KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT saya
ucapkan atas selesainya penulisan buku ini. Tanpa ridho dan petunjuk dari -Nya
mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
Satu buku yang terdiri dari kumpulan puisi, sajak
dan cerpen. Renungan diri, pemahaman iman, maksud hati dan gerak rasa dalam
goresan tinta aksara yang tersusun indah. Setidaknya dalam buku ini dapat
menjadi inspirasi bagi pembaca. Menciptakan puisi-puisi atau sajak yang jauh
lebih indah.
Kisaran, Awal 2014
Penulis
Iwan Sekopdarat
Mencari Jejak
Merambat pelan
Semakin rapuh
Kelak tertelan
Renta lantak luluh
Batang usia semakin tingggi
Sedang bekal tiada di badan
Mengejar waktu berlari
Bersoal dalam kiasan
Mencari jejak dari yang
tertinggal
Meruba celah dari yang
terbiar
Menghitung langkah dari
yang terkuas
Mengirim angan dari
yang terpenggal
Selagi ada sebelum terasa
Selagi ada sebelum tiada
Hanya doa
Hanya doa, baju dari angan mimpi
Sujud sebelum bermaksud
Dalam khusuk
Hening bersahut-sahut
Jauh Kutelah
Jauh kutelah
Memandang keatas
menggantang kertas
Memandang kebawah
memikul lelah
Seutar, sebilah jauh ku
sudah
Jauh kutelah
Mendaki puncak kerinduan
Menurunio ngarai kebimbangan
Peluh sedu sedan jauh kusudah
Jauh kutelah
Melewati dua tiga pulau
dalam langkah
Sesuap segantang dalam
wadah
Jariku perah jauh
kusudah
Jah ku telah
Jauh ku sudah
Jangan lengah
Dalam lelah
Api Unggun Dalam Hati
Api Unggun Dalam Hati
Membakar diri
Gemeritiknya sahut
menari-nari
Menerangi jalan mimpi
Nyalanya riap-riap
Baranya tiada berasap
Api ungun dalam hati
Di hamparan sanubari
Member cahaya pada
pikiran
Bias sinarnya menembusi
ruang angan
Dalam hati
Api unggun dinyalakan
Dengan hati api unggun
di ibaratkan
Dijaga terary jangan redup atau padam
Dari hati
Api unggun itu diam
Disaat kuas menyapu kerut wajah
Yang terlalu mencintai
kecantikan wajah
Yang terlalu menyayangi
lekuk tubuh dan raganya
Tiadalah berkat
selamanya
Tidak abadi tidak
sempurna
Saat waktu dengan masa
berubah
Yang terlalu mencintai
keindahan dunia
Yang terlalu menyayangi
kemolekan rupa
Iakan luntur dimakan
usia
Iakan pudar ditelan
masa
Berputar
Seiring waktu emberi
petanda
Disaat kuas menyapu
kerut wajah
Sadarlah semua tlah
berubah
Tiada lagi untuk di pongah
Dari keindahan rupa
kecantikan wajah
Hanya sementara kelak
kan berubah
Galilah yang hakiki,
sempurna dan abadi
Iner beauty
Istighfar
Cipt.
Iwan sekopdarat
Subhanallah,
Walhamdulillah
Wala illa ha illaullah
. . . huawllahuakbar (2x)
Maha suci Allah selain
Allah
Allah yang maha besar
RF :
Dengan menyebut namamu ya Allah
Berilah petunjuk dan hidayah
Dengan menyebut namamu ya Allah
Ampinilah hambamu ya Allah
Ya allah
Astaghfirullah (2x0
(Lagu istighfar dapat
di dengar di Youtube di pencarian iwan sekopdarat)
Keindahan
Keindahan Suara
Membuat mata terpejam lena
Keindahan rupa
Membuat rupa terbang
keangkasa
Keindahan dunia
Membuat cinta
melang-lang buana
Keindahan bunyi
Membuat bibir ingin
bernyanyi
Keindahan hati
Menjadikan diri
Satu keikhlasan hakiki
TIADA TERBILANG
Satu tiada terbilng dua
Tentulah yang maha tahu
lagi maha kuasa
Dua tiada terbilang
tiga
Ialah mata tangan kaki telinga
Tiga tiada terbilang
empat
Disitu letak rizki
jodoh dan maut
Empat tiada terbilang
lima
Kitab-kitab yang
difirmankan nya
Lima tiada terbilang
enam
Suatu rukun dalam islam
Enam tiada terbilang
tujuh
Ketentuan iman dalam
bertawajuh
Tujuh tiada terbilang
delapan
Letak-letak surge dalam
tiap-tiap amalan
NAGAM
Dari nagam karangan
mutiara
Merangkai satu nama
sukma jiwa
Ini lagi cinta
Soal ras
Itu lagi rindu
Diawali kalbu
Pada nagam
Indahnya karangan mutiara
Ini lagi saying
Soal kenang
Itu lagi benci
Diawali hati
Akan nagam
Kilauan karangan
mutiara
Ini lagi rayu
Soal cemburu
Itu lagi bimbang
Diawal baying
Selaksa nagam
Atau karangan mutiara
Diantara diam
Terkuatkan diaksara
GIWANG BERMOTIF KUPU-KUPU
Giwang bermata biru
muda
Menghiars telinga dara
jelita
Bermotif kupu-kupu
Sungguh mempesona
Terjelat mata olehnya
Membendung seratnya asa
Bagai gendering bertalu-talu
Memukul-mukul dalam rasa
Giwangnya menawan mata
Rupanya mengurung rasa
Dimata berawal suka
Dirasa berawal cinta
Giwang bermotif
kupu-kupu
Menghias diwajah nanayu
Giwang bermotif kupu-kupu
Benar aku rindu
Dari setiap waktu
Maaf jika itu jadi
mengganggu
DALAM KACAMATA
Menampar bulan
Dihelai daun berguguran
Menapak matahari
Tersibak dikaki merpati
Melempar bintang
Berujar kusut
berkumandang
Berguguran berkumandang
Jerit serak lagi hilang
Tinggal bayang
Yang tak lain datang
Sekayu kata
Lalu ucap memenggal
makna
Hingga membutakan
aksara
Dimana yang berguguran
Kemana yang berkumandang
Sekilas fatamorgana
Dalam kacamata
Yang tiada sempurna
RELA BERUJUNG DUKA
Aku tau kau cinta
Aku tau kau saying
Aku tau semua
Namun apa daya
Tak merubah semuanya
Saying ini tak akan padam
Rasa ini tak akan hilang
Jangan kau Tanya
mengapa
Karna kau dan aku jatuh
cinta
Satu rasa
Mengertilah …
Jika kelak tidak
bersama
Pahamilah . . .
Kehendak mereka yang
ingin kau bahagia
Ikhlaskanlah . . .
Pada satu rasa
Yang tiada lelah
Menyapa cinta
Jauh direlung sukma
berbicara
Rela berujung duka
BAGAI PUNGGUK
Bm
F#
Maafkan kasih bukan tuk menyakiti
Gmg Bm
Hingga jadi trlka, bukan aku tak suka
Gmg F#
Rela kupergi kelak engkau mengerti
Gmg A#
Jangan halangi jangan kau benci
Dmg Amy
Dirimu yang aku cinta
F# Bm
Asal kau bahagia kau rela
F#
Mengubur rinduku
F#
Menjauh darimu
Dmy Amy
Permintaan orang tuamu
F# B
Agar ku harus pergi dari hidupmu
Gmg
Sadarku tak ubahnya
A# Bm
Sang pungguk rindukan bulan
F# Dmy
Bagai pungguk rindukan bulan
G B# C Dmy
Maafkanlah diri ini, bukan kutak saying
lagi
G Bm
Asal engkau bahagia
C Amy Cm
Dmy
Kurela walau hati tersiksa
( Lagu bagai pungguk dapat didengar di
youtube pada pencarian Iwansekop Darat )
MEKAR DIKAU BUNGA
Mekar dikau bunga
Mekar indah dinusa
Bumi khatulistiwa
Kelopakmu merah merona
Hijau daunmu dipucuk aksara
Menyalakan semangat dalam dada
Mekar dikau bunga
Dari segala jenis
kembang yang ada
Taman-taman surge
Dari dasar putih nan bersih
Kerja keras tanpa pamri
Buang segala letih
Mekar dikau bunga
Mekarlah
Ditanah air tercinta
SATU PEMENTASAN
Satu pementasan
Sandiwara kehidupan
Dialur dan plot yang
berkesinambungan
Satu pertunjukan
Kancah percaturan
Dari langkah bidak yang braturan
Disampul narasi
Bertema fiktif
Mengangkat kisak
konspirasi
Penjiwaan karakteristik
Mencuri simpatik
Peran antagonis
Lakon protagonist
Bersikap apatis
Dari cerita hikayat mitos dan bidal
Dibumbui mantra mistiik juga bermacam hal
Rangkuman segala puisi
Operah anak negeri
PERADABAN YANG HILANG
Benua yang ditelan
lautan
Peradaban yang hilang
Jauh sebelum kita
mengenal
Apa itu tempayan
Beratus beribu bahkan
berjuta tahun silam
Mereka telah membuktikan
keahlian
Dibenua dimana mereka
ditakdirkan
Bukti peninggalan
persahabatan silam
Membuka mata dan
pikiran
Mematahkan teori dan
pendapat segelintir ilmuan
Membingungkan
arkeolog-arkeolog ternamaan
Dari temuan-temuan yang
menakjubkan
Dari benua yang ditelan
lautan
Satu peradaban hilang
Menyelimuti taman
keemasan
Yang kini
ditenggelamkan
Ini suatu berkat kuasa
tuhan
Pada meeka yang lalai
beriman
SANGAT DISAYANGKAN
Si Ujang sarjana
Ia cerdas dan pintar
bicara
Segala ilmu telah ia
baca
Tapi saying
Lagu Indonesia raya ia
lupa
Sibuyung pengusaha
Ia salah satu konglomerat dunia
Segala bidang jenis usaha
Tapi sayang
Menghapal isi pancasila ia tidak bisa
SiUcok Profesor
Penemu ahli yang
kesohor
Segala jenis ciptaannya
selalu jadi acuan
Tapi sayang
Warna bendera saja ia
bingung membedakan
Si intan budayawan
Ia tahu seni dan kesusastraan
Segala macam adat di setia-tiap tempat
Tapi sayang
Nama-nama pahlawan bangsa ia tak ingat
Budi orang biasa
Bukan sarjana,
profesor, budayawan atau pengusaha
Dikarenakan hidupnya
yang pas-pasan
Ia juga tidak tamat
dibangku sekolahan
Dan kini berprofesi
sebagai penyapu jalan
Ia sering menyanyikan
lagu Indonesia raya
Ia hapal isi pancasila
Ia tau warna bendera
Dan ia tidak lupa nama
pejuang-pejuang bangsa
OAN2 (PENJAHAT NEGARA)
Cipt:
Iwansekop Darat
Dijalan-jalan kami
bernyanyi
Ditelan suara deru
mesin kota
Di dalam bis kota di
kereta api
Kami menjajakan suara
Dimana-mana kami bernyanyi
Bagi yang tak suka dengarkanlah saja
Dikasi terima tidakpun taka pa
Seikhlas hati jangan rugi
Lantangkan suara dengar
lagu ini
Jangan lagi korupsi
Penjahat Negara yang
merampok negeri
Kau buas sekali
Reff :
Penjahat
Negara penghianat negeri
Itulah yang suka korupsi
Kami angkat bicara, untuk bumi tercinta
Lewat lagu kami bernyanyi
DIMANAPUN AKU BULAN SAMA SAJA
Semalam aku diujung
jalan
Memandang bintang
memandang bulan
Wajahnya sedikit pucat
Sinarnya redup, tawanya
sedikit tercekat
Di cahyanya aku
menggantung angan
Kemarin aku ditepi pantai
Melihat bintang melihat bulan
Kerlap-kerlip bertabur bermandikan cahaya
Dengan kaki terjuntai
Aku meniti angan
Dengan segala debur rindu ini bergelora
Lusa aku dipadang
rerumputan
Berteman bintang
berteman bulan
Bintang menari bulan
bernyanyi
Bersenandung dalam
kidung sunyi
Aku dibuat syahdunya
kelam
Serasa di timang ayunan
malam
Satu saat entah aku dimana
Menemani bintang menemani bulan
Bagiku bintang tak ada beda
Bagiku bulan sama saja
Dalam igauan angan ku yang kelam
BATAS IMPIAN
Diatas impian
aku mendayu angan
mengarungi lautan
kerinduan
menyebrangi samudera
keinginan
namun karam di dasar
kepura-puraan
diujung khayalan
kurakit biduk haluan
mencari celah kesempatan
selah kemungkinan
namun terhempas
dijurang kehampaan
lalu musnah
menyisakan kepiluan
JABAT ERAT KAWAN
Pegang kuat tangan ku
kawan
Jabat erat
Selagi malam belum
pergi
Rembulan belum meninggi
Selagi bintang masih berseru
Kita berlari berkejar
Kesana-kemari
Pegang kuat tangan ku
kawan
Jabat erat
Jangan lepaskan
Bersama menyongsong
pagi
Bersama dibawah sinar
mentari
Selagi pagi belum pergi
Kita mengayun langkah pasti
Selagi terik belum menyengan kaki
Kita masih punya waktu lagi
Pegang kuat tangan ku
kawan
Jabat erat
Genggam sngat
Dimana kita melihat pelangi
Rona senja memayungi
Lembayung memercikkan pesona alami
Rembang sore memantulkan pesona alami
Bersama kita nikmati
Nuansa alam dalam hati
TANGISAN PERAWAN
Butir-butir embun
Dari bulir air mata
Jatuh turun
Dicelah sukma bilur
cinta
Menggenangi palung mata
Disudut
rasa
Rindu meratapi
Disisa angan yang tak lagi sempurna
Tangisan Perawan di lembah duka
Pilu menyayat hati
JANGAN LAGI
Jangan lagi
Kau buat aku dalam cerita palsumu
Menutupi aibmu
Agar terlihat sempurna
Tanpa cela
Tanpa noda
Jangan dicari kesalahan
Agar aku kelihatan
bodoh
Dimata mereka
Jangan dicari kemungkinan
Untuk menutupi semua tingkah pola
Jangan lagi
Sudahi saja
Dari pada makin beci
Lebih baik tersiksa
LUBUK BIRU HATIMU
Aku seikat bisu didalam
lubuk hatimu
Hilang suara tanpa kata
desah napat aksara
Diam termangu
Di situ
Dalam lubuk biru hatiku
Aku segumpal angan
ditepi ruas bisik malam mu
Dihempas rembulan
Diterjang sang bintang
Ratap semu sedikit pilu
Menenggelamkan angan
Dalam lubuk biru hatimu
Aku segudang rindu
dalam genang
Tempahan kalbumu
Jauh . . .
Dilubuk biru hatimu
HANYA AKU DAN TUHANKU
Yang aku tau engkau
tuhanku
Tidak ada yang lain
Selain engkau
Yang menjadikan aku ada
Mengetahui rahasia
kalbu
Menghadirkan yang tak
mungkin
Hanya engkau
Penguasa jagat raya
Selagi angin mengusap dedaunan
Semilir tenang
Selagi air mengalir di celah tebing
Gemericik bening
Dan selagi awan berarak terang
Nuansa pesona keindahan
Itu semua
Limpahan karuniamu
Yang tiada bandingan
Menjadikanku yakin
Hanya engkau tuhanku
Tiada yang lain
Dan tak berpaling
Dalam sukma jiwa
kalbuku
Hanya aku dan engkau
tuhanku
TERBUAI
Terkadang membuatku
Terlalu tinggi jauh
berangan
Seakan punya sayap
Seakan terbang
Terkadang juga membuatku
Jatuh terhempas jauh dalam jurang
Seakan tak sanggup untuk merayap
Apalagi berjalan
Apakah ini yang
dinamakan cinta?
Hingga mengusik rasa
alam bawah sadar
Hanyut dalam angan
andai-andai
Hanyut dalam suatu yang
terurai
Diantara kata yang
terbuai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar