Selasa, 02 April 2013

SEJUTA WARNA BOUGAINVILLEA ( KADO TERINDAH BUAT YANG DICINTA ) Bag. 1



KATA PENGANTAR


Assalmmu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya buku ini. Tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
            Buku ini rangkuman dari beberapa puisi dan sajak juga cerpen dan drama dari sejuta warna bougainvillea kado terindah buat yang dicinta.


                                                                         Penulis

                                                                         Iwan Sekopdarat






“ ASIMA DAN BOUGAINVILLEA “

Asima ………
Kau laksana bougainvillea
Berjuta warna penuh makna
Itu aku cinta ………
            Asima ………
            Hamparan pesona ruahan rasa
            Keindahan nirwana
            Itu aku jiwa
Asimaku ……..
Bougainvilleaku
Banyak sudah bersama melewati waktu
Itu aku rindu
            Asima ………..
            Jika kelak diantara kita ….
            Diam tinggal kerangka
            Maka serukan pada dunia
                        Satu cinta
                                    Satu rindu
                                                Satu jiwa
                                                            Itu kita
Asimaku ……….bougainvilleaku …….
Bunga kertasku
Rindu, cinta belahan jiwaku



“ MANUVER “

            Engkau bermanuver
            Atau terlalu over
            Kerah jurus segenap tenaga
            Semati bisa
            Demi nya yang kau bilang betina
Engaku bermanuver
Bak James Bond menggenggam revolver
Jantan diaksi laga
Tampil sempurna
Demi nya yang kau bilang betina
            Engkau bermanuver
Dalam denyut zaman seluler
            Sekejap jadi sekelip lihat
            Tanpa harus keluar urat
            Demi nya yang kau bilang terawat
Sangat
Demi nya  … demi dia yang kau bilang betina
Yang kau bilang teramat
Betina …. Wanita dari kaum hawa ….







“ BOUGAINVILLEA “

Diantara bunga
Beribu warna
Bougainvillea penuh pesona
            Anggun jelita
            Bermahkota
            Helai dan kelopak penuh warna
            Pada nuansa
Menghiasi pemukiman
Di pinggir jalan
Depan perkantoran
Sisi pertokoan
Di tengah taman
Dalam jambangan
Bougainvillea sungguh menawan
            Helai dari beribu warna
            Sejuta pesona
            Menghias cakrawala
Seladang bunga
Segudang warna
Bougainvillea menjerat mata
            Dalam bilik sudut hati
            Bougainvillea berseri
            Indah mewangi ……….



“ ZAMAN SELULER “

Banyak sudah berubah
Padahal baru semalam
Aku menukar baju
Putih abu – abu
            Getar hambatan penghantar suara
            Menggeser kedudukan pena
            Yang dulu meraja
            Seantero jagat raya
Diblantika suara hati dunia
Percaturan gemuruh rasa rindu
Pena slalu angkat bicara
Menyulam syahdu
            Dikeheningan nuansa
            Aliran dawat tinta semu
            Pena menegas rasa
            Mengalun merdu
Zaman seluler bergolak pesat
Cepat bagai kilat
Perangko tinggal koleksi dalam diktat
Tinggal pena meregang sekarat
            Ach ………
            Aku rindu menyurat
            Tumpahan kertas sekerat
            Luahan niat
            Dengan sebulir dawat

“ SMS KILAT “

Sungguh cepat
Dan maaf kalau aku kelewat
Karna bagiku kau teramat sangat
            Ketikan kata
            Jemari bercengkrama
            Mengirim berita
            Petikan rasa ….. aku cinta
Tak terasa
Banyak waktu dilewati
Bersama dalam suka duka
Kisah cinta ini
            Aku curiga
            Dan aku cemburu
            Adakah engkau mendua rasa
            Atau membagi rindu
Dari pada makin tersiksa
Lebih baik akhiri saja
            Luka saat ini belum seberapa
            Dari pada kelak baru tau setelah kita hidup bersama
Aku terima dengan lapang dada
Jika akhir begini adanya
            Sekalipun air mengambang dikelopak mata
            Dengan sekelumit derita cinta
Melihat engkau bahagia dengannya
Aku rela

“ SEMAMPUNYA SAJA “

Pak Yos tertunduk lesu
Bibir kelu
Diperkarakan dalam tuduhan tertentu
Karna dianggap
Melakukan perbuatan yang terlalu
Mengibas dan mengelap mutiara yang berdebu
Pak Yos hanya ingin
Mutiara itu bersinar
Tanpa tertutup debu
Mereke menganggap itu cara dulu
Yang tak patut ditiru
Pak Yos seorang guru
Tertunduk lesu
Dipesakitan persidangan itu
Dengan laporan merujuk aturan baru yang berlaku
Sebatas kewajaran salahkah cara Pak Yos itu ?
Seumpama orang tua yang memberi teguran
kepada anaknya, dengan sebutan kasih sayang ?
Jika kelak ketukan palu
            Dan Pak Yos bebas dari tuntutan itu
            Kembali menjadi guru
            Biarlah …….
            Mutiara yang bersinar tertutup debu
            Tanpa harus dikibas atau sedikit disapu
            Yang terpenting ia memberi ilmu
            Memberikan yang ia tahu
            Dengan tidak lagi melakukan
            Tindakan yang mereka anggap terlalu
            Kini Pak Yos tidak sesemangat dulu
            Bagi yang belum, kurang atau tidak mau tau
            Tiada lebih bagi Pak Yos
            Hanya merujuk pada aturan yang berlaku


 
“ YANG MISKIN DAN YANG KAYA “
            Yang miskin jangan sakit
            Yang miskin tak usah sakit
            Karna kalau sakit
            Makin disengsarakan
            Sering diacuhkan
            Tak jarang di dipersulitkan
                        Di tahan saja sendiri
                        Atau diobati sendiri
                        Alam menyediakan isi
                        Yang alami harus jeli
                        Kalaupun sudah sampai janji pasti juga mati
            Biarlah sakit bagi orang yang berduit
            Sakit hanya dikenal orang yang hartanya selangit
            Karna urusan tidak dipersulit
            Selalu diutamakan karena berduit
            Kemana – mana selalu diruangan yang serba VIP
            Dan nomor Wahid
            Namun sayang……… walau berduit
            Orang kaya yang hartanya selangit
            Tidak dapat membeli, menunda atau menangguhkan
            Yang namanya koit
            Jadi yang miskin haruslah selalu berserah diri
            Sedang yang berduit jangan merasa percaya diri
            Karna dengan harta yang selangit tidak bisa membeli koit.
            Yang miskin jangan mencuri
            Walaupun sesuap nasi
            Apalagi segoni padi
            Sebab kalau sampai kedapatan tangan  mencuri
            Alamat lebam biram sana sini
            Biru – biru dipukuli
            Beramai – ramai masa menghakimi
Biarlah mencuri dilakukan orang – orang yang kaya saja
Dengan korupsi merajalela
Dari jutaan,  milyaran sampai tak terhingga
Sekalipun kedapatan tangan korupsi
Banyak masa yang mengetahui
Berbondong – bondong menghampiri
Bukan untuk menghakimi
Tapi difoto sana sini
Sambil berucap “ o… rupanya ini yang korupsi”
Atau “ Tak disangka ya, dia itu korupsi”
Jadi jangan heran
Orang kaya yang duitnya banyak sekali
Melakukan korupsi tiada yang berani memukuli
Berarti lebih mahal harga sesuap nasi dari pada korupsi mengeruk uang negeri
Karna itu jangan mau jadi miskin
            Sakit susah
            Mencuri makin susah
            Habis – habisan di pelasah
Ada yang mengatakan nama itu doa
Atau suatu pengharapan dari yang membuat nama
Buatkan saja nama anak “ duit “ atau  “ kaya”
Biar kelak seperti yang diharapkan
“ tuh liat si duit berjalan “
Atau
“ Sikaya keluar lagi jalan – jalan “
“ MUTIARA BOUGAINVILLEA “

Jika hendak tersenyum
Tersenyumlah disaat mata lagi menangis duka
Karna dengan tersenyum
Sudah berusaha meredakan gejolak jiwa

Jika hendak menangis
Menangislah disaat tawa lagi menggema
Karna dengan menangis
Mengingatkan kita jangan terlalu terlena

Jika hendak menulis
Menulislah disaat orang tidak lagi menganggapnya
Karna dengan menulis
Orang lebih cepat mengerti dan memahaminya

Jika hendak berbicara
Ucapkan dulu dalam alam pikir kita
Karna dengan berbicara
Mengutarakan maksud tertentu dalam susunan aksara




“ CINTA DAN SAYANG “

Jika hendak dicinta
Cintailah juga
Karna dengan cinta
Hidup terasa lebih bermakna
            Jika hendak disayang
            Sayangilah juga
            Karna dengan sayang
            Akan indah untuk dikenang
Jika hendak dirindu
Merindulah juga
Karna dengan rindu
Taulah gejolak rasa di kalbu

 

WARNA BOUGAINVILLEA

            Wanita banyak ragam dan tingkah lakunya ibarat Bougainvillea segudang warna terkadang orang membilang perhiasan dunia. Tak jarang orang juga membilang racun dunia banyak yang menyatakan mahkota alam raya tidak sedikit yang mengatakan dapat menghancurkan jagatraya.
            Wanita dengan berbagai kriteria, begitupun Bougainvillea dengan beragam warna dari Bougainvillea yang berwarna jingga, atau merah  memerah menyala, merah jambu, merah pucat, kining, unggu, putih dan berbagai campuran warna seperti halnya jingga atau merah merona.
            Kelembutan dalam hangatnya dekapan cinta Bougainvillea dengan warna merah menyala identik dengan wanita yang suka bicara apa adanya, terbuka, penuh semangat, berkemauan keras, tidak ragu dalam mengambil suatu keputusan.
Sementara merah jambu ini di ibaratkan wanita yang agak pemalu, sedikit tertutup. Dalam berbicara hanya seperlunya saja, cendrung pasif.
Sedang Bougainvillea dengan warna merah pucat memiliki sifat kebalikan dari yang berwarna merah menyala.
Bougainvillea dengan kelopak bunga kuning biasanya dalam naungan warna ini periang, mau bekerja keras, berpikiran maju, dan sering membantu, terkadang bersifat lebih menonjol.
Dari kelopak Bougainvillea yang berwarna unggu perpaduan dua warna antara merah dan biru. Perpaduan antara keberanian dan keteduhan bersikap lebih mendahulukan akal pikir yang sehat juga pantang menyerah dengan warna yang sedikit gelap terkadang mereka kurang tanggap.
sSedang Bougainvillea yang berwarna putih lebih dominan pada ketulusan hati, kebersihan jiwa seperti warnanya lebih melambangkan kesucian cinta, polos dan bersahaja.



“ DARI TELAGA “

Engkau laksana telaga
Yang sejuk teduhkan rasa
Yang tenang menentram jiwa
Engkau bagai telaga
Jernih setembus kaca
Bening bak pualam kata
Engkau ibarat telaga
Keikhlasan cinta
Kedamaian rasa
Seumpama engkau telaga
Raket cintaku mengambang diatasnya
Memandang indah penorama
Seakan engkau telaga
Keindahan cinta
Dari fatamorgana
Bak telaga
Sungguh aku cinta
Seperti telaga
Dikau sangat mempesona

                                                   
“ HATIMU “

Aku linglung
Menginterprestasikan dirimu
Dan bingung
Menyelami seluk beluk liku hatimu
Bagai tumbuhan putri malu
Yang daunnya tertutup bila tersentuh sesuatu
Seperti merpati
Kadang menghampiri
Terkadang jauh terbang tinggi
Seperti itu dirimu yang sulit kupahami
Seperti itu dirimu
Yang susah untuk ku mengerti
Sedalamnya laut
Masih bisa dibilangkan
Sedalamnya hatimu
Sungguh sangat membingungkan




“ INI PENA “

Ini pena penuh tinta
            Diantara bilah – bilah aksara
            Para pujangga lama
                        Ini pena menari sungguh
                                    Diantara madah dan petuah
                                    Pujangga baru berseluruh
Menyelami unsur kata
Tiap baris aksara
Pada balai pustaka
            Tak jarang ………….
            Ini pena meliuk resah
            Memilah lolongan erang, derap dan desah
            Dari angkatan 45 yang dilanda gelisah
Terkadang ……….
Ini pena tampak keram
            Timbul diantara salah paham
            Tidak sepaham
Gejolak angkatan 66 yang tak ingin diam
                        Ini pena berdiri
                        Dari mereka yang dulu pernah
                        Hidup di bumi
            Ini tinta terisi
            Dari mereka yang dulu pernah
            Bersajak dan berpuisi


“ UCAP KATA “

            Akal memikir aksara
            Bibir mengucap kata
            Sedang pena perantaranya
            Dengan tinta mengukirnya
            Agar indah untuk dibaca
                        Dari pena yang merangkai kata
                        Banyak lah ilmu yang dapat di baca
Jikalau rumah tiang bersangga
Maka pancanglah nian berdiri
Jikalau pena ditangan pujangga
Maka teranglah kajian diri


 

“ SEBOTOL TINTA DAN SEBATANG PENA “

Diharimu yang istimewa
Miladmu atau hari jadi
Aku memberi hadiah yang tidak seberapa
Namun penuh makna arti
Sebotol tinta dan sebatang pena
            Mungkin bagi mereka itu hadiah biasa
            Namun dalam artinya bagiku
            Berharap engkau dapat melukis cinta
Dan mengukir syahdunya rinduku
Janganlah dipandang dari bentuk dan harganya
Tapi selami maksud yang terkandung disitu
Dengan pena menyulam benang cinta
Dengan tinta merajut sutra rindu
            Banyak yang memberi hadiah dengan mengutamakan harga
            Tanpa ia tau apa kelak itu menjadi perlu
Dari pena kelak tau cara menyinta
            Dari tinta kelak merasa indahnya  merindu
Sobotol tinta dan sebatang pena
Hanya itu yang bisa
Kuharap engkau dapat melukiskannya      
Keindahan kisah cinta kita
Keabadian cerita kisah kita
            Sebotol tinta dan sebatang pena
            Sudilah kira engkau terima diriku
            Dengan segenap rasa cinta
            Seluruh angan berhias rindu
“ TAK SEPERTI YANG KU KENAL “

Tak seperti yang dulu ku kenal
Kini engkau tampak rapuh
Hanya karna soalan cinta
Engkau jadi tampak kumal
Gairah hampa kelihatan lusuh
Juga merasa hidup tiada guna
Cinta terkadang menyakitkan
Terlalu menyiksa, sangat tersiksa
Derita batin tiada terperihkan
Digulung merana berselimut nestapa
Lihatlah dirimu sekarang
Tak ubah patung bisu
Seperti mayat berjalan
Bagai kerakap diatas batu
Kurang minum kurang makan
Hidup segan mati tak mau


“ JANGAN TERLALU 

Jangan terlalu memikirkan ku
Jika kau anggap itu tak perlu
Kelak hanya menyita waktu mu
            Jangan terlalu memikirkan ku
            Jika tak lagi menyintaiku
            Sebab itu nanti menyiksa batinmu
Jangan terlalu memikirkanku
Jika engkau ingin berbuat sesuatu
Karna dengan atau tidak bersamaku
Engkau telah membuat keputusan itu
            Yeah ……
            Jangan terlalu ……
                        Jangan terlalu ……
                                    Semua telah berlalu ……
Yeah …..
Jangan terlalu ……
Jangan lagi terlalu memikirkanku
Dengan kesendirianku
Tanpamu ……


“ SYAIR TUAK “

            Sebotol tuak diatas meja
            Digilas penuh juga
            Sepeminum belumpun tiba
            Tapi kepala rasa dipukul – pukul olehnya
Sebotol tuak diatas meja
Digelas penuh juga
Disitu masuk cerita
Tetapi akhir tidak jumpa
            Sebotol tuak diatas meja
            Digelas penuh juga
            Jika benar dapat menawarkannya
            Mengapa banyak yang sakit karenanya
Sebotol tuak diatas meja
Digelas penuh juga
Berharap mendapat keterangan darinya
Padahal kesengsaraan jiwa yang berharta
            Sebotol tuak diatas meja
            Digelas penuh juga
            Jika kelak itu menjadi dosa
            Lebih baik ditinggal saja

 “ KEEGOANMU ”

Kau anggap dirimu siapa ?
Hingga mencampakkanku sedemikian rupa
Sekalipun aku cinta
Namun tak begini caranya
Sesukamu mendua rasa
Kau anggap dirimu siapa ?
            Bidadarikah ?
            Perikah ?
            Atau dewikah ?
Yang dapat memutar balikkan waktu
Sempat aku berharap banyak darimu
Dan takut kehilanganmu
Tapi dengan semua tingkah polamu
Aku harus berpikir dua kali
Lebih berhati – hati
Dan dapat menjaga hati
Meniti hari
Bersamamu lagi


                                                              “WARISAN KATA”

Seludang putih belulang pipih
Tergeletak berderak – derak
Bagai daun kering yang gugur kebumi
Jangan salahkan angin yang berhembus ingin
Jangan salahkan hujan yang tak kunjung reda
            Aku ini darah tak merah
            Gelegak sum – sum hilang detak
            Bagai layang putus benang dan tali
            Beku dimalam dingin
            Larut kembali unsurnya
Warisan kata
Aku memanggul pena
Aku menggantang tinta
Mengumpul kata
Merentang aksara
Itu saja …..
Itu saja …..
Sebisa aku menulis kata
Semampumu mengeja aksara
Warisan kata
Titipan nada ….
Ingat aku selagi ada
Menyulam aksara alunan cinta
Dilembah sisi sungai kami berada


“ ASMA MU ”

Berpuluh, beratus, bahkan berjuta batang pena
Telha habis tinta menulis asma mu
Berpuluh, beratus, bahkan berjuta karangan indah
Telah habis bunga merangkai asma mu
Berpuluh, beratus, bahkan berjuta dahan usia
Telah habis akar mengukir asma mu
            Tuhanku ………….
Sekalipun luasnya laut dan samudra banyaknya tinta
Telah habis menulis asma mu
Dengan darah ini aku menulis asma mu
            Tuhanku ………….
Sekalipun seluruh hamparan alam jagat raya
Bertabur harum bunga
Telah habis merangkai asma mu
Maka dengan bunga hati ini aku merangkai asma mu
            Tuhanku ………….
Walaupun seluruh kekayaan dunia dan tiap – tiap dahan usia
Telah habis mengukir asma mu
Maka dengan beralas dada aku mengukir asma mu
            Tuhanku …………
            Sujudku berpeluh
            Lemah sungguh
            Namun tidak rapuh
                        Tuhanku ………
                        Dalam doaku
                        Memuji asma mu ………
“ BUAH HATI “

Buah hati titik darah ku
Penerus dari ucapku
Teruslah berkarya
Sekuat kau bisa
Tabuhkan gejolak jiwa
Biar bisa aku baca
Sekalipun kelak disana
            Buah hati titik darahku
            Penegas aksaraku
            Lantangkan suara
            Senyaring kau bisa
            Pukulkan gelegak dahaga
            Agar dapat aku dengar
            Sekalipun kelak disana
Ingatlah pesan dari titik darahmu
            Jangan pernah lelah merangkai kata
            Karena darinya
            Pikiran jadi terbuka
Jangan pernah bosan  menguntai makna
Karena darinya
Banyak ilmu yang berguna
            Jangan pernah berhenti menyulam aksara
            Karena darinya
            Taulah cara untuk berdoa


“ INSAN BERNYAWA “

Jika ditanya
Pada tiap – tiap insan bernyawa
Untuk apa hidup dunia
Maka …….
Berbagai bentuk ragam jawaban mereka
Namun tetaplah pada satu muara yang sama
Meraih kebahagiaan dunia akhirat selamanya
            Jika ditanya
            Pada tiap – tiap insan bernyawa
            Untuk apa menyinta
            Maka ………
            Berbagai macam cara bentuk dan rupa melukisnya
            Namun tetaplah pada satu nuansa yang sama
            Menggapai ketenangan dunia akhirat selamanya
Jika ditanya
Pada tiap – tiap insan bernyawa
Untuk apa merindu
Maka ………
Beragam tingkah pola dan cara mengekspresikannya
Namun tetaplah pada satu lembayung yang sama
Merengkuh kedamaian dunia akhirat selamanya





DRAMA SATU BABAK
AKHIR SANDIWRA

                        Dibalik seragam putih abu – abu nama Ah hwa bukan hal yang baru, gadis cantik, manis, pintar, ayu dan menarik terlalu sering diperbincangkan disekolahnya atau disekolah lain. Dengan segudang prestasi atas kecerasannya dan kabar miring tentang ia yang sering gonta ganti pacar, membuat nama Ah hwa cepat tersebar kemana – mana.
            Ia juga anak orang berada kalangan atas kaum berduit, selalu disibukkan dengan rutinitas. Ah hwa gadis blasteran campuran sunda dan tionghoa, dengan sifatnya yang sedikit manja membuat ia tampil beda, membuat jatuh bangun hati banyak pemuda yang mengharap cintanya, sekalipun ia bergonta ganti pacar, bukan berarti ia bersifat binal, jika jauh dibaca relung hatinya, hanya hamparan yang didapat disana, karna setiap pemuda yang ia cintai selalu  menggerogotinya, sebab itu Ah hwa beranggapan cinta itu semu belaka, berpacaran dengan pemuda yang selevel dengannya. Ah hwa hanya dijadikan tempat nebeng ketenaran dan popularitas saja,  berpacaran dengan pemuda dengan level atau taraf hidup dibawahnya  Ah hwa tak ubah bank berjalan selalu dimanfaatkan dan dikuras hartanya. Cinta nonsend belaka itu moto bagi Ah hwa. Dari situ ia dan kelima temannya membuat satu sandiwara cinta dimana ah hwa langsung terjun sebagai peran utama, yech hanya dalam waktu 30 hari Ah hwa harus bisa meyakinkan pemuda yang menjadi target mereka dari mulai berderetan berpura – pura jatuh hati merangkai hari lalu mencampakkan mereka, ada kepuasan tersendiri bagi ah hwa yang selalu tampil gemilang pernokohannya, banyak sudah pemuda yang terluka dengan permainan sandiwara cinta yang Ah hwa.
            Seperti malam ini dikamar Ah hwa yang sangat luas dengan peralatan serba lux, sangat mewah, ia dan kelima temannya kembali berkumpul membahas perundingan mereka. Ini malam ke – 29 esok haarus ada yang dieksekusi cinta dalam peraturan sandiwara mereka, biasanya mereka tertawa bahagia atas kemenangan ini. Namun kali ini lain yang dirasa Ah hwa, rona mega dipelupuk mata Ah hwa tidak bisa disembunyikan, temannya coba mengingatkan dengan ucapan “ semua lelaki itu sama saja tidak jauh beda “ jalani saja sampai waktu yang menjawabnya,           Ah hwa pun coba membaur dalam tawa. Dengan patahan semnyum yang ia sembunyikan          Ah hwa menyelimuti hatinya.
            Sepulang teman – temannya, Ah hwa termenung dikamarnya, batinnya bergolak antara pilihan hati dan sandiwara yang kini diperannya, ah hwa mengghalau pergolakan batinnya.            “ Ah aku jangan terlalu hanyut dalam suasana, mungkin saja ia sama, seperti kisah cinta pertamaku yang mencampakkan diriku, aku harus kuat, harus bisa “ bisik batin ah hwa namun kembali batinnya berbisik  “ pemuda sebaik dia, setulus dia tak harus dicampakkan dilukakan dalam sandiwara cinta, mungkin saja ia tidak bisa lagi bertemu dengan pemuda sebaik itu.
            Dari pertentangan batin dan pikirannya sebulir air mata jatuh dikelopak mata indah Ah hwa wajahnya merona dari tetes – tetes kain air mata itu membanjiri kamarnya, ingin ah hwa menjerit namun suaranya seakan tersekat dikerongkongannya, hanya isak sedu yang terdengar Ah hwa membiarkan semua air mata itu tumpah agar esok ia lebih kuat dalam mengakhiri permaianan sandiwara ini. Yech …. Esok tepat 30 hari dari mulainya sandiwara ini, satu hati harus di eksekusi itu memang sudah janji yang tidak bisa dipungkiri, disini Ah hwa harus bersikap profesional dengan mengesampingkan urusan pribadi atau lebih jelasnya pergolakkan hatinya.
            Yang menjadi targetnya kali ini adalah pemuda yang tak lain teman sekelasnya sendiri yaitu Alif seorang pemuda sederhana yang bersahaja  arif dan  bijaksana, sebenarnya hati Ah hwa tidak tega namun ia terlanjur menerima tantangan teman – temannya untuk menundukkan hati Alif lalu mencampakkannya. Dari wajah Alif tergolong ganteng lebih dominan dibilang menarik, pekerja keras. Itu terlihat dari postur tubuhnya yang tegap beris. Sebenarnya kalau saja Alif mau sedikit membuka diri, tidak sedikit gadis yang mendambakan cintanya, termasuk juga Ah hwa dan kelima temannya, namun Alif tidak seperti itu ia selalu halus dan alasan yang dapat diterima akal sehat menolaknya.
            Ayah Alif bekerja sebagai tukang sapu disekolah dimana Alif menimba ilmu, sementara ibunya sebagai pembantu rumah tangga dan telah lama bekerja dirumah Ah hwa. Sementara Alif bekerja membersihkan mesjid membantu pak Umar yang di tunjuk menjadi pengurus mesjid.
            Dari kecerdasan Alif ia selalu mendapatkan beasiswa dan dapat bersekolah disekolah paforit ini, Ah hwa sudah kenal lama dengan ayah Alif dan sangat baik dengan ibunya Alif yang selalu menyiapkan segala kebutuhannya dirumahnya.
            Hari ke-30 dan target ke 30 permainan sandiwara ini usai, tiada lagi sandiwara ini, sengaja teman – teman Ah hwa memilih Alif sebagai target terakhir, karna mereka tau Ah hwa mungkin mundur atau kalah dalam permainan ini, jauh sebelumnya dari target yang pertama teman – teman Ah hwa memang sudah menetapkan Alif sebagai target penutup.
            Ah hwa yang merasa tertantang menyanggupi permaianan ini tanpa pikir panjang, ini tau dengan apa yang ia pertaruhkan dalam sandiwara ini dalam keegoannya, hwa tidak ingin dibilang sebagai pelindung dalam akhir sandiwara ini, keluar dengan kepala tertunduh kalah.
            Teman – teman Ah hwa seakan tidak percaya dan salut pada Ah hwa karna dalam waktu 3 hari Ah hwa telah dapat merebut hati Alif dan Alif jatuh dalam permainan sandiwara mereka. Alif turut dalam alur plot cerita yang mereka sandiwarakan di pentas alam terbuka.
29 hari telah banyak bagi Ah hwa mengerti arti cinta, dari Alif Ah hwa banyak belajar mengenal makna cinta, memang dalam menjalankan sandiwaranya Ah hwa tidak terlalu mempermasalahkan berapa uang yang harus ia keluarkan dari kantongnya, apalagi dengan target pemuda yang memiliki taraf hidup dibawahnya,  bagi Ah hwa itung – itung ia coba memberi sedikit kesenangan materi sebelum mencampakkan hati pemuda yang mengajak mereka diner di restoran mewah tenama atau memberikan sedikit hadiah yang merupakankesenangan target tersebut, dengan Alif Ah hwa mati kutu dibuatnya. Pernah suatu hari Ah hwa mengajak Alif untuk makan di restoran ternama, dengan meyakinkan Alif semua biaya Ah hwa yang menanggung semua. Alif hanya tersenyum sambil mengatakan “  apakah engaku ikhlas ?” Ah hwa dengan dahi dikernyitkan ia mengangguk, kembali Alif mengatakan berapa besar biaya yang dihabiskan untuk kebutuhan itu? Dalam kebingungan Ah hwa mengatakan kurang lebih lima ratus ribuan, sengaja Ah hwa menyebut dalam nominal angka yang besar untuk sekali diner spesial dalam pertemuan. Alif hanya mengangguk kecil kembali ia berujar, “ jika benar engaku ikhlas berikan saja uang itu padaku, karna sangat berarti bagiku” suasana hening seketika dalam hati Ah hwa sempat mengutuk dirinya, untung saja ia tau kejelekan sifat Alifdalam kepolosannya ternyata Alif mata duitan juga, sempat Ah hwa benar – benar jatuh hati pada Alif dan banyak menaruh harapan pada Alif, tapi semuanya ia tepis jauh – jauh ini lebih menetapkan hati Ah hwa untuk mencampakkan hati Alif, karna ia tidak terlalu merasa bersalah jika kelak ia menyelesaikan akhir dari cerita sandiwara  ini Ah hwa merasa telah tau belangnya Alif.
Ah hwa pun merogoh sakunya memberi uangnya pada Alif dalam hati Ah hwa berbisik itung – itung membantu keuangan keluarga Alif, toh ayah dan ibu Alif sudah sangat Ah hwa kenal”. Alif membeli 2 buah amplop berwarna putih Ah hwa mengikuti Alif dari belakang dengan angkutan umum Ah hwa dan Alif menuju panti asuhan yang bersebelahan dengan mesjid tempat ia bekerja. Diantara ke-29 target hanya Alif saja yang tidak mau duduk dalam mobil mewah Ah hwa.
            Ah hwa banyak belajar dari kesederhanaan itu Alif yang selalu melihat anak panti Asuhan dan sering bermain dengan mereka setelah ia selesai membersihkan mesjid. Ingin sekali Alif memberikan sedikit kesenangan bagi mereka. Menurut Alif dari tangan Ah hwa ia dapat membuat hati anak – anak panti asuhan menjadi terhibur sebelum mereka naik angkutan umum Alif juga sempat singgah di toko sport dengan uang Ah hwa ia membeli sebuah bola kaki juga dua pasang raket  bulu tangkis beserta 2 set bola badminton. Sebelumnya Ah hwa hanya mencibir manyun, melihat tingkah polah Alif yang menggunakan uangnya membelikan keperluan Alif  “tak disangka matre juga“ desah Ah hwa dalam hati. Tapi ketika Ah hwa tau kalau bola dan reketitu untuk anak – anak panti asuhan, tersentuh hati Ah hwa tak kuasa ia coba menahan air matanya agar tidak keluar apalagi disaat anak – anak panti asuhan mengucapkan banyak terimah kasih pada Alif, malah Alif berujar “ jangan berterima kasih sama abang, yang membeli ini kak Ah hwa “ dengan rasa haru biru Ah hwa menyalami anak – anak panti asuhan itu kepada ibu pengurus Alif memberi uang yang tadi diberi Ah hwa yang telahia masukkan kedalam amplop putih sambil berujar “ ini ada sedikit pemberian dari teman saya ini bu, semoga menjadi berkah “ Ah hwa yang mendengar perkataan Alif mematung bisu dan termangu, ibu pengurus panti asuhan mengucapkan terima kasih banyak sambil memeluk Ah hwa, Ah hwa membalas pelukan sambil mengangguk pelan “ maafkan aku Alif, yang sempat mengira engkau bukan – bukan, begitu luhur budi pekertimu, Alif …. Engkau telah mengajariku  arti cinta yang sesungguhnya” jerit batin Ah hwa karna jarak panti asuhan bersebelahan dengan masjid, Alif meminta kepada Ah hwa untuk sejenak beristirahat di panti asuhan itu karna Alif akan membersihkan ruangan mesjid sebentar lagi akan masuk waktu ashar juga melaksanakan shalat ashar berjamaah selesai itu barulah mereka keluar pergi untuk membeli makanan. Tidak lupa Alif juga mengatakan kalau amplop putih yang satunya lagi akan disumbangkan untuk masjid, Ah hwa hanya mengangguk pelan, matanya tak lepas memandang punggung Alif yang berjalan menuju masjid.
            Setelah selesau shalat ashar barulah mereka naik angkutan umum, dengan uang itu Alif tidak membawa Ah hwa ke restoran mewah tapi ia membawa Ah hwa ke tempat warung makanan sederhana seumur – umurbaru kali ini Ah hwa mengijakkan kakinya di warung makanan sederhana namun Alif entah mengapa ia merasa bahagia saja. Alif memesan dua piring nasi goreng, sambil menunggu pesanan mereka, seorang gadis kecil masuk dan menjajakan suaranya berteman kerincingan yang ia buat dari tutup botol minuman segar, Alif memberikan beberapa lembar uang ribuan sambil menawarkan nasi goreng kepada gadis kecil itu, gadis kecil itu menggeleng kepala sambil berujar “ terima kasih bang, tapi saya harus cepat pulang kasihan ibu dirumah “ Alif merogoh sakunya sisa uang pemberian Ah hwa tadi hanya cukup membayar tiga porsi nasi goreng, kepada penjaga warung Alif meminta dibungkuskan dua, sedang yang satunya dihidangkan dimeja.
            Ah hwa coba memotong pembicaraan Alif dengan mengtakan biar saja tetap dipesan dua yang dua dibungkus dan dua piring yang dihidangkan namun halus Alif melarangnya. Alif hanya tersenyum kecil melihat gadis kecil berjalan dengan sedikit berlari menenteng 2 bungkus nasi goreng, sebelum pergi gadis kecil mengucapkan terima kasih kepada alif dan Ah hwa sambil berkata “ semoga kakak dan abang kelak bahagia “ ya doa itu, doa itu yang membuat Ah hwa semakin tidak berdaya, sepiring nasi goreng dihadapan Alif dan Ah hwa, Alif mempersilahkan Ah hwa untuk memakannya, Ah hwa meminta Alif dengan hal yang sama, satu piring nasi goreng mereka habiskan bersama. Memang sore itu Ah hwa lapar berat karna dari siang ia belum makan, kepada Alif Ah hwa mengatakan kalau seandainya Alif masih lapar pesan saja lagi biar nanti Ah hwa yang membayarnya namun dengan lembut Alif berujar “ tidak usah hwa, lebih baik makan saat benar – banar lapar, dan berhenti sebelum kenyang” yech …. Semua kenangan masih membekas dalam ingatan Ah hwa, bersama Alif Ah hwa merasa jiwanya lebih damai dan tentram ….
            Pernah juga suatu hari setelah kejadian itu disaat ibu Alif membereskan dapur rumah majikannya yang tak lain rumah orang tua Ah hwa, ia bertanya kepada ibunya Alif, apa selama ini yang di inginkan Alif yang belum ia dapatkan, adakah sesuatu yang ia dambakan ?
            Memang Ah hwa dengan ibunya Alif dekat jika kedua orang tua Ah hwa pergi 3 atau 4 hari dalam urusan bisnis biasanya ibunya Alif menemani Ah hwa dirumah majikannya itu. Biasanya pagi – pagi buta ibunya Alif sudah berangkat menuju rumahnya Ah  hwa dan sore hari barulah ibunya Alif pulang kerumahnya berkumpul bersama keluarganya.
            Ibunya Alif yang mendengar pertanyaan Ah hwa tidak merasa curiga karna memang selama ini mereka sudah saling bertukar cerita disela – sela pekerjaan ibunya Alif dirumah Ah hwa.
            Ibunya Alif coba mengingat – ingat apa sebenarnya keinginan Alif putranya yang selama ini belum terpenuhi sekilas terlintas dipikirannya  dengan Tohir yang selalu menutup gitarnya dirumah Alif, Tohir lebih suka bermain gitar barsama Alif, warna suara Alif yang berkarakter membuat Tohir lebih bersemangat memetik jemari gitarnya, selain pintar bernyanyi aktif juga bermain gitar, dengan gitar Tohir yang lebih sering dirumah Alif membuat Alif mahir memainkannya. Secara spontan ibunya Alif mengatakan gitar, mungkin saja dengan memiliki gitar sendiri Alif merasa lebih nyaman.
Sore hari tanpa diduga Ah hwa membelikan sebuah gitar buat Alif, ibunya Alif merasa kurang enak, namun Ah hwa memberi alasan yang tepat dengan mengatakan bahwa selama ini ibunya Alif banyak membantu ia dan keluarganya tak salah jika sekali – kali Ah hwa ingin melihat putra sulung ibu tersebut bahagia.
            Sebelum – sebelumnya pun Ah hwa biasa mengantar ibunya Alif pulang, jika ketepatan Ah hwa keluar rummah dalam urusan tertentu atau sekedar jalan – jalan, tapi hari ini beda ia tidak menurunkan ibunya Alif diseberang jalan rumah Alif, ia juga masuk dan langsung memberikan gitar itu pada Alif, saat itu sungguh Ah hwa tulus memberikannya. Dengan senyum simpul  Alif menerima gitar tersebut, mereka pun bercerita seadanya sebelum Ah hwa permisi pulang.
            Dari rasa kekaguman Ah hwa pada Alif tumbuh benih – benih cinta dihati Ah hwa. Kini Ah hwa harus mengakhiri semuanya, ini konsekuensi dari sandiwara ini permainan yang mereka jalani selama ini.
            Ah hwa seakan tidak rela ia pun tertidur dengan air mata yang baru saja kering di kedua pipinya yang merona. Malam makin mencekap, hening dingin mencucuk tulang, erang tenggelam digilas sang kelam namun malam ini sangat susah mata Alif untuk terpejam yech …. Ia tau semuanya kalau malam ini adalah malam terakhir dari sebuah kisah drama satu babak sandiwara cinta. Yang semua Alif taudari Tohir sahabatnya yang tanpa sengaja saat disudut kantin Tohir sempat mendengar pembicaraan Ah hwa dan teman – temannya yang menjadikan Alif target terakhir dari sandiwar ini, Tohir mewanti – wanti Alif agar tidak terlibat dalam permainan ini, tapi Alif malah mengatakan biarkan saja Ah hwa memainkan peranannya sedang aku dengan peranku yang apa adanya tanpa kepura – puraan. Dengan gitar pemberian Ah hwa Alif mengubah lagu baut Ah hwa, dan malam ini ia kembali membungkus gitar itu seperti semula dan meminta ibunya untuk mengembalikan gitar itu pada Ah hwa tak lupa Alif berpesan kepada ibunya bahwa di dalam bungkusan gitar itu ada beberapa lembar kertas yang berisikan lirik lagu buat Ah hwa.
            Kepada ibunya, Alif beralasan bahwa Tohir telah memberi gitar baru, gitar lama yang sering ia titipkan disini biar saja disini lahi pula Alif tak ingin merasa berhutang budi pada Ah hwa .
            Ibunya Alif pun mengerti dengan penjelasan putranya itu dan berencana besok pagi membawa gitar itu kembali pada Ah hwa.
             Alif tau seakan ada yang pergi dari dirinya namun ia sudah cukup merasa bahagia dapat memberitahukan pada Ah hwa arti cinta dalam sudut pandang dan kaca matanya.
            Besok dihari ke – 30 target yang ke 30 sandiwara ini berakhir, dalam permainan ini menang atau kalah hanya Ah hwa yang tau karna ia lah tokoh utama dalam drama satu babak akhir sandiwara ini ………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar