BILUR - BILUR TINTA ( Kumpulan Sajak ) Bag. I
oleh Gurindam Kelana pada 10 Juli 2012 pukul 19:45 ·
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur kehadhirat ALLAH SWT saya ucapkan atas selesainya penulisan buku ini,tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
Buku ini berisikan puisi syair dan sajak buah pikir penulis yang di rangkum menjadi satu karya tulis. Dari letupan pijar-pijar hati goresan pena dari lembar kertas bilur-bilur tinta.
Kisaran
Pertengahan 2012
Penulis
Iwan Sekop Darat
“Di Aksara Cinta”
Cipt : Iwan Sekop Darat
Seindah rembulan diatas sana
Bertabur bintang redup mempesona
Berkilau cahaya memantul sukma
Bagai mutiara
Berjuta angan menghias angkasa
Beribu mimpiku melukiskannya
Diaksara cinta kurangkai asmara
Berkalung rasa
Aku menyinta, aku merindu
Riak menepi diujung kalbu
Aku menyinta, aku merindu
Pada dirimu
Reff **Seindah rembulan diatas sana
Bertemankan bintang menghias angkasa
Rindu didada rasa bergelora
Engkau yang ku cinta selamanya
{ lagu “Di Aksara Cinta” dapat dilihat dan didengar di you tube di pencarian iwan sekop darat }
“Masa”
Paruh waktu berjalan
Lilin kecil hatimu masih menyala
Menggiring lalu kenangan
Tak kunjung padam jua
Satu dua tahun berganti
Masa merubah air muka
Direlung yang terpatri
Pada mahabbah aksara cinta
Ooh,,,,,,,
Aku bertanya
Rindu ini milik siapa ???
Pertengahan 2012
“Dalam Mimpiku”
Tidak ada yang tahu
Kalau semalam dia dalam mimpiku
Selain aku memberi tahu
Tidak ada yang tahu
Kalau lusa dia dalam mimpiku
Selain aku memberi tahu
Tidak juga ada yang tahu
Kalau kemaren pun dia dalam mimpiku
Selain aku jua memberi tahu
Sekalipun aku tidak memberi tahu
Namun ia akan tahu
Tahu akan arti merindu
Pertengahan 2012
“Engkau Yang Dulu”
Dulu engkau lebih natural
Bersahaja, lugu, apa adanya
Tidak seperti sekarang
Bersolek mengikut zaman
Melonggarkan selimut iman
Dari aura wajah
Tetaplah engkau yang dulu
Hanya saja
Mencoba sedikit memaksakan
Agar tidak dibilang
Ketinggalan zaman
Terkadang engkau salah mengartikan
Tergelincir pemikiran
Sebenarnya
Apa yang engkau harapkan
Untuk bertahan di masa yang akan datang
Pertengahan 2012
“Gerbong Senja”
Aku tak sempat bertanya
Bertanya namanya
Dimana dia tinggal
Pada kerling mata
Ku tangkap pijar disana
Sesaat terpaku
Tercekat tenggorokan
Satu….satu suara bisu
Ku pandangi
Ia yang berjalan membelakangiku
Dengan punggung sayup menjauh
Tidak satu pasang mata
Berlalu lalang sesak sungguh
Mengaburkan pandangan ku
Aku yang tak sempat
Mengabdikan senyumannya
Hanya bersidekap ragu
Untuk kembali bersua
Diantara jalan besi
Yang bergesek roda terpatri
Pada gerbong senja
Melarut rasa
Pertengahan 2012
“Dengan Hati”
Jika hari ini aku masih ada
Aku akan menulis dengan hati
Menguntai kata merangkai kalimat
Menulis kisah aku dan semua
Jika esok aku masih ada
Aku akan menulis dengan hati
Menguntai bait merangkai nada
Menulis aksara pada ritme jiwa
Jika lusa pun aku masih ada
Aku jua akan tetap menulis dengan hati
Menulis pada kanvas menggurat inspirasi rasa
Menulis dengan imajinasi membacanya
Dan jika suatu saat
Aku tidak bisa lagi menulis dengan hati
Kan ku tinggalkan satu alat tulis
Dan selembar dasar untuk ditulis
Jangan pernah berhenti untuk menulis
Dengan menulis
Sedikit banyak
Membuat hati lebih gamblang bercerita
Pertengahan 2012
“Pantun Bingkai Cerita”
Bingkai bercangkup kayu
Sukar tangan yang memangku
Tangkai di kuncup layu
Mekar enggan mati tak mau
Sukar tangan yang memangku
Tadah bahu dengan teliti
Mekar segan mati tak mau
Adakah sembilu menorah hati
Tadah bahu dengan teliti
Tenaga jua memadati
Adakah sembilu menorah hati
Ketika rasa dikhianati
Tenaga jua memadati
Pada embun rupa diseka
Ketika rasa dikhianati
Air diminum rasa cuka
Pada embun rupa diseka
Meresam ikut adat budaya
Air diminum rasa cuka
Ditelan asam kecut di jiwa
Merasam ikut adat budaya
Berpegang bait mengukirnya
Ditelan asam kecut dijiwa
Terkadang cinta pahit akhirnya
Kuncah : Seikat Jerami
“Kehendak”
Mengalir rindu yang bermuara dihulu rasa
Gemerciknya memendam gejolak asmara
Berbisik di hati saat menyapa
Kiranya cinta dengan kisah yang melegenda
Kuncah pun jadi
Penanda rasa ini
Bukan harus dammar dan rotan
Yang melingkar tanda ikatan
Sejuk embun membuka tabir baskara
Diujung shubuh rindu ini aku jaga
Membasahi lubuk jiwa
Diaksara pusara cinta
Bendung pun sudah
Dihati hanya meruah
Berdinding do’a penuh harap
Harap ikhlas yang mendekap
Berpeluk kehendak
Pertengahan 2012
“RASA”
Engkau harus tahu
Indahnya telaga dengan kilau air engkau berkaca
Engkau harus tahu
Sejuknya embun sebelum pagi membusung
Engkau harus tahu
Teriknya mentari menyengat hati
Engkau harus tahu
Syahdunya lembayung senja di siluet cakrawala
Engkau harus tahu
Dinginnya malam berselimut temaram
Engkau harus tahu
Akan indah
Sejuk
Hangat
Syahduh
Dan dingin
Pada telaga nuansa cinta
Dan engkaupun harus tahu
Semua rasa ini untukmu
Pertengahan 2012
“Mantra Cinta”
Sauh jeram lempar dibuang
Dilontar tarik kembali
Mengeram tiada berbilang
Tepak sirih dihaturkan
Kacip pinang belah dua
Tampak lirih dilenturkan
Bergiwang intan permata
Bergelang mutiara jadi
Berkalung cendai sutra
Aku memanggil maruah cinta
Maruah dari sifatnya
Berkekal rasa hendaknya
Aku menyeru fatwa cinta
Fatwa dari rasanya
Rasa pelantun jiwa
Pertengah 2012
“Pantun Soalan Hati”
Kemana pergi hendak mearung
Benang dibawa selendang tidak
Kemana hati hendak dikurung
Yang disuka memandang tidak
Tidak diberi tidak dibilang
Yang diberi tersanjung rapat
Bukan tak sudi untuk memandang
Maruah diri menjunjung adat
Andai tiang paku sematkan
Tidakkah cungkilan dibuatkan
Andai lancing hantur maafkan
Bolelah soalan dijawabkan
Maka tiang setara rata
Belah tangan pundak disanggah
Tiada lancing menata kata
Apakah gerangan hendak ditanya
Sarungnya tisik peniti
Dua benag sisa rupanya
Satu-satunya menguji hati
Bunga yang kembang siapa yang punya
Berkelah bilik saling sapa
Kain kelambu tersibak kata
Tiadalah milik siapa-siapa
Selain ibu bapak tercinta
Berkah lidi berkah cendawan
Beanlu ditepi dikerat jangan
Adakah diri boleh berkawan
Jikalau sudi berjabat tangan
Berlari berjalan melambung penat
Maka basah rata di badan
Selagi aturan menjunjung adat
Tiada salah kita berkawan
Yang disanggah kata perkara
Kuat alibi tersimpulkan
Riang rasa tiada terkira
Niat dihati tersampaikan
Pertengahan 2012
“Pantun Soalan Hati 2”
Berdiri ragu tidak
Selaksa tiang anjungan
Kira diri merayu tidak
Adik laksana kembang setaman
Tiada kias hendak dikaji
Terkadang selisih mata
Tiada pantas diri di puji
Abang hanya melebih kata
Bekelok jua diawalan
Disimpang dan ditikungan
Elok kata rupa rupawan
Hati abang jadi tertawan
Adakah rusa lari duluan
Ketika tiang dikumpulkan
Adakah rupa jadi ukuran
Untuk abang menyimpulkan
Bukan pualam berkias tepi
Dari meranti bertuas jati
Rupa rupawan penghias mimpi
Budi pekerti penghias hati
Terperangah tautan mata
Detak berdegup dalam jantung
Sungguh indah padanan kata
Raga tak sanggup memikul sanjung
Pertengahan 2012
“Nasehat Pantun Kelat”
Kuat ditepak
Lebah menyengat
Niat ditolak
Patah semangat
Selang ditangan
Ketam tekatup
Siang berjalan
Malam telungkup
Sekelep tak teruros
Bedelau baju kurong
Alep tegak teros
Waw Baru melengkong
Keringat jue
Selalu tak jumpe
Mane ingat jue
Kalau setuje lupe
Bersedekap
Tak begerak
Siket cakap
Banyakgerak
Pertengahan 2012
“Talibuh Makna”
Di talam biji selasih
Serupa ruas nampah
Sepuh kata semula arti
Dalam memilih kasih
Elok rupa paras menawan
Santun bahasa mulia pekerti
Pulau pandan jauh disebrang
Sedikitpun terkenang
Haraplah berkalung amalan
Selalu didepan terpantulkan
Jaih badan dirantau orang
Sekalipun hidup senang
Tetaplah ingat kampong halaman
Rindu kawan dan handaitolan
Si kancil belang dikaki
Semua mempersoalkan
Tertawa menjadi-jadi
Dari kecil kita mengaji
Agar tua mengamalkan
Membawa berkah setelah mati
Pertengahan 2012
“Sair Bangsa”
Semua bangsa tau kami
Berjajar pulau indah bersuri
Kaya dengan hasil bumi
Hutan rimba masih alami
Banyak suku kaya budaya
Dalam adat hidup berbangasa
Menjunjung undang-undang bernegara
Berlandas nilai luhur pancasila
Negri kami Indonesia
Mencakup seluruh nusantara
Dibelahan bumi katulistiwa
Di apit benua jua samudra
Kami sebut bumi pertiwi
Titipan tanah dari yang mati
Bukan merdeka kami diberi
Merebut juang gagah berani
Ingatlah cita-cita yang luhur
Dari pahlawan yang telah gugur
Berani mati pantang mundur
Berharapkelak bangsa yang makmur
Sekarang tak harus angkat senjata
Apalagi membabi buta
Generasi muda ilmu berguna
Mengharumkan negri dimata dunia
Pertengahan 2012
“Syair Yang Legam dan Berdasi”
Ukuran kaya tak tentu pasti
Selagi nafsu menunggangi
Yang harampun tidak perduli
Asal perut kenyang sendiri
Yang bodoh takut mencuri
Takut hokum aturan negri
Yang pandai semakin jadi
Karna hokum iya kangkangi
Legam hitam kulit tangan
Terik matahari menyengat badan
Bertadah halal untuk dimakan
Tidak mencuri perut kawan
Yang berdasi dan duduk rapi
Dengan pena menari-nari
Terkadang sembunyi dibalik kursi
Adakah lari dari korupsi ?
Yang legam banyak berkilas
Yang berdasi tamak tidak tuntas
Yang legam bersyukur puas
Yang berdasi mengukur kuas
Sungguhpun hitam hatinya putih
Sedangkan yang putih hatinya tak bersih
Sungguh hitam tiada letih
Sedangkan yang putih tertatih-tatih
Adakah negri makmur sentosa
Selagi korupsi merajalela
Hanya isapan jempol semata
Atau mimpi disiang buta
Pertengahan 2012
“Petuah Lama”
Banyak kumbang diatas atap
Diatas atap tinggi sekali
Hendak terbang tiada bersayap
Hendak berhinggap tiada berkaki
Beriring semut berjalan
Berupaya tidak berebut
Seiring bertukar jalan
Seiya bertukar sebut
Tak layu kembang kemuning
Taklemas karena basah
Tak kayu dijenjang keeping
Tak eamas bungkalo di asah
Segumpal hendak digulung
Meniti lidi di raut
Sekepal menjadi gunung
Setitik menjadi laut
Dulu bumi kering
Teramat hari kemarau
Duduk seperti kucing
Melompat seperti harimau
Meredup tak bercahaya
Meremang tak berkilat
Lama hidup banyak dirasa
Jauh berjalan banyak dilihat
Bertukar syair syahdu
Bertalam buli perindu
Diluar bagai madu
Didalam bagai empedu
Pertengahan 2012
“Sekejap Tak Terlupa”
Lagi jumpa
Lagak gayanya
Padi hampa
Tegak tangkainya
Bergemuruh
Tak tertahan
Hari guru
Takkan hujan
Hendak dikapas
Tengah tengadah
Hati tak lepas
Dendam tak reda
Sudah lebar
Buruk pula
Indah kabar
Buruk rupa
Dahan niur
Tinggi membumbung
Angin bersiur
Ombak bersabung
Berpadah diri menabung
Asal senang kelak
Biar kalah sabung
Asal menangsorak
Dalam mampan
Ada benang
Ada sampan
Hendak berenang
Jari tangan
Silak lembutnya
Hati enggan
Banyak sebutnya
Dari kaca
Yang terpecahkan
Seperti sutra
Dalam lukisan
Rasa kelu
Lutut dan tungkai
Takut hantu
Berpeluk bangkai
Kemana tepak
Bertemu tanjak
Kemana tapak
Kesitu jejak
Pertengahan 2012
“Seloka”
Kain sutra
Berenda
Jalinkan bersarung tadah
Kalau tidak ada
Berada
Masakan tempua bersarang rendah
Bersyair kasak kusuk
Berbanding dalam memadah
Bergurindam di mulut
Air orang disauk
Ranting orang dipatah
Adat orang diturut
Lagi menunggu
Memakan belimbing
Tak mampu melarungkan
Anak dipangku
Kemanakan dibimbing
Orang kampong dipertenggangkan
Rasa dihulukan
Lusuh muara jangan
Merdu dalam bersyair
Apa digaduhkan
Pengayuh sama ditangan
Perahu sama diair
Sepat jangan ditambakkan
Sepat diberi diwadahkan
Cepat tangan terjambakkan
Cepat kaki terlangkahkan
Cepat mulut terkatakan
Pualan sepuh suasa
Ditekuk terus
Disamping yang sakit
Dalam dua tengah tiga
Telunjuk yang lurus
Kelingking yang berkait
Yang diserut
Yang digulung
Sulamnya bersatu jua
Garam di laut
Asam digunung
Dalam belanga bertemu jua
Kaki tekuk
Tangan dipengkor
Dari lurus bergayut
Kail sebentuk
Umpan seekor
Sekali putus sehari berhanyut
Pertengahan 2012
“Harap”
Belenggu didalam kalbu
Termangu disuam bisu
Menatap tiada tentu
Meratap dalam merindu
Basah dibilas kain perca
Resah berkias dalam makna
Meniti rebah diujung jati
Menanti sebab tak kunjung pasti
Menuang air dalam perigi
Siang hilang malam pun pergi
Telungkup dingin tak beratap
Menangkap angin merebut asap
Bertadah duli bersembah jari
Adakah hati boleh memiliki
Rembang senja silih berganti
Bimbang disana bingung disini
Bertuas kalam ilahi
Dengan ikhlas memagar diri
Pertengahan 2012
“Perjalanan”
Aku seumpama
Dari selaksa
Sampai laksana
Yang diibaratkan
Dari awalan
Sampai akhiran
Selalu berpedoman
Yang disebutkan
Yang diamalkan
Dalam bualan
Dari disusukan
Sampai dibesarkan
Yang dituakan
Dari kedewasaan
Sampai amalan
Menunggu berbujur kaku
Rahasia waktu
Dari penentu
Pertengahan
Dialah sang waktu
Terseok tak henti
Dari yang semu
Silih berganti
Dialah sang waktu
Yang terus berputar
Menjadi penentu
Dimana harus beredar
Dialah sang waktu
Berjalan dalam baying
Sesekali menyeru
Tak jarang menghilang
Dialah sang waktu
Dinding wajah dunia
Mengajarkan arti merindu
Membimbing dalam cinta
Pertengahan 2012
“nak”
Ingatkah engkau
Saat kubisikan dulu
Ditelingamu
Suara azhan yang menderu
Sambil meraup wajahmu
Satu kebahagian
Di hati tiada tertahan
Semenjak engkau dilahirkan
Dari sucinya ikatan
Bahtera hidup kedepan
Lelahpun tiada sungguh
Bahagia terasa peluh
Senang berseluruh
Memandang tiada jenuh
Dari wajah yang membasuh
Jadi tengkurap jadi
Merangkak coba berdiri
Berjalan dengan kaki
Berlari kesana kemari
Sungguh bahagia sekali
Kini engkau telah besar
Cepat rasa masa bertukar
Saatnya engkau keluar
Arungi hidup dengan tegar
Amalkan ilmu dengan benar
Pertengahan 2012
“Takdir”
Diam bagai bara
Resah bembubung
Gelisah tak kunjung
Hati rasa kecewa
Yang dicinta mendua
Berpindah kelain hati
Seakan tidak perduli
Dengan jiwa yang semakin tersiksa
Adakah salah mengenang
Ragu menghitung sayang
Hingga rasa yang terbuang
Mungkin ini suratan
Ataukah nasib dibadan
Akan rasa yang ditinggalkan
Pertengahan 2012
“Hati ini”
Malam bertabur bintang
Gemerlap indah sekali
Bergelayut dimalam hari
Rembulan senyum memandang
Tahukah yang kurindu
Terbawa dalam mimpi
Rasa yang tak bertepi
Memenuhi rongga kalbu
Aku tak tahu bentuk cinta
Ataupun rindu adanya
Tetapi aku dapat merasa
Yang terukir dihati ini
Berharap engkau mengerti
Untuk saling mencintai
Pertengahan 2012
“Misteri Keindahan”
Bagiku kanvas adalah dunia
Menyapu sesuka
Berkuaskan tangan
Bergurat vertikal horizontal
Aku tidak perduli
Engkau yang aku lukis
Tak harus berimajinasi
Karna potretmu terpatri dihati
Engkau lupa
Bahwa dengan kuas
Aku bisa menari
Menari dengan tarian nafas jiwa
Desahku berekspresi
Tapi aku bukan jalang
Menelanjangi dalam kanvas
Biarkan tertutup sehelai
Dalam balutan
Bagi yang memandang
Rahasia misteri keindahan
Pertengahan 2012
“Renungan”
Penerang hati
Inti surah
Dalam kajian diri
Termenung di sajadah
Tangan tengadah
Mengatur sembah
Dosa ini belum sudah
Ingat lagi tegak berdiri
Khusnul khotimah sebelum mati
Tak harus dosa dikejar berlari
Agar khusuk tobat nasuha sejati
Saying yang malang
Mati dalam bimbang
Sekalipun amalan segudang
Jangan tukar dosa dengan iman
Takutnya mati berlumpur nista
Disitu masuk hasut setan
Menyesatkan umat manusia
Yang sudah cepat berubah
Yang belum jangan sekali mencoba
Tetaplah tangan tengadah
Mengharap pengampunannya
Pertengahan 2012
“Renungan 2”
Tak kenal waktu
Seharian lelah bekerja
Apa yang dicari
Perut sejengkal kah ?
Hidup bermewah kah ?
Apakah semua nafsuterpenuhi ?
Apakah niat tersampaikan ?
Renungkanlah !
Disaat beribu pasang mata
Terbuai mimpi lena
Di paruh malam muta
Bukalah mata
Resapi alam sekelilingnya
Renungkanlah !
Apa sebenarnya yang engkau cari ?
Apa sebenarnya yang engkau kejar ?
Sadarlah
Hidup ini sebentar saja
Renungkanlah !
Pertengahan 2012
“Kelompang Hati”
Kelompang hati
Rasa bagai mati
Kemana penawar dicari
Membalut luka ini
Membasuh yang sepi
Membilas yang sunyi
Disaat yang pergi tak kembali
Dalam ingatan
Selayang pandang
Dalam untaiyan
Tak terbuang
Kecup terakhir diujung bisu
Penghantar tidur panjang
Sebilur isak pilu
Tak berkumandang
Hilangsudah senyum kaku
Diam terbujur kaku
Pergi sudah riang tawa
Dipusara aksara
Aku bertopang bisu
Dikelompang hatiku
Pertengahan 2012
“Dengan Diam Mu”
Dilembah hatimu
Ku mendaki terjal angkuhmu
Berjuapun tidak
Aku sesak
Caramu
Aku tak tau
Atau memang itu sifatmu
Disamudra rasamu
Ku kayuh biduk cinta
Bersampankan asmara
Engkau tetap membisu
Dimana aku bertanya
Sedang hati engkau punya
Di padang anganmu
Aku melukis bayang
Mengukir pandang
Gelisahmu tak tenang
Adakah cemburu
Bertahta dikalbu
Atau curiga
Meniti dirasa
Atau kini engkau tak suka
Dengan diam mu
Aku tak menentu
Pertengahan 2012
“Sungguh Aku Suka”
Memandangmu
Ada terselip rasa bahagia
Membayangkan mu
Tak jarang diri jadi lupa
Mengenangmu
Angan dibuai lena
Aku tak tau ini apa
Tapi sungguh aku suka
Suka gayamu
Suka candamu
Suka manjamu
Adakah satu pertanda
Bahwa aku dewasa
Sementara aku
Tidak tau
Kapan rasa datang padaku
Tidak diundang
Kini bertandang
Tapi sungguh hati riang
Rasa dibuang sayang
Biar bertahta
Sungguh aku suka
Pertengahan 2012
“Selain Cinta”
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang ku usap lembut pada dawainya
Yang ku bisik mesra pada senarnya
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang menyulam lirik kata
Yang merangkai bait aksara
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang mengalir di denyut nadi
Yang berhembus dari napas ini
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang mendaki dengan pikiran
Menuruni lembah khayalan
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang meraja dihati ini
bertahta di sanubari
pertengahan 2012
“Aku Rindu”
Aku merindu
Berharap bertemu
Ingatlah dikau
Kenangan indah di danau
Dari sebalik pulau
Hangat tanganmu masi terasa
Kala jemari menggenggam cinta
Kerling mata rengek manja
Berpeluk kasih asmara
Ah . . . .
Kini engkau entah dimana
Kabar berita pun tiada
Adakah engkau merasa
Hal terindah bersama
Sungguh aku merindu
Semua tentang mu
Pertengahan 2012
“Garis”
Pada warna
Ada nuansa
Dari spectrum yang tercipta
Pada cahaya
Ada suasana
Dari pijar yang menyala
Pada cinta
Ada rasa
Dari gejolak yang bergelora
Pada suara
Ada rongga
Dari hentakkan yang bergema
Pada siang
Ada terang
Dari sinar yang menerawang
Pada petang
Ada rembang
Dari senja yang mengambang
Pada malam
Ada kelam
Dari rembulan yang temaran
Pada pagi
Ada mimpi
Dari berharap yang menjadi
Pertengahan 2012
“Perawan Rembulan”
Perawan rembulan
Senyum di balik awan
Buta sudah malam
Hasrat hasut haus hampa
Entah berapa bintang menyala
Perawan rembulan
Bisik mesra rengek manja
Kabur jua temaran
Tinggal kerling patah bisu
Entah kapan berlalu
Perawan rembulan
Satu kata tinggal rupa
Rupa laksana kelam
Peluk rayu dekap rindu
Entahpun rindu di dahan semu
Perawan rembulan
Berhenti di tikungan
Dipersimpangan makna mendalam
Entah berapa lembar sisah
Dari coretan kisah dosa
Pertengahan 2012
Alhamdulillah puji syukur kehadhirat ALLAH SWT saya ucapkan atas selesainya penulisan buku ini,tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.
Buku ini berisikan puisi syair dan sajak buah pikir penulis yang di rangkum menjadi satu karya tulis. Dari letupan pijar-pijar hati goresan pena dari lembar kertas bilur-bilur tinta.
Kisaran
Pertengahan 2012
Penulis
Iwan Sekop Darat
“Di Aksara Cinta”
Cipt : Iwan Sekop Darat
Seindah rembulan diatas sana
Bertabur bintang redup mempesona
Berkilau cahaya memantul sukma
Bagai mutiara
Berjuta angan menghias angkasa
Beribu mimpiku melukiskannya
Diaksara cinta kurangkai asmara
Berkalung rasa
Aku menyinta, aku merindu
Riak menepi diujung kalbu
Aku menyinta, aku merindu
Pada dirimu
Reff **Seindah rembulan diatas sana
Bertemankan bintang menghias angkasa
Rindu didada rasa bergelora
Engkau yang ku cinta selamanya
{ lagu “Di Aksara Cinta” dapat dilihat dan didengar di you tube di pencarian iwan sekop darat }
“Masa”
Paruh waktu berjalan
Lilin kecil hatimu masih menyala
Menggiring lalu kenangan
Tak kunjung padam jua
Satu dua tahun berganti
Masa merubah air muka
Direlung yang terpatri
Pada mahabbah aksara cinta
Ooh,,,,,,,
Aku bertanya
Rindu ini milik siapa ???
Pertengahan 2012
“Dalam Mimpiku”
Tidak ada yang tahu
Kalau semalam dia dalam mimpiku
Selain aku memberi tahu
Tidak ada yang tahu
Kalau lusa dia dalam mimpiku
Selain aku memberi tahu
Tidak juga ada yang tahu
Kalau kemaren pun dia dalam mimpiku
Selain aku jua memberi tahu
Sekalipun aku tidak memberi tahu
Namun ia akan tahu
Tahu akan arti merindu
Pertengahan 2012
“Engkau Yang Dulu”
Dulu engkau lebih natural
Bersahaja, lugu, apa adanya
Tidak seperti sekarang
Bersolek mengikut zaman
Melonggarkan selimut iman
Dari aura wajah
Tetaplah engkau yang dulu
Hanya saja
Mencoba sedikit memaksakan
Agar tidak dibilang
Ketinggalan zaman
Terkadang engkau salah mengartikan
Tergelincir pemikiran
Sebenarnya
Apa yang engkau harapkan
Untuk bertahan di masa yang akan datang
Pertengahan 2012
“Gerbong Senja”
Aku tak sempat bertanya
Bertanya namanya
Dimana dia tinggal
Pada kerling mata
Ku tangkap pijar disana
Sesaat terpaku
Tercekat tenggorokan
Satu….satu suara bisu
Ku pandangi
Ia yang berjalan membelakangiku
Dengan punggung sayup menjauh
Tidak satu pasang mata
Berlalu lalang sesak sungguh
Mengaburkan pandangan ku
Aku yang tak sempat
Mengabdikan senyumannya
Hanya bersidekap ragu
Untuk kembali bersua
Diantara jalan besi
Yang bergesek roda terpatri
Pada gerbong senja
Melarut rasa
Pertengahan 2012
“Dengan Hati”
Jika hari ini aku masih ada
Aku akan menulis dengan hati
Menguntai kata merangkai kalimat
Menulis kisah aku dan semua
Jika esok aku masih ada
Aku akan menulis dengan hati
Menguntai bait merangkai nada
Menulis aksara pada ritme jiwa
Jika lusa pun aku masih ada
Aku jua akan tetap menulis dengan hati
Menulis pada kanvas menggurat inspirasi rasa
Menulis dengan imajinasi membacanya
Dan jika suatu saat
Aku tidak bisa lagi menulis dengan hati
Kan ku tinggalkan satu alat tulis
Dan selembar dasar untuk ditulis
Jangan pernah berhenti untuk menulis
Dengan menulis
Sedikit banyak
Membuat hati lebih gamblang bercerita
Pertengahan 2012
“Pantun Bingkai Cerita”
Bingkai bercangkup kayu
Sukar tangan yang memangku
Tangkai di kuncup layu
Mekar enggan mati tak mau
Sukar tangan yang memangku
Tadah bahu dengan teliti
Mekar segan mati tak mau
Adakah sembilu menorah hati
Tadah bahu dengan teliti
Tenaga jua memadati
Adakah sembilu menorah hati
Ketika rasa dikhianati
Tenaga jua memadati
Pada embun rupa diseka
Ketika rasa dikhianati
Air diminum rasa cuka
Pada embun rupa diseka
Meresam ikut adat budaya
Air diminum rasa cuka
Ditelan asam kecut di jiwa
Merasam ikut adat budaya
Berpegang bait mengukirnya
Ditelan asam kecut dijiwa
Terkadang cinta pahit akhirnya
Kuncah : Seikat Jerami
“Kehendak”
Mengalir rindu yang bermuara dihulu rasa
Gemerciknya memendam gejolak asmara
Berbisik di hati saat menyapa
Kiranya cinta dengan kisah yang melegenda
Kuncah pun jadi
Penanda rasa ini
Bukan harus dammar dan rotan
Yang melingkar tanda ikatan
Sejuk embun membuka tabir baskara
Diujung shubuh rindu ini aku jaga
Membasahi lubuk jiwa
Diaksara pusara cinta
Bendung pun sudah
Dihati hanya meruah
Berdinding do’a penuh harap
Harap ikhlas yang mendekap
Berpeluk kehendak
Pertengahan 2012
“RASA”
Engkau harus tahu
Indahnya telaga dengan kilau air engkau berkaca
Engkau harus tahu
Sejuknya embun sebelum pagi membusung
Engkau harus tahu
Teriknya mentari menyengat hati
Engkau harus tahu
Syahdunya lembayung senja di siluet cakrawala
Engkau harus tahu
Dinginnya malam berselimut temaram
Engkau harus tahu
Akan indah
Sejuk
Hangat
Syahduh
Dan dingin
Pada telaga nuansa cinta
Dan engkaupun harus tahu
Semua rasa ini untukmu
Pertengahan 2012
“Mantra Cinta”
Sauh jeram lempar dibuang
Dilontar tarik kembali
Mengeram tiada berbilang
Tepak sirih dihaturkan
Kacip pinang belah dua
Tampak lirih dilenturkan
Bergiwang intan permata
Bergelang mutiara jadi
Berkalung cendai sutra
Aku memanggil maruah cinta
Maruah dari sifatnya
Berkekal rasa hendaknya
Aku menyeru fatwa cinta
Fatwa dari rasanya
Rasa pelantun jiwa
Pertengah 2012
“Pantun Soalan Hati”
Kemana pergi hendak mearung
Benang dibawa selendang tidak
Kemana hati hendak dikurung
Yang disuka memandang tidak
Tidak diberi tidak dibilang
Yang diberi tersanjung rapat
Bukan tak sudi untuk memandang
Maruah diri menjunjung adat
Andai tiang paku sematkan
Tidakkah cungkilan dibuatkan
Andai lancing hantur maafkan
Bolelah soalan dijawabkan
Maka tiang setara rata
Belah tangan pundak disanggah
Tiada lancing menata kata
Apakah gerangan hendak ditanya
Sarungnya tisik peniti
Dua benag sisa rupanya
Satu-satunya menguji hati
Bunga yang kembang siapa yang punya
Berkelah bilik saling sapa
Kain kelambu tersibak kata
Tiadalah milik siapa-siapa
Selain ibu bapak tercinta
Berkah lidi berkah cendawan
Beanlu ditepi dikerat jangan
Adakah diri boleh berkawan
Jikalau sudi berjabat tangan
Berlari berjalan melambung penat
Maka basah rata di badan
Selagi aturan menjunjung adat
Tiada salah kita berkawan
Yang disanggah kata perkara
Kuat alibi tersimpulkan
Riang rasa tiada terkira
Niat dihati tersampaikan
Pertengahan 2012
“Pantun Soalan Hati 2”
Berdiri ragu tidak
Selaksa tiang anjungan
Kira diri merayu tidak
Adik laksana kembang setaman
Tiada kias hendak dikaji
Terkadang selisih mata
Tiada pantas diri di puji
Abang hanya melebih kata
Bekelok jua diawalan
Disimpang dan ditikungan
Elok kata rupa rupawan
Hati abang jadi tertawan
Adakah rusa lari duluan
Ketika tiang dikumpulkan
Adakah rupa jadi ukuran
Untuk abang menyimpulkan
Bukan pualam berkias tepi
Dari meranti bertuas jati
Rupa rupawan penghias mimpi
Budi pekerti penghias hati
Terperangah tautan mata
Detak berdegup dalam jantung
Sungguh indah padanan kata
Raga tak sanggup memikul sanjung
Pertengahan 2012
“Nasehat Pantun Kelat”
Kuat ditepak
Lebah menyengat
Niat ditolak
Patah semangat
Selang ditangan
Ketam tekatup
Siang berjalan
Malam telungkup
Sekelep tak teruros
Bedelau baju kurong
Alep tegak teros
Waw Baru melengkong
Keringat jue
Selalu tak jumpe
Mane ingat jue
Kalau setuje lupe
Bersedekap
Tak begerak
Siket cakap
Banyakgerak
Pertengahan 2012
“Talibuh Makna”
Di talam biji selasih
Serupa ruas nampah
Sepuh kata semula arti
Dalam memilih kasih
Elok rupa paras menawan
Santun bahasa mulia pekerti
Pulau pandan jauh disebrang
Sedikitpun terkenang
Haraplah berkalung amalan
Selalu didepan terpantulkan
Jaih badan dirantau orang
Sekalipun hidup senang
Tetaplah ingat kampong halaman
Rindu kawan dan handaitolan
Si kancil belang dikaki
Semua mempersoalkan
Tertawa menjadi-jadi
Dari kecil kita mengaji
Agar tua mengamalkan
Membawa berkah setelah mati
Pertengahan 2012
“Sair Bangsa”
Semua bangsa tau kami
Berjajar pulau indah bersuri
Kaya dengan hasil bumi
Hutan rimba masih alami
Banyak suku kaya budaya
Dalam adat hidup berbangasa
Menjunjung undang-undang bernegara
Berlandas nilai luhur pancasila
Negri kami Indonesia
Mencakup seluruh nusantara
Dibelahan bumi katulistiwa
Di apit benua jua samudra
Kami sebut bumi pertiwi
Titipan tanah dari yang mati
Bukan merdeka kami diberi
Merebut juang gagah berani
Ingatlah cita-cita yang luhur
Dari pahlawan yang telah gugur
Berani mati pantang mundur
Berharapkelak bangsa yang makmur
Sekarang tak harus angkat senjata
Apalagi membabi buta
Generasi muda ilmu berguna
Mengharumkan negri dimata dunia
Pertengahan 2012
“Syair Yang Legam dan Berdasi”
Ukuran kaya tak tentu pasti
Selagi nafsu menunggangi
Yang harampun tidak perduli
Asal perut kenyang sendiri
Yang bodoh takut mencuri
Takut hokum aturan negri
Yang pandai semakin jadi
Karna hokum iya kangkangi
Legam hitam kulit tangan
Terik matahari menyengat badan
Bertadah halal untuk dimakan
Tidak mencuri perut kawan
Yang berdasi dan duduk rapi
Dengan pena menari-nari
Terkadang sembunyi dibalik kursi
Adakah lari dari korupsi ?
Yang legam banyak berkilas
Yang berdasi tamak tidak tuntas
Yang legam bersyukur puas
Yang berdasi mengukur kuas
Sungguhpun hitam hatinya putih
Sedangkan yang putih hatinya tak bersih
Sungguh hitam tiada letih
Sedangkan yang putih tertatih-tatih
Adakah negri makmur sentosa
Selagi korupsi merajalela
Hanya isapan jempol semata
Atau mimpi disiang buta
Pertengahan 2012
“Petuah Lama”
Banyak kumbang diatas atap
Diatas atap tinggi sekali
Hendak terbang tiada bersayap
Hendak berhinggap tiada berkaki
Beriring semut berjalan
Berupaya tidak berebut
Seiring bertukar jalan
Seiya bertukar sebut
Tak layu kembang kemuning
Taklemas karena basah
Tak kayu dijenjang keeping
Tak eamas bungkalo di asah
Segumpal hendak digulung
Meniti lidi di raut
Sekepal menjadi gunung
Setitik menjadi laut
Dulu bumi kering
Teramat hari kemarau
Duduk seperti kucing
Melompat seperti harimau
Meredup tak bercahaya
Meremang tak berkilat
Lama hidup banyak dirasa
Jauh berjalan banyak dilihat
Bertukar syair syahdu
Bertalam buli perindu
Diluar bagai madu
Didalam bagai empedu
Pertengahan 2012
“Sekejap Tak Terlupa”
Lagi jumpa
Lagak gayanya
Padi hampa
Tegak tangkainya
Bergemuruh
Tak tertahan
Hari guru
Takkan hujan
Hendak dikapas
Tengah tengadah
Hati tak lepas
Dendam tak reda
Sudah lebar
Buruk pula
Indah kabar
Buruk rupa
Dahan niur
Tinggi membumbung
Angin bersiur
Ombak bersabung
Berpadah diri menabung
Asal senang kelak
Biar kalah sabung
Asal menangsorak
Dalam mampan
Ada benang
Ada sampan
Hendak berenang
Jari tangan
Silak lembutnya
Hati enggan
Banyak sebutnya
Dari kaca
Yang terpecahkan
Seperti sutra
Dalam lukisan
Rasa kelu
Lutut dan tungkai
Takut hantu
Berpeluk bangkai
Kemana tepak
Bertemu tanjak
Kemana tapak
Kesitu jejak
Pertengahan 2012
“Seloka”
Kain sutra
Berenda
Jalinkan bersarung tadah
Kalau tidak ada
Berada
Masakan tempua bersarang rendah
Bersyair kasak kusuk
Berbanding dalam memadah
Bergurindam di mulut
Air orang disauk
Ranting orang dipatah
Adat orang diturut
Lagi menunggu
Memakan belimbing
Tak mampu melarungkan
Anak dipangku
Kemanakan dibimbing
Orang kampong dipertenggangkan
Rasa dihulukan
Lusuh muara jangan
Merdu dalam bersyair
Apa digaduhkan
Pengayuh sama ditangan
Perahu sama diair
Sepat jangan ditambakkan
Sepat diberi diwadahkan
Cepat tangan terjambakkan
Cepat kaki terlangkahkan
Cepat mulut terkatakan
Pualan sepuh suasa
Ditekuk terus
Disamping yang sakit
Dalam dua tengah tiga
Telunjuk yang lurus
Kelingking yang berkait
Yang diserut
Yang digulung
Sulamnya bersatu jua
Garam di laut
Asam digunung
Dalam belanga bertemu jua
Kaki tekuk
Tangan dipengkor
Dari lurus bergayut
Kail sebentuk
Umpan seekor
Sekali putus sehari berhanyut
Pertengahan 2012
“Harap”
Belenggu didalam kalbu
Termangu disuam bisu
Menatap tiada tentu
Meratap dalam merindu
Basah dibilas kain perca
Resah berkias dalam makna
Meniti rebah diujung jati
Menanti sebab tak kunjung pasti
Menuang air dalam perigi
Siang hilang malam pun pergi
Telungkup dingin tak beratap
Menangkap angin merebut asap
Bertadah duli bersembah jari
Adakah hati boleh memiliki
Rembang senja silih berganti
Bimbang disana bingung disini
Bertuas kalam ilahi
Dengan ikhlas memagar diri
Pertengahan 2012
“Perjalanan”
Aku seumpama
Dari selaksa
Sampai laksana
Yang diibaratkan
Dari awalan
Sampai akhiran
Selalu berpedoman
Yang disebutkan
Yang diamalkan
Dalam bualan
Dari disusukan
Sampai dibesarkan
Yang dituakan
Dari kedewasaan
Sampai amalan
Menunggu berbujur kaku
Rahasia waktu
Dari penentu
Pertengahan
Dialah sang waktu
Terseok tak henti
Dari yang semu
Silih berganti
Dialah sang waktu
Yang terus berputar
Menjadi penentu
Dimana harus beredar
Dialah sang waktu
Berjalan dalam baying
Sesekali menyeru
Tak jarang menghilang
Dialah sang waktu
Dinding wajah dunia
Mengajarkan arti merindu
Membimbing dalam cinta
Pertengahan 2012
“nak”
Ingatkah engkau
Saat kubisikan dulu
Ditelingamu
Suara azhan yang menderu
Sambil meraup wajahmu
Satu kebahagian
Di hati tiada tertahan
Semenjak engkau dilahirkan
Dari sucinya ikatan
Bahtera hidup kedepan
Lelahpun tiada sungguh
Bahagia terasa peluh
Senang berseluruh
Memandang tiada jenuh
Dari wajah yang membasuh
Jadi tengkurap jadi
Merangkak coba berdiri
Berjalan dengan kaki
Berlari kesana kemari
Sungguh bahagia sekali
Kini engkau telah besar
Cepat rasa masa bertukar
Saatnya engkau keluar
Arungi hidup dengan tegar
Amalkan ilmu dengan benar
Pertengahan 2012
“Takdir”
Diam bagai bara
Resah bembubung
Gelisah tak kunjung
Hati rasa kecewa
Yang dicinta mendua
Berpindah kelain hati
Seakan tidak perduli
Dengan jiwa yang semakin tersiksa
Adakah salah mengenang
Ragu menghitung sayang
Hingga rasa yang terbuang
Mungkin ini suratan
Ataukah nasib dibadan
Akan rasa yang ditinggalkan
Pertengahan 2012
“Hati ini”
Malam bertabur bintang
Gemerlap indah sekali
Bergelayut dimalam hari
Rembulan senyum memandang
Tahukah yang kurindu
Terbawa dalam mimpi
Rasa yang tak bertepi
Memenuhi rongga kalbu
Aku tak tahu bentuk cinta
Ataupun rindu adanya
Tetapi aku dapat merasa
Yang terukir dihati ini
Berharap engkau mengerti
Untuk saling mencintai
Pertengahan 2012
“Misteri Keindahan”
Bagiku kanvas adalah dunia
Menyapu sesuka
Berkuaskan tangan
Bergurat vertikal horizontal
Aku tidak perduli
Engkau yang aku lukis
Tak harus berimajinasi
Karna potretmu terpatri dihati
Engkau lupa
Bahwa dengan kuas
Aku bisa menari
Menari dengan tarian nafas jiwa
Desahku berekspresi
Tapi aku bukan jalang
Menelanjangi dalam kanvas
Biarkan tertutup sehelai
Dalam balutan
Bagi yang memandang
Rahasia misteri keindahan
Pertengahan 2012
“Renungan”
Penerang hati
Inti surah
Dalam kajian diri
Termenung di sajadah
Tangan tengadah
Mengatur sembah
Dosa ini belum sudah
Ingat lagi tegak berdiri
Khusnul khotimah sebelum mati
Tak harus dosa dikejar berlari
Agar khusuk tobat nasuha sejati
Saying yang malang
Mati dalam bimbang
Sekalipun amalan segudang
Jangan tukar dosa dengan iman
Takutnya mati berlumpur nista
Disitu masuk hasut setan
Menyesatkan umat manusia
Yang sudah cepat berubah
Yang belum jangan sekali mencoba
Tetaplah tangan tengadah
Mengharap pengampunannya
Pertengahan 2012
“Renungan 2”
Tak kenal waktu
Seharian lelah bekerja
Apa yang dicari
Perut sejengkal kah ?
Hidup bermewah kah ?
Apakah semua nafsuterpenuhi ?
Apakah niat tersampaikan ?
Renungkanlah !
Disaat beribu pasang mata
Terbuai mimpi lena
Di paruh malam muta
Bukalah mata
Resapi alam sekelilingnya
Renungkanlah !
Apa sebenarnya yang engkau cari ?
Apa sebenarnya yang engkau kejar ?
Sadarlah
Hidup ini sebentar saja
Renungkanlah !
Pertengahan 2012
“Kelompang Hati”
Kelompang hati
Rasa bagai mati
Kemana penawar dicari
Membalut luka ini
Membasuh yang sepi
Membilas yang sunyi
Disaat yang pergi tak kembali
Dalam ingatan
Selayang pandang
Dalam untaiyan
Tak terbuang
Kecup terakhir diujung bisu
Penghantar tidur panjang
Sebilur isak pilu
Tak berkumandang
Hilangsudah senyum kaku
Diam terbujur kaku
Pergi sudah riang tawa
Dipusara aksara
Aku bertopang bisu
Dikelompang hatiku
Pertengahan 2012
“Dengan Diam Mu”
Dilembah hatimu
Ku mendaki terjal angkuhmu
Berjuapun tidak
Aku sesak
Caramu
Aku tak tau
Atau memang itu sifatmu
Disamudra rasamu
Ku kayuh biduk cinta
Bersampankan asmara
Engkau tetap membisu
Dimana aku bertanya
Sedang hati engkau punya
Di padang anganmu
Aku melukis bayang
Mengukir pandang
Gelisahmu tak tenang
Adakah cemburu
Bertahta dikalbu
Atau curiga
Meniti dirasa
Atau kini engkau tak suka
Dengan diam mu
Aku tak menentu
Pertengahan 2012
“Sungguh Aku Suka”
Memandangmu
Ada terselip rasa bahagia
Membayangkan mu
Tak jarang diri jadi lupa
Mengenangmu
Angan dibuai lena
Aku tak tau ini apa
Tapi sungguh aku suka
Suka gayamu
Suka candamu
Suka manjamu
Adakah satu pertanda
Bahwa aku dewasa
Sementara aku
Tidak tau
Kapan rasa datang padaku
Tidak diundang
Kini bertandang
Tapi sungguh hati riang
Rasa dibuang sayang
Biar bertahta
Sungguh aku suka
Pertengahan 2012
“Selain Cinta”
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang ku usap lembut pada dawainya
Yang ku bisik mesra pada senarnya
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang menyulam lirik kata
Yang merangkai bait aksara
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang mengalir di denyut nadi
Yang berhembus dari napas ini
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang mendaki dengan pikiran
Menuruni lembah khayalan
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang meraja dihati ini
bertahta di sanubari
pertengahan 2012
“Aku Rindu”
Aku merindu
Berharap bertemu
Ingatlah dikau
Kenangan indah di danau
Dari sebalik pulau
Hangat tanganmu masi terasa
Kala jemari menggenggam cinta
Kerling mata rengek manja
Berpeluk kasih asmara
Ah . . . .
Kini engkau entah dimana
Kabar berita pun tiada
Adakah engkau merasa
Hal terindah bersama
Sungguh aku merindu
Semua tentang mu
Pertengahan 2012
“Garis”
Pada warna
Ada nuansa
Dari spectrum yang tercipta
Pada cahaya
Ada suasana
Dari pijar yang menyala
Pada cinta
Ada rasa
Dari gejolak yang bergelora
Pada suara
Ada rongga
Dari hentakkan yang bergema
Pada siang
Ada terang
Dari sinar yang menerawang
Pada petang
Ada rembang
Dari senja yang mengambang
Pada malam
Ada kelam
Dari rembulan yang temaran
Pada pagi
Ada mimpi
Dari berharap yang menjadi
Pertengahan 2012
“Perawan Rembulan”
Perawan rembulan
Senyum di balik awan
Buta sudah malam
Hasrat hasut haus hampa
Entah berapa bintang menyala
Perawan rembulan
Bisik mesra rengek manja
Kabur jua temaran
Tinggal kerling patah bisu
Entah kapan berlalu
Perawan rembulan
Satu kata tinggal rupa
Rupa laksana kelam
Peluk rayu dekap rindu
Entahpun rindu di dahan semu
Perawan rembulan
Berhenti di tikungan
Dipersimpangan makna mendalam
Entah berapa lembar sisah
Dari coretan kisah dosa
Pertengahan 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar