Senin, 20 Februari 2012

buku " FATWA CINTA" Bag. II

buku " FATWA CINTA" Bag. II

oleh Iwan Sekopdarat pada 17 Februari 2012 pukul 10:17 ·
Tuah Pusaka Pembelah Makna
                                                                             Karya : iwansekopdarat
Keris tercabut dari warangka
Menengahi angkara dalam ikatan makna
Pada keris yang bertahta Tuah Pusaka
Disepihak ingin berbakti pada negri
Disepihak menurutkan kata hati
Dengan caranya sendiri ……
Ikatan makna ternoda
Oleh hukum yang dibuat manusia
Saling serang, saling terjang, terkam dan cengkram
Diselingi teriak yang berkumandang
Penyesalan terabaikan
Dipenghujung rintihan gaung erangan terlerai sudah
Satu tikaman membuat usai pertikaian
Darah menganak sungai
Laksemana terhunyung lunglai
Membekap luka yang masih menganga
Membalutinya dengan cindai sutra
Dipangkuan makna yang bersengketa
Ia dipanggil menghadap sang Pencipta
Adakah yang mati dengan menyanggah ketidakadilan
Ataukah yang hidup berpedoman menumpas kezaliman
Biarlah ia menjadi soaian
Namun ingatlah
Petuah – petuah laksamana
Yang mati dan yang melegenda
Terngiang sepanjang masa
Yang mati menyuarakan
Raja alim raja disembah
Raja zalim raja disanggah
Dan yang hidup dengan petuah
Takkan melayu hilang di bumi

Terkadang makna menyesuaikan suasana. Pada masa yang berbeda cara pengungkapan atau cara penyampaian. Pada roman picisan selembar surat masih ku simpan, satu kenangan yang tak terlupakan, kucintai dalam puisi.



















  “Suratmu”
                              Karya : iwansekopdarat
Suratmu dulu masih padaku
Bertulis tinta biru tua
Dikertas merah muda
Yang bersampul biru syahdu
Slalu kujaga
Ku simpan dan ku baca kala hati merindu
Kisah kita kau gores di tinta biru
Kenangan lalu waktu masih bersamamu
Kini zaman telah berubah
Tinta dan kertas terlindas
Dengan alat telematika yang cerdas
Tiada lagi gaya bahasa
Madah penyanjung cerita
Yang tertuang dari tinta
Berganti dengan pesan singkat
Langsung dibaca tanpa diingat
Dapat dihapus sesuai niat
Zaman boleh berubah
Adakah madah boleh musnah?
Surat yang bersampul biru
Menjadi saksi bisu
Dari alat telematika
Yang melesat laju
Biarlah kenangan itu
Bagian dari hidupku
Kujaga dan kubaca slalu
Kala hati merindu

          Emak pun pernah bercerita, mengajarkan kecintaan pada keimanan yang kuuntai berlapis syair.



















                   “Sepenggal Kisah Negri Kayangan”
                                                              Karya : iwansekopdarat
Mak…engkau pernah bercerita
Tentang kisah di surga
Yang ku ingat sepanjang masa
Semua malaikat turun menari
Burung nirwana terbang kesana kemari
Aneka bunga mekar harum mewangi
Melantunkan kidung cinta di alam hakiki
Kembang tetap mekar tak gugur dan layu lagi
Aku bertanya padamu mak
Bagaimana cara kesana kelak?
Satu petuah dari madah yang berlapis kiasan
Kau rangkai dalam untaian
Menyemat lumut di tepi
Sebentuk menghias jari
Makrifat selimut hati
Tawadduk berikhlas diri
Ingin aku melihat negri kayangan
Pemilik Dzat Yang Maha Penyayang
Semoga doa dikabulkan
Dari telapak tangan hamba Tuhan
Agar kelak kita dipertemukan
Dinegri kayangan
Yang dulu pernah engkau ceritakan
Akan makna cinta yang engkau untaikan.

Kembali kubertanya kepada mereka tentang makna cinta.
          Kepada pandai besi aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah tempahan, tempahan hati, tempahan rasa yang melebur ke dalam bara, jangan sampai tergenggam bara, sakitnya kan terasa”.
          Kepada nakhoda aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah lautan yang bertepi pada kemudi penentu haluan untuk diarungi gelombang, badai dan topan yang menanti. Sigap layar terkembang jangan patah anjungan, karam tiada tertahan, hendaklah ia berpedoman
                   Berujar seumuran
                   Tersemat ditadahkan
                   Berlayar setujuan
                   Bertambat setangkahan
          Kepada tukang batu aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah keteguhan, laksana batu ia keras, laksana air ia terbilas, perlahan batu kan jua hancur, pada tetesan air yang tercucur”
          Kepada karyawan aku juga bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah pekerjaan, pekerjaan yang dimulai dengan rasa tanpa beban di jiwa. Pekerjaan yang menuntut kedewasaan, pekerjaan yang tidak bisa dititipkan tanpa paksaan, penuh pengorbanan.
          Kepada pemadam kebakaran aku bertanya tentang hal yang sama, mereka menjawab “cinta adalah api, api yang harus dijaga, dipadamkan jika ia menyala bagai raja disulut, andai dingin menerpa rasa, bak kata petuah lama tampil menawan biar tertawan, kecil berkawan besarpun lawan”.
          Kepada pengemis aku bertanya dengan soalan yang serupa, mereka menjawab “cinta adalah permintaan dengan tengadah tangan mengiba kehidupan permintaan hati semoga kelak yang  mengasihi di balas di hari nanti”.
          Kepada penderma aku bertanya juga dalam soalan yang sama, mereka menjawab “cinta adalah pemberian, pemberian yang kesungguhan hati bukan nominal menjadi ukuran, bukan juga bentuk yang menjadi bagian, namun untaian belas kasih yang bertasbih”.
          Kepada nelayan aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta adalah pengharapan, pengharapan pada kenyataan, pengharapan pada kehidupan bagaikan jala yang dilempar di lautan, suatu pengharapan pada hasil yang lumayan”.
          Kepada penegak hukum aku bertanya tentang makna cinta, mereka menjawab “maknanya adalah pengayoman yang dilandasi dengan pengetahuan bukan kekerasan ujung penyelesaian, bukan kekuatan ujung pengecualian”.
          Kepada ahli hukum aku bertanya tentang makna yang sama, mereka menjawab “maknanya adalah ketentuan, ketentuan dari pasal – pasal yang tiada tersurat namun ia tersirat. Ketentuan – ketentuan hak insani dari anugrah Dzat Yang Maha Tinggi”.
          Kepada ahli fikir aku bertanya tentang cinta, mereka menjawab “cinta adalah pengetahuan, pengetahuan yang dilandasi dengan pembelajaran. Pembelajaran dari diri untuk dimengerti”.
          Kepada orang yang ditinggal mati pasangan aku bertanya, mereka menjawabnya “cinta adalah ketabahan, ketabahan hati pada cabaran diri kepada makna yang misteri, haruslah berserah diri tiada indah untuk mengulanginya lagi jika cerita berakhir mati maka kisahnya tetaplah abadi”.








                   “Ku mengenang”
                                                Cipt. Iwansekopdarat

  G         Dmy
Aku sendiri
             Amn           C                    G
Mengenang cinta yang tak akan mati
   G              Dmy           Amn
Dan aku sendiri mengenang
         C                            G
Kau yang tak pernah kembali
  C        G   Dmy   Amn
Semoga kau tenang
  G     Dmy        Amn       C           G
Aku berharap agar damai disisinya
  G     Dmy        Amn                     C                    G
Aku berharap agar kau tenang ditemani dewa dewi
  G      Dmy         Amn         C                G
Aku mengenang hanya engkau dalam hati
  G      Dmy             Amn                 C                  G
Aku mengenang cinta yang suci tetap abadi dihati
  Dmy   Amn  C                     G
Ho…ho…ho tak pernah kembali
 Dmy    Amn  C                    G
Ho…ho…ho kini kau tlah pergi

( lagu “ Ku mengenang “ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )













  Setangkup hati kulerai lewat puisi.

                              Merangkap sejuk di hulu
                             Lanai menepak kasih
                             Bertangkup di pucuk bambu
                             Tersemai di tepak selasih
          Lanai menepak kasih
          Lerai pun berselisih
          Tersemai ditepak selasih
          Menuai di nampan sirih
                             Lerai pun berselisih
                             Benci setara dengki
                             Menuai di nampan sirih
                             Kunci membuka hati
                                                Benci setara dengki
                                                Terbendung mazhab terpatri
                                                Kunci membuka diri
                                                Berlindung di Dzat tertinggi

          Pada maknanya maka rindu jalannya ditikungan asa dipersimpangan rasa akan aksara yang tersemat, dari rindu yang terkebat oleh sair 4 kerat.









                   Basah terselubung
                   Di baju tak berbenang
                   Resah membubung
                   Rindu yang tergenang
                                      Di baju tak berbenang
                                      Di perca berhamparan
                                      Rindu yang tergenang
                                      Rasa hampa haluan
                   Di perca berhamparan
                   Bertali menjulang kata
                   Rasa hampa haluan
                   Bagai kemudi hilang nakhoda
                                      Bertali menjulang kata
                                      Di aksara tanpa anjungan
                                      Bagai kembali hilang nakhoda
                                      Laksana berlayar tak bertujuan
                   Di aksara tanpa anjungan
                   Diwarangka berhulu sematkan
                   Laksana berlayar tanpa tujuan
                   Kemana perahu kan ditambatkan
                                      Diwarangka berhulu sematkan
                                      Beri sesuatu disuapkan
                                      Kemana perahu kan ditambatkan
                                      Hati merindu tak bertuan



          Kembali aku bertanya, bertanya tentang makna cinta kepada pengusaha, mereka menjawab “ cinta adalah usaha, dari kerja keras yang nyata, keuntungan dapat diraih jika jujur dan bersih.
          Kepada Dokter aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta laksana obat, penawar pada penyakit pencegahan pada yang sakit, kadang terasa pahit, meneguknya mungkin sulit, terkadang pada yang sakit cinta baginya penyakit, penyakit yang terjangkit hingga susah ia untuk bangkit, pada yang sembuh dari sakit cinta baginya mukjizat, mukjizat pada makrifat yang dirisalahnya atas anugrah dari Yang Maha Dzat.
          Kepada tukang bangunan aku bertanya dengan hal yang serupa, mereka menjawab “cinta itu bagai pondasi, jika tak kuat pondasinya maka rubuhlah bangunannya dan jika pondasi kokoh maka kokoh jualah bangunannya”.
          Malam semakin larut, sedetik pun tiada mata ini turut, aku pernah menulis kisah roman picisan yang sederhana, ku ikuti alur pikiran yang diwakili tinta, bercerita tentang tentang sepenggal rindu yang dibawa mati, keikhlasannya teruji, dari kisahnya yang abadi, yang ditinggal pergi, membawa kisah rindu itu untuk disuarakan pada dunia, lewat sair yang diuntai menjadi gubahan lagu (untuk lebih jelasnya baca novel tentang rindu 1 dan tentang rindu 2  karya iwansekopdarat).
          Baris – baris sair yang dirangkai olehnya sebelum menghadap Yang Kuasa, ia lantunkan pada nada yang bersenandung syahdu, sebagai tanda baginya untuk orang yang ditinggalkannya. Adapun baris – baris syair itu sebagai berikut.










                    Bermimpilah
                   Bagaikan pelangi pagi
                   Berserilah
                   Bagaikan melati
                   Berhias rindu penawar rasa hati
                   Bertahta dalam rasa ini
                   Diperjalanan cinta yang kulalui
                   Dipersimpangan rasa rindu ini
                   Ditikungan hati kutatap pelangi
                   Bias sinar ke alam mimpi
                   Biarlah ku bermimpi
                   Penawar rasa hati
                   Biarlah kulewati
                   Rasa rindu di hati
                   Bersama pelangi
                   Bertemankan mimpi
                   Bersama melati di hati.









          Akan kerinduan pada alam, teman dan handaitolan jua kampung halaman. Kubercerita tentang air yang mengalir disela – sela bebatuan pada kumpulan dari nuansa simponi alam. Mata air pegunungan berkisah keindahan kala air melompat berkejaran melewati ruas – ruas batu.
          Dari kejauhan lembayung jingga merona tatarku menerawang dari bibir pantai menyaksikan mentari yang sekejap lagi terpelanting laksana cahaya menembus tepian mega. Sinar lembutnya membelah angkasa, berhias pelangi pada siluet cakrawala, jika ia merupakan kisah maka kenanganlah ceritanya (disadur dari puisi pada halaman depan novel tentang rindu  2 karya iwansekopdarat)
          Pagi mulai menampakkan diri, menamparku dari mimpi, kembali ku kayuh semangat, dengan nafas tersengal keringat, demi masa sekerat, mengais rizki yang muddharat.
          Tak lupa dikekosongan waktu aku bertanya tentang makna cinta, kepada sopir aku bertanya, mereka menjawab “cinta adalah tanggung jawab, tanggung jawab bagaikan ia yang mengemudikan kendaraan, tanggung jawab untuk jiwa yang selamat, tanggung jawab dari amanat”.
          Kepada pegawai pemerintahan aku bertanya tentang hal yang sama, mereka menjawab “cinta adalah kejujuran, kejujuran yang terpatri tanpa berendus kepura-puraan, kejujuran dari hati tanpa berkelas kewenangan”.
          Kepada petani aku bertanya tentang perumpamaan cinta, mereka menjawab “cinta bagai tanaman yang harus dijaga dan dilindungi, terus dipupuk agar ia tak layu, dirawat dengan hati agar tetap berseri”.
          Kepada angin aku bertanya tentang cinta angin menjawab “aku bagian dari cinta, yang berhembus diseluruh penjuru dunia, walau tak terlihat oleh mata, aku terus bekerja tanpa kenal masa aku tiada warna, aku tiada rupa namun aku terasa bagi semua makhluk ciptaan-Nya”.
          Kepada api aku bertanya tentang cinta api menjawab, “aku bagian dari cinta, yang memberikan cahaya, cahaya digelap gulita, pada insan yang ngelangsa”.
Kepada air aku bertanya tentang hal yang serupa air menjawab, “aku pun bagian dari cinta, yang mengalir melewati batas rasa, menyejukkan yang dahaga, menyirami makna pada insan yang bertanya”.
Kepada tanah aku bertanya tentang makna cinta, tanah menjawab “aku juga bagian dari cinta, tempatmu meletakkan rasa diatasnya, sebagai alas dunia bagian dari alam fana yang pernah dipijakkan makhluk – makhluk terdahulu dengan beragam cinta”.
Kepada lautan aku bertanya tentang hal yang sama, lautan menjawab “aku juga bagian dari cinta, pada wadah semua kisah ku tadah, untuk mengarungi makna untukmelewati rasa”
Kepada matahari aku bertanya tentang sinar cinta, matahari mwnjawab “aku bagian dari sinarnya, menelusuri setiap ruang pada bayang, benderang pada pandang, dengan terik kumenyemangati akan hal yang peduli”.
Kepada bulan dan bintang aku bertanya tentang sinar cinta, bulan dan bintang menjawab “aku juga bagian dari sinarnya yang menggantikan teriknya siang pada teduhnya malam, sesaknya petang pada syahdu temaram dikiaskan pada maknanya, dibiaskan pada madahnya”.
Pada langit aku bertanya tentang makna cinta, langit menjawab “aku bagian darinya yang memayungi dengan makna, menaungi dari rasa, bagai tiada berbatas misteri dalam luas, tak bertiang dan tiada bersangga, meraungi makna dengan rela”.
Kepada hutan aku bertanya tentang makna cinta, hutan pun menjawab “aku bagian darinya yang ikut menaungi dengan makna, diantara akar – akar rasa pada paru – paru dunia, memayungi daya, akan berkah yang dianugerahi pada maknanya”.
Kepada pelangi aku bertanya tentang makna cinta, pelangi menjawab “aku pun bagian darinya dengan warna ku ekspresikan makna, hadirku pada nuansa, bergelayut di cakrawala, warna tiada rupa, tatar pada mata”.
Kepada alam dan jagat raya aku bertanya tentang cinta, alam dan seisinya menjawab “cinta adalah simponi, simponi yang diberitakan air, tanah, angin, api dan lain sebagainya yang mencakup alam seisinya”.
Pada soalan aku bertanya, dipenghujung tinta akan makna yang membahana, pada jawaban yang tertera, tiada ku menggenapinya atau ku mengumpulkannya, pada beribu wajah aku bertanya sudah, hingga lupa aku berkilah pada diri yang berselah.
Malam makin larut, namun mata tak jua turut, dari gitar akan dawai senarnya yang bergetar, cobaku sejenak berujar, pada baris – baris sair berlapis nada tiadaku bertukar.
Pada gitar aku bertanya tentang cinta, gitar menjawab “aku jua bagian darinya dari unsur – unsur yang berbeda, aku tercipta memberitakan makna pada petik kidung malam, aku untaian, untaian dari makna yang menjulang”.
Dari tangan yang memetiknya aku bertanya tentang fatwa cinta, tangan menjawab “aku bagian dari maknanya, yang menuliskan kisah pada tinta madahnya, yang bersidekap penuh harap”.
Pada kaki aku bertanya tentang fatwa cinta, kaki menjawab “aku bagian dari maknanya, menyangga madahnya, menopang marwahnya, berpijak akan hal teruji, tiadaku berkecuali”.
Kepada mata aku bertanya tentang hal yang sama, mata menjawab “aku bagian dari maknanya melihat warna dari rupa, noda dari nista, tiadaku bersengketa, namun ku berupaya”.
Kepada telinga aku bertanya tentang soal yang serupa telinga menjawab “aku juga bagian dari maknanya, gaung ku meresap diantara usap, mendengar pada ujar, dari alam bawah sadar, peka ku tiada memudar”.
Kepada hidung aku bertanya tentang fatwa cinta, hidung menjawab “aku pun bagian dari maknanya, menghirup nafas pada anugrah, anugrah yang terpatri, anugrah yang hakiki”.
Kepada mulut aku bertanya tentang fatwa cinta, mulut pun menjawab “aku bagian dari maknanya yang menyuarakan secara nyata, pada kata – kata berpaduan lewat ucapan, tiadaku bertentangan”.
Kepada ruas – ruas raga aku bertanya tentang fatwa cinta, ruas – ruas raga menjawab “aku bagian dari maknanya, pada gerak kumenandakan, pada gerak ku tiada menahan, menurut dari yang jadi, mengikut pada menguji”.
Kepada pikiran aku bertanya tentang fatwa cinta, pikiran menjawab “aku bagian dari maknanya, dengan ilmu mengupas madahnya, dalam ilmu kumengenal Yang Maha Kuasa, yang memberi anugrah pada maknanya”.
Kepada jantung aku bertanya tentang fatwa yang sama jantung menjawab “aku jua bagian dari maknanya pada detak terkadang ku retak, pada denyut nadi terkadang ku berhenti, namun maknanya tidak pernah mati, berkalang resah tiada bertepi, ku menurut hak yang terpatri, sekalipun tercabut, tiada kisah ia turut”.
Kepada hati aku bertanya tentang fatwa cinta, hati menjawab “akulah bagian – bagian atau unsur – unsur dari yang disebut, maknanya keikhlasan, keikhlasan yang terpatri di jiwa yang hakiki, keikhlasan tiada syarat, keikhlasan tak berharap, dari harta dunia yang bersebab, keikhlasan akan kemurnian anugrah atas karunia Dzat Yang Maha Tinggi, keikhlasan akan kesucian berkah atas karunia Dzat Yang Maha Pemberi”.
Kepada ruh aku bertanya tentang fatwa cinta, Ruh menjawab “bagai angin tiada rupa, bagai rasa tiada warna, bagai makna tiada bentuk, tiada sempurna ilmu dunia untuk mengetahui hal yang tidak nyata namun ada sekalipun aku berkisah, ianya keikhlasan hati cukup mengaguminya jangan mengagungkannya, agungkan pada Dzat Yang Maha Pemberi anugrah maknanya, yang bertahta pada kerajaan alam semesta beserta isinya, keikhlasan hati dengan cahayanya, tiada ia membawa jalan yang tersesat, menyeru yang bermakrifat, tarekat yang berhakikat syariat namun dari semuanya, berpedomanlah pada Yang Maha Kuasa.
Akan keikhlasan hati pada maknanya, sekalipun mengagumi dalam hidup, dalam hati, dalam nafas, akan rindu, akan angan, akan rasa jika ridhonya belum berkehendak maka ikhlaskan ia dengan tawadduk maknanya, bagai misteri dari kemurahan Dzat Yang Maha Tinggi meridhonya untuk memberkahi.
Pada keikhlasan hati ku gubah dalam lagu yang berkait puisi.

                   I Say to Give end Goodbye
                                                       Cipt. iwansekopdarat

Amn                  G
In my life this, in my heart this
F                           E                           Amn
In my breath this, only you that my love
Amn                    G
In to long this, in my thought this
 F                         E
In my feeling this, only you
Dmn                     Amn
Now only memory residuari
 G                                Amn
So sweet matter you and me
 Dmn                                   Amn           G
That will do to night rain intering, my feeling
                   C     G    Amn         F
Reff            I miss you, your self
                               C               G
                   Your face, your eyes
                   C      G   Amn          F
                   I miss you, your smile
                               G               C
                   Your style, your joke
 C                       F                G
And to want always, I miss you
            C                            Amn
In my live dead and my breath
           F         G            C
I say to give end goodbye


Kepada satu raga engkau menjelma, menaungi makna pada keikhlasan, tiada berbalas yang engkau tanamkan ilmu yang mumpuni
          Tawadduk berserah diri
                   Memohon bertuas doa
          Ibu dari insani
                   Induk dari hewani
                             Pohon dari tunasnya
Padamu pahlawan dari maknanya yang mengajarkan madah sesungguhnya, dari untaian tiada engkau bertadah balas, dari kehidupan tiada engkau berkelah alas.





          “ Lagu Buat Emak 2 “
                                   Cipt. iwansekopdarat
C                           F            C
Lelahmu emak tak kau rasakan
D        A    F      G
Demi aku anakmu
C                           F             C
Letihmu emak tak kau hiraukan
D       A    G      C
Demi aku anakmu
C       G                  A                G             C
Semua pengorbananmu tak terhingga waktu
C       G                 A                D              G
Keriput tua di wajahmu, tiada lelah bagimu
                   G    A                                 F
Reff            Emak tersayang, dengan cintamu
                             G                 C             D
                   Tulus kau bimbing aku, dengan kasihmu
                        A                               G
                   Dengan sayangmu, demi aku anakmu
                   G    A                         F
                   Emak tersayang jauh sudah jalan
                               G                  C            D
                   Kau lewati tanpa bimbang, dengan kasihmu
                           A                           G         A
                   Dengan sayangmu, demi aku anakmu
                      A       D                A                    G                C
                   Akan semua pengorbananmu tak mampu terbalas
                         D              A                              E           A
                   Akan semua kasih sayangmu, demi aku anakmu

( “ Lagu Buat Emak 2“ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )








“ Lagu Buat Emak 3 “
                                          Cipt. iwansekopdarat
Amn           G              Dmn           Amn
Tubuh tua dan renta, engkau emak tercinta
Dmn                Amn           E
Semangat terus menyala, dalam dada
  Amn           G             Dmn               Amn
Keriput diraut wajah, engkau emak tercinta
       Dmn           Amn                  E
Dengan tulus kasih menyerta, dalam dada
E         F      Amn  G            Amn       F         E
Seperti embun kasih sayangmu, laksana bunga
                   E                        Amn
Reff            Harummu sampai ke surga
                   G                          C
                   Mewangi dipenjuru dunia
                   Dmn                    Amn
                   Kasihmu melebih samudra
                   E                         Amn
                   Luas dan tak terkira
                             E                          Amn
                             Indahmu sepanjang masa
                              G                    C
                             Mewarnai penuh pesona
                             Dmn                    Amn
                             Sayangmu melebih angkasa
                               E                           Amn
                             Tinggi dan tak terhingga

(  “ Lagu Buat Emak 3“ dapat didengar di youtube dipencarian iwansekopdarat )

(Untuk lagu buat emak 1, anda bisa membaca liriknya di novel tentang rindu 1 karya iwansekopdarat).



          “ Ibu “
Ibu...
Tiada lelah bagi dunia untuk bersimpuh di kakimu
Dari jiwa – jiwa ngelangsa
Bertali makna berujung rasa
Engkau sirami dengan cinta
Ibu…
Penyebutmu tiada berbilang benua dan samudra
Tak terkias kata menembus cakrawala dimaknamu
Tapakmu penanda surga
Dari hati – hati hampa
Menyeru rupa berpaling mata
Engkau sejukkan dengan cinta
Ibu…
Terlalu banyak kata pada puisi dunia
Namun tiada pernah lelah untuk memuja
Tiada hilang di aksara tiada pudar pada makna
Bak lukisan alam semesta
Kasihmu melukisnya

                                                Karya : iwansekopdarat





“Berkelah tuas di tepi
Disisip tempahan makna
Bertampuk dilorong diri
Tersalah menulis jari
Tersilaf padanan kata
Maafku tolong ajari
                   Landai muara berhulu rasa
                   Tiada ku tantang memutuskan
                   Bagai kelana aku bertanya
                   Jika menyimpang diluruskan
Aku tiada ilmu
Goresanku tiada tentu
Bagai igauan di masa lalu
Aku tiada ilmu
Bermadah dari perahu
Kepada tuan yang tau
Ajari aku barang sekuku
Aku tiada ilmu
Dari dunia soalan hidup
Dari rupa tiadaku bisa
Agar ilmu bisa ku hirup
                             Jika sudi fatwa memberi
                             Niscaya maaf ku sepuluh jari”

SELESAI

BIODATA PENULIS
Lahir di Dabosingkep, Kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab disapa Iwan, tumbuh dan besar di kampung sekopdarat (Dabosingkep). Beragama Islam, berjenis kelamin laki – laki, dan kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara. Berprofesi sebagai pedagang sayuran di pasar kartini, Kisaran dan juga pedagang di pasar kaget (pekan) di sekitar kota Kisaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar