Kesana-kemari untung rugi
Adu urat saling cepat
siapa takut
Siapkan tenaga jangan
sampai penat
Niscaya kelak tampil
jadi yang terhebat
Sikulit bundar diperebutkan kemana-mana
Dengan berbagai cara selagi dalam arena olahraga
Menyatukan rasa antara yang tua dan yang muda melihatnya
PUJANGGA PESOLEK
Pujangga pesolek
Berias dibelakang kaca
Melantunkan tembang
cinta
Sedemikian kata cantik
molek
Bertiang malam bergagang rembulan
Berdahan bintang berbuah angan
Menitih rembang surya gemilang
Syair rindu berbilang-bilang
Angkuh saku berdingin
beku
Pujangga pesolek
menginai jari
Umpama putik kelopak
sari
Mengunyah dingin dalam
bisu
Ruh nyawa jiwa sukma
Bersekat angan biduk kalbu
Haluan kemudi satu tuju
Dermaga impian bahtera cinta
Pujangga pesolek
Diam ragu layar tabir
Lacur bicara bidal dialek
Bertanam tebu dipinggir
bibir
Hanyalah semu awal dan
akhir
TASBIH JIWA
Kepadaku engkau bertanya
Siapa tuhanmu?
Yang member nyawa
ucapku
Kepadaku engkau
bertanya
Dimana tuhanmu
Diatas nyawa nyawa yang
ia ciptakan ucapku
Kembali dikau bertanya
“jika tuhanmu benar,
adakah saat ini ia dengar?
Ia maha mendengar
sekalipun siaramu
Kau simpan di bilik
kalbu yang terpagar
Di penghujung kata dikau
berujar
Merugilah diri bagi
yang tidak mensyukuri
Bertanya dalam kebodohan sendiri
Kadang kala budi
seperti
Kurang amalan keruhkan
hati.
BAKAL SENJA
Pecah semburat
Spectrum warna
Merona diangkasa
Surya tergelincir
sekarat
Rembang raya langit jiwa
Menggeliat terseok
Bergelegak erperosok
Jauh di lembah sukma
Petang – petang sudah
tiba
Lagi kusut suram muram
Dari kasut seikat anyam
Senja didepan mata
Sore layu angin layu
Mempesiang diri sejuk seram
Bermenung jauh dalam
Lipur hati sedih pilu
Sahaja letih sunggh
Surya sedater perut
laut
Pasti akan kelak turut
Tuntun satu pemegang
teguh
BUMI KITA
Bumi kita
Dunia anak cucu
Makin tua
Luluh lantak retak
seribu
Apa yang kelak tinggal
Masih sekarang terus di jagal
Ada juga penah
Sekarang saja hamper
punah
Yang dicari yang digali
Mencuri dari perut bumi
Bumi kita
Dunia anak cucu
Kelak mereka bertanya
Kemana hilang satu
Saturday
Bumi kita
Dunia anak cucu
Memelihara aksara
Agar kelak jangan rancu
Bumi kita
Dunia anak cucu
Ikhlas menjaga
kandungan ibu
DIKAU PAHLAWAN
Pahlawan urat
Pahlawan surat
Yang mengangkat senjata
Yang menggenggam tinta
Sama berjasa
Membuang kata penat
Untuk satu niat
Pahlawan dimedan pertempuran
Pahlawan
di gelangnggang kesusastraan
Yang
berperang gagah berani
Yang
berpedoman tak kenal mati
Sudah
dikau tunjukkkan
Dikau
perjuangkan
Dikau
teriakkan
Kenang – kenang kami yang mati
Bertaruh nyawa menjaga pertiwi
Senang-senang kami disini
Dari
tita darah sendiri
Salam
santun ku ucapkan
Untukmu
. . .
Dikau
pahlawan
WAHAI TARUNA
Wahai
taruna dikau laksana
Tunas
yang tumbuh dimuka bumi
Generasi
muda penerus bangsa
Harus
tangguh gagah berani
Duhai teruna bak mekar bunga
Mekar abadi tak layu lagi
Pergegas aksara perdengar suara
Di taman hati dikau terpatri
Teruna
jaya berpeluk budaya
Adab
santun cerminkan diri
Selagi
muda penuh tenaga
Sepantun
rasa cintakan negeri
Wahai taruna hapan jiwa
Segera menyusun bentuk barisan
Duhai pemuda pewaris nusa
Letak anjungan rentak gugusan
SEBUAH MAKNA
Sebatang
pena
Segenggam
tinta
Sebilah
aksara
Segaram
kata
Pelipur
lara
Sedahan
rasa
Secuil
warna
Seranting
cinta
Semburatnya
asmara
Candu
dunia
Dalam genggam tinta
Sebatang pena memilah aksara
Dari
untaian kata
Bak
hilang dahaga
Pelipur
lara
Dalam
secuil warna
Sedahan
rasa menjaga ranting cinta
Dari
semburat asmara
Terkurung
dalam gelora
Canda
dunia
BA’DA
Jika
nanti wa ad
Gemerincing
tanzil sejuk jiwa
Sekarat-sekarat
sifat
Dari
ahkam dunia
Hidup sesudah hidup
Meniti mati ditengahnya
Tuah badan penuh amalan
Iimpahan karunia imbalannya
Sesudah
yang belum pernah
sesudah
yang menjalani
bersungguh niat tawajuh
bersungguh
membekali
adapun ia pasti tiba
tak tentu musti ia datang
berbagai cara ia menyapa
selagi dimana ia berkumandang
ba’da
hidup ba’da mati
apa
saja yang ka bawa pergi
DIBILANG GAYA
Kau
ini ada-ada saja!
Masak
yang ini kau bilang gaya
Tren
sekarang kaula muda
Bahan
pakaian kurang semua
Kau ini kurang kerjaan!
Berjingkrak seperti kesetanan
Kau bilang pulak anak jaman
Padahal kulihat
Macam cacing kepanasan
Aih anak manusia!
Memanglah penuh warna
Ingin tampil beda
Tak harus juga disangka
gila
Aih anak muda!
Memanglah berjuta karya
Ingin tampak gaya
Tak harus juga meniru yang tak berguna
DRAMA “ IKHTIAR “
Tak disangka yang tadinya panas
menyengat ditimpa sinar matahari yang
sumringah menelanjangi bumi, kini terhapus oleh hujan yang datng tiba-tiba,
tiada tampak tanda mau hujan, langit cerah sementara awan masih menari riang,
didalam ruang kelas siswa-siswi yang sebelumnya merasa gerah oleh panasnya
bumi, sedikit merasa lega denagn kedatangan sang hujan. Ini hari pertama para
siswa menjejakkan kakinya kembaliu setelah libur panjang akhir semester
kenaikan kelas dan kelulusan. Dibangku sekolah, tepatnya SMAN 1 DABD Jingkep.
Kata orang tua-tua dulu jika kita memulai sesuatu disertai datangnya sang
hujan, alamat niat akan terkabulkan, semoga saja apa yang diinginkan dan
diharapkan para siswa dapat tercapai dan terkabulkan semua, amin. Lonceng tanda
belajar usai telah dibunyikan bapak penjaga sekolah. Dengung suaranya yang
biasa memekakkan telinga seakan tersumbat dengan cerah hujan yang sangat lebat namun
rambatan suara lonceng tersebut masih dapat didengar para siswa. Tenaga
pendidik yang tak lain wali kelas baru, dikelas 3A2 (Biologi)
memberitahukan kepada siswa untuk memberesi perlengkapan sekolah masing –masing
agar tidak ketinggalan, karena pada hari pertama ini proses belajar masih belum
aktif benar, maka para siswa lebih awal pulang dari pada hari biasanya. Setelah
do’a bersama menurut agama dan kepercayaan masing-masing, sang Guru pun keluar dari
kelas, beberapa siswa ada juga yang mengikutinya dari belakang, kembali pulang
kerumah masing-masing dengan menerobos hujan yang membasahi bumi, sementara
siswa yang lain masih tetap bertahan didalam kelas berharap hujan reda, agar
tidak kebasahan pulang kerumah. Sekedar bertutur sapa, saling bercanda,
bertukar cerita dengan senyum tawa ceria.
Dolah masih merapikan bukunya
kedalam tas sekolah, tangan kanannya merogoh dalam tas tersebut seakan-akan mencari sesuatu, dengan
mimic wajah sedikit kebingungan.
Secara beramaan Ujang dan Mamat menghampiri Dolah
sahabatnya.
Ujang : “Assalamu’alaikum, brade” Pehal Nampak bingong je tuh!
Dolah :
“Waalaikumsalam, wai, aog mang, perasaan kawan, semalam kawan tarok gule-gule
dalam tas
ini,
eh sekarang malah tak de, kemane og?” (dengan mimik wajah sedikit kebingungan)
Mamat : (Masih
dalam ekspresi wajah yang datar) “boco agaknye tas tu”
Dolah : “dak
la mat, dak boco pun tas ni.”
Ujang : “ai berantu
agaknye tas tu!” mustilah betingok dengan orang pinta!”
Mamatpun tersenyum melihat ujang menautkan alis
matanya, ia tau Ujang lagi bercanda, sementara Dolah hanya nyengir kuda.
Dolah : “hah,
kau ngaton kawan je
jang.”
Sambil Dolah menutup tas sekolahnya menatap sekilas
Wajah mamat dan Ujang
Mamat : “Perai
ni, apeje kerje dol.”
Ujang : “Aog,
tak Nampak batang idong selame perai ni kat lapangan”
Dolah :
“Buat dodol (Sambil tersenyum) dak lah, kelaot jareng ikan bantu Bapak”
(Kembali Dolah Berujar)
Dolah : “oi,
mat, ngape muke awak tu agak pucat, sering begadang ye.”
Ujang : “ai
dol, awak tu macam dak tau je perangai
kawan kite seeko ni, tukang ngorat, paling diye
ngayal, macem mane oug nak dapatkan mak jande kat simpang tige
tu.”
Dolah :
“pantang jang, ngate orang tue latah tu kelak awak kualat, sumbeng ae lio padan muke.”
Mamat : “ntah
lah, Ujang ni! Nak kene ganyah mulot tu dengan
parot nio, barulah die sada, die ape
Kurangnye, tau kau do!! ( dengan mimic wajah
menatap Dolah ) due ari lalu jumpe aku kat lapangan tu, nak tau ape kerje die,
maen lelayang macam budak-budak je.”
Ujang : “eit, mat! Awak jangan salah sangke, waktu
tu, kawan nemankan adek kawan, maen layang-layang die dak pandai sangat, jadi
kawan bantulah siket ajakan deie maen lelayang.”
Mamat :
“tingoklah dol, sok bele diri konon, kalau ngaja-ngaja aje, dak pulak lah telulung menjeret, tepekek,
tepekau, tereek, uloo, tereek, ulooo, sambel lari-lari dak pakai baju,
dak pada umo lah tue,” (Dolah hanya tersenyum mendengar candaan kedua
sahabatnya)
Ujang : “inilah
tungongnye awak, mat,
kalau maen lelayang,
mustilah, kene sebot terek ulo tarek ulo,
kalau kite sobat maju mundo, berarti kawan
kat parkiran , jadi tukang parker, hahaha…”
(Beberapa siswa yang mendengar
pembicaraan tiga sahabat tersebut ikut tersenyum) menahan geli dengan candaan
mereka.
Dolah : “aok mang mat, betol
geg kate Ujang tu ha…ha…ha…”
Mamat : “mang
betuah betuah budak bedue ni!” Moge je dose-dose die orang diamponkan yang mahe
juase!.”
(Secara serempak ujang dan dolah mengucapkan kata
amin sambil meraup muka)
Ujang : “Oh
ye,” dol, kawan nak nanye satu perkara, kalau kalau kite kat laot, pas masok
waktu isya, camane kite nak tau arah kiblat yang betol tu?.”
Mamat : itulah
awak jang, kalau nonton tipi asek pilem perang teros, dak jade-jade kalau dak
pilem perang, pilem kekaton
donal bebek, sesekali macam kawah! ( mamat seolah-olah menggantungkan
bicaranya)
Ujang :
(dengan ekspresi agak kebingungan) “tau rupanye awak mat?” agik pon ape sangkot paotnya arah kiblat
dengan pilem kekaton!
Mamat : kawan
mang kurang paham awak jang suke nonton pilem kekaton bile mase pilem popay,
kawan kasi saran, awak mustilah tanyekan pakcik popay tu arah kiblat, diekan
pelaot kat tipi tu . . ha..ha..ha..
Ujang :
hm…hm…hm… lawa muke! Tampa sekali bepuseng biji mate !
(mamat dengan dolah kembali tertawa)
Dolah : dak
sude-sude ikac bedue ni asek tegingel teros, keram urat perot ketawe,,,
(Dolah member waktu sejenak untuk membangun perkataanya)
Dolah :
kalau soal awak tanye tadi kawan memang kurang paham, Cuma ade bapak kawan
bilang, bile mase kite berade kat laot, kite mustilah berikhtiar untok
menyempurnekan arah kiblat yang betol, disampeng itu kite musti juge faham
siket-siket ilmu falak,
atau ilmu tentang perbintangan, bile ade mase, same-same kite tanye, bapak
kawan, care menentukan kiblat dengan meningok rasi bintang kat langet tu… bapak
kawan faham.
U jang : “ie
lah Dol…! Boleh juge tu, bile ade mase kite tanye bapak awak dol!
(Ujang pun mengalihkan pandangannyakepada Mamat
sambil berucap)
Ujang : “denga
tu berok utan! Musti tau kite ningok bintang kat langit bukan macam awak tu
mat, perangai dak senunoh, disuroh tingok bintang kat langit, kau orang malah
tingok mak jande bintang kat simpang tige tu, mang budak betuah
(Dolah dan teman-teman yang masih didalam kelas ikut
tertawa mendengar lelucon Ujang)
Mamat : ai
sedap je kate kawan berok utan, macem die lawa sangat , sada siket ulat bulu, jangan nak merepet je cerite, dari
tadi awak cakap nek bintang, agaknye ade rase tependam ke awak same nek
bintang, kalau mang je bia kawan jadi posnye, dak mahal ongkosnye, ae putih
segelas je. Ha. . . ha. . . ha. . .
Dolah :
Naseblah kau orang bedue ni asek ngate-ngate orang tue tu, tesedak pulak nek ngah tu, ikak sebot-sebot
namanye. Pantang lah ngate-ngate orang tu, kelak jadi kualat ha,,, ujan pun dah
mulai rede paling gerimis siket je, ayoklah kite balekdah lapa perot.
Ujang :
Ayoklah wai
Mamat : a ok yok
lah kite jump
(Akhirnya ketiga sahabat itu meninggalkan ruangan
kelas dengan wajah tersenyum dan pulang kembali kerumah masing-masing)
IMPIAN DOLAH
Lagu Cipt :
Iwansekop Darat
Sidolah bawak bola
Goring kiri goring kanan
Bukan goring [isang
Bukan juga goring bakwan
Sidolah
jarang bebaju
Selua
bola cume Satu
Dak
punye sepatu
Apalagi
baju baru
Memang boleh tahan kalau ditanah lapang
Garang dolah menyerang
Jadi jangan heran banyak yang ketakutan
Tendangan dolah macam peluru senapan
Reff
Sidolah
budak kecik, dibilang besa belum lagik
Tapi
macam lade kecik, pedasnya sampai mendelek
Sidolah punye mimpi, jadi pemain PSSI
Mengharumkan
name negeri, tanah ibu pertiwi
Sidolah anak pulau, keliling kampong jual bakpau
Jagok main takrau, jagok juge jurus kuntaw
Sidolah dak punye tipi, jadi pegi kerumah siti
Ditingkap berdiri, hobi nonton bola kaki.
PEMUDA
Apa yang kau tunggu pemuda
Terus maju
Terus pacu
Sorak kami dalam semangat mu
Riuh gempita raya
Bangun
pemuda
Doa
kami dipundakmu
Laksana
biduk
terus
kayuh
Simpul peluh
Jangan diam duduk
Bagai bintang sinar yang terang
Terus mengembang
Dan
jangan padam
Pemuda
. . . engkau teruna ahli waris muda
Pemuda
engkau laksana
Butiran
mutiara
MENANG – KALAH
Jangan lemah
Kalau sekali kalah
Terpenting usaha
Menang kalah lumrah
Jangan
bangga
Kalau
sekali juara
Terpenting
jaga
Menang
kalah biasa
Gagah dimedan laga
Daya upaya
Semampu bisa
Terus berdoa
Seorang kesatria
Tegak
kelapa
Berlapang
dada
Jadikan
pelajaran yang ada
Kembali
semua
Berpulang
pada-Nya
BELADA KEMISKINAN
Menangis dibalik baju pengemis
Lagi robek lusuh kumuh
Miris hati isak tangis
Disebalik keruh gemuruh
Tadah
tangan kasihan tuah
Sedikit
uang harap hati
Dan danan kemiskinan
Mengiba kan diberi
Ah, jadi lading usaha
Duduk tenang menghasilkan
Tiada sesulit pekerjaan
Sketsa
alam gambaran lingkungan
Duduk
tenang menghasilkan
Nanyian
baru seikat debu
Tarian
baru rentak seribu
Dari muda berusaha
Jangan lengah tua nanti
Taunya ngemis sepanjang hari
GEMURUH CINTA
Rintik hujan satu-satu
Membasuh jalan mengusap angan
Ditimpa bayang sejuk seram
Sedang kalbu tiada tentu
Gerimis
senja dilangit merona
Nyanyian
sukmaku terhimpit rasa
Gelegak
jiwaku ditelan gelora
Di
lautan asmara bahtera cinta
Tembang di kaki pelangi senja
Kudung sunyi lantunan mimpi
Bertongkat harap menjadi
Di sanubari menumpuk rasa
Karam
disamudra keinginan
Menanti
jawaban tak kunjung datang
Tergenang
diusap keheningan
Menjadikan
hasrat yang terabaikan
KAKI BOLA
Mata bola liar
Melosat gusar
Kaki bola keram
Merapat diam
Tehnik
sepak
Taktik
tepak
Di
kaki bola melayang telak
Jauh
terbang
Hunuskan terjang
Ambil satu kesempatan
Dari kelalaian lawan
Dengan perhitungan
Menyelesaikan
pekerjaan
Untuk
satu kemenangan
Yang
indah
Dibawa
pulang
SEMANGAT BARU
Lama kau tertidur
Ditimpa bangkahan kemunafikan
Tiada yang mau peduli
Dalam kelelapan
Semangat hilang sel nadi kendor
Urat-urat
nyali berputusan
Tiada
pemerhati agar kesohor
Wadah
pembinaan belum terwujudkan
Baru kau tunjukkan
Bukakan mata dunia
Layak diperhitungkan
Aksimu dimedan laga
Semangat
baru
Teruna
jaya
Maju
terus
Indonesia
raya
Bangulah dari tidur
Jangan lagi lesu
Semangat pantang mundur
Tanda muda bangsaku
BARISAN GARUDA
Lagu Cipt : Iwan
SekopDarat
Lihat semangat kami didada ini
Berkobar riap berapi-api
Melangkah dengan pasti taklukan mimpi
Harumkan nama ibu pertiwi
Tabuhkan
gendering siap kami menyerang
Dengan
penuh semangat juang
Sampai
titik penghabisan kami siap bertahan
Agar
tampil jadi pemenang
Dibumi khatulistiwa, gagah barisan garuda
Tunjukkanlah pada dunia, sepak bola Indonesia
Reff
Merah putih berkibar, di penjuru dunia
Semangat berkobar barisan garuda
Berlatih usaha, jangan lupa berdoa
Agar tampil jadi juara
Gol. . . gol. . . barisan garuda
Gol. . . gol. . . kita pasti bisa
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
BARISAN GARUDA 2 Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
Barisan garuda maju terus pantang mundur
Semangat jangan kendor kita siap tempur
Barisan garuda penuh mental juara
Gagah dimedan laga
Siapkan
diri mantapkan strategi
Semangat
raihlah prestasi
Putra-putri
bangsa Indonesia tercinta
Bangkitlah
kita pasti bisa
Reff
Barisan garuda gagah dimedan laga
Barisan garuda buat lawan terpana
Barisan garuda berlatih dan berdoa
Barisan garuda merah putih tercinta
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
GARUDA MUDA
INDONESIA
Lagu Cipt : Iwan
SekopDarat
C G C
Garuda muda Indonesia, barisan gagah perkasa
C G F C
Gauda muda Indonesia, tunas bangsa tampil juara
F C G C
Bangkitlah pemuda, barisan garuda, masa depan negara
F C
G F C
Majulah pemuda, barisan garuda, bersatulah selamanya
G C F C F G C
Garuda muda Indonesia, barisan yang gagah perkasa
G
C F C F G C
Garuda muda Indonesia, barisan tunas bangsa tercinta
C G C
Garuda
muda Indonesia, barisan pantang mundur
C G F C
Garuda
muda Indonesia, barisan pantang mundur
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
SAJAK SANG PUNAI
Terbang jauh dikau punai
Terbang jauh berandai – andai
Tepakkan sayapmu biar pandai
Jangan disangkar terbuai-buai
Melayang
tinggi keangkasa
Melambung
jauh menembus mega
Harap
daku turut kesana
Melihat
pelangi lagi terunda
Laying sayapmu siap menuju
Terbang rendah menghisap madu
Ranting dahan penahan bisu
Bertengger jua dalam hatiku
CERPEN
BUAH DARI
KEJUJURAN
Dengan melaksanakan sholat fardhu,
hati Ucok merasa lebih tenang dan lebih nyaman, seperti malamini selesai
melaksanakan sholat isya Ucok berdoa kepada yang maha Kuasa agar diberi
kesehatan jasmani dan rohani, dimudahkan rezeki juga tak lupa Ucok mendoakan
kedua orang tuanya atas keselamatan dan kebahagiaan dunia akhirat. Dan juga
selalu dalam limpahan karunia Allah SWT. Amin ya robbal alamin.
Terdengar suara batuk-batuk dari
ruang kamar ibunya, seger Ucok menuju dapur, mengambil segelas air putih dan
berjalan ke kamar bunya dengan hati-hati Ucok menyingkap tirai tua yang
warnanya telah pudar, di pembaringan tergolek wanita paruh baya dengan wajah
yang pucat, Ucok pun datang menghampiri ibunya sambil berkata “mak, minum dulu
mak, biar batuk mamak agak berkurang.” Ibunya menerima segelas air putih yang
disodorkan Ucok anaknya “terimakasih Cok” ucap ibunya. Isi gelas tersebut telah
berpindah kedalam perut wanita tua itu. Kini sedikit terasa nyaman
dikerongkongannya.
Disisi
pembaringan Ucok memijit-mijit dengan lembut kaki ibunya. “Mak, kalau lagi
kurangsehat istirahat dulu jangan dipaksa, nanti sakit mamak makin bertambah.”
Si ibu hanya mengangguk kecil, ia coba menata satu senyum yang tak lagi muda,
agar Ucok sang anaknya tidak terlalu khawatir akan keadaanya.
Ibu siucok bekerja sebagai buruh
harian di perkebunan sawit, ia seorang janda ditinggal mati suaminya sepuluh
tahun yang lalusewaktu ucok masih berumur 8 tahun, dengan tegar seorang diri
sang ibu membesarkan anaknya dari mengambil upah harian, membantu orang
berjualan dipasar, atau biasa disebut pajak oleh orang kisaran, medan dan
sekitarnya. Sebagai buruh harian di perkebunan sawit, semua pekerjaan yang
halal ia lakoni, tidak ada kata penyerah dalam hidupnya demi menyekolahkan
anaknya.
Siucok anak yang baik, pintar dan
rajin ia baru satu minggu tamat atau lulus di salah satu Sekolah Menengah Umum
Kota Kisaran, Ucok adalah nama panggilan atau nama sapaannya, nama sebenarnya
adalah Togar Harahap , sebenarnya Ucok sangat ingin melanjutkan sekolahnya
ketingkat yang lebih tinggi tepatnya dibangku kuliah Universitas Asahan, namun
Ucok sadar dengan perekonomian keluarganya yang tidak sanggup membiayai
keperluan dan kebutuhan di perguruan tinggi. Dalam hai Ucok berkata “suatu saat
nanti aku akan kuliah sambl bekerja, aku akan menyisihkan uangnya demi meraih
cita-cita.”
Dari ibunya, Ucok banyak belajar
tentang perjuangan hidup, ketegaran dan kejujuran, baik di Sekolah maupun di
lingkungan tempat tinggalnya, Ucok sempat disenangi oleh orang-orang dari yang
tua sampai yang tua sampai yang muda karena keramahan sopan santun dan budi
pekerti yang dimiliki Ucok.
Malam makin merambat pelan, suara
kendaraan bermotor tidak lagi membisingkan, dengan tetap teduh sang ibu
memerhatikan anaknya yang sedang mengurut kakinya.
“Ucok, sudah
malam, istirahatlah,”
“iya mak.” Jawab
Ucok, ucok pun menyambung perkataannya
“mak, Ucok mau
cerita,”
“cerita apa
Ucok” ujar sang ibu
“tadi siang mak
sewaktu ucok di apotik membeli obat mamak, Ucok bertemu Bapaknya si Anggi, Bapak sianggi menawarkan pekerjaan.”
“kerja apa cok”
Tanya sang ibu lembut
“bantu-bantu
dipajak mak,”
Si ibu menatap
iba anaknya, yang baru saja lulus dari sekolah, disaat ini anak-anak yang
seusia Ucok pastilah sibuk mempersiapkan diri, belajar untuk masuk di perguruan
tinggi yang mereka inginkan, Sementara Ucok anaknya hanya mampu ia sekolahkan
ditingkat SMU saja, tak terasa sebutir air mata tergenang dikelopak mata wanita
paruh baya itu.
“menagpa melamun
mak?” ucap Ucok pelan
“eh, taka pa-apa
lah Ucok, jadi apa kau bilang?”
“nantilah pak
Ucok ceritakan dulu sama mamak,”
“o. . . “ sahut
sang ibu datang
“Bapak si anggi
nawarkan kerja, karena sebelumnya dia sudah nanya mak, apa kegiatan sekarang
setelah lulus sekolah.” siucok diam sejenak lalu kembali berkata
“Ucok bilang
lah, belum ada amang boru, rencana cari-cari kerja lah, siapa tau nanti suatu
saat bisa kuliah”
“jadi mau kau
kerja cok, bantu-bantu di pajak?” selidik ibunya
“maul ah mak,
tapi mintak izin dulu lah sama mamak, nanti uang kerja ucok, Ucok tabung biar
bisa kuliah, kalau dapat Ucok kuliah sambil kerja mak”
Sang ibu
tersenyum bangga melihat semangat putranya dalam hati sang ibu berdoa semoga
tuhan memberi jalan untuk ketekunan dalam kemuliaan hati anaknya.
Sang ibupun mengangguk pelan
mengizinkan Ucok bekerja membantu-bantu Pak Boris Sinaga ayahnya Anggi
berjualan dipajak. , dulu sang ibupun bekerja membantu-bantu pak Naga panggilan
akrab ayahnya Anggi berjualan dipajak, dengan kejujuran yang dimiliki juga
rajin dan terampil, keluarga pak naga sangat menyukai hasil kerja ibunya si
ucok.
Merekapun sangat menyayangkan
disaat ibunya si Ucok mengundurkan diri atau berhenti bekerja sama pak naga,
dikarenakan factor usia dimana Ibu si Ucok sudah tidak begitu tahan lagi kena
angin malam maka saat ini ia bekerja sebagai buruh harian di perkebunan sawit,
sewaktu di pajak, ibu si Ucok harus berangkat kerja jam 4 subuh dan pulang
kerumah jam 12 siang, Pak Naga berjualan di pajak kartini, atau biasa di sebut
pajak pagi, cukup lama pekerjaan ini ibunya siucok lakoni, dari Ucok kelas 3 SD
sampai tamat SMP, saat itu Ucok lebih sering dititipkan sama tetangga.
Sementara saat ini, ibunya si Ucok
tidak lagi harus bangun subuh-subuh lagi karena di perkebunan sawitibunya si
Ucok bekerja mulai dari jam 07.30 pagi sampai dengan jam 12 siang, walaupun
upaknya tidak sebesar upah sewaktu di pajak, tetapi cukuplah seadanya menutupi
kebutuhan mereka.
Pak Naga berharap dengan sifat dan
sikap terpuji ibunya ucok menurun pula pada si Ucok putra sang ibu yang dulu
lama bekerja membantu mereka berjualan di pajak.
Ucok sangat senang mendengar
jawaban ibunya yang mengirimkan Ucok bekerja sama Bapaknya sianggi. Tak lupa
Ibunya mengingatkan dan member nasihat agar Ucok harus jujur, ramah, baik, juga
sikap tingkah laku, dan sopan santun harus dijaga. Ucokpun beranjak dari kamar
ibunya berjalan menuju ruang kamarnya, sebelum memejamkan mata masih
disempatkannya memetik dawai gitar sambil bersenandung pelan.
AKU SAYANG
PADAMU
Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
Dabur buih dipanatai kota ini
Hembus angin sukma
Berteman malam dingin kusendiri
]tanpa bulan bintang disini
Huo . . . huo . . .
Reff
Semua
tiada berubah kumasih saying padamu
Semua
yang kulakukan agar kau tahu aku saying padamu
Buih
pantai leburkan rasa
Kenangan
bersama
Hembus
angin menembus sukma
Kala
tak bersama
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
Dari
dalam kamar sebelah sang ibu hanya tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala
mendengar ucok mengyanyikan lagu dengan suara yang sangat lembut. Tak lama
ucokpun terlelap dalam mimpi dan cita – citanya dibuai oleh redup bulan dan sinar
bintang diperaduan malam nan syahdu.
Subuh-subuh
sekali ucok sudah bangun dan berangkat kepasar, hari ini adalah hari pertama
Ucok bekerja di kios pajaknya pak Naga, bukanlah suatu hal baru bagi ucok
bekerja tersebut, karena sebelumnya jika hari libur sekolah ucok sudah biasa
membantu ibunya yang dulu masih bekerja kios pajak pak Naga. Pak naga juga
sering member ucok sekedar uang saku sekolah sewaktu ucok membantu memebereskan
barang dagangannya. Pak Naga berjualan sayur mayor di pasar kartini.
Subuh-subuh sekali mereka telah membuka dan merapikan barang dagangannya, semua
macam jenis sayur mayor ia jual dari kubis, wortel, sawi, bayam, paria, timun,
cabe, bawang dan lain-lain.
Pak
Naga dan isterinya sangat senang dengan hasil kerja ucok, ucok sangat pandai
dan terampil dalam mengelola barang dagangan Pak Naga. Para pelanggan merekapun
makin bertambah. Anggipun putri dari pak naga ikut membantu dipasar disaat hari
libur atau tidak masuk kuliah. Dari seringnya mereka bersama, diam-diam anggi
telah jatuh hati pada ucok. Sementara ucok selalu mencoba menepis jauh-jauh
perasaan yang tidak bias ia bohongi itu. Ucok sadar atas perhatian anggi yang
sangat lebih pada dirinya namun selama ini ucok selalu menganggap Anggi tak
lebih sahabat kecilnya. Teman bermain diwaktu kecil, sohib akrab dimana mereka
masih menimba ilmu dibangku sekolahan baik itu dari SD, SMP, dan SMU, Ucok
belo\um berani terlalu jauh berangan – angan dan berandai-andai mengerai
perasaan hatinya, baginya yang terpenting saat ini membenahi kehidupannya, dan
meraih cita-citanya, soal hati ucok berusaha untuk tidak memperdengarkannya
dulu. Ia curahkan perasaannya lewat petik dawai gitar dan lagu yang ia
ciptakan.
BUNGA CINTA
Lagu Cipt : Iwan SekopDarat
Dari rindu kusabar menunggu
Dari cinta kutetap setia
Mengenalmu sungguh ku bahagia
Rasa dalam dada berbung. . .
berbung
RF
Aku jatuh cinta kepadamu
Sungguh aku saying pada dirimu
Biarkan saja orang berkata
Biarkan saja
Sungguh kutak bias melupakanmu
Sungguh ku tak bias jauh darimu
Jangan dengarkan kata mereka
Ku tetap cinta kau saja
(lagu barisan
garuda dapat dilihat dan didengar di youtube pencarian iwan sekopdarat)
Tidak terasa dua tahun sudah ucok
bekerja di pasar membantu Pak Naga berjualan sayur-mayur di kiosnya, ibunya
ucok tidak lagi bekerja sebagai buruh harian di perkebunan sawit, ia membantu
ucok bercocok tanam di halaman belakang rumahnya, ibunya ucok menanam cabe
rawit, mentimun, kacang panjang, terong dan tanaman palawija lainnya. Disamping
beternak ayam dan ikan lele, dengan upah yang diterima ucok, selain ia membeli
bibit-bibit ternak dan bibit-bibit tanaman, ia juga menyisihkan uang tersebut
untuk di tabung, ucok juga mempergunakan waktu dengan kegiatan-kegiatan positif
dan yang berguna.
Jika ia bekerja
di pasar mula pukul 4 subuh dan selesai pukul 1 siang, pulang kembali ke rumah
istirahat sejenak atau tidur siang. Maka jam 2 siang ucok membantu ibunya
merawat dan JHmemelihara tanaman dan ternak mereka, malam harinya ucok membuka
les privat bahasa inggris untuk anak-anak SD dan SMP di rumahnya. Anak-anak
yang belajar bahasa inggris dirumah Ucok cukup lumayan banyak. Terkadang mereka
belajar diteras rumah, dikarenakan ruang tamu rumah ucok tidak begitu luas, dan
tidak bisa menampung anak-anak yang sedang belajar tersebut.
Uang dari hasil
ucok mengajar selalu ia tabung untuk masa depannya, anggi juga sering
menyempatkan diri main kerumah ucok sekedar membantu ibunya ucok, dalam merawat
dan memelihara tanaman atau ternak milik ucok, terkadang anggi juga menemani
dan membantu ucok sewaktu ucok memberikan les privat bahasa inggris kepada
anak-anak. Sebuah nilai kejujuran dalam meraih cita-cita yang selalu ditanamkan
sang ibu kepada anaknya dalam meraih kesuksesan dan masa depan yang lebih
mapan. Dari doa sang ibucurahan kasih sayang yang tiada batasnya untuk sang
anak buah hati tercinta
Satu kisah dipersembahkan untuk
ibu-ibu sedunia dan satu lagu buat ibu tercinta.
KASIH MU IBU
Lembut kasihmu ibu, pancaran cinta
yang suci
Pengorbanan muibu, sinaran kasih
abadi
Curahan perhatianmu, sepanjang
hidupku
Limpahan kasih sayang mu, seumur
hidupku
Ho . . . o. . . o . . .
Reff
Bagai pelita yang menerangi,
perjalanan hidup ini
Bagai sinaran yang menyirami relung
hati
Laksana embun dipagi hari
Bening putih berseri
Laksana indah warna pelangi
Kasih abadi
Ibu
Lambing
sejati cinta yang suci
Ku
bersimpuh dikakimu
Yang
selalu mengashi
PANTUN BERKASIH
KASIHAN
Biji selaseh nampan belanga
Si ikan laga di paya-paya
Jikalau boleh abang bertanya
Adek jelita siapa yang punya
Si ikan laga di paya-paya
Dipaya-paya saling
bercanda
Adek
belum ada yang punya
Selain
ayah bunda tercinta
Jika wadah yang dikau pinta
Berselendang tangan menyangga
Jikalau sutah bertutur sapa
Salahkah abang bertanya nama
Bersandar tangan menyangga
Tanah
negeri tuah ampuna
Tiada
salah abang bertanya
Apalah
arti sebuah nama
Bunga seroja didalam pagar
Diambil satu anak malaka
Indah disapa nyaman didengar
Andailah tau sebuah nama
Diambil
satu anak malaka
Dijadikan
pewarna dalam belanga
Tanyakan
ayah bunda tercinta
Yang
memberikan adek sebuah nama
Ikan sembilang berenang-renang
Ikan lidah badannya pendek
Bolehkah abang datang bertandang
Sekedar bertamu kerumah adek
Ikan
sepat ikan sembilang
Yang
mana pendek yang mana lebar
Jikalau
niat abang bertandang
Pintu
rumah adek terbuka lebar
Berseri teluk kuantan
mempesona tanjung hulunya
satu lagi abang tanyakan
salahkah cinta pandang pertama
mempesona
tanjung hulunya
indah melayu itu sebabnya
tiadalah
salah pandang pertama
biarkan
waktu yang menjawabnya
MONOLOG
MASIH KU MENANTi
Genggamlah
Genggam erat jangan kau lepas lagi
Agar dapat kurasa lembutnya cintamu
Dekaplah
Dekap kuat jangan kau pergi lagi
Agar masih kurasa hangatnya kasihmu
Disini aku masih menanti
Genggamlah dekap lah
Jangan lagi lepas
Jangan lagi pergi
Ku selalu merindukan
Genggaman lembut cintamu
Dekapan hangat kasih mu
UJUNG RINDU
Terkadang dalam cinta
Air mata jatuh berderai
Hapuskan semua rasa
Diantara kabut asmara bertikai
Terkadang
dalam rindu
Mempesiangi
benci dan ragu
Bertahta
makna cemburu
Bermahkota
haru pilu
Bagai asmara yang penuh gelora
Cinta
Selaksa bara yang panas
Curiga menyelimuti hati menyinta
Diantara kisa bahtera nan luas
Pedih
rindu sepahit empedu
Perih
rasa tertoreh sembilu
` dalam
cinta di ujung rindu
Dalam
dusta berakhir pilu
HILANG
Masih selalu kuingat
Manisnya senyum bibirmu
Buat hatiku Teramat
Sangatmerindu
Masih
membekas dalam angan
Rajuk
mesra sapa candamu
Bayang
rindu tiada kutahan
Hadir
selalu datang mengganggu
Dari caramu menatapku
Gaya bicaramu
Tutur katamu
Semua tentangmu
Sungguh
aku rindu
Rasa
ini tiada berubah
Masih
cinta
Rindu
ini masih tersisa
Terus
bergemuruh
Untuk yang pernah tersayang
Dari kisah yang dulu hilang
Bagai rintik hujan malam syahdu
Hapuskan jejak sang perindu
Tergenang dalam angan kelabu
Muara rindu di biduk hatiku
MALAM SUNYI
Malam sunyi
Bagai dedaunan kering yang
berguguran
Laksana nyanyian kemarin yang
memilukan
Satu cerita cinta yang sungguh
sangat menyakitkan
Dari kisah asrama menorah perih
menyayat hati
Simponi tinggal bekas lembar usang
Berserakan tanpa tidak dipungut
tangan
Hanya sisa yang kini tinggal
serpihan
Dan tak lagi layak untuk dibilang
Malam sunyi . . .
Dibalut kelam yang enggan
bercengkrama
Berselimut bulan dalam bias warna
hamper pudar
Diantara kerlip bintang buram durja
Nyanyian sepi diujung ujar
Pedam hati
Malam sunyi lagi sepi menyayat hati
BIODATA
PENULIS
Lahir
di Dabo Singkep, kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan
nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan basar dikampung Sekopdarat ( Dabo
Singkep ) beragama islam berjenis kelamin laki – laki.
Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang
sayuran dipasar kartini Kisaran dan juga pedagang di pasar Kaget ( Pekan )
disekitar kota Kisaran.
Adapun beberapa karya tulis Iwan Sekop Darat :
1.
Tentang
Rindu (
Novel )
2.
Tentang Rindu
2 (
Novel )
3.
Layang – layang
Zaman (
Novel )
4.
Fatwa
Cinta (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
5.
Primadona Diujung
Trotoar (
Novel )
6.
Madah
Aksara (Novel
dan Kumpulan Sajak )
7.
Tiang – tiang
Aksara (Novel
dan Kumpulan Sajak)
8.
Do’a Simarjan (
Novel )
9.
Sulaman
Aksara (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
10. Dilema
Hati
Menyinta (
Novel )
11. Pasukan
Pramuka (
Novel )
12. Bilur –
bilur
tinta (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
13. Buih
Debur Riak
Cinta (
Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
14.
Bingkisan
Ramadhan (
Cerpen dan kumpulan sajak )
15. Helai
Rindu
( Cerpen drama dan kumpulan sajak )
16. Nektar
Cinta
( Novel )
17. Bumi Segantang Lada ( Drama dan
Kumpulan Sajak )
18.
Sejuta Warna
Bougainvillea (Drama cerpen dan kumpulan Sajak)
(Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
(Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
19. Celah Sukma (
Drama dan Kumpulan Sajak )
20. Derau – derau Hati 1 ( Novel dan Puisi )
21. Derau – Derau Hati 2 (Novel dan Puisi )
22. Just Me And My God ( Kumpulan Puisi, Drama
dan Cerpen )
Langganan:
Postingan (Atom)