Minggu, 15 April 2012

DILEMA HATI MENYINTA Bag. 1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT saya ucapkan atas selesainya novel ini. Tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan, tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan novel ini.
Novel yang bercerita akan keadaan atau pilihan hati seseorang yang harus memilih di antara dua pilihan. Di persimpangan rasa, galaunya berdentang membuat ia serba salah dan ragu dalam menyikapinya.


Kisaran,  April 2012
Penulis


IWAN SEKOP DARAT



















Dikitiran angin
Semilir membawa desah serunai
Menuntunnya di lembah dingin sepi
Dari ilalang kering
Kidung sunyi di ngarai hati
Filament-filamen bergoyang tertutup benang
Gemelugut bergayut manja
Menyusun kata dalam hiponim tergenang
Ku serut memagut makna
Bak jarjar rapuh
Menyangga berseluruh
Terpukau oleh madah
Ternanti di ujung rasa
Akan dilema hati yang bersengketa
Mata,akal,pikiran dan nafsu hendaklah bertasamuh
Niscaya dalam hati tiada ia bergemuruh…

“ Bila Rasa Ini “
Cipt : Iwan Sekop Darat

  C              F
Ku redam rasa ini
Dmn                  Amn      F          G
Biarkanlah semua kan ku simpan di hati
C                     F            G                C
Ku tahan rindu ini tak ingin mengingkari
Dmn                  Amn      F          G
Biarkanlah semua ia tersembunyi
F                        G         Amn        F          C
Biarkanlah semua ku simpan di dada
G            Amn
Ikhlas ku terima
F                        G         A
Kala rindu melanda
F                        C         G         Amn
Rasa ku di dada tersimpan semua
Dmn                    Amn
Bila rasaku ini rasmu
G                                    Amn
Tak leraiku menanggung rindu
Dmn                    Amn
Jika anganku ini anganmu
G                        E                      Amn
Cukuplah terkurung hati ini, terpenjara

( lagu bila rasa ini dapat di dengar di youtube di pencarian iwan sekop darat )

Ri, masih terpaku, jemarinya kaku, detak hatinya pun ragu, pena masih tegakdi situ, kertas pun belum tersapu. Dari sudut kamar ia campur pandangananya menyeruak lewat sepotong jendela menatap ujung pucuk bunga kertas yang dahannya patah. Entah apa sebab dahannya patah. Namun tidak langsung gugur. Yang hanya terkulai lemah bergantung di kulit luar batang.
Kembali ri terpekir, hati dan pikiran tiada akur, semenjak seraut wajah membuat angannya membaur. Di saat tentang mata membuat khayalnya berkucur.
Adakah ini pertanda, akan rasa suka, yang membuat ri jadi tak menentu, gagap terbata ia gagu, hendak bertanya ia pun tidak tahu, lekat bayang mengganggu semakin membuat ri ingin selalu bertemu,berjumpa. Adakah ini rindu ? adakah ini cinta ?
Ini awal dari ri merindu, ini awal pertama kali ri menyinta, sungguh menganggu, sungguh tersiksa. Namun dalam hati kecil ri suka, ri bahagia, letupannya membuat ri sulit untuk melukiskannya, andai awan kanvasnya, maka ri akan mengumpulkan pelangi untuk mewarnainya, di ujung galau hatinya ia tuangkan tinta merangkai kata, agar dentang hati sesak dada sedikit lega.

Menemui
Si
Di kediaman

Sebelumnya aku minta maaaf yang terlalu lancang menulis surat ini padamu,aku tidak tahu dari mana aku harus memulai untuk menjemput kata-kata yang layak agar tidak menyinggung perasaanmu,agar tidak terucap kurang ajar atau tidak sopan dengan kata-kata itu.
Si … ku akui semenjak awal pertama kali kita bertemu, sulit bagiku untuk menepis semua bayangmu resah galauku tiada tentu, namun lebih tak menentu jika ini semua ku paku, ku pendam makin membuatku lebih tak menentu lagi.
Beban di dada terasa sedikit ringan setelah ku katakana semua ini, kalau aku yang kau anggap terlalu lancang merindumu, maafkan aku, aku hanya bertanya rasaku, jikalau yang ku Tanya  tiada tepat, maafkan juga aku.
Suatu hal terindah bagiku jikarasa ini tidak bertepuk sebelah tangan, namun jika aku bukan pilihan hatimu, dengan ikhlas ku terima karena memang rasa tak di paksa.
Si … dengan semua kuterusterangan ini, ku hanya bertanya apakah aku layak menempati satu ruang di sudut hatimu.
Maafku di penghujug kata jika semua ini membuat engkau tak suka.

                                                                                       Dari ku
                                                                                          Ri


Berulang-ulang ri membaca, meneliti aksara, agar kata-kata yang di untai terjalin dengan sempurna, satu tekad bulat mantapkan dada, apapun jawab terima dari pada berlama menahan bagai siksa-siksa dari rasa suka.
Malam makin larut, pejaman mata ri tiada turut sulit baginya menepis bayang yang bergelanyut-bergelanyut di ujung sutra rasa yang di rajut, berharap dengan sekelip mata pagi menjelma agar banyang mengusik sirna, namun mala sebaliknya malam terasa sungguh panjang, larut lama di buai kidung rindu, senandung rasa, tumbang angan berpadu melanjutkan sair jiwa, jiwa yang berharap dari hidup yang sekerat.


“ Dari denting dawai malam
   Suara hening cekam
   Rindu bertumbuk di rasa
   Rindu bertumbuk di rasa
   Ragu tercambuk di kata
   Seumpama menghitung bintang
   Lelahku tertidur jua
   Selaksa memilah pasir di pantai
   Resahku di mimpi yang terjuntai
   Rasa ini bagai bara
   Di genggam terasa panas di lepaskan
   Di lautan bergelora
   Bagai samudra tiada berkias di tepian
   Aku terkurung di sana
   Terkurung oleh rasaku sendiri
   Aku terpenjara di sana
   Terpenjara oleh rinduku sendiri
   Aku tertahan di sana
   Tertahan oleh anganku sendiri
   Terkurung
               Terpenjara
                           Tertahan
               Dalam Di lema “

“ Basah kayu di paku
   Berderak tak bertandu
   Resah galau berpacu
   Berdetak tiada tentu
                           Berderak tak bertandu
                           Di soal menapik tangan
                           Berdetak tiada tentu
                           Awal bayang mengusik dengan
Di soal menapik tangan
Tanganpun kaku lidah kelu
Awal bayang mengusik angan
Angan bertumpuh di rasa rindu
                           Tangan pun kaku lidah kelu
                           Biakah tinta menata kata
                           Angan bertumpuh di rasa rindu
                           Inikah mula makna cinta !
Bilakah cinta menata kata
Kata di jalin bersepuh suara
Inikah mula makna cinta
Rasa batin sungguh tersiksa
                           Kata di jalin bersepuh suara
                           Berkilau gurindam madah bertahta
                           Rasa batin sungguh tersiksa
                           Jikalau memendam segala cinta
Berkilau gurindam madah bertahta
Di aksara wadah di serahkan
Jikalau memendam segala cinta
Alangkah indah di suarakan
                           Di aksara wadah di serahkan
                           Maka untaian berkias beri
                           Alangkah indah di suarakan
                           Pada soalan beriklas hati
Maka untaian berkias beri
Ia tempahkan bak tudung saji
Pada soalah beriklas hati
Pada jawaban mengkaji diri “


“ Selaksa Ku Merindu “
                                                                                                      Cipt. Iwan Sekop Darat


     C
Terhempasku dalam lamunan
     C
Terhenyakku dalam gurauan
     F                 C
Wajah mu dalam ingatan
     C
Selaksa hati mu merindu
     C
Laksana guru tak menentu
      F                  C
Senyum mu selalu terbayang
                              G         F       C
                           Di titi rasa siji hati
                              G           F              D             E
                           Bertirai sepi kan engaku ku mimpi
Reff :
   F          G           C          A
Redup rembulan, bias berwarna
   F            G          A
Berkilau bintang di surga
   F                     C
Rindu tertawan ku tak kuasa
   F            G           A
Di kalau datang menjelma
   D            A              C              A
Cahaya rembulan ku yang kehilangan
   D           A            F           G          C
Berkilaunya bintan, rinduku tahanseorang

Akan kisah tentag Ri yang kini merindu, merindu pada seraut wajah ayu yag di baluti putih abu-abu menjadikan hayalnya tiada tentu, dengarlah satu lirik yang digubah di buku tentang rindu, yang membuat ri kini merindu.
Adapun liriknya :

“ resah hatiku
Gundah hatiku
Mengapa aku merindu
Mengapa jadi tak tentu
Ku bernyanyi lagu rindu
Untuk mu . . .
Satu lagu ku merindu
Pada mu . . .
Dengarkanlah
Ku bernyanyi untuk mu
Satu lagu tentang rindu
Di hatiku
Dengarkanlah
Ku bernyanyi untukmu
Agar engaku pun tau
Ku merindu “

(  lirik lagu tersebut berjudul tentang rindu yang terdapat di novel tentang rindu, karya iwan   sekop darat )

Malam sebelum kantuk menyerang.
Si menggapai satu buku paket mengulang kembali apa yang di terangkan tadi siang oleh guru baginya menimba ilmu tidak harus di saat berbalut putih abu-abu saja, lembar demi lembar ia buka, seketika terjatuh satu amplop surat berwarna biru muda di ubin lantai tepat di ujung kakinya, ketika lembar terakhir ia berhenti membuka buku itu sejenak si terpaku membaca satu nama yang di tulis tangan di luar amplop tersebut. Nama itu sangat di kenal si dengan hati-hati menyobek pinggir amplop agar surat tidak ikut tersobek, kata demi kata pada lembar kertas biru muda mulai ia baca, setiap aksara tiada satu pun di lewatinya sesaat si menutup matanya coba megingat wajah yang sudah                           lama di kenalnya si pengirim selembar kertas biru mudah itu, tiada sulit bagi si untuk membayangkan wajah ri dari  balutan wajib putih abu-abu setiap hari mereka bertemu, selesai membacakan dan mencerna si masih ragu, ragu untuk menorehkan tinta biru berharap dua atau tiga hari kedepan dapat membuat si mengambil sikap membalas selembar kertas biru muda itu. Si hanya tak ingin ceroboh dalam menyikapi masalah hati, yang berselimut bahagia di sela kecewa, suka di sisip duka, gembira terselip merana.

Dua hari sudah ri menunggu balasan suratnya, tiada datang, padahal ri masih ingat ketika ia menyelipkan surat itu di salah satu buku di dalam laci meja si, “ apakah si tidak membaca surat itu ? ataukah surat itu terjatuh dan tak sampai di tangan si ? “ batin ri, sulit bagi ri mengepresikan di saat mereka beradu pandang, tatapan mata si biasa saja lekuk senyumnya pun tiada mengambang, sebagai pecinta ri baru pemula, ia masih perlu pembelajaran, pembelajaran  dalam hal rasa untuk bertanya langsung kepada si tentang surat itu, secuilpun tiada keberanian di hati ri, rasa malu, ego, riskan dan entah apa lagi  namanya, terlalu kuat membelenggu hati ri, bertahta di hati ri.
Ri tersenyum getir akankah getar rindu yang baru ia rasa kandas  di jalan, satu pengalaman pahit di awal ia mengenal rasa ini. Ingin ri bertanya kepada sahabat ia urungkan niat itu, ri takut, takut di tertawakan, takut di tolak, takut dengan ego yang menyelimuti bagai berlayar, ri tak tau kemana arah tujuan, terlanjur layar di kembang, pantang surut hewan mundur kebelakang, terlanjur perahu telah bertolak dari dermaga, ri harus, siap mengarungi, siap menghadapi badai dan gelombang. Sebagai lelaki ia harus tegar, tegar dengan segala kemungkinan.


Sauh tidak dilempar
Jauh tidak dibuang
Jauh tidak di campakkan
Biarkan tergeletak di geladak hati
Biarkan perahu rasa memecah buih di lautan
Meniti di samudra makna
Entah kemana arah tujuan
Tiada penghujung penentu arah
Sekali berlayar
Tetaplah berlayar
Pantang mundur di tangkahan
Pantang menambatkan
Kembali tali di dermaga
Terlarung sudah
Terdayung sudah
Terlanjur layar terkembang
Terlanjur ujar membilang
Cobaan hati di sekerat rasa
Rasa terpatri melapis cinta
Andai tiada bertanya
Kemana rasa ujung letaknya
Dimana cinta bentuk rupanya
Kiranya angan jauh mejulang
Kiranya rasa lama mendulang
Keranya rindu yang mengambang

         Jaga ujar-ujar
Ragu pun dalam kalbu
Sempurna sebab memudar
Di muara berkelang hulu
Rasa terlanjur ujar
Menunggu tiada tentu
Dari Tanya jawab bertukar
Berharap pembilang waktu

                           Di muara berkelang hulu
                           Anjungan bersiteru
                           Resa pun kan melanda
                           Acap kali yang tersiksa
                           Berharap pembilang waktu
                           Katapun sudah dibuka
                           Ucapun berjuara

Acap kali yang tersiksa
Tangkal diri menjaga
Beri serumpun letak
Desah dikalbu beraksara
Ucap pun bersuara
Bersoal hati menyinta
Dari ia ataupun tidak
Rasa menungggu tiada kira


“ Sunyi Tetap Abadi “
                                                   Cipt : Iwan Sekop Darat

   D my
Haruskah ku pendam rasa
   C
Haruskah tersimpan didada
   B
Mengukir cerita asmara
            G
Dengan rasa rindu yang bergelora
   D my
Kurasa cinta yang nyata
   C
Tak mungkin ku dengar bersama
   B                        G            A my
 Ataukah terkubur di anganku, semua
                                         G                     D my
                                       Lelah rasa tuk menjalani
                                         G                     A my
                                       Moga tetap setia di hati

Reff :
    B            A my
Bercerita asmara ini
                          B
Terselubung di dalam diri
                       G                               D my
Menyusuru ruang-ruang, hampa terasa sepi
   D my                  A my
Terucap pun di dalam hati
                                 B
Mungkinkah ini akn terjadi
                                       A my
Ku pendam cinta yang bersemi
   G                  D my                  
Sunyi tetap abadi
( lagu tersebut dapat di lihat di you tube di pencarian iwan sekop darat )

Akan galau hati ri yang menunggu tiada tentu dengarlah satu lirik yang pernah di tulis di novel tentang rindu 2 karya iwan sekop darat

‘’ Dan malam pun jua merasakan
Betapa ku merindu
Bayang wajah mu selalu di anganku
Dan melamun seakan membisu
Rasa yang tak menentu
Didalam hatiku
Padamu ku merindu
Terbayang selalu wajahmu
Si penghujung melam pun
Hanyalah engaku ku rindu
Di bias rembulan aku merindu
Di penghujung malam aku merindu

( sair tersebut lirik lagu yang berjudul aku merindu yang terdapat di novel tentang rindu 2 karya iwan sekop darat )

Seperti halnya ri, si pun sama, baru pertama apa yang di rasakan ri, si dapat menangkap sinyal pandangan resah ri kala mereka beradu tatap, si terlalu hebat menyelimuti ke galauan hatinya didepan ri, hinggga ri sulit menerka riak gejolak hasrat si, di sebalik putih abu-abu , si masih galau adakah ini benar adanya, adakah ia mengganggu dalam hal si menimbah ilmu, dari lorong-lorong koridor yang sunyi senyap, si tiada menemukan jawabnya.
Si pun juga tak tau untuk menjelaskan pijar-pijar hatinya ketika membaca satu surat bertinta hitam di kertas biru muda, sulit bagi si menerka isi hatinya sendiri.
Untuk    mengait-ngaitkan ke unsur-unsur kimia, memasukkannya ke rumus-rumus matematika  dan menerapkannya pada dalil-dalil fisika, makin membuat si tak tau di mana arahnya, kembali si mencoba memasukkannya dalam sejarah menganalisa dalam social beradu argument dengan skala biologi juga menguntainya dalam beberapa buah madah bahasa, juga sulit bagi si untuk mencerna, si pun tak tega menggantung dari soalan ri.
Untuk mengatakan “ iya “ si takut menjalani, untuk mengatakan “ tidak “ sulit bagi si mengingkari pijaran hati sendiri. Dalam galau ia tuangkan juga tinta birunya di kertas putih , berbekal di sebalik putih abu-abu si berharap tenggang waktu.




Menemui
Ri
Di kediaman
Salam Sejahtera
Surat mu sudah ku terima dan sudah ku baca. Maafkan aku baru sekarang membalas surat yang sudah dua hari ku terima dari mu.
Ri engkau tiada salah dengan apa yang semua engkau tuliskan. Aku sangat menghargai kejujuran mu. Aku pun tak marah atau membencimu, tiada perlu dirimu meminta maaf, karena aku tidak merasa sakit hati atau terganggu dengan apa yang engkau tulis di surat itu.
Ri di balik putih abu-abu, jalan kita masih panjang dan berbatu, aku masih ragu, beri aku waktu, bersama melewati waktu, menimba ilmu, saling memahami sifat makna yang semu. Sebelum membuka lembaran baru ku harap dirimu mengerti, mengerti akan keputusan yang ku ambil ini. Biarlah waktu yang akan berbicara,,
Maafku
Si


Harapan ri seakan pupus dari diam si membuat ri resah menunggu, malam-malam berlalu berpacu melewati waktu, ri tiada tentu, menunggu dan menunggu, namun bukan berarti ri berhenti sampai di situ, sedikit bahagia bisik hati ri dapat menyinta tanpa tahu kalau yang di cinta merasa, merasa sama apa yang dirasa ri. Sesaat ri kecewa namun tak berlarut lama. Ri menganggap ia telah melakukan perubahan dalam dirinya, yang telah berani berterus terang walau hanya lewat surat mengungkapkan dengan apa yang dia rasa, sedikit mengurangi beban di jiwa.
Ri meraih tas dan mengeluarkan buku di dalamnya, dalam tumpukan buku yang paling atas terdapat satu amplop surat berwarna putih, ri meraihnya berdebar hati ri membaca nama si pengirim surat itu. Surat yang memang ri tunggu dengan hati-hati ri menyobek pinggir amplop dan mengeluarkan surat itu. Satu-satu ri baca menelaah semua apa yang dibacanya, ri maklum dengan apa yang di tulis si agar memberi waktu untuk menjawab semua itu, sekalipun rasa hati masih mengambang setidaknya ri bahagia, bahagia masih menjadi sahabat si, ada benarnya juga perkataan si “ di balik putih abu-abu jalan kita masih panjang dan berbatu “ satu senyum patah coba di rangkai ri dalam hati yang merindu.



Dari geliat malam
Ku kecup bibir rembulan
Ranum basah canduku berangan
Dari resah temaram
Ku usap kening bintang
Desah napas rinduku mengambang
Mengambang tak terbilang
Bagiku kafah
Engkau di marcapada
Tiada aku berkilah
Selayaknya engkau di puja
Jika rasa
Coba kau masukkan dalam unsure kimia
Jika rasa
Coba kau telaah dalam dalil fisika
Jika rasa
Coba kau jabarkan dalam rumus matematika
Tentulah tiada ujung jawabnya
Tentulah tiada pasti pembilangnya
Tentulah tiada ternokfah aksaranya



Dahan di patuk burung terkukur
Dahan selidi tiada sekayu
Dalamnya laut mungkin terukur
Dalamnya hati tiada tahu
Maka mungkin belahnya kayu
Ia menahan terpaan mata
Kepada angin bertanya rindu
Kepada awan menyapa cinta
Tingkap di toreh dengan sembilu
Celalah kaca yang rata
Sebab beroleh hati merindu
Pastilah rasa yang bertahta
Antara mata dengan bahu
Telinga terngiang tak menentu
Antara cinta dan rindu
Hati berdentang dengan syahdu
Menjabar puisi lalu
Menjabar puisi yang dahulu
Belajar sampai tahu
Berlayar sampai kehulu
Pergi menepak mega
Di jari terjentik kata
Dari kelopak ada bunga
Dari putik ada mahkota


Belahan Jiwa
Cipt : iwan sekop darat

G            Dmy      C         G
Kau satu belahan jiwaku sayang
C            G         Dmy      G
Semoga bersama, semoga bahagia
G            Dmy      C         G
Merajut indahnya benang asmara
C            G         D         G
Harapkan setia, harapkan percaya
C            G                     Dmy      G
Hilangkan cemburu, lepas rasa ragu
C            G                     Dmy
Pendamkan curiga saling percaya
Dmy           C         B
Ku mencoba pahami
C            G
Dirimu apa adanya
C            G                     Dmy
Dan ku harap engkau mengerti
Dmy           C         B
Ku harap selamanya
C                        G
Dirimu tiada yang lain
C            G                     Dmy                  G
Dan di hati engkaulah satu…..belahan jiwa

( lagu belahan jiwa dapat di lihat di youtube di pencarian iwan sekop darat )


Dari rasa Ri yang terpaut pada satu hati dengarlah satu syair yang pernah di tulis di buku fatwa cinta karya iwan sekop darat yang merangkainya dalam luahan rasa.
“ selembut sutera pagi
Engkau menawan hati
Semerbak harum mewangi
Kembang mekar di hati
Seputihnya melati
Indah bagai pelangi
Warna pancaran diri
Setangkai nama bagai peri
Tahukah kau melati
Ada hati yang tulus mencintai
Tahukah kau melati
Akan harum yang telah engkau beri
Di dalam hidup ini selalu bersemi
Biar abadi namamu selalu di hati
Harum mewangi indah dan berseri
Laksana kau peri di hati
Tiada ragu ku mencintai “
( syair tersebut adalah lirik lagu gubahan iwan sekop darat yang berjudul melati hati terdapat di buku fatwa cinta karya iwan sekop darat )

Sebulan sudah berlalu, hati si terus bertalu, sebagai mana ia menutupi rapat, memendam sedemikian kuat, letupan-letupan hatinya merobohkan semua itu, harus si akui sebenarnya ia pun merasakan sama apa yang di rasakan ri, namun egonya terlalu kuat menyelimuti hatinya.
Seperti pada mala mini sulit bagi si memejamkan matanya, bayang ri selalu bermain di pelupuk matanya, wajah ri bermain di angannya, senyum ri bercengkram di khayalnya, entah la rindu ini semakin membelenggu, padahal si yang meminta waktu, kini si yang menjadi tak menentu bias sinar celah hati sedikit ia buka , untuk berbagi, sedikit banyak iya mengnal kepribadian ri, terbuka dan berlapang dada ia korek kembali tentang ri, lebih banyak segi posotifnya dari pada segi negatif yang ada di diri ri, seorang periang, cerdas dan baik hati, bentuk ukuran ri tergolong  remaja yang tampan.
Tidak salah bagi si sedikit menjajaki atas hubungan rasa ini, si hanya takut kecewa, terluka dan merana padahal si belum pernah menyinta.
Si tegakkan pena biru yang tergeletak di atas kertas putih, bolt point si pun dengan lincah.


                                                                                                               Menemui
                                                                                                                    Ri
                                                                                                               Di Kediaman

Salam Sejahtera
Di saat menulis surat ini aku dalam keadaan sehat hanya sedikit rasa yang tak menentu, ku harap engkau pun sehat adanya tak kurang satu apapun.
Ri aku yang menggantung tanyamu, hanya ingin melihat dan menghargai keseriusan darimu.
Berharap aku tidak salah menilai dirimu untuk menjaga hati ini, seperti mereka di balik putih abu-abu bergandeng mesra, bersuara cinta selalu bersama merangkainya dalam kehidupan nyata, aku tak ingin, aku tak ingin seperti mereka, aku takut dosa andai gelora bergejolak, nafsu merajai bertahta di rasa, maka semuakan ternoda, di balut cinta nafsu yang merajalela di balik rindu kehendak yang membara.
Ri . . . biarlah dari hati kita menyinta, sampai saatnya tiba untuk kita bersuara di alam nyata, dari tinta yang menoreh syahdu di lembar kertas biarlah kita menjalaninya.
Ku harap engkau mengerti dan memaklumi, dan ku ingin tiada satu pun di sebalik putih abu-abu yang di kenakan mereka mengetahui hubungan kita. Cukup hanya kita, hanya kita yang rasa pinta harapku kau menjaga hati ini, sampai di akhir waktu dan tidak menduakanku, adalah kebahagiaan seumur hidupku.

                                                                                                   Yang selalu berharap
                                                                                                   Engkau menjaga hatiku

                                                                                                                Si


Sedikit banyak sebagai pemula dari ri mengenal arti cinta membuat ri lebih dewasa, dengan lapang dada menjalani kehidupan semula, di balik putih abu-abu mereka menimba ilmu, di seling canda senda gurau bersama sahabat bahagia dan ceria selalu, ri dapat mengikhlaskan semuanya jika saat ini cinta tidak berpihak kepadanya, ri yakin mungkin suatu saat dari waktu cinta akan menyapa ri, dari kejadian itu ri dapat mengambil hikmah, mengambil pembelajaran dari cinta, cinta yang di tangguhkan, namun kembali ri bergetar ketika siang tadi si mengatakan ia menyelipkan satu surat di lembar bukumatematika ri, setibah di rumah ri langsung membaca surat dari si.riang hati ri tiada terkira ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan si menrima ri untuk menjadi kekasihnya, taulah ri ternyata si juga baru mengenal cinta, dan ia begitu malu dari pintanya ke pada ri untuk merahasiakan semuanya, dalam hati ri berjanji untuk tidak menyuarakan cinta kepada mereka semua di sebalik putih abu-abu.
Surat ini jika di Tanya siapa yang paling berbahagia, tentulah ri yang mengangkat tangannya, pelajaran hatinya terjawab sudah satu hati yang di titikan agar ri selalu menjaganya, ri membalas surat yang siang tadi di selipkan si.

                                                                                                                                                                                                                                                            Teruntuk
                                                                                                                         Si
                                                                                                                Yang tersayang

Salam sepeda ( sejahtera penuh damai )
Saat tinta menari di ujung pena, aku  dalam keadaan sehat adanya begitu pula hendaknya  dengan diri mu tetap dalam lindungan yang maha kuasa.
Tak percaya rasa hatiku membaca surat darimu seputih kertas yang engkau tulis dengan tinta seputih itu juga tali kasih kan kujaga. Seribu kertas yang ku tulis untukmu, seribu jua dalam hati merindu.
Si. . . suatu hal terindah dari merindu, ketika ku tau engkau pun sama begitu, hati yang kau titipkan kan kujaga sebagaimana aku menjaga hidupku walau dari surat kita merangkai cinta, aku kan berusaha meluluskan permintaanmu agar semua ini hanya kita yang tau tanpa di perdengar oleh mereka di sebalik putih abu-abu biarlah di saat tatap mata beradu, kita saling bercerita melepas rindu di awan yang kelabu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar