Jumat, 11 Juli 2014

Kumpulan Puisi Sajak dan Cerpen ' AJARI AKU SETIA " Jilid I


Kata Pengantar

            Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya buku ini, tanpa Ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat saya rampungkan. tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
            Satu buku yang berkisah akan keteguhan dan keikhlasan dalam menjalani hidup di buku ini juga terdapat beberapa buah puisi pergolakan hati.


Kisaran, April 2014
Penulis

Iwan Sekopdarat

SAJAK ATAU SANJAK
Tanagn menulis setangkai syair
Pikiran merebut sekuntum bait
Angan berlapis merangkai mahir
Awan berkabut rimbunan bukit
                Parau teriak melengking
                Kini tak lagi nyaring
                Gubahan dingin kerontang kering
Isak sedu tangis pilu
Kepada bulan tidak mengadu
Biar rindu digulung dalam kelambu
                Sajak ku paku itupun kaku
                Sajak ku lagu itupun ragu
Sajak atau sanjak entah akan beranjak
Geming bulan semu ditelan sejenak
Dingin angin beku semilir berserak
Dalam riak kalbu denyut nadi ini berdetak
                Tangan merangkai seikat puisi
                Pikiran merangkum sebatang pantun
                Angan bertikai dikeplet ilusi
                Dahan terkurung rentang setahun
Sajak atau sanjak
Beri aku waktu sejenak

KURSI RAJA-RAJA
Kursi raja-raja mejanya Satu
Berlomba minum menelan madu
Apapun cara tetap dituju
Saling sikut saling seteru
                Kursi raja-raja mejanya satu
                Adu siasat paling jitu
                Tak jarang mengobral janji palsu
                Muslihat tipu menipu
Kursi raja-raja mejanya Satu
Benang diasah jadi uang
Uang ditempa jadi parang
Berlomba mencari sekutu
                Kursi raja-raja mejanya Satu
                Inginnya bukit mimpinya gunung
                Kerja sedikit harap tak tanggung
                Tak peduli rakyat akan setuju
Kursi raja-raja mejanya satu
Maka berebut untuk maju
Padahal ilmu hanya sekutu
Sedang berkorban secuil batu
                Kursi raja-raja mejanya satu
                Ucap semu segala penjuru
                Bagai candu bercampur haru
                Laksana madu tertumpah empedu
Kursi raja-raja mejanya satu
Cakap memilih jangan tertipu



LUKA DARA
Dikau dara disudut bisu kota tua
Menggeliat rebahkan bulan dipusara malam
Denting hujan simponi kehidupan basuhkan alam
Bintik embun dikelopak matamu redup cahaya
                Angin melambai, dahan ranting kayu pucuknya patah
                Dikau terbuai, bujuk rayu
                Bagai kuncup belum sempat mekar dan layu gugur ditanah
Silau dengan pesona dunia maka buta dengan hakikat yang ada
Tersisa hanya perih
Tanpa tangan sanggup mengusap air mata
Menanggung derita pilu menyayat dada
                Dara bersangga diujung tiang
Bumi yang dipijak bagai terbalik
Mengapa sesal tidak awal terdetik
                Hingga hgati terjaga dari ngelangsa


AJARI AKU SETIA
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
Padahal tidur belum seberapa
Lelap lena sekelip saja
Malah kini berjaga-jaga
                Kupesiangi helai-helai kata
                Namun tak kutemukan jua
                Apa-apa disana
                Dari rindu yang bergejolak di dada
                Dari rasa yang menggelegakkan nyawa
Bertahan,
Agar mata tiada lagi terlelap lena
Menanti satu bisik lembah suara
Menunggu satu lirik dalam aksara

Di penghujung tidur yang belum sempurna
Satu bisik dimalam buta aku terjaga
“ajari aku setia”

DUHAI JELITA
Dengan secuil debu yang menempel diwajah mu
Tidak mengurangi pesonamu duhai jelita
Usapkan saja
Agar wajahmu tampak lebih bercahaya
Agar wajahmu lebih bersinar memantulkan spektrum warna
                Tanpa perias muka yang menempel di wajahmu
                Tidak juga mengurangi kecantikanmu duhai jelita
                Kalaupun ada usapkan saja
                Agar wajahmu tampak lebih natural dan apa adanya
                Agar pesonamu lebih sempurna tanpa harus membubuh warna
Karena aku meandangmu
Tidak dengan kedua bola mata
Namun dengan hati yang lebih peka dari kedua bola mata


MAAF
Maaf,
Hanya itu yang tersisa dari kata yang aku punya
Adapun yang lain, hanyalah kata yang tak perlu kuucapkan
Hanya akan menambah luka saja
                Hanya akan membuang waktu saja
Tak ada yang sempurna
                Termasuk aku juga didalamnya
                Direlung hati bersuara
Untuk tampak lebih sempurna
Dan maaf
Jika nanti engkau bertanya
Walau hanya dalam hati
Mencari tapak tilas dari aksara
Yang rindu tengah ingin dibawa pergi


KHAS JANTAN
Sepotong batang pinus ia pikul diatas pundak
Keringat mengkilat dengan bidang dada yang sudah memang tercetak
Tanpa harus pergi ketempat seni kebugaran untuk membuat perut petak-[etak
Baunya khas jantan tanpa polesan wewangian
                Matanya bak elang tajam menusuk tulang
                Ucapnya sekali-kali saja namun cukup
                Yang mendengar jadi meriang
                Ia sang jantan yang tak mau berpangku tangan
Atau meletak tangan diatas pangku orang lain
Wajahnya tidak tampan
Namun auranya khas jantan
Rautnya tampak tenang
Menandakan bahwa ia
Benar-benar khas jantan


AKSEN
Gelang beradu gelang
Gemerincing merentak tari
Bimbang daku membilang
Terpancing katak kusangka keli
                Pilih yang seperlunya
                Besi jeruji atau tembaga
                Sedih merana-rana
                Kering perigi air mata
Perempatan simpang dicari
Hendak dicari tepak dan wadah
Kemana berjalan bayang sendiri
Seumpama kaki tidak melangkah
                Sepuh kecubung berkilauan
                Sekerat besi ditengah jari
                Jauh ujung kemauan
                Niat hati bertambah jadi
Sang embun juga hilang
Diujar madah bersahutan
Serumpun kata membilang
Selayar kita larungkan


FOBIA
Jangan matikan lampu dunia
Jangan padamkan pelita aksara
Aku tak ingin meraba
Digelap gulita kumpulan kata
                Jangan bawa aku melihat ketinggian
                Jangan bawa aku terbang menembus awan
                Kekhawatiranku lebih dari keyakinan
                Seakan hati tiada bertuhan
Namun sungguh itu bukan aku buat-buat
Apalagi rasa dalam jiwa bersekat-sekat dialam fikir
Terkadang aku jua tersesat
Dirimbun bau lalu lalang orang
Aku sekarat


SAHABAT
Engkau peluk dengan hangat
Lama tidak berjumpa
Sunggu rindu ini semakin hebat
Terus membakar jiwa raga
                Engkau kupanggil sahabat
                Dengan sebutan di ujung akhir nama
                Agar kelak kita saling mengingat
                Untuk kembali mengenang saat-saat sempurna
Aku engakau dengan beberapa nama
Satu arti dari suatu makna
Seakan hanya kita penghuni dunia
Yang lain masih memilih peruntungannya di surge
                Lagi dekap erat
                Sahabat
                Bagi hati muara tempat
                Yang indah untuk diingat





DESAH MALAM
Jemarimu kugenggam erat
Yakinlah
Aku kan menjaga hatimu
Bisikan angin kian merapat
Mengusap wajah
Dalam desah tarikan nafasmu
Melewati malam
Aku terdiam diujung pucuk bulan
Bisuku bimbang ditebaran bintang
Saat-saat akhir perjumpaan
Sebelum melangkah pulang
Rindu kenang dalam rasa aku sampaikan
Diantara tatap mata yang hilang dipandangan
Yakinlah
Aku akan menjaga hatimu


DARI AWAL
Tak tentu panas
Tak tentu hujan
                Tiada tentu kesah
                Tiada tentu pasal
Terkadang lepas
Terkadang diam
                Tak jarang resah
                Tak jarang bersoal
Apalagi lepas
Apalagi diam
                Sementara resah
                Sementara bersoal
Tukasmu bebas
Heningmu bungkam
                Caramu berkelah
                Caramu membual
Begitu terbilas
Begitu terendam
                Jadi basah
                Jadi terjual
Biar puas
Biar tenggelam
                Dari bilah
                Dari awal


MAK
Mak...
Ini aku anakmu
Anak yang kau kandung dulu
Anak yang kau lahirkan itu
                Mak...
                Ini aku
                Yang dulu kau timang sayang
                Yang dulu kau susukan
Mak...
Ini aku datang
Anakmu
Yang dulu gantung harapan
Mak ...
                Mak...
                Ini aku
                Anakmu
                Anak yang kembali pulang

KISAH WAKTU
Waktu yang menyudutkan aku untuk berdusta
Namun, sungguh bukan aku mengada-ngada
Dalam hatiku tetaplah engkau yang aku cinta
Tiada berubah
                Rindu ini masih sama
                Sayang ini masih sama
                Rasa inipun masih sama tak ada beda
                Sama seperti waktu dulu aku menyinta
Mengasihimu segenap jiwa raga
Jika dimatamu aku kini tampak berubah
Bukan berarti rasa ini telah musnah
Hanya sekelumit waktu yang yang sedikit berpindah
Tapi percayalah
Waktu jualah yang nanti akan berkisah


PILIHANMU
Tiada pernah aku meminta lebih
Cintai aku apa adanya
Terima aku lapang dada
Dengan kekuranganku
                Dengan kelemahanku
                Jangan lihat aku dari sudut pandang yang berbeda
                Karena akan menyita waktumu sia-sia
                Jika dalam hati sibuk bertanya
                Dan mereka-reka
                Akan membuat dirimu tersiksa
Tersiksa dari hipotesa prasangka
Tersiksa dari caramu menyinta
Biarkan bisik hatimu yang berbicara
Itu saja...
Itu saja...




RUMAH SAKIT
Yang pergi orang sakit
Yang datang orang sakit
Sakit karena banyak urusan dipersulit
Sedang kaya sakit
Sedang miskin sakit
                Sakit jika melulu-lulu duit
                Yang dilihat sakit
                Yang dirasa sakit
                Sakit memang jika jiwa sempit
Ditanya sakit
Dijawab sakit
Sakit mendengar jawaban yang rumit
Jadi... semua sakit
                Karena itu
                Kalau tidak ingin sakit
                Jangan cari penyakit
                Sebab itu
                Sakit dibilang sakit
Cukup dia Tanya sedikit
Tidak dijawab sempit
Itulah rumah sakit

AJARI AKU
Pipimu merona saat kukecup keningmu dengan mesra
Ajari aku setia
Agar ku tahu cara untuk menyinta
Wajahmu tersipu kala ku bisikkan kata syahdu
                Ajari aku merindu
                Agar aku tahu kasih yang biru
                Jantungmu berdebar kala ku genggam jemarimu
                Yang bergetar
Ajari aku sabar
Agar aku dapat menjaga rasa tiada pudar
Ajari aku untuk setia
Ajari aku untuk merindu
Ajari aku untuk bersabar
Agar ku dapat menjagamu


AJARI AKU SETIA
                                                                                                                                                        Mini Novel
Bagian I
“Assalamu’alaikum Wr. Wb. Selamat malam, kembali kami mengudara untuk semua pendengar kala FM ceria masih bersama saya damai di seratus poin empat radio kesayangan anda, adapun acara kita hari ini adalah kreasi nada, tongkrongan anak muda dalam menyalurkan apresiasi ereka lewat music dan nada, disini kita semua mendengarkan anak muda yang berbakat mengaptresiasikan seni mereka baik itu lagu ciptaan sendiri ataupun puisi yang mereka suarakan lewat telepon.”
Sesaat damai menelan ludahnya dan kembali mengambil napas untuk menyambung pembicaraannya, “Baiklah para pendengar Kala FM yang ceria, sebelum saya menerima telepon dari anda, saya akan membacakan sebuah puisi dan menyanyikan satu lagu ciptaan saya untuk kalian semua.” Damai segera menyetel pelan sebuah lagu yang tadi menjadi backing kala ia bercuap-cuap di mikroponnya, satu lagu dari adele yang berjudul someone like you,  damai ganti dengan instrument piano nan merdu, damai menarik nafas sesaat lalu membacakan puisi yang ia buat kemarin.

JAUH SUDAH
Jauh sudah kau masuk dalam hidupku
Mengenalku sedalam-dalamnya
Melebihi dia yang menyinta
Melebihi dia yang merindu
                Ada satu perasaan lain terhadapmu
                Entahlah . . .
                Bila sehari saja tidak berjumpa denganmu
                Seolah ada yang hilang
                Dalam hati ini
                Dalam hidup ini
Kucoba tuk menjauh darimu
Namun malah ku terperangkap rinduku sendiri
Rindu tidak bertemu dirimu
Yang aku sendiri bingung mengapa begini
Adakah semua ini hatiku tlah berlaku surang
Atau memang perasaan ini terlalu hanyut dalam perasaan
Atau juga rindu ini tak bisa dibohongi
Di sepihak kisah terlarang
Aku terkurung dalam cerita
Yang hinggap sejenak menemani

Setelah seesai membacakan puisinya segera damai meraih gitar yang tak jauh dari kursinya, dengan tenang ia memetik senar gitar dan damaipun mulai bernyanyi.

BUNGA CINTA
                                            Cipt. Iwan Sekopdarat
Dari rindu kusabar menanti
Dari cinta kutetap setia
Mengenalmu sungguh ku bahagia
Rasa dalam dada berbunga
Berunga . . .  
REFF
                Aku jatuh cinta kepadamu
                Sungguh aku sayang kepada dirimu
                Biarkanlah saja orang berkata
                Biarkan saja
                Sungguh ku tak bisa melupakanmu
                Sungguh ku tak bisa jauh darimu
                Jangan dengarkan kata mereka
                 Kutetap cinta kau saja
(Lagu tersebut dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekop Darat)

Sejenak damai mengatur nafasnya dan kembali damai berbicara di mikroponnya. “demikian satu buah puisi dan juga lagu yang saya perdengarkan kepada sahabat Kala FM ceria, semoga puisi dan lagu tersebut, menjadi inspirasi sahabat Kala FM ceria untuk bergabung bicara kreasi nada.” Dengan lembut suara nyanyian adek mengalir melatari damai yang sedang siaran di salah satu radio FM Kisaran, Asahan Sumatera Utara.
“masih tetap digelombang yang sama Kala FM ceria, seratus poin 4 mega hezt, radio kebanggaan anak muda, disini masih bersama saya Damai, atau biasa disebut Bung DM. Kita buka kembali di jalur telepon kosong enam dua tiga, tiga empa enam tiga ratus (tut...tut...tut... satu suara dering telepon dimeja damai, disaat ia sedang berbicara)
“Ok sahabat Kala FM ceria, kita terima penelpon pertama di acara kreasi nada,” (Damaipun menerima penelpon pertama di acara yang ia bawakan)
“Malam sahabat Kala Fm ceria, kreasi nada,”  “Assalamu’alaikum, bang DM, malam juga” jawab sipenelpon dengan suara merdu yang taka sing lagi bagi DM.
“Waalaikumsalam Wr. Wb. Passwordnya dog Put?” ujar Damai sambil tersenyum. “tongkrongan anak muda dalam menyalurkan apresiasi mereka lewat music dan nada” jawab sipenelpon.
“Yoi, mantap put, gimana kabarnya masih di istana nirwana? Oh ya put kamu dapat salam dari pemuda penyendiri di taman sepi, katanya dengar putri khayangan sedang berpuisi gimana gitu?”
“sehat bang, Putri masih tetap di istana nirwana, salam balik ya bang, buat pemuda penyendiri, ach... bang DM aada-ada ajah , putrid tidak ada apa-apanya jika dibandingkan pemuda penyendiri dan bang DM. oh iyah bang, puisi, jadi puisi nggak ni!”
“ha...ha...ha... abang jadi lupa keasikan ngobrol sama putri, okelah put langsung saja” Damaipun menyetel pelan lagu-lagu indah iang dibawakan adele, agar suara putrid terdengar jelas berpuisi, dari seberang sana Putri kayanganpun mulai berpuisi lewat Hpnya.

“GETAR SUARA
Kepadamu getar suara
Dari hembusan angin yang berbisik mesra
 Mengantar rindu pada muara aksara
Melabilakn aku di dermaga rangkaian kata
                Gulungan ombak rasa
                Hempasan riak sukma
                Buih debur buih asmara
                Aku terdampar ditepi pantai cinta
Ingin ku kesana
Mengarungi luas samudra
Jelajahi lautan raya
Dibelahan bumi aksara
                Aksara rasa dari hati yang menyinta
                Dan aksara cinta dari kisah yang tak sempurna
                Kisaran pertengahan April dua ribu empat belas

Oke   bang DM sekian puisi dari Putri, sorry ya bang DM kalau puisi Putri jelek, maklum saja namanya baru belajar, nggak seperti puisi dan lagu-lagu bang DM, Suwer keren-keren.”
Damaipun menjawab, “Ah Putri kamu bisa aja, puisimu tadi keren, empat jempol buat kamu, bahasanya dalam banget, bang DM aja hanyut terbawa suasana dengan putrid berpuisi, oh ya put, minta lagu apa, and ada salam-salam ?” “lagu Fatin ya bang, memilih setia, salam-salamnya buat bang DM yang keren, Pemuda Penyendiri, getar sukma, melodi cinta, putrid Gemini, putra bahari, mawar merah, diah melati dan lain-lain bang, ucapannya met malam mingguan aja, ok bang Putri cabut dulu, Asslamu’alaikum Wr. Wb.” Putri khayanganpun menutup pembicaraannya.
“yoi put, terima kasih, nanti salam-salamnya bang DM sampaikan. Baiklah sahabat Kala FM ceria kita dengarkan lagu permintaan dari teman kita Putri Kayangan, memilih setia dari Fatin Lubis, and jangan lupa bagi yang malam mingguan, ingat-ingat pesan mama ha...ha...ha... ok sahabat setia Kala FM ceria ini dia satu tembang bagus dari Fatin memilih setia, seratus poin empat mega hertz, radio kebanggaan anak muda Kisaran.”
Damai pun menyetel lagu tersebut atas permintaan Putri khayangan yang damai tidak tau siapa nama sebenarnya gadis tersebut. Damai meletakkan control talk di atas meja, ia beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruangan studio menuju kamar mandi yang tak jauh dari ruangan radio, selesai dari kamar mandi Damai tidak langsung menu ruangan studio, namun ia duduk di bangku panjang ruangan santai yang bersebelahan dengan ruangan studio. Disana telah menunggu seorang gadis manis, Damai duduk disamping gadis tersebut.
“Sudah lama la?” ujar damai. “baru, tadi kerumah temem bentar, pas pulang lewat sini, yach iseng-iseng jadi singgah kesini.” “sorry ya la, kalau malam minggu aku tak bisa menemanimu, kuharap kamu mengerti keadaanku,”
“Aku mengerti koq Dam, tuh lagunya mau usai, cepat ke studio,” sela nila, “ok Nila aku nyiar dulu, besok aku kerumah mu, kamu mau nunggu sampai acara ini selesai?” tukas Damai. Nila hanya mengangguk kecil sambil tersenyum manis, Damaipun membalas senyum Nila kekasihnya itu dan bergegas menuju ruang studio kembali, Damai berkicau di mikroponnya membawa salah satu acara radio terpaporit kaula muda, silih berganti anak muda baik pria atau wanita yang memperdengarkan karya-karya indah mereka, baik itu puisi ataupun lagu ciptaan mereka dengan canda yang khas Damai selalu membawa acara tersebut lebih hidup sehingga digemari para pendengarnya baik yang muda maupun yang tua, dalam seminggu Damai hanya dua kali siaran, yaitu pada malam minggu diacara kreasi nada dengan durasi 2 jam dimulai jam 20.00 Wib hingga pukul 22.00 Wib dan malam kamis diacara rentak melayu juga dalam durasai 2 jam dengan waktu yang sama.
Diacara rentak melayu, radio Kala FM ceria mencoba kembali melestarikan budaya melayu lewat acaranya berbalas pantun, disini baik yang muda maupun yang tua sangat suka dengan acara yang Damai bawakan, setidaknya tanah Kisaran, Bumi Asahan rumpun melayu ini, dapat mengenal dan mempertahankan adat budaya resam melayu jangan sampai putra putri Asahan tidak tahu dan mengenal budaya leluhur mereka.
Tidak terasa satu Jam sudah Damai siaran, dari kaca putih pembatas ruang studio dan ruang santai, Nila masih duduk di bangku panjang, dia tersenyum manis pada Damai, Damaipun membalas senyum Nila, seorang pemuda masuk dari pintu samping menuju ruang santai tak lupa melambaikan tangan pada Damai, Damaipun membalas lambaian pemuda tersebut. Pemuda itu bernama Tio yang tak lain penyiar tetap di radio Kala FM ceria, dan tinggal disebelah ruang studio itu juga, sebentar ia bercakap-cakap dengan Nila sebelum menuju kamarnya disebelah ruang studio itu. Sepertinya Tio baru pulang dari malam mingguan menemani kekasih hatinya.
Damai masih menerima telepon dari seorang pemuda dalam acara kreasi nada. Penelpon itu bernama pemuda penyendiri, disini pemuda penyendiri memperdengarkan puisi dan lagu ciptaannya kepada sahabat-sahabat lain pecinta radio Kala FM ceria.


PILIHAN RASA
Aku dahaga
Ditengah gurun fatamorgana
Pemandangan nyata
Kelu lidah ini terasa
                Apakah cinta
                Sedang aku belum mengenalnya
                Apakah rindu
                Sedang aku sendiri belum tahu
Sementara aku merenda hari dengannya
Sedang aku menjalin kasih dengannya
Namun disaat kau hadir
Sungguh rasa ini tersiksa
Aku dikurung setia
Diantara dua pilihan rasa
Ajari aku setia


                RINDU TERINDAH
                                                                Cipt.  Iwan Sekopdarat
Satu ruang hati dalam hidup ini
Terlanjur menyinta merangkai asmara
Walau dirimu tau kau ada yang punya
Walau dirimu tau semua
                REFF
                Maafkanlah diriku, kekasih gelapku
                Bukan aku tak cinta lagi
                Cobalah kau pahami, kuharap engkau mengerti
                Tak mungkin kita harus sembunyi
                Biarkanlah semua kisah yang pernah ada
                Jadi rindu yang terindah waktu masih bersama
(Lagu Rindu Terindah  dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekop Darat).
Dipenghujung acara yang dibawakan damai, ia tersenyum menerima penelpon terakhir yang tak lain Nila kekasih hatinyasendiri, dari kaca putih pembatas ruangan, mata mereka saling beradu pandang dengan mesra, Nila dengan nama samarannya mawar merah, memperdengarkan puisi yang ia ciptakan.
Tio pun kini telah berada di ruangan studio duduk disebelah Damai, dan siap menggantikan Damai siaran, dengan mata terpejam damai mendengar puisi yang disuarakan Nila seakan mencari ruh dari puisi tersebut.


KABUT BIRU
Kabut biru disenandung mega nan syahdu
Taburan awan menghias terang alamku
Pelangi tampak nyata setelah hujan reda
Anganku terbang jauh ke alam sukma
                Haru biru
                Kadang perasaan ini tiada tentu
                Kemana arah dan tujuan
                Rasa hati beroleh rindu
Kepada mu pelukis hati nuansa kalbu
Goresan warnamu semburat rasaku
Bawa aku terbang kealam mimpimu
Ajak aku serta menggapai anganmu
Kabut biru
Selaput rasa hatiku
Dalam cinta dipenghujung rindu

Ketika waktu menunjukkan pukul 22 Wib Damaipun menutup acaranya dengan ceria dan di gantikan oleh penyiar yang lain Damai dan Nila sempat melambaikan tangan kepada Tio sebelum mereka keluar dari ruangan tersebut.
Damai mengantar pulang Nila, dirumah Nila pun Damai tidak begitu lama , mengngat malam makin larut, mereka bertukar cerita sekedarnya, tak lupa sebelum pergi Damai berpamitan kepada orang tua Nila, dengan mengendarai sepeda motor Damai menuju rumahnya.
Damai seorang pemuda pekerja keras dan ulet, ia tergolong dalam keluarga sederhana, ibunya seorang guru SD dan ayahnya seorang supir mobil colt diesel yang mengangkut sawit perkebunan, Damai kini kuliah di Universitas Asahan Fakultas Teknik, uang dari Damai siaran di radio sedikit banyak dapat membantu ia mmbeli keperluannya sendiri, setidaknya orang tua Damai tidak terlalu memikirkan uang saku Damai, jika siang hari ada waktu luang, Damai sering membantu pamannya di bengkel mobil milik pamannya. Damai mempunyai seorang adik laki-laki yang bernama Dani, Dani masih duduk dibangku Sekolah Dasar kelas lima, Damai sanagt menyayangi keluarganya.
Nila adalah pacar Damai anak seorang pengusaha di Kota Kisaran, Nila kini melanjutkan sekolahnya di salah satu perguruan tinggi Kota  Medan tepatnya di Universitas Sumatera Utara (USU), dua tahun sudah Nila menimba ilmu disana, jarak yang memisahkan mereka, tidak membuat cinta Damai luntur, rasa itu tetap sama, sama seperti dulu sewaktu mereka masih duduk di bangku Sekolah menengah umum, jika ada liburan Nila selalu menyempatkan pulang ke Kisaran untuk bertemu orang tua dan kekasih hatinya.

BAGIAN 2
Rembulan masih bergayut manja, malam makin meninggi, kerlip bintang menerangi angkasa, taburan sinar di sisi waktu yang misteri, ditempat tidurnya Nila coba memejamkan matanya, Nila gelisah membayangkan satu wajah selalu ada dibenaknya, tak terasa sebulir air mata jatuh menetes di pipinya “maafkan aku Damai” bisik hatinya.
Nila merasa amat bersalah pada Damai setahun belakangan ini, Nila memiliki hubungan khusus dengan pria lain, ia telah menerima Alek menjadi kekasih hatinya, walaupun Damai tidak jauh, jauh dilubuk hati Nila ia merasa berdosa pada Damai, yang telah mendustakan kisah kasih kasih mereka, jujur diakui Nila juga menyukai Alek anak Medan yang jauh lebih tampan juga lebih kaya dari Damai, namun satu yang tidak dimiliki Alek, yaitu ketenangan dan kesederhanaan bersama Damai, Nila merasa lebih tenang dan nyaman, dua wajah pemuda silih berganti di benak Nila, sampai kapan ia harus berdusta pada Damai? akhirnya Nilapun tertidur dengan pikiran yang berkecambuk tiada tentu.
Satu minggu Nila di Kisaran, satu minggu jua Damai selalu menemani Nila, mereka selalu berdua pergi kemana – mana, Damai merasa kali ini Nila agak lain dari biasanya, sekarang Nila lebih sering melamun ketika diajak bicara, Damai hanya menduga apakah Nila mulai bosan dengan hubungan ini atau apakah Nila sudah berpindah hati? Segera Damai buang jauh-jauh prasangka-prasangka tersebut. “ah sudah lah, jika aku diijinkan, jodoh pasti bertemu,” bisik batin Damai, menghibur hatinya sendiri. Memang lain dirasakan Damai setahun belakangan ini. Nila sudah jarang menelepon Damai, jika Damai menghubungi ke Hp Nila pun jarang aktif, paling ketika diangkat Nila selalu mengatakan sekarang banyak tugas, sibuk di perkuliahan dan banyak lagi alasan yang dikemukakan Nila, Damai hanya berpikiran positif menanggapai semua alas an yang dikemukakan Nila, Damai coba memaklumi semuanya sekembalinya Nila ke Kota Medan tempat dimana Nila menimba ilmu, aktivitas Damai kembali sepertinya. Menjadi montir di bengkel pamannya, atau kuliah dan malamnya Damai siaran di radio Kala FM Ceria, kalaupun tidak lagi siaran Damai sering juga nongkrong bersama teman-teman di halaman depan radio kala FM Ceria seperti halnya malam ini, yaitu malam kamis dimana Damai kembali siaran di acara rentak melayu. Jika di acara kreasi nada Damai lebih menyapa hangat kaula muda maka diacara rentak melayu, Damai membaur dengan orang-orang tua yang dapat berpantun dengan indah, karena itu baik yang muda maupun yang tua sangat menyukai Damai yang dapat menyatu baik kepada semua orang.
Dengan candaan segar Damai memulai kata sambutannya, dari satu pantun yang ia lempar kepada pendengar radio karangan kala FM ceria, maka acara berbalas pantun lewat teleponpun dimulai.
“malam Kala FM Ceria, rentak melayu”
“malam jugo wak DM, Assalamu’alaikum Wr. Wb.” Jawab sipenelpon
“waalaikumsalam Wr. Wb. dengan siapo, dimano, jangan lupo wak, passwordnyo, kalao dak paham password, kata kuncinyo” jawab Damai.
“biasolah wak DM dengan wak alang di jalan dipo, aih sampai lupo passwordnyo, setambat setangkahan, anak melayu tanah asahan.” jawab penelpon yang bernama wak alang.
“aih mak jang, kito dipanggil wak, bolum pun kawin, masih mudo nih wak alang.” canda Damai “biar lobih akrab sebutan wak DM tu, hahahaha... jadi macam mano boleh kito mulai pantun kito ini?” sela wak alang.
“lanjut wak alang, biar kito libas malam hari ini, ha...ha...ha...” tumpal Damai.
“ha, dongar yo,
balari atok ka kampong bayam
menari cucu rontak semilan
dikiri entok di kanan ayam
yang mano dulu ondak dimakan
jadi wak DM sekian pantun dari wak Alang, kita tunggu orang menjawabnyo,” “ayo wak Alang kito tunggu.” ujar Damai “okelah kalau begitu, jangan lupo salam untuk semuo, wak alang pogi dulu, Assalamu’alaikum Wr. Wb.” jawab wak Alangdari Hp nya. waalaikumsalam Wr. Wb. ya itu tadi pantun dari wak Alang, kito tunggu adokah satu pendengar menjawabnyo.” tak lama kemudian terdengar suara dering telepon, damaipun segera mengangkat telepon tersebut. “slamat malam, rentak melayu siapo dimano?”
“Assalamu’alaikum Wr. Wb., malam jugo, setambat setangkahan, anak melayu Asahan, ini dongan wak Jahar di simpang Kawat” jawab penelpon yang bernama wak Jahar
“baru muncul wak jahar, macam mano kabarnyo?”
“sehat wal’afiat wak DM, cumo kantong sajo yang kurang seha, ha...ha...ha...” tukas wak jahar dari teleponnya. “karang kantong yang lain, bajayo kito, ha...ha...ha... jadi kito balas pantunyo wak Alang tadi?”
“tontulah wak DM, ini diyo kito balas patunnyo wak Alang, dongar baik – baik yo,,,
mamerah mato wak Alang
tapolanting ka somak-somak
tasorah mano pilihan
yang taponting bagulai lomak
ha...ha...ha... biar tabakar janggut wak alang kau itu ha...ha...ha... sudah dulu wak DM Assalamu’alaikum Wr. Wb.” tutup wak jahar. “waalaikum salam Wr. Wb. ha...ha...ha... ado-ado sajo wak jahar kito ini, jadi biar aku tambahkan pantunnyo tadi
ka polanting ka somak-somak
tapikiran si bini mudo
yang taponting gulai lomak
sambal belacan jangan dilupo
okay baiklah para pendengar yang setio kala FM ceria, masih bersama sayo yang ditambalkan orang tuo tu dongan sebutan wak DM, kito dongar dendang nan merdu  dari Iyeth Bustami dengan lagu laksmana raja dilaut, seratus poin empat, radio kebanggaan kito Kala FM cerio, ini dio lagu Iyeth Bustami”
Damai pun menyetel lagu Iyeth Bustami dari laptop studio tersebut. Damai melepaskan control talk yang tadi berada di kedua telinganya ke leher, Damai meregangkan pinggangnya sambil merentangkan kedua tangan sekedar meregangkan otot-ototnyanya, acara rentak melayu begitu hidup dengan canda dan gaya Damai yang disukai banyak penggemarnya, Damai selalu melempar obrolan-obrolan segar, guyonan, menghibur yang dipersembahkan daai dengan suara machonya.

  Bersambung ke Jilid II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar