Kamis, 27 Februari 2014

JUST ME AND MY GOD (PART 1)



KATA PENGANTAR


Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya penulisan buku ini. Tanpa ridho dan petunjuk dari -Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
Satu buku yang terdiri dari kumpulan puisi, sajak dan cerpen. Renungan diri, pemahaman iman, maksud hati dan gerak rasa dalam goresan tinta aksara yang tersusun indah. Setidaknya dalam buku ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca. Menciptakan puisi-puisi atau sajak yang jauh lebih indah.



Kisaran, Awal 2014
Penulis


Iwan Sekopdarat

 
 

Mencari Jejak

Merambat pelan
Semakin rapuh
Kelak tertelan
Renta lantak luluh
            Batang usia semakin tingggi
            Sedang bekal tiada di badan
            Mengejar waktu berlari
            Bersoal dalam kiasan
Mencari jejak dari yang tertinggal
Meruba celah dari yang terbiar
Menghitung langkah dari yang terkuas
Mengirim angan dari yang terpenggal
            Selagi ada sebelum terasa
            Selagi ada sebelum tiada
Hanya doa
            Hanya doa, baju dari angan mimpi
            Sujud sebelum bermaksud
            Dalam khusuk
            Hening bersahut-sahut




Jauh Kutelah
Jauh kutelah
Memandang keatas menggantang kertas
Memandang kebawah memikul lelah
Seutar, sebilah jauh ku sudah
            Jauh kutelah
            Mendaki puncak kerinduan
            Menurunio ngarai kebimbangan
            Peluh sedu sedan jauh kusudah
Jauh kutelah
Melewati dua tiga pulau dalam langkah
Sesuap segantang dalam wadah
Jariku perah jauh kusudah
            Jah ku telah
            Jauh ku sudah
            Jangan lengah
            Dalam lelah

Api Unggun Dalam Hati

Api Unggun Dalam Hati
Membakar diri
Gemeritiknya sahut menari-nari
Menerangi jalan mimpi
            Nyalanya riap-riap
            Baranya tiada berasap
            Api ungun dalam hati
            Di hamparan sanubari
Member cahaya pada pikiran
Bias sinarnya menembusi ruang angan
Dalam hati
Api unggun dinyalakan
Dengan hati api unggun di ibaratkan
            Dijaga terary jangan redup atau padam
            Dari hati
            Api unggun itu diam





Disaat kuas menyapu kerut wajah

Yang terlalu mencintai kecantikan wajah
Yang terlalu menyayangi lekuk tubuh dan raganya
Tiadalah berkat selamanya
Tidak abadi tidak sempurna
Saat waktu dengan masa berubah

Yang terlalu mencintai keindahan dunia
Yang terlalu menyayangi kemolekan rupa
Iakan luntur dimakan usia
Iakan pudar ditelan masa
Berputar
Seiring waktu emberi petanda

Disaat kuas menyapu kerut wajah
Sadarlah semua tlah berubah
Tiada lagi untuk di pongah

Dari keindahan rupa kecantikan wajah
Hanya sementara kelak kan berubah
Galilah yang hakiki, sempurna dan abadi
Iner beauty

Istighfar
Cipt. Iwan sekopdarat
Subhanallah, Walhamdulillah
Wala illa ha illaullah . . . huawllahuakbar (2x)
Maha suci Allah selain Allah
Allah yang maha besar

RF :
            Dengan menyebut namamu ya Allah
            Berilah petunjuk dan hidayah
            Dengan menyebut namamu ya Allah
            Ampinilah hambamu ya Allah
Ya allah
Astaghfirullah (2x0

(Lagu istighfar dapat di dengar di Youtube di pencarian iwan sekopdarat)


Keindahan

Keindahan Suara
Membuat mata terpejam lena
Keindahan rupa
Membuat rupa terbang keangkasa
Keindahan dunia
Membuat cinta melang-lang buana
Keindahan bunyi
Membuat bibir ingin bernyanyi
Keindahan hati
Menjadikan diri
Satu keikhlasan hakiki

TIADA TERBILANG

Satu tiada terbilng dua
Tentulah yang maha tahu lagi maha kuasa
Dua tiada terbilang tiga
Ialah mata tangan kaki telinga
Tiga tiada terbilang empat
Disitu letak rizki jodoh dan maut
Empat tiada terbilang lima
Kitab-kitab yang difirmankan nya
Lima tiada terbilang enam
Suatu rukun dalam islam
Enam tiada terbilang tujuh
Ketentuan iman dalam bertawajuh
Tujuh tiada terbilang delapan
Letak-letak surge dalam tiap-tiap amalan



NAGAM

Dari nagam karangan mutiara
Merangkai satu nama sukma jiwa
Ini lagi cinta
Soal ras
Itu lagi rindu
Diawali kalbu
            Pada nagam
            Indahnya karangan mutiara
            Ini lagi saying
            Soal kenang
            Itu lagi benci
            Diawali hati
Akan nagam
Kilauan karangan mutiara
            Ini lagi rayu
            Soal cemburu
            Itu lagi bimbang
            Diawal baying
                        Selaksa nagam
                        Atau karangan mutiara
                        Diantara diam
                        Terkuatkan diaksara

GIWANG BERMOTIF KUPU-KUPU
Giwang bermata biru muda
Menghiars telinga dara jelita
Bermotif kupu-kupu
Sungguh mempesona
            Terjelat mata olehnya
            Membendung seratnya asa
            Bagai gendering bertalu-talu
            Memukul-mukul dalam rasa
Giwangnya menawan mata
Rupanya mengurung rasa
            Dimata berawal suka
            Dirasa berawal cinta
Giwang bermotif kupu-kupu
Menghias diwajah nanayu
            Giwang bermotif kupu-kupu
            Benar aku rindu
            Dari setiap waktu
Maaf jika itu jadi mengganggu




DALAM KACAMATA
Menampar bulan
Dihelai daun berguguran
Menapak matahari
Tersibak dikaki merpati
Melempar bintang
Berujar kusut berkumandang
Berguguran berkumandang
Jerit serak lagi hilang
Tinggal bayang
            Yang tak lain datang
Sekayu kata
Lalu ucap memenggal makna
Hingga membutakan aksara
            Dimana yang berguguran
            Kemana yang berkumandang
            Sekilas fatamorgana
            Dalam kacamata
            Yang tiada sempurna





RELA BERUJUNG DUKA
Aku tau kau cinta
Aku tau kau saying
Aku tau semua
Namun apa daya
Tak merubah semuanya
            Saying ini tak akan padam
            Rasa ini tak akan hilang
Jangan kau Tanya mengapa
Karna kau dan aku jatuh cinta
Satu rasa
Mengertilah …
Jika kelak tidak bersama
Pahamilah . . .
Kehendak mereka yang ingin kau bahagia
Ikhlaskanlah . . .
Pada satu rasa
Yang tiada lelah
Menyapa cinta
Jauh direlung sukma berbicara
Rela berujung duka
BAGAI PUNGGUK
Bm                                   F#  
Maafkan kasih bukan tuk menyakiti

               Gmg               Bm
Hingga jadi trlka, bukan aku tak suka

Gmg                              F#
Rela kupergi kelak engkau mengerti

Gmg                     A#
Jangan halangi jangan kau benci

    Dmg                Amy
Dirimu yang aku cinta

F#                                   Bm
Asal kau bahagia kau rela

  F#
Mengubur rinduku

   F#    
Menjauh darimu
  Dmy                           Amy
Permintaan orang tuamu

          F#                                     B
Agar ku harus pergi dari hidupmu

     Gmg      
Sadarku tak ubahnya

            A#                                 Bm      
Sang pungguk rindukan bulan

        F#                                    Dmy
Bagai pungguk rindukan bulan

  G                    B#               C                    Dmy
Maafkanlah diri ini, bukan kutak saying lagi

G                            Bm
Asal engkau bahagia

     C               Amy     Cm     Dmy
Kurela walau hati tersiksa

( Lagu bagai pungguk dapat didengar di youtube pada pencarian Iwansekop Darat )            



MEKAR DIKAU BUNGA

Mekar dikau bunga
Mekar indah dinusa
Bumi khatulistiwa
            Kelopakmu merah merona
            Hijau daunmu dipucuk aksara
            Menyalakan semangat dalam dada
Mekar dikau bunga
Dari segala jenis kembang yang ada
Taman-taman surge
            Dari dasar putih nan bersih
            Kerja keras tanpa pamri
            Buang segala letih
Mekar dikau bunga
Mekarlah
Ditanah air tercinta




SATU PEMENTASAN
Satu pementasan
Sandiwara kehidupan
Dialur dan plot yang berkesinambungan
            Satu pertunjukan
            Kancah percaturan
            Dari langkah bidak yang braturan
Disampul narasi
Bertema fiktif
Mengangkat kisak konspirasi
            Penjiwaan karakteristik
            Mencuri simpatik
Peran antagonis
Lakon protagonist
Bersikap apatis
            Dari cerita hikayat mitos dan bidal
            Dibumbui mantra mistiik juga bermacam hal
            Rangkuman segala puisi
            Operah anak negeri
PERADABAN YANG HILANG
Benua yang ditelan lautan
Peradaban yang hilang
Jauh sebelum kita mengenal
Apa itu tempayan
Beratus beribu bahkan berjuta tahun silam
Mereka telah membuktikan keahlian
Dibenua dimana mereka ditakdirkan
Bukti peninggalan persahabatan silam
Membuka mata dan pikiran
Mematahkan teori dan pendapat segelintir ilmuan
Membingungkan arkeolog-arkeolog ternamaan
Dari temuan-temuan yang menakjubkan
Dari benua yang ditelan lautan
Satu peradaban hilang
Menyelimuti taman keemasan
Yang kini ditenggelamkan
Ini suatu berkat kuasa tuhan
Pada meeka yang lalai beriman


SANGAT DISAYANGKAN
Si Ujang sarjana
Ia cerdas dan pintar bicara
Segala ilmu telah ia baca
Tapi saying
Lagu Indonesia raya ia lupa
            Sibuyung pengusaha
            Ia salah satu konglomerat dunia
            Segala bidang jenis usaha
            Tapi sayang
            Menghapal isi pancasila ia tidak bisa
SiUcok Profesor
Penemu ahli yang kesohor
Segala jenis ciptaannya selalu jadi acuan
Tapi sayang
Warna bendera saja ia bingung membedakan
            Si intan budayawan
            Ia tahu seni dan kesusastraan
            Segala macam adat di setia-tiap tempat
            Tapi sayang
            Nama-nama pahlawan bangsa ia tak ingat
Budi orang biasa
Bukan sarjana, profesor, budayawan atau pengusaha
Dikarenakan hidupnya yang pas-pasan
Ia juga tidak tamat dibangku sekolahan
Dan kini berprofesi sebagai penyapu jalan
Ia sering menyanyikan lagu Indonesia raya
Ia hapal isi pancasila
Ia tau warna bendera
Dan ia tidak lupa nama pejuang-pejuang bangsa


OAN2 (PENJAHAT NEGARA)
Cipt: Iwansekop Darat

Dijalan-jalan kami bernyanyi
Ditelan suara deru mesin kota
Di dalam bis kota di kereta api
Kami menjajakan suara
            Dimana-mana kami bernyanyi
            Bagi yang tak suka dengarkanlah saja
            Dikasi terima tidakpun taka pa
            Seikhlas hati jangan rugi
Lantangkan suara dengar lagu ini
Jangan lagi korupsi
Penjahat Negara yang merampok negeri
Kau buas sekali

Reff :
Penjahat Negara penghianat negeri
            Itulah yang suka korupsi
            Kami angkat bicara, untuk bumi tercinta
            Lewat lagu kami bernyanyi
           


DIMANAPUN AKU BULAN SAMA SAJA

Semalam aku diujung jalan
Memandang bintang memandang bulan
Wajahnya sedikit pucat
Sinarnya redup, tawanya sedikit tercekat
Di cahyanya aku menggantung angan
            Kemarin aku ditepi pantai
            Melihat bintang melihat bulan
            Kerlap-kerlip bertabur bermandikan cahaya
            Dengan kaki terjuntai
            Aku meniti angan
            Dengan segala debur rindu ini bergelora
Lusa aku dipadang rerumputan
Berteman bintang berteman bulan
Bintang menari bulan bernyanyi
Bersenandung dalam kidung sunyi
Aku dibuat syahdunya kelam
Serasa di timang ayunan malam
            Satu saat entah aku dimana
            Menemani bintang menemani bulan
            Bagiku bintang tak ada beda
            Bagiku bulan sama saja
            Dalam igauan angan ku yang kelam

BATAS IMPIAN
Diatas impian
aku mendayu angan
mengarungi lautan kerinduan
menyebrangi samudera keinginan
namun karam di dasar kepura-puraan
            diujung khayalan
            kurakit biduk haluan
            mencari celah kesempatan
            selah kemungkinan
            namun terhempas
            dijurang kehampaan
            lalu musnah
            menyisakan kepiluan


JABAT ERAT KAWAN

Pegang kuat tangan ku kawan
Jabat erat
Selagi malam belum pergi
Rembulan belum meninggi
            Selagi bintang masih berseru
            Kita berlari berkejar
            Kesana-kemari
Pegang kuat tangan ku kawan
Jabat erat
Jangan lepaskan
Bersama menyongsong pagi
Bersama dibawah sinar mentari
            Selagi pagi belum pergi
            Kita mengayun langkah pasti
            Selagi terik belum menyengan kaki
            Kita masih punya waktu lagi
Pegang kuat tangan ku kawan
Jabat erat
Genggam sngat
            Dimana kita melihat pelangi
            Rona senja memayungi
            Lembayung memercikkan pesona alami
            Rembang sore memantulkan pesona alami
            Bersama kita nikmati
            Nuansa alam dalam hati

TANGISAN PERAWAN
Butir-butir embun
Dari bulir air mata
Jatuh turun
Dicelah sukma bilur cinta
            Menggenangi palung mata
            Disudut rasa
            Rindu meratapi
            Disisa angan yang tak lagi sempurna
            Tangisan Perawan di lembah duka
            Pilu menyayat hati




JANGAN LAGI
Jangan lagi
Kau buat aku dalam cerita palsumu
Menutupi aibmu
Agar terlihat sempurna
Tanpa cela
Tanpa noda
            Jangan dicari kesalahan
            Agar aku kelihatan bodoh
            Dimata mereka
            Jangan dicari kemungkinan
Untuk menutupi semua tingkah pola
Jangan lagi
Sudahi saja
Dari pada makin beci
Lebih baik tersiksa




LUBUK BIRU HATIMU
Aku seikat bisu didalam lubuk hatimu
Hilang suara tanpa kata desah napat aksara
Diam termangu
Di situ
Dalam lubuk biru hatiku

Aku segumpal angan ditepi ruas bisik malam mu
Dihempas rembulan
Diterjang sang bintang
Ratap semu sedikit pilu
Menenggelamkan angan
Dalam lubuk biru hatimu

Aku segudang rindu dalam genang
Tempahan kalbumu
Jauh . . .
Dilubuk biru hatimu





HANYA AKU DAN TUHANKU

Yang aku tau engkau tuhanku
Tidak ada yang lain
Selain engkau
Yang menjadikan aku ada
Mengetahui rahasia kalbu
Menghadirkan yang tak mungkin
Hanya engkau
Penguasa jagat raya
            Selagi angin mengusap dedaunan
            Semilir tenang
            Selagi air mengalir di celah tebing
            Gemericik bening
            Dan selagi awan berarak terang
            Nuansa pesona keindahan
Itu semua
Limpahan karuniamu
Yang tiada bandingan
Menjadikanku yakin
Hanya engkau tuhanku
Tiada yang lain
Dan tak berpaling
Dalam sukma jiwa kalbuku
Hanya aku dan engkau tuhanku



TERBUAI
Terkadang membuatku
Terlalu tinggi jauh berangan
Seakan punya sayap
Seakan terbang
            Terkadang juga membuatku
            Jatuh terhempas jauh dalam jurang
            Seakan tak sanggup untuk merayap
            Apalagi berjalan
Apakah ini yang dinamakan cinta?
Hingga mengusik rasa alam bawah sadar
Hanyut dalam angan andai-andai
Hanyut dalam suatu yang terurai
Diantara kata yang terbuai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar