Jumat, 11 Juli 2014

Kumpulan Puisi Sajak dan Cerpen " AJARI AKU SETIA " jilid II


BAGIAN 3
geliat Kota Medan yang tak pernah tidur terus berpacu dengan waktu, semakin hari semakin mempersolek diri, pembangunan disana-sini menunjukkan Kota Medan semakin berbenah diri, sore itu rintik hujan membasahi Kota Medan, sepasang anak manusia berlari kecil menuju kafe santai di salah satu tempat tongkrongan anak muda Kota Medan, setibanya didalam kafe tersebut Nila dan Alek memesan minuman dan makanan ringan, mereka tampak begitu mesra, Nila hanya menimpali dengan senyum datar setiap obrolan dan candaan Alek.
“ia, aku serius nih kapan aku bisa maen ke Kisaran sekedar kenalan sama keluargamu” ucap Alek dengan mimic serius, Nila hanya memandang gelas minuman yang ia pegang dengan kedua tangannya, tiba-tiba terbayang wajah Damai dibenaknya, lama ia termenung, sentuhan tangan Alek di punggung tangannya, menyadarkan Nila “eh, sorry lek aku jadi lupa jawabannya,” ujar Nila datar.
“kamu sakit la” selidik Alek dengan perasaan was-was. “nggak lek, aku sehat, mungkin agak sedikit lelah” jawab Nila. “o,,,, jadi bagaimana la tanggapanmu tentang pertanyaan ku tadi?”. “beri aku waktu lek, belum saatnya aku mengenalkan mu pada orang tuaku, kamu mengerti kan?” pinta Nila, Alek hanya mengangguk kecil tanda setuju dengan pernyataan Nila. Setelah hujan mulai reda Nila dan Alek meninggalkan kafe tersebut. Meninggalkan fikiran yang berkecamuk di benak mereka masing-masing.

BAGIAN 4
Damai merebahkan diri di pembaringannya, menatap flapon langit-langit kamarnya, pikirannya jauh menerawang pada satu bayang yang sangat ia cintai, entah apa yang dilakukan Nila saat ini, dua kali Damai coba menghubungi hp Nila, namun selalu dijawab tidak aktif dan diluar servis area, Damai beranjak bangun dan duduk di bibir tempat tidurnya. Sambil memetik dawai gitar, Damai mulai bernyanyi pelan.


            KUSAYANG PADAMU
                                                            Cipt : Iwan Sekopdarat

Debur buih dipantai Kota ini
Hembus angin menembus sukma
Berteman malam dingin kusendiri
Tanpa bulan bintang disini
Huo...huo...huo...

Reff
            Semua tiada berubah
            Kumasih tetap sayang padamu
            Semua yang kulakukan
            Agar kau tahu aku sayang padamu

Buih pantai leburkan rasa
Kenangan bersama
Hembus angin menembus sukma
Kala tak bersama

(lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian iwan sekopdarat)


            “BERTAMAN”
                                            Cipt : Iwan Sekop Darat
Coba untuk bertahan memahamimu
Mencintai dirimu apa adanya
Berkali kan kucoba untuk mengerti
Menyayangi dirimu sepenuh jiwa
Bertahan untuk setia
Selagi masih ada cinta
Menjaga hubungan ini
Mencoba untuk mengerti

Reff
            Sungguh sakit, hati merana
            Dirimu berdusta membagi cinta
            Sunggu perih kecewa
            Jiwaku tersiksa kau mendua rasa
            Tiada guna diri ini bertahan setia
            Sedang kau hanya memandang sebelah mata

(lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian iwan sekopdarat)

Pagi-pagi sekali Damai sudah bangun selesai sholat subuh ia berolah raga di halaman depan rumahnya, ayah ibu dan adiknya Dani juga sudah bangun, mereka memperhatikan Damai dari pintu samping. Ibu Damai menyiapkan sarapan pagi sementara Dani masih bergayut manja dipelukan sang ayah. Sinar merah membias diangkasa, semburatnya menggeliatkan makhluk-makhluk tuhan yang ada dibumi, sang surya masih tersipu malu dengan senyumannya yang ayu. Damai merasa cukup segar setelah melakukan sedikit olah raga kecil. Ia kembali masuk kerumah dan sarapan bersama keluarga, hari ini rencana si Damai setelah siap sarapan ia akan pergi ke bengkel pamannya sekedar bantu-bantu.
Dari depan terdengar suara ketukan pintu, segera ayahnya menyuruh sang ibu untuk membukakan pintu namun Damai langsung berujar “biar saya saja pak,” ayahnyapun hanya mengangguk kecil, Damai segera beranjak dari bangkunyadan berjalan menuju ruangan depan, dengan hati-hati ia membukakan pintu, seorang laki-laki setengah baya dihadapannya, laki-laki itu kurang lebih seusia ayah Damai, dari raut wajahnya tampak lelaki tersebut sangat lelah, lelaki itu coba tersenyum pada Damai, Damai pun membalas senyum lelaki tersebut.
“permisi  dek, apa betul ini rumahnya Damai penyiar radio kala FM ceria?” Tanya sang lelaki paruh baya itu. “ya pak benar, saya sendiri yang bernama Damai” jawab Damai tenang. “ada perlu apa bapak mencari saya?” lanjut Damai.
Ayah dan ibu Damai baru saja selesai dan langsung menuju ruangan depan, begitu melihat siapa tamu tersebut ayah Damai pun langsung berkata “Selamat pagi pak Anton, ada keperluan apa bapak kemari, mari silahkan masuk dulu,” ternyata lelaki paruh ba ``ya itu adalah pak Anton kenalan pak Burhan ayah si Damai. Pak Anton salah satu staf di perusahaan perkebunan dimana pak Burhan mengantar sawit-sawit yang ia bawa dengan colt diesel nya. Tak lupa pak burhan meminta istrinyauntuk membuatkan minum pada tamu mereka. Pak Anton menarik nafas dalam – dalam, ia coba merangkai kata demi kata untuk memulai pembicaraannya, sengaja ia datang kerumah pak Burhan untuk bertemu dengan Damai, sebelumnya pak Anton sudah pergi ke alamat radio Kala FM ceria, untuk bertemu dengan Damai setibanya disana ia disambut teman Damai yang bernama Tio, dari tiolah pak anton mendapat keterangan dimana alamat rumah Damai.
Damaipun hanya mengangguk-angguk pelan, pak anton kembali melanjutkan pembicaraannya, ia mengatakan kemarin tepat pukul 10 anaknya yang bernama Nurma masuk rumah sakit setelah jatuh pingsan dan tak sadarkan dari kursi rodanya. Nurma adalah salah satu penggemar Damai, Nurma selalu mendengar radio disaat Damai sedang siaran, tiada episode yang terlewati nurma jika Damai bercuap – cuap di mikrophonenya. Secara tidak langsung pak Anton juga sering dengar. Jadi sering mendengar radio apalagi kalau Damai lagi siaran, nurma juga sering membacakan puisinya lewat radio tersebut, dengan nama samara putri kayangan.
Damai jadi termangu mendengar satu nama yang disebutkan pak anton, satu nama yang tak asing baginya, yang selalu membacakan puisi-puisi indah, Damai sangat dekat dan akrab dengan suara itu walau wajah sang empunya suara belum ia lihat  sebelumnya Damai juga sempat penasaran dengan wajah yang punya suara merdu itu . biasanya mereka – mereka yang biasa menelepon ke radio kala FM ceria menyempatkan diri sekedar bertutur sapa dan berkenalan dengan para penyiar di radio kala FM ceria, pikir Damai mungkin saja putri kayangan sengaja menutup jati dirinya dengan satu alas an-alasan tertentu.
Kembali Damai menyimak perkataan pak Anton, ayah Nurma juga menerangkan bahwa baru setahun ini Nurma menggunakan kursi roda, dikarenakan kepala nurma sering pening dan pandangannya sering kunang-kunang, pak Anton sangat menyayangi Nurma anak semata wayangnya itu. Istrinya meninggal saat melahirkan Nurma, pak Anton sengaja tak menikah lagi, ia ingin mencurahkan kasih sayang sebagai ayah yang merangkap Ibu untuk putri tercintanya. Dengan Penyakit tumor yang menyerang otak di kepalanya putrinya. Sang ayah ikhlas dan terus berdoa kepada yang maha Kuasa untuk dapat menguatkan hatinya dalam menjalani ujian ini, berbagai cara pengobatan telah ia tempuh dan jalani demi kesehatan putrinya. Sebulan yang lalu dokter yang merawat Nurma mengatakan bahwa tumor yang berada di kepala Nurma semakin mengganas. Dengan berat hati dokter juga mengatakan suatu mukjizat dari tuhan jika Nurma dapat bertahan lebih dari dua bulan.
Damai dan kedua orang tuanya terenyuh mendengar semua penuturan pak Anton, mata buk Burhan berkaca – kaca menyimak cerita pilu dari tamunya. Kepada pak Anton dua hari yang lalu nurma ingin bertemu dan berkenalan dengan Damai. Namun niat itu ia urungkan melihat kondisinya. Pak Anton maklum dengan keadaan putrinya dan iapun selalu menjadi teman cerita dan diskusi anaknya. Namun setelah kejadian tadi malam, pak Anton langsung mengambil inisiatif untuk menjumpai Damai, menceritakan semuanya pada Damai, mungkin saja Damai mau menjenguk dan menemui Nurma, sengaja Nurma ia titipkan pada perawat jaga, untuk menemani Nurma dirumah sakit sewaktu ia menjumpai Damai dirumahnya.
Setelah mendengar semua penjelasan dari Pak Anton, pak Burhan sekeluarga bergegas bersama pak Anton menuju rumah sakit dimana Nurma dirawat.

BAGIAN 5
Seorang gadis terbaring lemah ditempat tidurnya, salah satu ruangan VIP rumah sakit. Ia baru saja siuman, dengan suara pelan ia memanggil nama ayahnya, seorang perawat dengan suara hati-hati menjelakan kepada gadis yang terbaring lemah itu. Gadis itu hanya mengangguk kecil.
Tidak lama kemudiam, pintu ruangan dimana gadis itu dirawat dibuka dengan pak Anton dan keluarga pak Burhan menghampiri sisi pembaringan mengecup pelan kepala gadis itu pak Anton berujar “syukur Alhamdulillah kamu sudah siuman Nurma, bagaimana sekarang perasaanmu?” “sudah agak mendingan pa” mereka semua tersenyum pada gadis itu yang tak lain bernama nurma putri pak Anton, putri membalas senyum mereka.
“siapa mereka pa?” tanya Nurma datar. “itu pak Burhan dan Bu Burhan teman papa dan pemuda yang pakai baju kotak-kotak itu namanya Damai dan yang kecil itu adik Damai,” terang pak Anton sambil melirik kearah keluarga pak Burhan satu persatu.
“Damai pa? penyiar radio kala FM ceria?” selidik Nurma penuh tanda tanyak, pak Anton hanya mengangguk pelan “pagi bang Damai? sapa Nurma perlahan, “pagi juga Nurma, lekas sembuh ya” jawab Damai, Nurma hanya mengangguk pelan. “maafkan ayah ku bang Damai, yang telah merepotkanmu, hingga datang kemari menjenguk ku” “tidak apa-apa, aku tidak repot koq, malah aku sendiri yang minta ikut sama ayahmu kemari”
“Bang Damai, ayahku mungkin sudah cerita banyak tentang aku??” “Nurma nanti saja kita saling bertukar cerita, Sekarang kamu istirahat dulu, jangan terlalu banyak mengeluarkan energy, nanti malah tambah sakit” terang Damai, Nurma mengangguk pelan sambil tersenyum penuh arti kepada Damai.
Tidak berselang lama dokter yang merawat Nurma pun memasuki ruangan tersebut, dan dengan sangat hormat meminta para penjenguk untuk meninggalkan tempat itu sementara, karena ia akan memeriksa pasiennya, selesai sang dokter memeriksa kondisi kesehatan Nurma ia segera meninggalkan ia segera meninggalkan ruangan, tak lupa ia meminta Pak anton segera menemuinya di ruang kerjanya. Pak Anton pun berjalan dibelakang dokter itu menuju ruang kerjanya, sementara Damai, adik dan kedua orang tuanya kembali masuk kedalam ruang kamar menemani Nurma yang masih terbaring lemah.
Diruang kerja dokter Budi Pak Anton mendengarkan dengan seksama semua penjelasan dokter Budi mengenai penyakit yang diderita Nurma, dokter budi menyarankan agar secepatnya Nurma di operasi  untuk mencegah pertumbuhan tumor yang semakin ganas tersebut. Dokter budi juga meminta Pak Anton untuk mencari pendonor atau kantong darah kerumah sakit lain yang berjenis golongan darah O, karena persediaan kantong darah O dirumah sakit ini sudah habis, mudah – mudahan dengan cepat ditangani nyawa Nurma dapat tertolong. Pak Anton termangu dengan semua penjelasan yang diucapkan dokter Budi, seikhlas – ikhlas hatinya Pak Anton merasa terenyuh jua, iapun meninggalkan ruangan dokter budi dengan langkah yang gontai menuju ruangan dimana Nurma dirawat. Setibanya disana ia meminta tolong kepada keluarga Pak Burhan untuk sejenak menemani putrinya karena ia akan keluar sebentar untuk satu urusan penting, Pak Burhan dan dan Damai mengikuti Pak Anton keluar dari ruangan tempat Nurma dirawat, sedangkan bu Burhan masih tetap menemani Nurma. Tidak jauh dari runangan itu setelah pintu ditutup, Pak Burhan menanyakan tentang keperluan yang akan diurus Pak Anton, dengan berat hati Pak Anton pun menerangkan kepada kepada Pak Burhan dan Damai apa yang dijelaskan dokter budi padanya. Tanpa disangka Damai segera mengajukan dirinya sebagai pendonor, lagi pula golongan darah Damai sama dengan Nurma, apalagi saat ini  nyawa Nurma perlu diselamatkan dalam penanganan secepat mungkin , Pak Burhan pun kembali masuk kedalam ruangan tempat Nurma dirawat. Ia meminta istrinya untuk keluar sebentar, diluar mereka berembuk mengizinkan kalau Damai mendonorkan darahnya buat Nurma, setelah dilakukan beberapa test pada Damai dan Damai dinyatakan sehat juga memenuhi persyaratan, maka damaipun mendonorkan hari itu juga, Nurma menjalani operasi dibagian kepalanya.
Alhamdulillah operasi tersebut berjalan dengan lancar, tidak henti – hentinya Pak Anton memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang masih menitipkan Nurma untuknya, walaupun ia tahu dengan Nurma menjalani operasi tersebut bukan berarti Nurma dinyatakan sembuh total, hanya menghambat pertumbuhan tumor ganas yang menyerang otk Nurma, namun biarlah yang terpenting ia selalu berusaha, dan menikmati detik demi detik bersama putri tercintanya. Tidak lupa Pak Anton juga mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada keluarga Pak Burhan terkhusus buat Damai, ketika ia menyelipkan amplop putih di saku baju Damai, dengan halus Damai menolaknya dan mengembalikan amplop tersebut. Damai ikhlas mendonorkan darahnyabuat Nurma. Pak Anton sangat suka dan bangga dengan sifat dan sikap Damai yang selalu tidak mengutamakan bentuk materi dalam suatu urusan.
Tidak terasa seminggu sudah nurma di rawat dirumah sakit setelah menjalani operasi, kesehatan Nurma berangsur-angsur membaik dokter budi juga mengizinkan 2 hari lagi Nurma sudah bisa pulang kembali kerumahnya. Seminggu juga Damai menemani Nurma, mereka saling bertukar cerita dan Nurma sangat bahagia ketika Damai mengatakan bahwa ia telah menganggap Nurma seperti adik kandungnya sendiri Nurma tidak pernah meminta lebih dari Damai sebagai sahabat saja Nurma sudah senang apa lagi kini Damai menganggapnya seperti adik kandung sendiri. Dari ruangan tempat dimana Nurma dirawat, Nurma selalu menjadi mendengar setia disaat Damai sedang cuap – cuap di depan mikroponnya dari radio mini Nurma tersenyum – senyum mendengar suara Damai, jika ada waktu luang dan senggang Damai pasti menyempatkan dirinya mejenguk Nurma, Nurma selalu meminta Damai untuk membacakan puisi, puisi – puisi yang di buat Damai sendiri, dengan suara pelan Damai selalu membacakan puisi buat Nurma, puisi – puisi ciptaan Damai seakan menjadi kekuatan dalam semangat baru hidup Nurma, dan dari cerita Damai Nurma ingin berkenalan dengan calon kakak ipar nya itu yang tak lain kekasih Damai yaitu Nila. Damai berjanji suatu saat ia akan mengenalkan Nila pada Nurma. Damai begitu bahagia melihat keceriaan yang terpancar dari wajah Nurma, adik perempuannya itu.
SEPENGGAL AYAT SETIA

Tersisa penggal terakhir dalam titik-titik
Sengaja tiada kuteruskan selagi pelangi menghapus rintik
Sepenggal dari ayat disela-sela gemeritik
Menjadikan ku sirna dalam satu gumpalan bintik
            Usapkan wajahmu sebelum embun mengambang
            Tarikan napasmu sebelum pagi menjelang
            Langkahkan kakimu sebelum siang datang
            Dan sembunyikan bayangmu sebelum senja menghilang
Karna aku suara malammu  dari taburan bintang gemintang
Lengkapi saja kalimat terakhir nanti
Setelah melihat aku di ujung jembatan
Selagi sapa bersaut-saut pasti
Untuk merajut bizurai angan




AKHIR SUARA

Dikau buat aku gerah dalam satu desah akhir suara
Dipenghujung ucap kau gantung aksara yang tertunda
Menjadi tanda Tanya dalam hati gundah gulana
Apakah gerangan dibisik kalbu bertahta
            Kadang menerka dari untaian kata dan rasa
            Mengira – ngira suatu kisah misteri
            Tentang semua nuansa pijaran mata
            Berselimut rindu dianjungan ratapan hati
Pikiran menyala menghantar lamunan mimpi
Mempesiang diri disisa isak tangis
Tercekat kata membiarkan bulir melewati pipi
Dirajam sukma menghela napas dalam baris



BAGIAN 6
            Pagi itu sudah duduk manis di depan rumahnya. Ia tampak segar dengan wajahnya yang berseri-seri seperti sinar matahari pagi yang menyinari bumi dengan dandanan seadanya membuat wajah Nila tampak cantik natural. Nila baru saja menelepon pangkalan taksi Medan untuk menjemput dirinya, dan berangkat menuju tempat kediamannya di Kisaran, satu minggu ini Nila libur, sengaja ia ingin membuat kejtan pada Damai, tanpa memberi tahu sebelumnya kedatangannya pada Damai. Tadi malam Nila menuntaskan persimpangan hatinya dengan sangat hati-hati dan berusaha tidak membuat Alek terlalu dalam sakit hati juga berharap Alek mau mengerti. Nila menceritakan semuanya pada Alek, tentang hubungannya dengan Damai, kini Nila sudah yakin bahwa damailah sebenarnya orang yang sangat ia cintai, Nila juga meminta maaf yang sebesar besarnya pada Alek, Nila tak ingin kisah yang tiada akhir ini terus mereka jalani, dengan berat hati dan wajah tertunduk, Alek memaklumi dan mengerti ia tidak bisa berbuat banyak, itu sudah keputusan Nila, Alek harus terima dengan lapang dada, jauh didalam lubuk hatinya Alek sangat mencintai Nila, cinta yang sesungguhnya bukan cinta yang biasa ia lemparkan pada gadis-gadis sebelumnya, baru kali ini Alek tertunduk kalah di hadapan seorang gadis.  Sebelumnya tidak ada kamus kalah dikehidupan Alek, dalam merebut hati gadis-gadis yang ia sukai. Dengan tubuh yang atletis, tampan dan kaya juga Alek seorang yang humoris, sudak cukup banyak membuat hati para gadis berdebar-debar disaat berdekatan dengan Alek. Pesona Alek begitu kuat memikat. Nila juga sempat terbuai oleh pesona tersebut. Namun belum terlalu jauh sehelai kesetiaan hati dan keikhlasan jiwa Damai. Menyadarkan Nila dari kemilaunya pesona Alek. Dalam hati Nila berjanji untuk menjaga selalu kesetiaan cintanya pada Alek. Cukup sudah kekeliruan ini ia buat, dan tak akan ia ulangi lagi, sebelum pulang Alek menjabat tangan Nila sambil bersuara pelan, “suatu saat kenalkan aku pada Damai, Nila, karena aku akan bertanya tentang kesetiaan padanya,” Nila hanya mengangguk pelan dan menatap punggung pemuda itu yang berjalan pelan ditelan pekatnya malam.
Dari cerita Damai lewat handphone nya, Nila juga sangat ingin berkenalan dengan Nurma, Damai sudah cerita panjang lebar tentang penyakit Nurma pada Nila, Damai telah menganggap Nurma seperti adik kandungnya sendiri, Damai ingin disisa akhir kehidupan Nurma, Nurma dapat tersenyum bahagia, Damai juga menceritakan sosok Nila kekasih hatinya pada nurma, namun ingin sekali berkenalan dengan Nila, Nurma sudah titip salam jika Damai menelepon Nila. “ah, begitu mulia hatimu Damai, jadikan aku semakin cinta, maafkan aku Damai yang telah berlaku curang padamu, kini aku sadar engkaulah sebenarnya pemilik hati ini, yang selalu menjaganya dengan kesetiaan dan keikhlasan” bisik batin Nila.
Nila masih terhanyut dalam sudut lamunannyadibangku depan rumah kosannya, semilir angin mengusap lembut wajahnya, ia biarkan angin memain-mainkan anak rambutnya, sehelai daun kering gugur dan jatuh dipangkuannya dan itu berbentuk hati, Nila mengambil dengan jemarinya daun tersebut. Membolak balik daun yang bentuknya menyerupai hati itu, saat Nila termenung memandang kearah daun kering yang kini berada di kedua ujung jarinya, suara klakson mobil menyentakkan lamunan Nila, mobil yang Nila tunggu sudah didepan mata, Nila pun bergegas masuk kedalam mobil tersebut, dan mobil melaju pelan membawa Nila kembali pulang menuju rumahnya, tanpa Nila sadari daun kering itu masih ia pegang dengan kedua jarinya.
Sementara dihalaman depan ruang iap VIP disalah satu rumah sakit Kisaran, seorang perawat menemui Nurma yang duduk dikursi rodanya menikmati sinar mataari pagi yang akan meninggi, hari ini wajah Nurma tampak berseri dan bercahaya tidak seperti waktu pertama ia masuk kerumah sakit ini, siang nanti Nurma diperbolehkan pulang, Damai berjanji nanti siang akan menjemput Nurma dan megantar Nurma kembali kerumahnya bersama Pak Anton ayah Nurma.
Hati Nurma sangat bahagia ingin siang cepat menjelang dan tak sabar menanti kedatangan ayahnya serta Damai yang membawa ia kembali pulang ke tempat kediamannya.
Hembus angin mengalun pelan, mengantar pori-pori pagi dalam nuansa bening yang berkilauan sehelai daun kering yang bentuknya menyerupai hati jatuh dipangkuan Nurma, Nurma mengambil daun kering itu, sambil membolak balikkan helai daun tersebut, tiba-tiba entah mengapa ia teringat dengan Damai, suara pelan sang perawat menyadarkan Nurma dari lamunannya.
“hari sudah semakin siang mbak, mari kita masuk.” “eh...iya” jawab Nurma sedikit gugup. Perawat itupun membantu mendrongkan kursi roda yang diduduki Nurma menuju ruangan dimana Nurma dirawat, daun kering yang tadi jatuh dipangkuan Nurma masih Nurma pegang dengan kedua jarinya, matanya terus memandang kedaun tersebut dengan pikiran yang berkecambuk resah.
(penutup)
Disalah satu persimpangan sudut Kota tergeletak dijalan raya seorang pemuda yang berlumuran darah korban dari kecelakaan lalu lintas, tabrakan maut sepeda motor merenggut nyawa pemuda itu seketika. Wargapun berbondong-bondong mendatangi tempat kejadian, mereka segera membawa tubuh pemuda yang berlumuran darah itu menuju rumah sakit terdekat.
Tak jauh dari tempat kejadian, seorang anak perempuan mengambil sebuah pigura yang telah retak dari sisi jalan raya, bocah perempuan itu lebih kurang berumur tujuh tahunan, ia melihati kearah pigura tersebut, ternyata didalam pigura yang kacanya sudah retak terdapat sebuah puisi dalam tulisan tangan yang dibuat dengan sangat rapid an indah. Boca perempuan itu coba mengeja kata demi kata untuk menyambungkan kalimat dalam tulisan tersebutdengan sedikit terbata-bata bocah perempuan itu membacanya.



AJARI AKU SETIA
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
Padahal tidur belum seberapa
Lelap leru sekelip saja
                Kupesiangi helai-helai kata
                Namun tak kutemukan jua
                Apa-apa disana
                Dari rindu yang bergejolak didada
                Dari rasa yang menggelegakkan nyawa
Bertahan ...
Agar mata tiada lagi terlelap lena
Menanti satu bisik lembah suara
Menunggu satu lirik dalam aksara
                Dipenghujung tidur yang belum sempurna
                Satu bisik dimalam buta aku terjaga
                Ajari aku setia

                SELESAI


                   
LAGU RINDU JIWA
Cipt. Iwan Sekop Darat

Lihatlah pelangi senja, sejuta warna
Indah mempesona
Lihatlah lembayung senja, merah merona
Nuansa rasa
Desir angin usap lembut terasa
Debur ombak buih putih dipantai
Reff
                Ingatkah kala ku genggam jemarimu
                Dan ku bisikkan nada cinta
                Ingatkah kala ku kecup keningmu
                Dan kau ucapkan, kau lagu rindu jiwa
Kenangan bersama, bagai helai sukma
Diangkasa luas, di lautan lepas
Dari aksara rindu jiwa rinduku menyala


                ASING DITANAH SENDIRI
Aku darah dari katulistiwa dua wajah
Meregang diufuk timur alam raya
Terunaku hilang seakan pagi tiba
Sedang bias lagi tidak memerah

Mendidih menggelegak nadi urat sum-sumku
Engkau kunyah rindu seperti memanah bulan
Dan kau muntahkan ragu setelah bosan menelan
Menyisakan kegigihan ku dalam kelambu
                                                                                                                                                        
Tanah berpijak bukan lagi milik
Sekedar menumpang kemurahan hati
Bertanya di mana dapat mencari
Apalah arti merdeka dari bilik-bilik

Mulut terkunci koyakpun tiada arti
Kerongkongan pun ditahan menyimpan suara
Kemana lagi dapat mencari cinta
Sedang mereka mengangkangi hukum – hukum sendiri


                                MENUNGGU AWAN
Dua atau tiga bulan lagi
Kita bertemu disini
Dua atau tiga bulan lagi
Kita membuat janji
                Dua atau tiga bulan lagi
                Kita belum tau pasti
Dua atau tiga bulan lagi
Banyak sudah yang hilang

Dua atau tiga bulan lagi
Gemuruh dada tertahan
                Dua atau tiga bulan lagi
                Aku dan kau menunggu awan


                                HIMPITAN RASA
Aku dipinggir jalan mimpi memahat sepi
Bilah pisau menoreh pilu dalam hati
Jagat raya aku dalam himpitan rasa

Kemana aku memagar rasa haru biru cinta
Dari pesona sejuta warna aksara
Inikah akhir dari penantian insan dunia
Bergagang resah di patung rindu yang belum sempurna

Kugalah keinginan pusara kalbu jiwa
Bertahta rewash mutiara pengharapan
Dimana lagu sukma bersenandung riang
Aku mati dalam mimpi kisah asmara

Terang saja aku buta
Apalagi gelap aku meraba
Mencari jejak dikerinduan sukma






                                RINDU TINGKAT DEWA
Lamunanku membuntuti bayanganmu
Adakah ini rindu yang ku tau dari ucap mereka
Sedang aku baru menyadarinya
Begitu hebat hingga membuat diriku
Jadi setengah gila
Aku belum mengenal cinta
Tapi kehendak sudah menjelma
Dari rindu aku mengambil kesimpulan
Rasa ini inginnya dekat denganmu
Rintihan kalbu yang menggebu
Ringkih angan mengenangmu


                                JANGAN EDAN
Seusiamu itu dulu aku belum mengerti apa-apa
Jangankan yang itu
Yang ini saja bagiku tabu rasanya
Seusiamu itu dulu aku masih main layangan
Bukan sekarang sudah pandai berduaan
Seusiamu itu dulu banyak yang harus dipelajari
Bukan seperti sekarang semua siap saji
Seusiamu itu dulu aku sudah bisa membeda warna
Tidak seperti saat ini banyak yang buta warna
Seusiamu itu masih berlari dan melompat
Mengapa kini berjalan saja kau penat
Seusiamu itu masih suka main-main
Bukan seperti kau ini yang gayanya bukan main
Seusiamu itu jangan lelah mengejar mimpi
Karena mimpi buat semangat berapi-api
Tidak macam sekarang
Untuk bermimpi saja kau enggan
Bagimu
Realita saja yang harus dikedepankan
Memang
Jaman sudah semakin edan















                                MELIHAT DIRI
Jangan dipikirkan
Jika engkau sendiri tidak tau
Apa yang harus kau pikirkan
                Jangan dilakakukan
                Kalau kau sudah tau
                Kelak nasibnya badan
Jangan dihiraukan
Kalau hanya nanti
Berujung kekacauan
                Jangan dibingungkan
                Jika tidak ingin rasa
                Kau permasalahkan
Jangan diabaiakan
Jika tak mau hatimu
Jadi tak karuan
                Jangan dirindukan
                Andai separuh cinta
                Engkau hilangkan
Jangan dibayangkan
Kalau kau sendiri saja
Takut kegelapan
                Jangan ditentukan
                Kalau kau saja
                Belum paham penjumlahan



BIODATA PENULIS

Lahir di Dabo Singkep, kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan basar dikampung Sekopdarat ( Dabo Singkep ) beragama islam berjenis kelamin laki – laki.
            Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang sayuran dipasar kartini Kisaran dan juga pedagang di pasar Kaget ( Pekan ) disekitar kota Kisaran.
            Adapun beberapa karya tulis Iwan  Sekop Darat :
1.      Tentang Rindu                                                   ( Novel )
2.      Tentang Rindu 2                                                ( Novel )
3.      Layang – layang Zaman                                     ( Novel )
4.      Fatwa Cinta                                                       ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
5.      Primadona Diujung Trotoar                               ( Novel )
6.      Madah Aksara                                                    (Novel dan Kumpulan Sajak )
7.      Tiang – tiang Aksara                                          (Novel dan Kumpulan Sajak)
8.      Do’a Simarjan                                                    ( Novel )
9.      Sulaman Aksara                                                 ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
10.  Dilema Hati Menyinta                                       ( Novel )
11.  Pasukan Pramuka                                               ( Novel )
12.  Bilur – bilur tinta                                                ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
13.  Buih Debur Riak Cinta                                      ( Kumpulan Puisi Sair & Sajak )
14.  Bingkisan Ramadhan                                         ( Cerpen dan kumpulan sajak )
15.  Helai Rindu                                                        ( Cerpen drama dan kumpulan sajak )
16.  Nektar Cinta                                                         ( Novel )
17.  Bumi Segantang Lada                                       ( Drama dan Kumpulan Sajak )
18.  Sejuta Warna Bougainvillea                               (Drama cerpen dan kumpulan Sajak)
                                                                              (Kado Terindah Buat Yang Dicinta )
19.  Celah Sukma                                                      ( Drama dan Kumpulan Sajak )
20.  Derau – derau Hati 1                                         ( Novel dan Puisi )
21.  Derau – Derau Hati 2                                         (Novel dan Puisi )
22.  Me And My God                                               ( Kumpulan Puisi, Drama dan Cerpen )
Ajari Aku Setia                                                        ( Kumpulan Puisi, Drama dan Cerpen )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar