KATA PENGANTAR
Assalmmu’alaikum
Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur
kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya buku ini. Tanpa ridho dan
petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada teman – teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
Buku
ini rangkuman dari beberapa puisi dan sajak juga cerpen dan drama dari sejuta
warna bougainvillea kado terindah buat yang dicinta.
Penulis
Iwan
Sekopdarat
“ ASIMA DAN
BOUGAINVILLEA “
Asima ………
Kau laksana
bougainvillea
Berjuta
warna penuh makna
Itu aku
cinta ………
Asima ………
Hamparan pesona ruahan rasa
Keindahan nirwana
Itu aku jiwa
Asimaku
……..
Bougainvilleaku
Banyak
sudah bersama melewati waktu
Itu aku
rindu
Asima ………..
Jika kelak diantara kita ….
Diam tinggal kerangka
Maka serukan pada dunia
Satu cinta
Satu rindu
Satu
jiwa
Itu kita
Asimaku
……….bougainvilleaku …….
Bunga
kertasku
Rindu,
cinta belahan jiwaku
“ MANUVER “
Engkau bermanuver
Atau terlalu over
Kerah jurus segenap tenaga
Semati bisa
Demi nya yang kau bilang betina
Engaku
bermanuver
Bak James
Bond menggenggam revolver
Jantan
diaksi laga
Tampil
sempurna
Demi nya
yang kau bilang betina
Engkau bermanuver
Dalam
denyut zaman seluler
Sekejap jadi sekelip lihat
Tanpa harus keluar urat
Demi nya yang kau bilang terawat
Sangat
Demi nya … demi dia yang kau bilang betina
Yang kau
bilang teramat
Betina ….
Wanita dari kaum hawa ….
“ BOUGAINVILLEA “
Diantara
bunga
Beribu
warna
Bougainvillea
penuh pesona
Anggun jelita
Bermahkota
Helai dan kelopak penuh warna
Pada nuansa
Menghiasi
pemukiman
Di pinggir
jalan
Depan
perkantoran
Sisi
pertokoan
Di tengah
taman
Dalam
jambangan
Bougainvillea
sungguh menawan
Helai dari beribu warna
Sejuta pesona
Menghias cakrawala
Seladang
bunga
Segudang
warna
Bougainvillea
menjerat mata
Dalam bilik sudut hati
Bougainvillea berseri
Indah mewangi ……….
“ ZAMAN SELULER “
Banyak
sudah berubah
Padahal
baru semalam
Aku menukar
baju
Putih abu –
abu
Getar hambatan penghantar suara
Menggeser kedudukan pena
Yang dulu meraja
Seantero jagat raya
Diblantika
suara hati dunia
Percaturan
gemuruh rasa rindu
Pena slalu
angkat bicara
Menyulam
syahdu
Dikeheningan nuansa
Aliran dawat tinta semu
Pena menegas rasa
Mengalun merdu
Zaman
seluler bergolak pesat
Cepat bagai
kilat
Perangko
tinggal koleksi dalam diktat
Tinggal
pena meregang sekarat
Ach ………
Aku rindu menyurat
Tumpahan kertas sekerat
Luahan niat
Dengan sebulir dawat
“ SMS KILAT “
Sungguh
cepat
Dan maaf
kalau aku kelewat
Karna
bagiku kau teramat sangat
Ketikan kata
Jemari bercengkrama
Mengirim berita
Petikan rasa ….. aku cinta
Tak terasa
Banyak
waktu dilewati
Bersama
dalam suka duka
Kisah cinta
ini
Aku curiga
Dan aku cemburu
Adakah engkau mendua rasa
Atau membagi rindu
Dari pada
makin tersiksa
Lebih baik
akhiri saja
Luka saat ini belum seberapa
Dari pada kelak baru tau setelah
kita hidup bersama
Aku terima
dengan lapang dada
Jika akhir
begini adanya
Sekalipun air mengambang dikelopak
mata
Dengan sekelumit derita cinta
Melihat
engkau bahagia dengannya
Aku rela
“ SEMAMPUNYA SAJA “
Pak
Yos tertunduk lesu
Bibir
kelu
Diperkarakan
dalam tuduhan tertentu
Karna
dianggap
Melakukan
perbuatan yang terlalu
Mengibas
dan mengelap mutiara yang berdebu
Pak
Yos hanya ingin
Mutiara
itu bersinar
Tanpa
tertutup debu
Mereke
menganggap itu cara dulu
Yang
tak patut ditiru
Pak Yos
seorang guru
Tertunduk
lesu
Dipesakitan
persidangan itu
Dengan
laporan merujuk aturan baru yang berlaku
Sebatas
kewajaran salahkah cara Pak Yos itu ?
Seumpama
orang tua yang memberi teguran
kepada
anaknya, dengan sebutan kasih sayang ?
Jika kelak
ketukan palu
Dan Pak Yos bebas dari tuntutan itu
Kembali menjadi guru
Biarlah …….
Mutiara yang bersinar tertutup debu
Tanpa harus dikibas atau sedikit disapu
Yang terpenting ia memberi ilmu
Memberikan yang ia tahu
Dengan tidak lagi melakukan
Tindakan yang mereka anggap terlalu
Kini Pak Yos tidak sesemangat dulu
Bagi yang belum, kurang atau tidak
mau tau
Tiada lebih bagi Pak Yos
Hanya merujuk pada aturan yang
berlaku
“ YANG MISKIN DAN
YANG KAYA “
Yang miskin jangan sakit
Yang miskin tak usah sakit
Karna kalau sakit
Makin disengsarakan
Sering diacuhkan
Tak jarang di dipersulitkan
Di tahan saja sendiri
Atau diobati sendiri
Alam menyediakan isi
Yang alami harus jeli
Kalaupun sudah sampai
janji pasti juga mati
Biarlah sakit bagi orang yang
berduit
Sakit hanya dikenal orang yang
hartanya selangit
Karna urusan tidak dipersulit
Selalu diutamakan karena berduit
Kemana – mana selalu diruangan yang
serba VIP
Dan nomor Wahid
Namun
sayang……… walau berduit
Orang kaya yang hartanya selangit
Tidak dapat membeli, menunda atau
menangguhkan
Yang namanya koit
Jadi yang miskin haruslah selalu
berserah diri
Sedang yang berduit jangan merasa
percaya diri
Karna dengan harta yang selangit
tidak bisa membeli koit.
Yang miskin jangan mencuri
Walaupun sesuap nasi
Apalagi segoni padi
Sebab kalau sampai kedapatan
tangan mencuri
Alamat lebam biram sana sini
Biru – biru dipukuli
Beramai – ramai masa menghakimi
Biarlah
mencuri dilakukan orang – orang yang kaya saja
Dengan
korupsi merajalela
Dari
jutaan, milyaran sampai tak terhingga
Sekalipun
kedapatan tangan korupsi
Banyak masa
yang mengetahui
Berbondong
– bondong menghampiri
Bukan untuk
menghakimi
Tapi difoto
sana sini
Sambil
berucap “ o… rupanya ini yang korupsi”
Atau “ Tak
disangka ya, dia itu korupsi”
Jadi jangan
heran
Orang kaya
yang duitnya banyak sekali
Melakukan
korupsi tiada yang berani memukuli
Berarti
lebih mahal harga sesuap nasi dari pada korupsi mengeruk uang negeri
Karna itu
jangan mau jadi miskin
Sakit susah
Mencuri makin susah
Habis – habisan di pelasah
Ada
yang mengatakan nama itu doa
Atau
suatu pengharapan dari yang membuat nama
Buatkan
saja nama anak “ duit “ atau “ kaya”
Biar
kelak seperti yang diharapkan
“
tuh liat si duit berjalan “
Atau
“
Sikaya keluar lagi jalan – jalan “
“ MUTIARA
BOUGAINVILLEA “
Jika hendak
tersenyum
Tersenyumlah
disaat mata lagi menangis duka
Karna
dengan tersenyum
Sudah
berusaha meredakan gejolak jiwa
Jika hendak
menangis
Menangislah
disaat tawa lagi menggema
Karna
dengan menangis
Mengingatkan
kita jangan terlalu terlena
Jika hendak
menulis
Menulislah
disaat orang tidak lagi menganggapnya
Karna
dengan menulis
Orang lebih
cepat mengerti dan memahaminya
Jika hendak
berbicara
Ucapkan
dulu dalam alam pikir kita
Karna
dengan berbicara
Mengutarakan
maksud tertentu dalam susunan aksara
“ CINTA DAN SAYANG
“
Jika hendak
dicinta
Cintailah
juga
Karna dengan
cinta
Hidup
terasa lebih bermakna
Jika hendak disayang
Sayangilah juga
Karna dengan sayang
Akan indah untuk dikenang
Jika hendak
dirindu
Merindulah
juga
Karna
dengan rindu
Taulah
gejolak rasa di kalbu
WARNA BOUGAINVILLEA
Wanita banyak ragam dan tingkah
lakunya ibarat Bougainvillea segudang warna terkadang orang membilang perhiasan
dunia. Tak jarang orang juga membilang racun dunia banyak yang menyatakan
mahkota alam raya tidak sedikit yang mengatakan dapat menghancurkan jagatraya.
Wanita dengan berbagai kriteria, begitupun
Bougainvillea dengan beragam warna dari Bougainvillea yang berwarna jingga,
atau merah memerah menyala, merah jambu,
merah pucat, kining, unggu, putih dan berbagai campuran warna seperti halnya
jingga atau merah merona.
Kelembutan dalam hangatnya dekapan
cinta Bougainvillea dengan warna merah menyala identik dengan wanita yang suka
bicara apa adanya, terbuka, penuh semangat, berkemauan keras, tidak ragu dalam
mengambil suatu keputusan.
Sementara
merah jambu ini di ibaratkan wanita yang agak pemalu, sedikit tertutup. Dalam
berbicara hanya seperlunya saja, cendrung pasif.
Sedang
Bougainvillea dengan warna merah pucat memiliki sifat kebalikan dari yang
berwarna merah menyala.
Bougainvillea
dengan kelopak bunga kuning biasanya dalam naungan warna ini periang, mau
bekerja keras, berpikiran maju, dan sering membantu, terkadang bersifat lebih
menonjol.
Dari
kelopak Bougainvillea yang berwarna unggu perpaduan dua warna antara merah dan
biru. Perpaduan antara keberanian dan keteduhan bersikap lebih mendahulukan
akal pikir yang sehat juga pantang menyerah dengan warna yang sedikit gelap
terkadang mereka kurang tanggap.
sSedang
Bougainvillea yang berwarna putih lebih dominan pada ketulusan hati, kebersihan
jiwa seperti warnanya lebih melambangkan kesucian cinta, polos dan bersahaja.
“ DARI TELAGA “
Engkau laksana telaga
Yang sejuk teduhkan rasa
Yang tenang menentram jiwa
Engkau bagai telaga
Jernih
setembus kaca
Bening bak pualam kata
Engkau ibarat telaga
Keikhlasan cinta
Kedamaian rasa
Seumpama engkau telaga
Raket cintaku mengambang diatasnya
Memandang indah penorama
Seakan engkau telaga
Keindahan cinta
Dari fatamorgana
Bak telaga
Sungguh aku cinta
Seperti telaga
Dikau sangat mempesona
“
HATIMU “
Aku
linglung
Menginterprestasikan
dirimu
Dan
bingung
Menyelami
seluk beluk liku hatimu
Bagai
tumbuhan putri malu
Yang
daunnya tertutup bila tersentuh sesuatu
Seperti merpati
Kadang menghampiri
Terkadang jauh terbang tinggi
Seperti itu dirimu yang sulit kupahami
Seperti itu dirimu
Yang susah untuk ku mengerti
Sedalamnya laut
Masih bisa dibilangkan
Sedalamnya hatimu
Sungguh sangat membingungkan
“
INI PENA “
Ini
pena penuh tinta
Diantara bilah – bilah aksara
Para pujangga lama
Ini pena menari sungguh
Diantara
madah dan petuah
Pujangga
baru berseluruh
Menyelami
unsur kata
Tiap baris
aksara
Pada balai
pustaka
Tak jarang ………….
Ini pena meliuk resah
Memilah lolongan erang, derap dan
desah
Dari angkatan 45 yang dilanda
gelisah
Terkadang ……….
Ini pena
tampak keram
Timbul diantara salah paham
Tidak sepaham
Gejolak
angkatan 66 yang tak ingin diam
Ini pena berdiri
Dari mereka yang dulu
pernah
Hidup di bumi
Ini tinta terisi
Dari mereka yang dulu pernah
Bersajak dan berpuisi
“ UCAP KATA “
Akal memikir aksara
Bibir mengucap kata
Sedang pena perantaranya
Dengan tinta mengukirnya
Agar indah untuk dibaca
Dari pena yang merangkai
kata
Banyak lah ilmu yang
dapat di baca
Jikalau
rumah tiang bersangga
Maka
pancanglah nian berdiri
Jikalau
pena ditangan pujangga
Maka
teranglah kajian diri
“ SEBOTOL TINTA DAN
SEBATANG PENA “
Diharimu
yang istimewa
Miladmu
atau hari jadi
Aku memberi
hadiah yang tidak seberapa
Namun penuh
makna arti
Sebotol
tinta dan sebatang pena
Mungkin bagi mereka itu hadiah biasa
Namun dalam artinya bagiku
Berharap engkau dapat melukis cinta
Dan
mengukir syahdunya rinduku
Janganlah
dipandang dari bentuk dan harganya
Tapi selami
maksud yang terkandung disitu
Dengan pena
menyulam benang cinta
Dengan
tinta merajut sutra rindu
Banyak yang memberi hadiah dengan
mengutamakan harga
Tanpa ia tau apa kelak itu menjadi
perlu
Dari
pena kelak tau cara menyinta
Dari tinta kelak merasa
indahnya merindu
Sobotol
tinta dan sebatang pena
Hanya itu
yang bisa
Kuharap
engkau dapat melukiskannya
Keindahan
kisah cinta kita
Keabadian
cerita kisah kita
Sebotol tinta dan sebatang pena
Sudilah kira engkau terima diriku
Dengan segenap rasa cinta
Seluruh angan berhias rindu
“ TAK SEPERTI YANG
KU KENAL “
Tak seperti yang dulu ku kenal
Kini engkau tampak rapuh
Hanya karna soalan cinta
Engkau jadi tampak kumal
Gairah hampa kelihatan lusuh
Juga merasa hidup tiada guna
Cinta
terkadang menyakitkan
Terlalu
menyiksa, sangat tersiksa
Derita
batin tiada terperihkan
Digulung
merana berselimut nestapa
Lihatlah dirimu sekarang
Tak ubah patung bisu
Seperti mayat berjalan
Bagai kerakap diatas batu
Kurang minum kurang makan
Hidup segan mati tak mau
“ JANGAN TERLALU ”
Jangan
terlalu memikirkan ku
Jika
kau anggap itu tak perlu
Kelak
hanya menyita waktu mu
Jangan terlalu memikirkan ku
Jika tak lagi menyintaiku
Sebab itu nanti menyiksa batinmu
Jangan
terlalu memikirkanku
Jika
engkau ingin berbuat sesuatu
Karna
dengan atau tidak bersamaku
Engkau
telah membuat keputusan itu
Yeah ……
Jangan terlalu ……
Jangan terlalu ……
Semua telah
berlalu ……
Yeah
…..
Jangan
terlalu ……
Jangan
lagi terlalu memikirkanku
Dengan
kesendirianku
Tanpamu
……
“ SYAIR TUAK “
Sebotol tuak diatas meja
Digilas penuh juga
Sepeminum belumpun tiba
Tapi kepala rasa dipukul – pukul
olehnya
Sebotol
tuak diatas meja
Digelas
penuh juga
Disitu
masuk cerita
Tetapi
akhir tidak jumpa
Sebotol tuak diatas meja
Digelas penuh juga
Jika benar dapat menawarkannya
Mengapa banyak yang sakit karenanya
Sebotol
tuak diatas meja
Digelas
penuh juga
Berharap
mendapat keterangan darinya
Padahal
kesengsaraan jiwa yang berharta
Sebotol tuak diatas meja
Digelas penuh juga
Jika kelak itu menjadi dosa
Lebih baik ditinggal saja
“ KEEGOANMU ”
Kau
anggap dirimu siapa ?
Hingga
mencampakkanku sedemikian rupa
Sekalipun
aku cinta
Namun
tak begini caranya
Sesukamu
mendua rasa
Kau
anggap dirimu siapa ?
Bidadarikah ?
Perikah ?
Atau dewikah ?
Yang
dapat memutar balikkan waktu
Sempat
aku berharap banyak darimu
Dan
takut kehilanganmu
Tapi
dengan semua tingkah polamu
Aku
harus berpikir dua kali
Lebih
berhati – hati
Dan
dapat menjaga hati
Meniti
hari
Bersamamu
lagi
“WARISAN KATA”
Seludang putih belulang pipih
Tergeletak berderak – derak
Bagai daun kering yang gugur kebumi
Jangan salahkan angin yang berhembus
ingin
Jangan salahkan hujan yang tak
kunjung reda
Aku ini darah tak merah
Gelegak sum – sum hilang detak
Bagai layang putus benang dan tali
Beku dimalam dingin
Larut kembali unsurnya
Warisan
kata
Aku memanggul pena
Aku menggantang tinta
Mengumpul kata
Merentang aksara
Itu
saja …..
Itu saja …..
Sebisa aku menulis kata
Semampumu mengeja aksara
Warisan
kata
Titipan
nada ….
Ingat
aku selagi ada
Menyulam
aksara alunan cinta
Dilembah
sisi sungai kami berada
“
ASMA MU ”
Berpuluh,
beratus, bahkan berjuta batang pena
Telha habis
tinta menulis asma mu
Berpuluh,
beratus, bahkan berjuta karangan indah
Telah habis
bunga merangkai asma mu
Berpuluh,
beratus, bahkan berjuta dahan usia
Telah habis
akar mengukir asma mu
Tuhanku ………….
Sekalipun
luasnya laut dan samudra banyaknya tinta
Telah habis
menulis asma mu
Dengan
darah ini aku menulis asma mu
Tuhanku ………….
Sekalipun
seluruh hamparan alam jagat raya
Bertabur
harum bunga
Telah habis
merangkai asma mu
Maka dengan
bunga hati ini aku merangkai asma mu
Tuhanku ………….
Walaupun
seluruh kekayaan dunia dan tiap – tiap dahan usia
Telah habis
mengukir asma mu
Maka dengan
beralas dada aku mengukir asma mu
Tuhanku …………
Sujudku berpeluh
Lemah sungguh
Namun tidak rapuh
Tuhanku ………
Dalam doaku
Memuji asma mu ………
“ BUAH HATI “
Buah hati
titik darah ku
Penerus
dari ucapku
Teruslah
berkarya
Sekuat kau
bisa
Tabuhkan
gejolak jiwa
Biar bisa
aku baca
Sekalipun
kelak disana
Buah hati titik darahku
Penegas aksaraku
Lantangkan suara
Senyaring kau bisa
Pukulkan gelegak dahaga
Agar dapat aku dengar
Sekalipun kelak disana
Ingatlah
pesan dari titik darahmu
Jangan pernah lelah merangkai kata
Karena darinya
Pikiran jadi terbuka
Jangan
pernah bosan menguntai makna
Karena
darinya
Banyak ilmu
yang berguna
Jangan pernah berhenti menyulam
aksara
Karena darinya
Taulah cara untuk berdoa
“ INSAN BERNYAWA “
Jika
ditanya
Pada tiap –
tiap insan bernyawa
Untuk apa
hidup dunia
Maka …….
Berbagai bentuk
ragam jawaban mereka
Namun
tetaplah pada satu muara yang sama
Meraih
kebahagiaan dunia akhirat selamanya
Jika ditanya
Pada tiap – tiap insan bernyawa
Untuk apa menyinta
Maka ………
Berbagai macam cara bentuk dan rupa
melukisnya
Namun tetaplah pada satu nuansa yang
sama
Menggapai ketenangan dunia akhirat
selamanya
Jika
ditanya
Pada tiap –
tiap insan bernyawa
Untuk apa
merindu
Maka ………
Beragam
tingkah pola dan cara mengekspresikannya
Namun
tetaplah pada satu lembayung yang sama
Merengkuh
kedamaian dunia akhirat selamanya
DRAMA SATU BABAK
AKHIR SANDIWRA
Dibalik seragam putih
abu – abu nama Ah hwa bukan hal yang baru, gadis cantik, manis, pintar, ayu dan
menarik terlalu sering diperbincangkan disekolahnya atau disekolah lain. Dengan
segudang prestasi atas kecerasannya dan kabar miring tentang ia yang sering
gonta ganti pacar, membuat nama Ah hwa cepat tersebar kemana – mana.
Ia juga anak orang berada kalangan
atas kaum berduit, selalu disibukkan dengan rutinitas. Ah hwa gadis blasteran
campuran sunda dan tionghoa, dengan sifatnya yang sedikit manja membuat ia
tampil beda, membuat jatuh bangun hati banyak pemuda yang mengharap cintanya,
sekalipun ia bergonta ganti pacar, bukan berarti ia bersifat binal, jika jauh
dibaca relung hatinya, hanya hamparan yang didapat disana, karna setiap pemuda
yang ia cintai selalu menggerogotinya,
sebab itu Ah hwa beranggapan cinta itu semu belaka, berpacaran dengan pemuda
yang selevel dengannya. Ah hwa hanya dijadikan tempat nebeng ketenaran dan
popularitas saja, berpacaran dengan
pemuda dengan level atau taraf hidup dibawahnya
Ah hwa tak ubah bank berjalan selalu dimanfaatkan dan dikuras hartanya.
Cinta nonsend belaka itu moto bagi Ah hwa. Dari situ ia dan kelima temannya
membuat satu sandiwara cinta dimana ah hwa langsung terjun sebagai peran utama,
yech hanya dalam waktu 30 hari Ah hwa harus bisa meyakinkan pemuda yang menjadi
target mereka dari mulai berderetan berpura – pura jatuh hati merangkai hari
lalu mencampakkan mereka, ada kepuasan tersendiri bagi ah hwa yang selalu
tampil gemilang pernokohannya, banyak sudah pemuda yang terluka dengan
permainan sandiwara cinta yang Ah hwa.
Seperti malam ini dikamar Ah hwa
yang sangat luas dengan peralatan serba lux, sangat mewah, ia dan kelima
temannya kembali berkumpul membahas perundingan mereka. Ini malam ke – 29 esok
haarus ada yang dieksekusi cinta dalam peraturan sandiwara mereka, biasanya
mereka tertawa bahagia atas kemenangan ini. Namun kali ini lain yang dirasa Ah
hwa, rona mega dipelupuk mata Ah hwa tidak bisa disembunyikan, temannya coba
mengingatkan dengan ucapan “ semua lelaki itu sama saja tidak jauh beda “
jalani saja sampai waktu yang menjawabnya, Ah hwa pun coba membaur dalam tawa. Dengan
patahan semnyum yang ia sembunyikan Ah hwa menyelimuti hatinya.
Sepulang teman – temannya, Ah hwa termenung
dikamarnya, batinnya bergolak antara pilihan hati dan sandiwara yang kini
diperannya, ah hwa mengghalau pergolakan batinnya. “ Ah aku jangan terlalu hanyut dalam
suasana, mungkin saja ia sama, seperti kisah cinta pertamaku yang mencampakkan
diriku, aku harus kuat, harus bisa “ bisik batin ah hwa namun kembali batinnya
berbisik “ pemuda sebaik dia, setulus
dia tak harus dicampakkan dilukakan dalam sandiwara cinta, mungkin saja ia tidak
bisa lagi bertemu dengan pemuda sebaik itu.
Dari pertentangan batin dan
pikirannya sebulir air mata jatuh dikelopak mata indah Ah hwa wajahnya merona
dari tetes – tetes kain air mata itu membanjiri kamarnya, ingin ah hwa menjerit
namun suaranya seakan tersekat dikerongkongannya, hanya isak sedu yang
terdengar Ah hwa membiarkan semua air mata itu tumpah agar esok ia lebih kuat
dalam mengakhiri permaianan sandiwara ini. Yech …. Esok tepat 30 hari dari
mulainya sandiwara ini, satu hati harus di eksekusi itu memang sudah janji yang
tidak bisa dipungkiri, disini Ah hwa harus bersikap profesional dengan
mengesampingkan urusan pribadi atau lebih jelasnya pergolakkan hatinya.
Yang menjadi targetnya kali ini
adalah pemuda yang tak lain teman sekelasnya sendiri yaitu Alif seorang pemuda
sederhana yang bersahaja arif dan bijaksana, sebenarnya hati Ah hwa tidak tega
namun ia terlanjur menerima tantangan teman – temannya untuk menundukkan hati
Alif lalu mencampakkannya. Dari wajah Alif tergolong ganteng lebih dominan
dibilang menarik, pekerja keras. Itu terlihat dari postur tubuhnya yang tegap
beris. Sebenarnya kalau saja Alif mau sedikit membuka diri, tidak sedikit gadis
yang mendambakan cintanya, termasuk juga Ah hwa dan kelima temannya, namun Alif
tidak seperti itu ia selalu halus dan alasan yang dapat diterima akal sehat
menolaknya.
Ayah Alif bekerja sebagai tukang
sapu disekolah dimana Alif menimba ilmu, sementara ibunya sebagai pembantu
rumah tangga dan telah lama bekerja dirumah Ah hwa. Sementara Alif bekerja
membersihkan mesjid membantu pak Umar yang di tunjuk menjadi pengurus mesjid.
Dari kecerdasan Alif ia selalu
mendapatkan beasiswa dan dapat bersekolah disekolah paforit ini, Ah hwa sudah
kenal lama dengan ayah Alif dan sangat baik dengan ibunya Alif yang selalu
menyiapkan segala kebutuhannya dirumahnya.
Hari ke-30 dan target ke 30
permainan sandiwara ini usai, tiada lagi sandiwara ini, sengaja teman – teman
Ah hwa memilih Alif sebagai target terakhir, karna mereka tau Ah hwa mungkin
mundur atau kalah dalam permainan ini, jauh sebelumnya dari target yang pertama
teman – teman Ah hwa memang sudah menetapkan Alif sebagai target penutup.
Ah hwa yang merasa tertantang
menyanggupi permaianan ini tanpa pikir panjang, ini tau dengan apa yang ia
pertaruhkan dalam sandiwara ini dalam keegoannya, hwa tidak ingin dibilang
sebagai pelindung dalam akhir sandiwara ini, keluar dengan kepala tertunduh
kalah.
Teman – teman Ah hwa seakan tidak
percaya dan salut pada Ah hwa karna dalam waktu 3 hari Ah hwa telah dapat merebut
hati Alif dan Alif jatuh dalam permainan sandiwara mereka. Alif turut dalam
alur plot cerita yang mereka sandiwarakan di pentas alam terbuka.
29 hari telah banyak bagi Ah hwa
mengerti arti cinta, dari Alif Ah hwa banyak belajar mengenal makna cinta, memang
dalam menjalankan sandiwaranya Ah hwa tidak terlalu mempermasalahkan berapa
uang yang harus ia keluarkan dari kantongnya, apalagi dengan target pemuda yang
memiliki taraf hidup dibawahnya, bagi Ah
hwa itung – itung ia coba memberi sedikit kesenangan materi sebelum
mencampakkan hati pemuda yang mengajak mereka diner di restoran mewah tenama
atau memberikan sedikit hadiah yang merupakankesenangan target tersebut, dengan
Alif Ah hwa mati kutu dibuatnya. Pernah suatu hari Ah hwa mengajak Alif untuk
makan di restoran ternama, dengan meyakinkan Alif semua biaya Ah hwa yang
menanggung semua. Alif hanya tersenyum sambil mengatakan “ apakah engaku ikhlas ?” Ah hwa dengan dahi
dikernyitkan ia mengangguk, kembali Alif mengatakan berapa besar biaya yang
dihabiskan untuk kebutuhan itu? Dalam kebingungan Ah hwa mengatakan kurang
lebih lima ratus ribuan, sengaja Ah hwa menyebut dalam nominal angka yang besar
untuk sekali diner spesial dalam pertemuan. Alif hanya mengangguk kecil kembali
ia berujar, “ jika benar engaku ikhlas berikan saja uang itu padaku, karna
sangat berarti bagiku” suasana hening seketika dalam hati Ah hwa sempat
mengutuk dirinya, untung saja ia tau kejelekan sifat Alifdalam kepolosannya
ternyata Alif mata duitan juga, sempat Ah hwa benar – benar jatuh hati pada
Alif dan banyak menaruh harapan pada Alif, tapi semuanya ia tepis jauh – jauh
ini lebih menetapkan hati Ah hwa untuk mencampakkan hati Alif, karna ia tidak
terlalu merasa bersalah jika kelak ia menyelesaikan akhir dari cerita sandiwara
ini Ah hwa merasa telah tau belangnya
Alif.
Ah hwa pun merogoh sakunya memberi
uangnya pada Alif dalam hati Ah hwa berbisik itung – itung membantu keuangan
keluarga Alif, toh ayah dan ibu Alif sudah sangat Ah hwa kenal”. Alif membeli 2
buah amplop berwarna putih Ah hwa mengikuti Alif dari belakang dengan angkutan
umum Ah hwa dan Alif menuju panti asuhan yang bersebelahan dengan mesjid tempat
ia bekerja. Diantara ke-29 target hanya Alif saja yang tidak mau duduk dalam
mobil mewah Ah hwa.
Ah hwa banyak belajar dari
kesederhanaan itu Alif yang selalu melihat anak panti Asuhan dan sering bermain
dengan mereka setelah ia selesai membersihkan mesjid. Ingin sekali Alif
memberikan sedikit kesenangan bagi mereka. Menurut Alif dari tangan Ah hwa ia
dapat membuat hati anak – anak panti asuhan menjadi terhibur sebelum mereka
naik angkutan umum Alif juga sempat singgah di toko sport dengan uang Ah hwa ia
membeli sebuah bola kaki juga dua pasang raket
bulu tangkis beserta 2 set bola badminton. Sebelumnya Ah hwa hanya
mencibir manyun, melihat tingkah polah Alif yang menggunakan uangnya membelikan
keperluan Alif “tak disangka matre juga“
desah Ah hwa dalam hati. Tapi ketika Ah hwa tau kalau bola dan reketitu untuk
anak – anak panti asuhan, tersentuh hati Ah hwa tak kuasa ia coba menahan air
matanya agar tidak keluar apalagi disaat anak – anak panti asuhan mengucapkan
banyak terimah kasih pada Alif, malah Alif berujar “ jangan berterima kasih
sama abang, yang membeli ini kak Ah hwa “ dengan rasa haru biru Ah hwa
menyalami anak – anak panti asuhan itu kepada ibu pengurus Alif memberi uang
yang tadi diberi Ah hwa yang telahia masukkan kedalam amplop putih sambil
berujar “ ini ada sedikit pemberian dari teman saya ini bu, semoga menjadi
berkah “ Ah hwa yang mendengar perkataan Alif mematung bisu dan termangu, ibu
pengurus panti asuhan mengucapkan terima kasih banyak sambil memeluk Ah hwa, Ah
hwa membalas pelukan sambil mengangguk pelan “ maafkan aku Alif, yang sempat
mengira engkau bukan – bukan, begitu luhur budi pekertimu, Alif …. Engkau telah
mengajariku arti cinta yang
sesungguhnya” jerit batin Ah hwa karna jarak panti asuhan bersebelahan dengan
masjid, Alif meminta kepada Ah hwa untuk sejenak beristirahat di panti asuhan
itu karna Alif akan membersihkan ruangan mesjid sebentar lagi akan masuk waktu
ashar juga melaksanakan shalat ashar berjamaah selesai itu barulah mereka keluar
pergi untuk membeli makanan. Tidak lupa Alif juga mengatakan kalau amplop putih
yang satunya lagi akan disumbangkan untuk masjid, Ah hwa hanya mengangguk
pelan, matanya tak lepas memandang punggung Alif yang berjalan menuju masjid.
Setelah selesau shalat ashar barulah
mereka naik angkutan umum, dengan uang itu Alif tidak membawa Ah hwa ke
restoran mewah tapi ia membawa Ah hwa ke tempat warung makanan sederhana seumur
– umurbaru kali ini Ah hwa mengijakkan kakinya di warung makanan sederhana namun
Alif entah mengapa ia merasa bahagia saja. Alif memesan dua piring nasi goreng,
sambil menunggu pesanan mereka, seorang gadis kecil masuk dan menjajakan
suaranya berteman kerincingan yang ia buat dari tutup botol minuman segar, Alif
memberikan beberapa lembar uang ribuan sambil menawarkan nasi goreng kepada
gadis kecil itu, gadis kecil itu menggeleng kepala sambil berujar “ terima
kasih bang, tapi saya harus cepat pulang kasihan ibu dirumah “ Alif merogoh
sakunya sisa uang pemberian Ah hwa tadi hanya cukup membayar tiga porsi nasi
goreng, kepada penjaga warung Alif meminta dibungkuskan dua, sedang yang
satunya dihidangkan dimeja.
Ah hwa coba memotong pembicaraan
Alif dengan mengtakan biar saja tetap dipesan dua yang dua dibungkus dan dua
piring yang dihidangkan namun halus Alif melarangnya. Alif hanya tersenyum
kecil melihat gadis kecil berjalan dengan sedikit berlari menenteng 2 bungkus
nasi goreng, sebelum pergi gadis kecil mengucapkan terima kasih kepada alif dan
Ah hwa sambil berkata “ semoga kakak dan abang kelak bahagia “ ya doa itu, doa
itu yang membuat Ah hwa semakin tidak berdaya, sepiring nasi goreng dihadapan Alif
dan Ah hwa, Alif mempersilahkan Ah hwa untuk memakannya, Ah hwa meminta Alif
dengan hal yang sama, satu piring nasi goreng mereka habiskan bersama. Memang
sore itu Ah hwa lapar berat karna dari siang ia belum makan, kepada Alif Ah hwa
mengatakan kalau seandainya Alif masih lapar pesan saja lagi biar nanti Ah hwa
yang membayarnya namun dengan lembut Alif berujar “ tidak usah hwa, lebih baik
makan saat benar – banar lapar, dan berhenti sebelum kenyang” yech …. Semua
kenangan masih membekas dalam ingatan Ah hwa, bersama Alif Ah hwa merasa
jiwanya lebih damai dan tentram ….
Pernah juga suatu hari setelah
kejadian itu disaat ibu Alif membereskan dapur rumah majikannya yang tak lain
rumah orang tua Ah hwa, ia bertanya kepada ibunya Alif, apa selama ini yang di
inginkan Alif yang belum ia dapatkan, adakah sesuatu yang ia dambakan ?
Memang Ah hwa dengan ibunya Alif
dekat jika kedua orang tua Ah hwa pergi 3 atau 4 hari dalam urusan bisnis biasanya
ibunya Alif menemani Ah hwa dirumah majikannya itu. Biasanya pagi – pagi buta
ibunya Alif sudah berangkat menuju rumahnya Ah
hwa dan sore hari barulah ibunya Alif pulang kerumahnya berkumpul
bersama keluarganya.
Ibunya Alif yang mendengar
pertanyaan Ah hwa tidak merasa curiga karna memang selama ini mereka sudah
saling bertukar cerita disela – sela pekerjaan ibunya Alif dirumah Ah hwa.
Ibunya Alif coba mengingat – ingat
apa sebenarnya keinginan Alif putranya yang selama ini belum terpenuhi sekilas
terlintas dipikirannya dengan Tohir yang
selalu menutup gitarnya dirumah Alif, Tohir lebih suka bermain gitar barsama
Alif, warna suara Alif yang berkarakter membuat Tohir lebih bersemangat memetik
jemari gitarnya, selain pintar bernyanyi aktif juga bermain gitar, dengan gitar
Tohir yang lebih sering dirumah Alif membuat Alif mahir memainkannya. Secara
spontan ibunya Alif mengatakan gitar, mungkin saja dengan memiliki gitar
sendiri Alif merasa lebih nyaman.
Sore
hari tanpa diduga Ah hwa membelikan sebuah gitar buat Alif, ibunya Alif merasa
kurang enak, namun Ah hwa memberi alasan yang tepat dengan mengatakan bahwa
selama ini ibunya Alif banyak membantu ia dan keluarganya tak salah jika sekali
– kali Ah hwa ingin melihat putra sulung ibu tersebut bahagia.
Sebelum – sebelumnya pun Ah hwa
biasa mengantar ibunya Alif pulang, jika ketepatan Ah hwa keluar rummah dalam
urusan tertentu atau sekedar jalan – jalan, tapi hari ini beda ia tidak
menurunkan ibunya Alif diseberang jalan rumah Alif, ia juga masuk dan langsung
memberikan gitar itu pada Alif, saat itu sungguh Ah hwa tulus memberikannya.
Dengan senyum simpul Alif menerima gitar
tersebut, mereka pun bercerita seadanya sebelum Ah hwa permisi pulang.
Dari rasa kekaguman Ah hwa pada Alif
tumbuh benih – benih cinta dihati Ah hwa. Kini Ah hwa harus mengakhiri semuanya,
ini konsekuensi dari sandiwara ini permainan yang mereka jalani selama ini.
Ah hwa seakan tidak rela ia pun
tertidur dengan air mata yang baru saja kering di kedua pipinya yang merona.
Malam makin mencekap, hening dingin mencucuk tulang, erang tenggelam digilas
sang kelam namun malam ini sangat susah mata Alif untuk terpejam yech …. Ia tau
semuanya kalau malam ini adalah malam terakhir dari sebuah kisah drama satu
babak sandiwara cinta. Yang semua Alif taudari Tohir sahabatnya yang tanpa
sengaja saat disudut kantin Tohir sempat mendengar pembicaraan Ah hwa dan teman
– temannya yang menjadikan Alif target terakhir dari sandiwar ini, Tohir
mewanti – wanti Alif agar tidak terlibat dalam permainan ini, tapi Alif malah
mengatakan biarkan saja Ah hwa memainkan peranannya sedang aku dengan peranku
yang apa adanya tanpa kepura – puraan. Dengan gitar pemberian Ah hwa Alif
mengubah lagu baut Ah hwa, dan malam ini ia kembali membungkus gitar itu
seperti semula dan meminta ibunya untuk mengembalikan gitar itu pada Ah hwa tak
lupa Alif berpesan kepada ibunya bahwa di dalam bungkusan gitar itu ada
beberapa lembar kertas yang berisikan lirik lagu buat Ah hwa.
Kepada ibunya, Alif beralasan bahwa
Tohir telah memberi gitar baru, gitar lama yang sering ia titipkan disini biar
saja disini lahi pula Alif tak ingin merasa berhutang budi pada Ah hwa .
Ibunya Alif pun mengerti dengan
penjelasan putranya itu dan berencana besok pagi membawa gitar itu kembali pada
Ah hwa.
Alif tau seakan ada yang pergi dari dirinya
namun ia sudah cukup merasa bahagia dapat memberitahukan pada Ah hwa arti cinta
dalam sudut pandang dan kaca matanya.
Besok dihari ke – 30 target yang ke
30 sandiwara ini berakhir, dalam permainan ini menang atau kalah hanya Ah hwa
yang tau karna ia lah tokoh utama dalam drama satu babak akhir sandiwara ini
………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar