Rabu, 01 Agustus 2012

BINGKISAN RAMADHAN (KUMPULAN SAJAK DAN SEPENGGAL HIDAYAH) Bag. 2

BINGKISAN RAMADHAN (KUMPULAN SAJAK DAN SEPENGGAL HIDAYAH) Bag. 2

oleh Gurindam Kelana pada 2 Agustus 2012 pukul 10:59 ·
“ Tergenang “
Ku telusuri sisi jalan di bawah sinaran lampu
Metropolitan
Sesekali ku tending kerikil menghadang di atas
Aspal hitam yang mengeras
Coba merngkuh baying teringat berpijak
Di pedesaan
Dari jalan pasir berbatu debu hanya Satu
Dua gilasan
Ah,,,
Ramadhan tahun ini
Aku menjalaninya sendiri
Engkau rupa bunga desa pesona tiada tara
Banyak sudah cerita
Jalan kita lalui bersama
Kini entah dimana rimba
Aku pergi bukan mengakhiri kisah yang ada
Aku pergi kan kembali untuk yang dicinta
Di penghujung ramadhan
Sepantun awal syawal
Mengupas buhul-buhul dosa
Ungkapan kesilapan
Minal aidin walfaizin
Mohon maaf lahir bathin
Kepadamu yang ku cinta
                                                   Ramadhan 1433 H
                           “ Surau di Ujung Kampung “
Surau di ujung kampong
Beratap rimba berdinding meranti
Bertiang nibung berkosen jati
Disitu menimba untung
Ilmu agama amalan sampai mati
Lantun dengung sayup samar suara mengaji
Surau di ujung kampung
Melewati jalan setapak dan jua titi
Disisi masih semak ilalang sana sini
Disitu bernaung
Memahami aturan ajaran yang hakiki
Sebagaimana ilmu yang di pelajari
Sebagaimana amalan yang diyakini
               Surau di ujung kampung
               Tempat bernaung
               Tempat menimba untung
                                                   Ramadhan 1433 H
                           “ Hidayah Ramadhan”
Damar yang baru pulang menjual kayu bakar
Tersentuh hatinya mendengar suara dari seorang
Anak seusianya yang melantunkan beberapa surah-surah
Pendek alquran dengan tiada henti diterik panas
Membakar bumi, suara yang merdu menggugah
Hati dammar untuk mendekati asal suara
Beralas kardus bekas berpayung kopiah using
Damar memperhatikan dengan seksama, ternyata anak
Tersebut seorang yang buta, mangkok kecil di sisinya
Itu terisi 3 atau 4 keping uang receh
Sekalipun ia peminta – minta, ia juga menyirami
Hati para pendermanya dengan lantunan surah-surah alquran
Indah dan merdu suaranya, ingin aku berlama-lama
Mendengar ia membaca ayat-ayat itu dengan
Ketukan ritme nada yang sanggup menggetarkan
Jiwa pendengarnya, batin dammar
“assalamu’alaikum wr.wb “ ujar dammar memulakan pembicaraannya
“waalaikumsalam wr.wb” jawab anak tersebut sambil menoleh kekiri kekanan coba mencari asal suara dengan indera keenamnya
Damar pun lebih mendekat dan menggapai tangan anak lelaki tersebut sambil menggenggam dan menjabat tangannya
“Kenalkan kisanak nama saya dammar, saya dari kampong ujung,saya sangat senang mendengar suara kisanak mengaji, sangat merdu,bolehkah barang sejenak saya duduk di samping kisanak mendengar kisanak melantunkan beberapa surah..?”
Damar meletakkan dengan pelan sekeping uang recehan sisa dari penjualan kayu bakar setelah ia membeli sedikit beras, rencana dammar dengan uang sisa itu ia berniat untuk di tabung di kumpul guna membayar zakat fitrahnya kelak. Namun , biarlah hari ini ia berbagi risky dengan anak itu. Mudah-mudahan besok ia dapat lebih banyak mengumpulkan kayu bakar yang di carinya di hutan tak jauh dari tempat tinggalnya.
“ nama saya alam. Panggil saya alam, kalau saya tidak salah menduga dari suara saudara mungkin kita seumuran atau terpaut dua tiga tahun saja” jawab anak itu yang ternyata bernama alam. Dammar kagum dengan alam yang baru dikenalnya dari pendengarannya saja alam dapat membaca situasi dan mengenalnya.
“iya kisanak,eh maaf,ia alam mungkin kita seumuran,saat ini umurku 13 thn”sela dammar yang sempat meralat perkataannya.
Alam tersenyum dan mengangguk-angguk kecil mengiayakan ia seumuran dengan damar.
Kembali alam berkata:
“damar dari aroma keringatmu tampaknya kau pekerja keras,mungkin masa kita lebih banyak keringat karena bermain,naun di sela-sela keringatmu aku mencium aroma kayu yang biasa di pakai ibuku untuk memasak,benarkah engkau bekerja mengumpulkan kayu bakar ?”
  “subhanallah” sela damar takjub sekalipun alam buta ia dilebihkan indera penciuman dan indera pendengarannya.
Damar pun menambahkan perkataannya
“benar alam,aku biasa mengumpulkan kayu di hutan ranting-ranting yang patah atau pohon-pohon yang tumbang untuk dijadikan kayu bakar dan di jual di pasar uang hasil penjualan sedikit banyak dapat meringankan beban ibuku yang seorang janda yang bekerja mengambil upahan cucian tetangga dalam memenuhi biaya kebutuhan keluarga kelangsungan guna menyambung hidup mereka. Bulan ramadhan kali ini ku isi dengan bekerja mencari kayu dihutan, biasanya sepulang sekolah baru aku mencari kayu di hutan setelah terkumpul dua atau tiga hari baru aku menjualnya kepasar.
Alam hanya mengangguk angguk kecil mendengar penjelasan panjang lebar dari damar
Kembali damar menyambungkan pembicaraannya
“sedikit banyak aku pun biasa mengaji dan telah tamat sampai 30 jus tepatnya aku sudah 2 kali khatam qur’an,namun hanya sebatas penguasaan aksara dengan sedikit tazwid dan panjang pendeknya tapi hari ini aku mendengar engkau melantunkan surah-surah dengan bacaan suara yang merdu perlu bagiku untuk lebih banyak belajar bukan hanya sebatas penguasaan aksaranya saja,baru terbuka mata hatiku,ternyata jika ayat-ayat itu dilantunkan dengan susunan bunyi yang benar sungguh indah dan merdu kedengarannya sanggup mengetarkan sukma dan tanpa terasa menetes air mata. Bulir palung rupa ingin aku belajar darimu alam,namun aku tak punya atau tak mampu memberikanmu sedikit imbalan dengan apa yang kelak dikau ajarkan.
Desah damar pelan di penghujung ucap
“damar,jika engkau bersungguh-sungguh ingin belajar aku sudi mengajarkannya,aku tiada mengharap imbalan apa-apa,biarlah kelak allah yang membalasnya,mudah-mudahan dengan kebulatan tekad dan niat sucimu insya allah sebulan penuh ramadhan ini engkau dapat menguasai apa yang engkau pelajari kelak dengan tidak mengganggu waktumu biarlah sepulang engkau menjual kayu bakar engkau sempatkan berhenti di persimpangan ini barang setengah atau satu jam kita mengaji bersama”
“terima kasih banyak alam,alhamdulillahirabbilalamin,semoga kelak allah membalasnya”
Amin y rabbal alamin “ jawab alam dengan tetap tersenyum
Kembali alam membacakan surah-surah pendek di ikuti damar dengan suara pelan,alam mengingatkan damar agar dapat membaca al qur’an dengan mata hati dari keikhlasan bathin yang suci.
Kurang lebih satu jam alam pun mempersilahkan damar  untuk kembali melanjutkan aktivitasnya.
Tak lupa damar mengucapkan salam kepada alam sebelum pamit pulang dengan wajah berseri dammar mengayuh sepedanya menuju rumahnya yang terletak di kampong ujung seperempat jam perjalanan damar pun tiba di kediamannya,rumah yang sangat sederhana peninggalan ayahnya semasa hidupnya.
Sesampainnya dirumah dammar langsung menemui ibunya yang baru saja pulang dari rumah tetangga mereka mengambil upahan dengan mencucikan pakaian tetangganya.
Kepada ibunya dammar menceritakan semua pa yang tadi ia alami dan perkenalannya dengan seoarng anak lelaki buta yang bernama alam yang sudi mengajarkannya cara mengaji yang benar dengan lantunan suara yang merdu. Ibunya pun sangat senang mendengar kabar tersebut dalam hati ibunya berdo’a” semoga allah membalas segala amal perbuatan anak yang dengan sudi mengajarkan anaknya tanpa harus meminta imbalan.
Kini sepulang dari menjual kayu bakar dammar menyempatkan diri barang satu jam berhenti disisi persimpangan beralas kardus tak jauh dari tanah lapang yang kini ditumbuhi semak dan ilalang hanya terpancang beberapa tiang kokoh yang hamper rapuh dimakan usia bekas pernah berdirinya suatu bangunan.
Dammar pun mengikuti alam,alam meminta dammar untuk menutup mata dan dengan mata bathin alam menganjurkan dammar untuk mengikutinya. Dammar pun mengikut apa yang di anjurkan alam, disaat dammar menutup mata dan mengikuti bacaan alam dengan hatinya,dammar merasa suasana disekelilingnya terasa tenang dan damai kesejukkan terasa mengalir di sela-sela porinya kedamaian menyeruak di rongga dadanya,padahal disaat itu matahari bersinar sangat teriknya dan kendaraan yang berlalu lalang di persimpangan jalan itu mengeluarkan suara yang sangat bising. Namun, lain yang dirasakan dammar,sangat bertolak belakang kini tahulah dammar hakikat membaca dengan hati yang suci ia pun terus mengikuti apa yang dibaca alam,beberapa surah pendek diantaranya :
  • Surah an-nas (manusia)
  • Surah al-falaq(waktu subuh)
  • Surah al-ikhlas(kemurnian keesaan allah)
  • Surah al-lahab(gejolak api)
  • Surah an-nur(pertolongan)
  • Surah al-khafirun(orang-orang kafir)
  • Surah al-khausart(nikmat yang banyak)
  • Surah ma’uun(barang-barang yang berguna)
  • Surah al-quraisy(suku qurais)
  • Surah al-fill(gajah)
  • Surah al-humazah(pengumpat)
  • Surah al-ashr(masa)
  • Surah al-takaatsur(bermegah-megahan)
  • Surah al-qariah(hari kiamat)
  • Surah al-aadiyat(kuda pereng yang berlari kencang)
  • Surah az-zalzalah(kegoncangan)
  • Surah al-bayyinah(bukti)
  • Surah al-qadr(kemulian)
  • Surah al-alaq(segumpal darah)
  • Surah at-tiin(buah tin)
  • Surah alam nasyrah(bukankah kami telah melapangkan)
  • Surah ad-dhuuha(waktu matahari sepenggalan naik)
  • Surah al-lail(malam)
  • Surah as-syam(matahari)
  • Surah al-balad(negeri)

Dan beberapa surah-surah pendek lainnya yang terdapat dalam al-qur’an
Alam mengajarkan 4 atau 5 surah setiap harinya kepada dammar agar dammar lebih memahami setiap baris-barisnya dimana harus berdengung dimana harus dibaca panjang dan ketentuan bunyi lainnya sehingga bacaan itu menjadi sempurna dengan keindahan bunyi suara dan ketinggian budi bahasanya alam juga menganjurkan kepada dammar untuk memahami dan mempelajari apa yang dibacanya mengetahui isi dan maksud tiap surah tersebut. Agar membacanya lebih dapat menyatukan pikiran dan hati dengan mengetahui maksud dan tujuan surah tersebut.
Setiap kali alam dan dammar melantunkan bacaan dengan suara yang merdu tak jarang bunyi uang recehan berdentingan  beradu di mangkok yang tak jauh dari alam dan dammar.
Disaat mulai membaca dammar menutup matanya setelah selesai membaca dan alam menyuruhnya untuk membukakan kedua matanya maka damr mendapati mangkok kecil yang tadinya kosong kini melimpah ruah dengan uang recehan dan uang selembaran tanpa dammar sadari banyak pejalan kaki atau yang menggunakan kendaraan yang menyempatkan sejenak berhenti mendengarkan bacaan dammar yang dilantunkan dengan suara yang merdu menggetarkan pilar-pilar sukma,tiang-tiang jiwa,dengan keikhlasan mereka membagikan sedikit riskynya dengan meletakkan uang di dalam mangkok tersebut. Sewaktu akan pulang alam selalu memberikan uang yang di dalam mangkok semuanya pada dammar.
Pertama dammar menolaknya dengan mengatakan alam lebih membutuhkan uang itu, sementara ia walaupun keadaan pas-pasan dammar masih bias bertahan dengan berjualan kayu bakar setidaknya sedikitnya dammar sudah bias membantu ibunya. Namun alam mengatakan untuk apalah uang semua itu baginya, ia seoranng yang buta bukan bias beli apa-apa untuk makan,alam menerangkan ia tinggal di dekat masjid tak jauh dari tempat ini.ia juga dipercaya membantu orang yang menjaga masjid itu dengan menjaga masjid tersebut kebutuhan pangan dan sandang tercukupi,ia pun tinggal bersama orang yang mengurus masjid tersebut. Jadi menurutnya damarlah yang lebih berhak membutuhkan uang itu.
Setelah mendengar penjelasan alam yang panjang lebar dengan berat hati akhirnya dammar menerima juga uang tersebut. Setelah mengucap salam dammar pun permisi pulang pada alam.
Setibanya di rumah dammar menceritakan semua kejadian itu pada ibunya sambil meletakkan uang di dalam kantongan plastic di atas meja,dammar juga mengatakan sepeserpun ia tidak akan menyentuh uang itu,biarlah uang itu semua ia sumbangkan ke surau yang tak jauh dari rumahnya apalagi surau itu perlu sumbangan dana untuk perbaikan-perbaikan.
Tak terasa setetes air mata yang tergenang disudut mata ibunya jatuh menetes ke pipi. Bulir-bulir kebahagian yang tiada terkira ibunya terisak bangga melihat kemulian hati anaknya apalagi dammar berujar”aku bukan peminta-minta ibu,aku hanya perantara dari tangan-tangan penderma untuk membelanjakan sedikit harta mereka di jalan allah,aku tidak mendapat apa-apa darinya, namun pendermalah yang kelak dibalas dengan semua kemurahan mereka oleh allah. Tak henti-henti derai air mata ibunya” ucapan syukur berkalung do’a kepada sang pencipta semoga selalu melimpahkan hidayah kepada dammar putranya.
Pengurus surau yang tak jauh dari rumah dammar pun sangat berterima kasih kepada dammar dengan sumbangan yang dammar berikan kepada pegurus surau. Dammar pun menceritakan semua perihal dari mana uang tersebut bias terkumpul dan disumbangkan ke surau ini,mendengar semua penjelasan dammar pengurus surau pun meminjamkan al-qur’an yang ada terjemahannya kepada dammar. Dammar sangat senang menerimanya, setiap menunggu berbuka puasa dirumahnya dammar selalu membaca isi dari bacaan –bacaan itu apa yang ia baca bersama alam kembali diulanginya dirumah dammar pun melihat dan membaca qur’an yang dipinjamkan pengurus surau itu,ketika dammar memulangkan qur’an tersebut, pengurus surau mengatakan ambillah untukmu dammar,karena engkau lebih membutuhkannya dengan lupan rasa suka cita dammar menerimanya,semakin mantap bacaan dammar. Ia kini dapat melantunkan bacaan dengan suara yang merdu dan indah sama seperti alam. Alhamdulillah puasa dammar pun tiada satu hari pun berkurang dan ia masih tetap mencari dan mengumpulkan kayu di hutan untuk dijual dijadikan kayu bakar, di suraunya dari dulu dammar dipercayakan sebagai muezzin gema azhan yang disuarakan dammar kini lebih merdu dan indah dari sebelumnya pegurus dan beberapa orang surau menganjurkan agar dammar ikut dalam perlombaan azan. Dammar pun mengikuti perlombaan azan di kampungnya dan pada perlombaan tersebut dammar terpilih sebagai muezzin terbaik dikampungnya dan mewakilli kampungnya untuk tingkat antar kampong dalam perlombaan azan tersebut. Tidak hanya menyeruakan azan dalam mengaji pun lantunan suara dammar sangat merdu menggugah hati dan menggetarkan jiwa bagi yang mendengarnya. Para pendengarnya merasa ingin berlama-lama mendengar dammar melantunkan ayat dari surah-surah suci kepada dammar pun mereka meminta agar kelak dammar juga mengikuti musabaqah tillawatul qur’an(MTQ)
Tidak terasa hamper sebulan sudah dammar belajar cara membaca bacaan al-qur’an dengan baik dan benar pada alam,di penghujung ramadhan dengan santun alam menyalami dammar dan mengatakan sudah cukup bagi dammar mempelajari apa yang diajarkan alam,karena alam menyadari bahwa pada dasarnya dammar seorang anak yang cerdas,pekerja keras dan teguh pendirian jua kebulatan tekad yang mantap hingga dengan mudah bagi dammar menyerap dan mencerna apa-apa saja yang diajarkan alam juga denga rajinnya dammar mengulang-ulang bacaan itu dirumah sore harinya sepulang dari ia belajar dengan alam sambil menunggu waktu berbuka puasa tak lupa pula alam juga mengatakan dengan bacaan-bacaan tersebut hendaknya dammar lebih mendekatkan diri dan lebih meningkatkan ketaqwaannya kepada yang maha kuasa apa yang telah dipelajarinya semoga mendapat hidayah dikemudian hari kelak. Itulah hari terakhir dammar melihat dan bertemu alam, karena alam mengatakan jua ia akan kembali ke masjid yang tidak begitu jauh dari persimpangan ini,membantu pak tua dalam mengurus masjid dammar dan alam pun saling berpelukan dalam makna sahabat hati sejati,terselip kesedihan menyeruak di hati dammar saat berpisah dengan sahabatnya yang buta tersebut. Dammar pun mengayuh pelan sepedanya menuju kediamannya.
Dirumah setelah selesai berbuka puasa kepada ibunya dammar menceritakan semua perihal pertemannya dengan alam. Dengan seksama ibunya mendengar semua penjelasan dammar tak henti-hentinya ibunya memuji kebesaran tuhan.
Dammar juga mengatakan bahwa besok sepulang dari menjualkayu bakar ia memberikan sedikit cindera mata kepada alam sahabatnya,dammar pun minta pendapat ibunya,ibunya pun menyetujui renacana dammar tersebut.
Dammar pun tersenyum bahagia dan hari ini terakhir bagi dammar memberikan sumbangan ke surau dari hasil ia melantunkan bacaan-bacaan surah-surah suci bersama alam, dan dengan larangan yang sangat halus alam meminta dammar untuk tidak kembali duduk bersila beralas kardus di persimpangan sisi jalan mengharap iba dari para penderma yang mendengar lantunan bacaannya.
Namun dengan apa yang dipelajarinya tahulah kelak dimana seharusnya bacaan-bacaan itu di dengungkan, dammar pun sangat mengingat pesan sahabatnya.
Keesokan harinya pagi-pagi sekali dammar telah berangkat menuju hutan untuk mencari dan mengumpulkan kayu untuk dijualnya ke pasar berharap dari hasil kayu yang dikumpulkan kelak dapat memberikan cendera mata kepada sahabatnya,hari ini hari terakhir berpuasa,ibunya pun tidak mengambil upah cucian dan membantu dammar mengukmpulkan dan mencari kayu untuk dijadikan kayu bakar dihutan yang tidak begitu jauh dari kediaman mereka. Dammar dan ibunya menjumpainya sebatang pohon sebesar paha orang dewasa yang tumbang dengan separuh akarnya yang tercabut,menurut hemat dammar dan ibunya mungkin saja pohon tersebut terkena terpaan angin hingga roboh beberapa akar yang tercabut menandakan tidak kuatnya menahan batang pohon itu,mendapat terpaan kuat angin tadi malam, dammar dan ibunya bersukur tidak harus bersusah mengumpulkan beberapa ranting yang patah di sekitar hutan tersebut. Dengan pohon yang tumbang ini cukuplah bagi dammar untuk membeli sedikit cendera mata pada sahabatnya. Dengan di bantu ibunya menggunakan gergaji dammar memotong pohon tersebut menjadi beberapa bagian, sesekali memotongnya dengan mkampak dammar membelah kayu itu menjadi ukuran kayu bakar yang sudah siap untuk dijual.damar dan ibunya sangat tercengang saat setiap potongan-potongan kayu yang dibelahnya terdapat bongkahan agak kehitaman ditengah kayu itu,bongkahan itu sebesar kepala orang dewasa, dammar memotong pohon tersebut menjadi sepuluh bagian potongan,kesemuanya dari potongan kayu tersebut di dalamnya terdapat bongkahan yang agak kehitaman sebesar kepala orng dewasa dari aroma khas yang keluar dari bongkahan itu tahulah ibunya bahwa itu kayu atau bongkahan gaharu yang sangat mahal harganya. Dulu semasa ayah dammar masih hidup ayahnya pernah menunjukkan kayu gaharu itu kepada ibunya. Gaharu yang dulu pernah ditemukan ayah saat membelah kayu di htan. Gaharu yang ditemukan hanya sebesar ibu jari. Keharuman dari aromanya yang dulu pernah tercium ibunya sama dengan apa yang ditemukan mereka saat ini dengan hati-hati dammar meracik kayu tersbut agar bongkahan gaharu itu tetap utuh kesepuluh bongkahan itu dammar keluarkan dari dalam kayu. Setelah selesai mereka pun kembali pulang kerumah,siang harinya dengan ditemani ibunya dammar menjual kayu bakar ke pasar tak lupa ibunya juga menjual gaharu kepada orang yang bias membelinya yang letak rumahnya tidak jauh ari pasar tersebut.
Bongkahan-bongkahan kayu tersebut  dibayar dengan harga yang sangat mahal. Tak henti-hentinnya dammar dan ibunya memanjatkan puji dan sukur kehadirat allah swt. Dengan risky yang diperolehnya hari ini tanpa di duga-duga kepada ibunya dammar meminta untuk menyisihkan sedikit uang itu untuk dibelikan mukena dan baju kurung buat ibunya.ibunya terenyuh mendengar permintaan anaknya.tak lupa dammar juga meminta ibunya untuk menyumbangkan kesurau beberapa persen dari hasil penjualan gaharu itu selebihnya ditabungkan keperluan kayu bakar dammar membelikan sebuah sajadah yang rencananya akan diberikan kepada alam sebagai cindera mata. Sepulang berbelanja dengan membonceng ibunya dammar sempatkan berhenti dipersimpangan jalan arah menuju rumah kediaman mereka kepada ibunya dammar menunjukkan salah satu sisi jalan diman tempat ia bersila beralas kardus bekas belajar ilmu bacaan kepada alam,ibunya hanya menganguk-angguk pelan,mereka tidak menjumpai alam karena memang kemaren alam berkata inilah hari terakhir ia duduk dan bersila disisi jalan bersama dammar. Kembali dammar mengayuh sepedanya mereka singgah di warung kecil tak jauh dari tempat dimana alam dan dammar pernah duduk. Kepada pemilik warung dengan santun dammar menanyakan dimana jalan menuju masjid, sang pemilik warung pun sambil tersenyum menerangkan dan menunjukkan arah menuju masjid dari jalan yang dilaluinya setiap berpapasan dengan warga,maka warga selalu tersenyum kepadanya. Dan dengan ramah dammar dan ibunya membalas senyum-senyum mereka dammar sempat heran padahal ia jarang berkunjung di kampong tersebut hanya melewatinya saja untuk menuju jalan kekampung ujung tempat kediamannya tapi mengapa seakan-seakan warga disini seakan mengenalnya.
Sesampainya di masjid ia sempatkan sholat zuhur walau matahari sudah agak tergelincir dari pusar kepala,selesai sholat ia berjalan disisi kanan masjid menghampiri seorang kakek tua yang sedang menyapu dammar mengira lelaki tua ini penjaga dan mengurus masjid ini karena dari cerita alam,ia tinggal bersama seorang kakek tua penjaga dan mengurus masjid kampong ini. Di awali dengan mengucap salam dammar menyapa lelaki tua itu. Dammar pun menanyakan kabar sahabatnya yang bernama alam seorang anak yang buta kepada lelaki tua itu. Lelaki tua itu hanya terbengong terpanah sesaat ia meminta dammar untuk menjelaskan siapa orang yang sebenarnya dicari oleh dammar sambil duduk di tangga sisi kanan masjid berdekatan dengan kakek tua itu. Dammar pun mulai menjelaskan dan menerangkan semuanya kepada kakek tua itu. Pak tua hanya  mengangguk angguk kecil tak henti-henti ia mengucapkan subhanallah mendengar penjelasan dammar selesai dammar bercerita setetes air mata tergenang dipelupuk mata yang renta milik kakek tua itu. Air mata itu mengalir di sela-sela wajah yang telah keriput dan kakekitu berujar
“beruntunglah engkau nak yang mendapatkan hidayah dari yang maha kuasa,disini tidak ada yang bernama alam seorang anak buta yang merdu suaranya dalam melantunkan surah-surah suci” dammar hanya terheran-heran sementara ibunya hanya tersenyum karena seminggu sebelumnya ibunya sudah tahu semuanya dari penjaga surau yang tak jauh dari kediaman mereka yang pernah melihat dammar duduk bersila seorang diri disisi persimpangan jalan beralaskan kardus bekas.
Tahulah penjaga surau di kampong dammar dari mana asal uang yang disumbangkan dammar semuanya untuk perbaikan surau mereka. Penjaga surau tersebut sangat tersentuh dengan keluhuran budi pekerti yang dimiliki dammar dan ini semua diceritakan kepada ibu dammar.
Tak lupa kakek tua itu menanyakan siapa nama ayah dammar dan nama kakek dammar baik dari ayah ataupun dari ibu.
Dammar pun memberitahukan nama ayah dan kakeknya kembali derai air mta membasahi pipi keriput kakek tua itu ia coba mengingat kembali kenangan silam dimana ia dan kakeknya masih seumuran di bawah dammar masa-masa kecil dulu sangat lah sulit.
Ia masih ingat dulu tempat mereka bermain dihalaman depan pekarangan yang kini tinggal pancang atau tinggak tiang rapuh dimakan zaman pancang-pancang tiang tersebut dulunya sebuah surau yang dibangun oleh kakek mereka, sementara tanah tersebut adalah tanah yang dihibahkan kakek buyutnya dammar,mereka pun mendirikan surau ditanah itu dengan meninggalkan satu tiang untuk disimpan kakek buyut dammar dan tiang itu sampai sekarang masih tersimpan dirumah dammar bersandar ditiang dapur,ayahnya belumsempat menceritakan semuanya pada isterinya yang tak lain ibu dammar,agar jika ia tiada kelak istrinya dapat menceritakan semuanya kepada dammar anak mereka dikemudian hari nanti setelah dammar dewasa.
Karena hari telah merambat sore ibunyadan dammar minta diri pamit pulang tak lupa mengucap salam,sajadah yang dibelinya dari pasar sebagai cendera mata buat alam ia sumbangkan ke masjid yang dijaga kakek tua itu. Masih banyak teka-teki yang belum terpecahkan oleh dammar, namun yang pasti saat ini dammar telah merasakan hidayah dari yang maha kuasa,dammar terus mengayuh sepedanya berharap cepat tiba dirumah dan menanyakan semuanya pada ibunya.
Hidayah ramadhan yang dirasakan dammar menyejukkan rongga-rongga jiwa ruang-ruang sukmanya.

Satu puisi ia tulis buat sahabatnya yang buta alam

                           “Sahabat”
Sahabat insani sejati
Ialah sahabat obat penawar hati
Dari buhul-buhul puluh perindu
Merdu suara mengalun syahdu
Sahabat hati,sahabat abadi
Berkali ramadhan terlewati
Namun makna terpatri di dalam sanubari
Ketinggian budi bahasa dan keindahan bunyi
Keikhlasan suara hati sahabat insani sejati
Pada fitrah kesucian diri
Sahabat hati yang hakiki
Karunia kemulian menyelimuti
Hidayah semula jadi
Dari zat yang maha tinggi
                                                   Ramadhan 1433 H

Biodata Penulis

Lahir di dabosingkep, Kepulauan Riau pada tanggal 26 Januari 1976, terlahir dengan nama kecil yang akrab di sapa iwan. Tumbuh dan besar di kampung sekop darat(Dabosingkep ) beragama islam, berjenis kelamin laki-laki.
Kini menetap di Kisaran, Asahan Sumatera Utara, berpropesi sebagai pedagang sayuran di Pasar Kartini,Kiasaran dan juga pedagang di pasar kaget ( pekan) di sekitar kota kisaran.
Adapun beberapa karya tulis Iwan Sekop Darat.
1. Tentang Rindu
2. Tentang Rindu 2
3. Layang-Layang Zaman
4. Fatwa Cinta
5. Primadona Di ujung Trotoar
6. Madah Aksara
7. Tiang-Tiang Aksara
8. Do’a Si Marjan
9. Sulaman Aksara
10. Dilema Hati Menyinta
11. Pasukan Pramuka (Kisah Anak Pulau Dibalik Seragam Pramuka )
12. Bilur – Bilur Tinta ( Kumpulan Sajak )
13. Buih Debur Riak Cinta ( Kumpulan Sajak )
14. Bingkisan Ramadhan( Kumpulan Puisi,Sajak dan Syair )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar