Selasa, 10 Juli 2012

BILUR - BILUR TINTA ( Kumpulan Sajak ) Bag. I

BILUR - BILUR TINTA ( Kumpulan Sajak ) Bag. I

oleh Gurindam Kelana pada 10 Juli 2012 pukul 19:45 ·
Kata Pengantar
            Alhamdulillah puji syukur kehadhirat ALLAH SWT saya ucapkan atas selesainya penulisan buku ini,tanpa ridho dan petunjuk dari-Nya mustahil buku ini dapat dirampungkan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada  teman-teman yang membantu dalam menyelesaikan buku ini.

            Buku ini berisikan puisi syair dan sajak buah pikir penulis yang di rangkum menjadi satu karya tulis. Dari letupan pijar-pijar hati goresan pena dari lembar kertas bilur-bilur tinta.

                                                                        Kisaran
                                                              Pertengahan 2012
                                                                        Penulis
                                                             Iwan Sekop Darat










“Di Aksara Cinta”
                                                                                                Cipt : Iwan Sekop Darat
Seindah rembulan diatas sana
Bertabur bintang redup mempesona
Berkilau cahaya memantul sukma
Bagai mutiara
Berjuta angan menghias angkasa
Beribu mimpiku melukiskannya
Diaksara cinta kurangkai asmara
Berkalung rasa
            Aku menyinta, aku merindu
            Riak menepi diujung kalbu
            Aku menyinta, aku merindu
Pada dirimu
            Reff **Seindah rembulan diatas sana
                        Bertemankan bintang menghias angkasa
                        Rindu didada rasa bergelora
                        Engkau yang ku cinta selamanya




 { lagu  “Di Aksara Cinta” dapat dilihat dan didengar di you tube di pencarian iwan sekop darat }









Masa”

Paruh waktu berjalan
Lilin kecil hatimu masih menyala
Menggiring lalu kenangan
Tak kunjung padam jua
            Satu dua tahun berganti
Masa merubah air muka
Direlung yang terpatri
Pada mahabbah aksara cinta
Ooh,,,,,,,
Aku bertanya
Rindu ini milik siapa ???
                                                Pertengahan 2012

“Dalam Mimpiku”
            Tidak ada yang tahu
            Kalau semalam dia dalam mimpiku
            Selain aku memberi tahu
            Tidak ada yang tahu
            Kalau lusa dia dalam mimpiku
            Selain aku memberi tahu
            Tidak juga ada yang tahu
            Kalau kemaren pun dia dalam mimpiku
            Selain aku jua memberi tahu
            Sekalipun aku tidak memberi tahu
            Namun ia akan tahu
            Tahu akan arti merindu

                                                Pertengahan 2012

“Engkau Yang Dulu”
                        Dulu engkau lebih natural
                        Bersahaja, lugu, apa adanya
Tidak seperti sekarang
Bersolek mengikut zaman
Melonggarkan selimut iman
Dari aura wajah
Tetaplah engkau yang dulu
Hanya saja
Mencoba sedikit memaksakan
Agar tidak dibilang
Ketinggalan zaman
Terkadang engkau salah mengartikan
Tergelincir pemikiran
Sebenarnya
Apa yang engkau harapkan
Untuk bertahan di masa yang akan datang

                         Pertengahan 2012

“Gerbong Senja”
             Aku tak sempat bertanya
Bertanya namanya
Dimana dia tinggal
Pada kerling mata
Ku tangkap pijar disana
Sesaat terpaku
Tercekat tenggorokan
Satu….satu suara bisu
Ku pandangi
Ia yang berjalan membelakangiku
Dengan punggung sayup menjauh
Tidak satu pasang mata
Berlalu lalang sesak sungguh
Mengaburkan pandangan ku
Aku yang tak sempat
Mengabdikan senyumannya
Hanya bersidekap ragu
Untuk kembali bersua
Diantara jalan besi
Yang bergesek roda terpatri
Pada gerbong senja
Melarut rasa

            Pertengahan 2012

“Dengan Hati”

            Jika hari ini aku masih ada
Aku akan menulis dengan hati
Menguntai kata merangkai kalimat
Menulis kisah aku dan semua
Jika esok aku masih ada
Aku akan menulis dengan hati
Menguntai bait merangkai nada
Menulis aksara pada ritme jiwa
Jika lusa pun aku masih ada
Aku jua akan tetap menulis dengan hati
Menulis pada kanvas menggurat inspirasi rasa
Menulis dengan imajinasi membacanya
Dan jika suatu saat
Aku tidak bisa lagi menulis dengan hati
Kan ku tinggalkan satu alat tulis
Dan selembar dasar untuk ditulis
Jangan pernah berhenti untuk menulis
Dengan menulis
Sedikit banyak
Membuat hati lebih gamblang bercerita

                                                            Pertengahan 2012
Pantun Bingkai Cerita”

Bingkai bercangkup kayu
Sukar tangan yang memangku
Tangkai di kuncup layu
Mekar enggan mati tak mau
                        Sukar tangan yang memangku
            Tadah bahu dengan teliti
Mekar segan mati tak mau
Adakah sembilu menorah hati
Tadah bahu dengan teliti
Tenaga jua memadati
Adakah sembilu menorah hati
Ketika rasa dikhianati
Tenaga jua memadati
Pada embun rupa diseka
Ketika rasa dikhianati
Air diminum rasa cuka
Pada embun rupa diseka
Meresam ikut adat budaya
Air diminum rasa cuka
Ditelan asam kecut di jiwa
Merasam ikut adat budaya
Berpegang bait mengukirnya
Ditelan asam kecut dijiwa
Terkadang cinta pahit akhirnya


Kuncah : Seikat Jerami

Kehendak”
Mengalir rindu yang bermuara dihulu rasa
Gemerciknya memendam gejolak asmara
Berbisik di hati saat menyapa
Kiranya cinta dengan kisah yang melegenda
Kuncah pun jadi
Penanda rasa ini
Bukan harus dammar dan rotan
Yang melingkar tanda ikatan
Sejuk embun membuka tabir baskara
Diujung shubuh rindu ini aku jaga
Membasahi lubuk jiwa
Diaksara pusara cinta
Bendung pun sudah
Dihati hanya meruah
Berdinding do’a penuh harap
Harap ikhlas yang mendekap
Berpeluk kehendak


                                    Pertengahan 2012

RASA”
Engkau harus tahu
Indahnya telaga dengan kilau air engkau berkaca
Engkau harus tahu
Sejuknya embun sebelum pagi membusung
Engkau harus tahu
Teriknya mentari menyengat hati
Engkau harus tahu
Syahdunya lembayung senja di siluet cakrawala
Engkau harus tahu
Dinginnya malam berselimut temaram
Engkau harus tahu
Akan indah
            Sejuk
                        Hangat
                                    Syahduh
                                                Dan dingin
            Pada telaga nuansa cinta
            Dan engkaupun harus tahu
Semua rasa ini untukmu

                                                Pertengahan 2012
                                    “Mantra Cinta”
Sauh jeram lempar dibuang
Dilontar tarik kembali
Mengeram tiada berbilang
                        Tepak sirih dihaturkan
                        Kacip pinang belah dua
                        Tampak lirih dilenturkan
Bergiwang intan permata
Bergelang mutiara jadi
Berkalung cendai sutra

Aku memanggil maruah cinta
Maruah dari sifatnya
Berkekal rasa hendaknya
            Aku menyeru fatwa cinta
            Fatwa dari rasanya
            Rasa pelantun jiwa

                        Pertengah 2012

“Pantun Soalan Hati”
Kemana pergi hendak mearung
Benang dibawa selendang tidak
Kemana hati hendak dikurung
Yang disuka memandang tidak
            Tidak diberi tidak dibilang
            Yang diberi tersanjung rapat
            Bukan tak sudi untuk memandang
            Maruah diri menjunjung adat
Andai tiang paku sematkan
Tidakkah cungkilan dibuatkan
Andai lancing hantur maafkan
Bolelah soalan dijawabkan
            Maka tiang setara rata
            Belah tangan pundak disanggah
            Tiada lancing menata kata
            Apakah gerangan hendak ditanya
Sarungnya tisik peniti
Dua benag sisa rupanya
Satu-satunya menguji hati
Bunga yang kembang siapa yang punya
            Berkelah bilik saling sapa
            Kain kelambu tersibak kata
            Tiadalah milik siapa-siapa
            Selain ibu bapak tercinta
Berkah lidi berkah cendawan
Beanlu ditepi dikerat jangan
Adakah diri boleh berkawan
Jikalau sudi berjabat tangan
            Berlari berjalan melambung penat
            Maka basah rata di badan
            Selagi aturan menjunjung adat
            Tiada salah kita berkawan
Yang disanggah kata perkara
Kuat alibi tersimpulkan
Riang rasa tiada terkira
Niat dihati tersampaikan

                                    Pertengahan 2012

                        “Pantun Soalan Hati 2”
Berdiri ragu tidak
Selaksa tiang anjungan
Kira diri merayu tidak
Adik laksana kembang setaman
            Tiada kias hendak dikaji
            Terkadang selisih mata
            Tiada pantas diri di puji
            Abang hanya melebih kata
Bekelok jua diawalan
Disimpang dan ditikungan
Elok kata rupa rupawan
Hati abang jadi tertawan
            Adakah rusa lari duluan
            Ketika tiang dikumpulkan
            Adakah rupa jadi ukuran
            Untuk abang menyimpulkan
Bukan pualam berkias tepi
Dari meranti bertuas jati
Rupa rupawan penghias mimpi
Budi pekerti penghias hati
            Terperangah tautan mata
            Detak berdegup dalam jantung
            Sungguh indah padanan kata
            Raga tak sanggup memikul sanjung

                                    Pertengahan 2012

                        “Nasehat Pantun Kelat”
Kuat ditepak
Lebah menyengat
Niat ditolak
Patah semangat
            Selang ditangan
            Ketam tekatup
            Siang berjalan
            Malam telungkup
Sekelep tak teruros
Bedelau baju kurong
Alep tegak teros
Waw Baru melengkong
            Keringat jue
            Selalu tak jumpe
            Mane ingat jue
            Kalau setuje lupe
Bersedekap
Tak begerak
Siket cakap
Banyakgerak
                        Pertengahan 2012

                        “Talibuh Makna”
Di talam biji selasih
Serupa ruas nampah
Sepuh kata semula arti
Dalam memilih kasih
Elok rupa paras menawan
Santun bahasa mulia pekerti
            Pulau pandan jauh disebrang
            Sedikitpun terkenang
            Haraplah berkalung amalan
            Selalu didepan terpantulkan
            Jaih badan dirantau orang
            Sekalipun hidup senang
            Tetaplah ingat kampong halaman
            Rindu kawan dan handaitolan
Si kancil belang dikaki
Semua mempersoalkan
Tertawa menjadi-jadi
Dari kecil kita mengaji
Agar tua mengamalkan
Membawa berkah setelah mati

                        Pertengahan 2012

                        “Sair Bangsa”
Semua bangsa tau kami
Berjajar pulau indah bersuri
Kaya dengan hasil bumi
Hutan rimba masih alami
            Banyak suku kaya budaya
            Dalam adat hidup berbangasa
            Menjunjung undang-undang bernegara
            Berlandas nilai luhur pancasila
            Negri kami Indonesia
            Mencakup seluruh nusantara
            Dibelahan bumi katulistiwa
            Di apit benua jua samudra
Kami sebut bumi pertiwi
Titipan tanah dari yang mati
Bukan merdeka kami diberi
Merebut juang gagah berani
            Ingatlah cita-cita yang luhur
            Dari pahlawan yang telah gugur
            Berani mati pantang mundur
            Berharapkelak bangsa yang makmur
Sekarang tak harus angkat senjata
Apalagi membabi buta
Generasi muda ilmu berguna
Mengharumkan negri dimata dunia

                        Pertengahan 2012


                        “Syair Yang Legam dan Berdasi”
Ukuran kaya tak tentu pasti
Selagi nafsu menunggangi
Yang harampun tidak perduli
Asal perut kenyang sendiri
            Yang bodoh takut mencuri
            Takut hokum aturan negri
            Yang pandai semakin jadi
            Karna hokum iya kangkangi
Legam hitam kulit tangan
Terik matahari menyengat badan
Bertadah halal untuk dimakan
Tidak mencuri perut kawan
            Yang berdasi dan duduk rapi
            Dengan pena menari-nari
            Terkadang sembunyi dibalik kursi
            Adakah lari dari korupsi ?
Yang legam banyak berkilas
Yang berdasi tamak tidak tuntas
Yang legam bersyukur puas
Yang berdasi mengukur kuas
            Sungguhpun hitam hatinya putih
            Sedangkan yang putih hatinya tak bersih
            Sungguh hitam tiada letih
            Sedangkan yang putih tertatih-tatih
Adakah negri makmur sentosa
Selagi korupsi merajalela
Hanya isapan jempol semata
Atau mimpi disiang buta

                        Pertengahan 2012


                        “Petuah Lama”
Banyak kumbang diatas atap
Diatas atap tinggi sekali
Hendak terbang tiada bersayap
Hendak berhinggap tiada berkaki
            Beriring semut berjalan
            Berupaya tidak berebut
            Seiring bertukar jalan
            Seiya bertukar sebut
Tak layu kembang kemuning
Taklemas karena basah
Tak kayu dijenjang keeping
Tak eamas bungkalo di asah
            Segumpal hendak digulung
Meniti lidi di raut
Sekepal menjadi gunung
Setitik menjadi laut
Dulu bumi kering
Teramat hari kemarau
Duduk seperti kucing
Melompat seperti harimau
            Meredup tak bercahaya
            Meremang tak berkilat
            Lama hidup banyak dirasa
            Jauh berjalan banyak dilihat
Bertukar syair syahdu
Bertalam buli perindu
Diluar bagai madu
Didalam bagai empedu

                        Pertengahan 2012
“Sekejap Tak Terlupa”
Lagi jumpa
Lagak gayanya
Padi hampa
Tegak tangkainya
            Bergemuruh
            Tak tertahan
            Hari guru
            Takkan hujan
Hendak dikapas
Tengah tengadah
Hati tak lepas
Dendam tak reda
            Sudah lebar
            Buruk pula
            Indah kabar
            Buruk rupa
Dahan niur
Tinggi membumbung
Angin bersiur
Ombak bersabung
            Berpadah diri menabung
            Asal senang kelak
            Biar kalah sabung
            Asal menangsorak
Dalam mampan
Ada benang
Ada sampan
Hendak berenang
            Jari tangan
            Silak lembutnya
            Hati enggan
            Banyak sebutnya
Dari kaca
Yang terpecahkan
Seperti sutra
Dalam lukisan
            Rasa kelu
            Lutut dan tungkai
            Takut hantu
            Berpeluk bangkai
Kemana tepak
Bertemu tanjak
Kemana tapak
Kesitu jejak

                        Pertengahan 2012

                                                “Seloka”

Kain sutra
Berenda
Jalinkan bersarung tadah
Kalau tidak ada
Berada
Masakan tempua bersarang rendah
            Bersyair kasak kusuk
Berbanding dalam memadah
Bergurindam di mulut
Air orang disauk
Ranting orang dipatah
Adat orang diturut
Lagi menunggu
Memakan belimbing
Tak mampu melarungkan
Anak dipangku
Kemanakan dibimbing
Orang kampong dipertenggangkan
                        Rasa dihulukan
Lusuh muara jangan
Merdu dalam bersyair
Apa digaduhkan
Pengayuh sama ditangan
Perahu sama diair
            Sepat jangan ditambakkan
Sepat diberi diwadahkan
Cepat tangan terjambakkan
Cepat kaki terlangkahkan
Cepat mulut terkatakan
            Pualan sepuh suasa
Ditekuk terus
Disamping yang sakit
Dalam dua tengah tiga
Telunjuk yang lurus
Kelingking yang berkait


Yang diserut
Yang digulung
Sulamnya bersatu jua
Garam di laut
Asam digunung
Dalam belanga bertemu jua
            Kaki tekuk
Tangan dipengkor
Dari lurus bergayut
Kail sebentuk
Umpan seekor
Sekali putus sehari berhanyut
                                                            Pertengahan 2012

“Harap”
Belenggu didalam kalbu
Termangu disuam bisu
               Menatap tiada tentu
               Meratap dalam merindu
Basah dibilas kain perca
Resah berkias dalam makna
               Meniti rebah diujung jati
               Menanti sebab tak kunjung pasti
Menuang air dalam perigi
Siang hilang malam pun pergi
Telungkup dingin tak beratap
Menangkap angin merebut asap
Bertadah duli bersembah jari
Adakah hati boleh memiliki
               Rembang senja silih berganti
               Bimbang disana bingung disini
Bertuas kalam ilahi
Dengan ikhlas memagar diri

                                                               Pertengahan 2012
               “Perjalanan”
Aku seumpama
Dari selaksa
Sampai laksana
               Yang diibaratkan
Dari awalan
Sampai akhiran
Selalu berpedoman
Yang disebutkan
Yang diamalkan
Dalam bualan
Dari disusukan
Sampai dibesarkan
Yang dituakan
Dari kedewasaan
Sampai amalan
Menunggu berbujur kaku
Rahasia waktu
Dari penentu
                                                Pertengahan

Dialah sang waktu
Terseok tak henti
Dari yang semu
Silih berganti
               Dialah sang waktu
Yang terus berputar
Menjadi penentu
Dimana harus beredar
Dialah sang waktu
Berjalan dalam baying
Sesekali menyeru
Tak jarang menghilang
Dialah sang waktu
Dinding wajah dunia
Mengajarkan arti merindu
Membimbing dalam cinta

                                                Pertengahan 2012

“nak”
Ingatkah engkau
Saat kubisikan dulu
Ditelingamu
Suara azhan yang menderu
Sambil meraup wajahmu
Satu kebahagian
Di hati tiada tertahan
Semenjak engkau dilahirkan
Dari sucinya ikatan
Bahtera hidup kedepan
Lelahpun tiada sungguh
Bahagia terasa peluh
Senang berseluruh
Memandang tiada jenuh
Dari wajah yang membasuh
Jadi tengkurap jadi
Merangkak coba berdiri
Berjalan dengan kaki
Berlari kesana kemari
Sungguh bahagia sekali
Kini engkau telah besar
Cepat rasa masa bertukar
Saatnya engkau keluar
Arungi hidup dengan tegar
Amalkan ilmu dengan benar
                                                            Pertengahan 2012
“Takdir”
Diam bagai bara
Resah bembubung
Gelisah tak kunjung
Hati rasa kecewa
Yang dicinta mendua
Berpindah kelain hati
Seakan tidak perduli
Dengan jiwa yang semakin tersiksa
Adakah salah mengenang
Ragu menghitung sayang
Hingga rasa yang terbuang
Mungkin ini suratan
Ataukah nasib dibadan
Akan rasa yang ditinggalkan

                      Pertengahan 2012
“Hati ini”
Malam bertabur bintang
Gemerlap indah sekali
Bergelayut dimalam hari
Rembulan senyum memandang
Tahukah yang kurindu
Terbawa dalam mimpi
Rasa yang tak bertepi
Memenuhi rongga kalbu
Aku tak tahu bentuk cinta
Ataupun rindu adanya
Tetapi aku dapat merasa
Yang terukir dihati ini
Berharap engkau mengerti
Untuk saling mencintai

                                  Pertengahan 2012
                      “Misteri Keindahan”
Bagiku kanvas adalah dunia
Menyapu sesuka
Berkuaskan tangan
Bergurat vertikal horizontal
Aku tidak perduli
Engkau yang aku lukis
Tak harus berimajinasi
Karna potretmu terpatri dihati
Engkau lupa
Bahwa dengan kuas
Aku bisa menari
Menari dengan tarian nafas jiwa
Desahku berekspresi
Tapi aku bukan jalang
Menelanjangi dalam kanvas
Biarkan tertutup sehelai
Dalam balutan
Bagi yang memandang
Rahasia misteri keindahan

                      Pertengahan 2012


                        “Renungan”
Penerang hati
Inti surah
Dalam kajian diri
Termenung di sajadah
Tangan tengadah
Mengatur sembah
Dosa ini belum sudah
Ingat lagi tegak berdiri
Khusnul khotimah sebelum mati
Tak harus dosa dikejar berlari
Agar khusuk tobat nasuha sejati
Saying yang malang
Mati dalam bimbang
Sekalipun amalan segudang
Jangan tukar dosa dengan iman
Takutnya mati berlumpur nista
Disitu masuk hasut setan
Menyesatkan umat manusia
Yang sudah cepat berubah
Yang belum jangan sekali mencoba
Tetaplah tangan tengadah
Mengharap pengampunannya

                        Pertengahan 2012





“Renungan 2”
Tak kenal waktu
Seharian lelah bekerja
Apa yang dicari
Perut sejengkal kah ?
Hidup bermewah kah ?
Apakah semua nafsuterpenuhi ?
Apakah niat tersampaikan ?
Renungkanlah !
Disaat beribu pasang mata
Terbuai mimpi lena
Di paruh malam muta
Bukalah mata
Resapi alam sekelilingnya
Renungkanlah !
Apa sebenarnya yang engkau cari ?
Apa sebenarnya yang engkau kejar ?
Sadarlah
Hidup ini sebentar saja
Renungkanlah !

                        Pertengahan 2012

   “Kelompang Hati”
Kelompang hati
Rasa bagai mati
Kemana penawar dicari
Membalut luka ini
Membasuh yang sepi
Membilas yang sunyi
Disaat yang pergi tak kembali
Dalam ingatan
Selayang pandang
Dalam untaiyan
Tak terbuang
Kecup terakhir diujung bisu
Penghantar tidur panjang
Sebilur isak pilu
Tak berkumandang
Hilangsudah senyum kaku
Diam terbujur kaku
Pergi sudah riang tawa
Dipusara aksara
Aku bertopang bisu
Dikelompang hatiku

                           Pertengahan 2012

“Dengan Diam Mu”
Dilembah hatimu
Ku mendaki terjal angkuhmu
Berjuapun tidak
Aku sesak
Caramu
Aku tak tau
Atau memang itu sifatmu
Disamudra rasamu
Ku kayuh biduk cinta
Bersampankan asmara
Engkau tetap membisu
Dimana aku bertanya
Sedang hati engkau punya
Di padang anganmu
Aku melukis bayang
Mengukir pandang
Gelisahmu tak tenang
Adakah cemburu
Bertahta dikalbu
Atau curiga
Meniti dirasa
Atau kini engkau tak suka
Dengan diam mu
Aku tak menentu

                   Pertengahan 2012

                   “Sungguh Aku Suka”
Memandangmu
Ada terselip rasa bahagia
Membayangkan mu
Tak jarang diri jadi lupa
Mengenangmu
Angan dibuai lena
Aku tak tau ini apa
Tapi sungguh aku suka
Suka gayamu
Suka candamu
Suka manjamu
Adakah satu pertanda
Bahwa aku dewasa
Sementara aku
Tidak tau
 Kapan rasa datang padaku
Tidak diundang
Kini bertandang
Tapi sungguh hati riang
Rasa dibuang sayang
Biar bertahta
Sungguh aku suka

          Pertengahan 2012

                   “Selain Cinta”
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang ku usap lembut pada dawainya
Yang ku bisik mesra pada senarnya
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang menyulam lirik kata
Yang merangkai bait aksara
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang mengalir di denyut nadi
Yang berhembus dari napas ini
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang mendaki dengan pikiran
Menuruni lembah khayalan
Aku tidak punya apa
Selain cinta
Yang meraja dihati ini
bertahta di sanubari
                   pertengahan 2012
                   “Aku Rindu”
Aku merindu
Berharap bertemu
Ingatlah dikau
Kenangan indah di danau
Dari sebalik pulau
Hangat tanganmu masi terasa
Kala jemari menggenggam cinta
Kerling mata rengek manja
Berpeluk kasih asmara
Ah . . . .
Kini engkau entah dimana
Kabar berita pun tiada
Adakah engkau merasa
Hal terindah bersama
Sungguh aku merindu
Semua tentang mu

                   Pertengahan 2012

                   “Garis”
Pada warna
Ada nuansa
Dari spectrum yang tercipta
Pada cahaya
Ada suasana
Dari pijar yang menyala
Pada cinta
Ada rasa
Dari gejolak yang bergelora
Pada suara
Ada rongga
Dari hentakkan yang bergema
Pada siang
Ada terang
Dari sinar yang menerawang
Pada petang
Ada rembang
Dari senja yang mengambang
Pada malam
Ada kelam
Dari rembulan yang temaran
Pada pagi
Ada mimpi
Dari berharap yang menjadi

          Pertengahan 2012

“Perawan Rembulan”
Perawan rembulan
Senyum di balik awan
Buta sudah malam
Hasrat hasut haus hampa
Entah berapa bintang menyala
Perawan rembulan
Bisik mesra rengek manja
Kabur jua temaran
Tinggal kerling patah bisu
Entah kapan berlalu


Perawan rembulan
Satu kata tinggal rupa
Rupa laksana kelam
Peluk rayu dekap rindu
Entahpun rindu di dahan semu
Perawan rembulan
Berhenti di tikungan
Dipersimpangan makna mendalam
Entah berapa lembar sisah
Dari coretan kisah dosa

          Pertengahan 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar