Sabtu, 14 Juli 2012

BUIH DEBUR RIAK CINTA Bag. II

BUIH DEBUR RIAK CINTA Bag. II


“Opera Cinta”
Di biduk penantian bisu aku menunggumu
Berharap dengan apa yang ku rasakan dapat engkau mengerti
Mengerti akan hati yang selalu melabuhkan rasa ini untukmu
            Mungkin bagimu aku terlalu berlebihan dengan semua ini
agar kau ketahui bahwa semua ini benar adanya
bahwa aku telah terjerembab di lembah hatimu
jika dengan semua ini membuatmu jadi tak suka maafkan aku dengan rasa ini aku
tak pernah menyesal sekalipun kisah hati berakhir duka setidaknya terselip rasa bahagia
yang pernah merinduimu dengan segenap rasa”
                                                            akhir 2012
“Celah malam pada tapal batas kelam
Rindu tergenang di sebalik rembulan yang mengambang
Aku mengukir baying di angan yang tersulam
Terlarung bergejolak hasrat cinta mendalam
Yang tak kunjung padam
Dari celah malam ku lihat senyum bintang
Tersungging semburat malu dari senyum yang hamper patah
Ah senyum itu,membuat aku ingin selalu mengejar dan menjemput mimpi itu
Sekalipun dari sungging senyum yang hamper patah
Namun dari isyarat bahasa mata jika aku tidak salah
Menduga engkau pun sama merasakan apa yang kurasakan”
                                                Akhir 2012
“Aku setengah gila memikirkanmu dan menjadi gila
Karena panah cintamu yang menancap di hatiku
Berhayal tentangmu memberikan ku semangat hidup baru
yang tidak pernah kurasakan sebelumnya
letupan-letupan hati ini bagai simponi kalbu
yang mengalun syahdu di tiap-tiap ruang rindu
semerindunya aku sehingga aku lupa kapan aku alpa
untuk berhenti memikirkanmu”
                                                akhir 2012
“Prahara cinta membuatku terpenjara oleh rasaku
Sendiri di antara kita ada hati yang saling memiliki
Namun tak kupungkiri rasa ini mengalir dengan sendiri
Hingga aku tak kuasa untuk berlari dari kenyataan ini
Haruskah kita korbankan akan hati dengan penghiatan cinta ?
Atau kita tetap melewati hari berharap rasa ini bias terkikis nanti ?
Entahlah terkadang rasa tak harus untuk saling memiliki namun yang pasti
Dengan rasa ini sedikit banyak dapat membuat kita saling
Mengerti akan cinta yang terlarung di hati”
                                                Akhir 2012
“Engkau nyanyian dari nafasku,tarian denyut nadiku
Gubahan syair rindu di kerajaan hatiku
Jika engkau meminta aku untuk melupakanmu
Itu sama saja engkau menyuruhku diam
Diam dari detak nafas
Diam dari denyut nadi
Dan jika engkau memintaku untuk meninggalkanmu
Itu sama saja engkau memintaku pergi
Pergi dari detak nafas
Pergi dari denyut nadi
Hidup ini mati tanpa nafas cinta yang kau miliki”
                                                Akhir 2012
“Cinta itu dating dengan sendirinya tanpa kita sadari
Namun terkadang dengan seringnya melewati hari bersama
Cinta itu datang menyapa
Dengan seringnya bertentang mata cinta dapat menjelma
Ada juga dengan cara belajar untuk menyinta
Banyak cara cinta hadir di tengah-tengah kita
Namun pada hal yang hakiki mempertahankan cinta
Lebih sulit dari pada meraihnya”
                                    Akhir 2012
“Mengutipi sisa-sisa rindu yang berserakan
Membuatku ingin selalu disampingmu
Menemanimu
Melewati hari bersamamu
Maafkan jika rindu ini tak sempurna
Yang pernah tercampakkan di saat hati merana dan kecewa
Sisa-sisa rindu akan ku sulam kembali
Menjadi sulaman kisah cinta berenda sutera
Untukmu yang bukan orang pertama singgah dihatiku
Dan berharap menjadi orang terakhir
Disinggah sana istana kerajaan hatiku”
                                                Akhir  2012
                                    “Perumpamaan Cinta”
Cinta bagaikan biduk perahu arahan rasa di balik rindu
Cinta bagai madu semanis tebu diujung kalbu
Cinta ibarat cawan setitik kebahagian segudang kekecewaan
Cinta laksana gubahan lagu, ritme nada jiwa bertangga rindu
Cinta selaksana debu, butir-butir kisah hati desah kalbu
Cinta umpama air, mengalir dari kisah yang tak berakhir
Cinta bagai candu, keterngan rasa berujungrindu
Cinta ibarat telaga, beningnya dari titik noda
Cinta laksana pena, bertuliskan jalinan kasih asmara
Cinta bagai belati, yang dapat menorah hati
Cinta bagaikan sembilu, dari penghianatan berakhir pilu
Cinta seperti sepeda, sejahtrah penuh damai
Cinta seperti samudra, haru biru kadang merah saga
Cinta laksana obat, yang dapat menyembuhkan hati dari sakit yang teramat sangat
Cinta bagai penyakit, penyakit menular yang siapa saja bisa terjangkit
Cinta ibarat tunas berakar dari hati yang bertuas
Cinta bagaikan kemudi, dari arah rasa yang harus dituruti
Cinta seumpama matahari, selalu menyinari member kehidupan pada bumi
Cinta umpama bulan, menghiasi malam dalam kerinduan
Cinta laksana bintang, kemilauan cahaya kasih yang membentang
Cinta bagai empedu,pahitnya tertelan sedih pilu jadi termangu
Cinta laksana timbangan, perbandingan antara kebahagiaan dengan kekecewaan
Cinta selaksa angin atau udara, tanpa wujud yang nyata namun terasa di jiwa
Cinta bagai kertas, yang harus di isi tinta dengan sapuan kuas
Cinta seumpama kata, dari bilah bilah aksara gejolak rasa
Cinta bagaikan rumah, naungan rindu pada kisah
Cinta laksana api, kobaran rasa dalam hati
Cint bagai intan permata, yang sangat berharga anugrah dari sang pencipta
Cinta ibarat pelangi, apektrum nuansa dalam sanubari
Cinta laksana bumi, tempat berpijak rasa pada hamparan hati
Cinta bagaikan pakaian, yang membaluti hawa nafsu dengan kain iman
Cinta laksana aurat, tempat dimana rasa yang tersemai
Cinta seumpama buku, yang harus dibaca
Cinta selaksa pasir, butiran rindu dalam syair
Cinta laksana nahkoda, yang mengarahkan jiwa di samudra rasa
Cinta bagai bahtera, yang harus di arungi segenap jiwa dan raga
Cinta laksana tanaman, yang selalu dirawat dijaga dan di siram
Cinta bagaikan alam, tempat dimana rasa hidup dan berkembang
Cinta laksana adat,yang harus di junjung tinggi dengan martabat
Cinta bagai farmasikehidupan dari cara penyimpanan, penyediaan dan penyaluran kehendak akal pikiran dan keyakinan
Cinta bagai perisai dari tameng hati untuk rasa yang tak pernah usai

                                                                        Akhir 2012

                                    “Tanggapan Cinta”
Andaikan cinta itu dianggap buta maka dengan hati rabalah tiap tiap aksaranya untuk lebih mengenalnya di naluri rasa
Andaikan cinta itu dianggap keyakinan maka yakinkanlah dalam dada bahwa ia ada sekalipun tak berujud rasakan terpaannya di muara rasa
Andaikan cinta itu dianggap keikhlasan maka dengan penuh kerelaan dekaplah maknanya, sekalipun tiada beroleh untuk memliki, cabaran rasa di terima dengan lapang dada
Andaikan di anggap keteguhan maka buatlah satu kebulatan tekad dengan maknanya pancangkan ia di tugu hati sebagai bukti bahwa cinta itu penuh kesungguhan
Andaikan cinta itu dianggap perjalanan maka lakukanlah mengembaranya laksana musafir untuk beroleh berkah dari penguasa akhir
Andaikan cinta dianggap kehidupan maka jaga dan rawatlah sebagaimana ia tumbuh dan berkembang bersemi dalam dada
Andaikan cinta itu dianggap keindahan maka hiasi ia dengan kalung bunga asmara sulam ia dengan rajutan benang rasa dan lapisi ia dengan permadani sanubari
Andaikan cinta itu dianggap kemunafikan maka luruskannia pada janjinya benarkan ia pada maknanya dan percayakan ia untuk memegang teguh kepercayaan yang terpancar dari dalam hati
Andaikancinta itu dianggap kegelapan maka berikan ia cahaya satu sinar di liku perjalanan hati dengan penerangan akal pikiran berlandaskan keimanan
Andaikan cinta itu dianggap perjuangan maka pertahankan ia di singgasana hati dengan pengorbanan rasa yang berseluruh
Andaikan cinta dianggap kemauan maka pahami dari sifat sifatnya agar hati terhindar dari sifat yang tak terpuji
Andaikan cinta dianggap keselarasan maka dengan pertimbangan rasa hendaknya dapat mengambil hikmah dari maknanya

                                                Akhir 2012

            “Cantik”
Aku memanggilmu cantik
Dari aura dalam diri
Bermuara di sanubari
Iener beuty  keindahan antik
Aku memanggilmu cantik
Dari desah penghujung suara
Juga bukan dari raut yang indah
Ku memandang sebagaimana ku tertarik
Aku memanggilmu cantik
Selembut budi bahasa
Tingkah laku yang terjaga
Karena memang kau menarik
Aku memanggilmu cantik
Dari desah di penghujung suara
Dari kelat pembulu di rasa
Karna memang engkau cantik
Aku memanggilmu cantik
Dari ke indahan yang ku anggap antik
Sebagaimana aku tertarik
Karna memang engkau menarik
…. Karna memang engkau cantik
                             Akhir 2012

                        “Sang Pengembala”
Tersisip seruling di pinggang
Perjalanan masih panjang
Menuruni ngarai dan lembah
Di hamparan rerumputan yang indah
Bagai bulu suara perindu memecah sukma
Dari siulan untaian nada seruling asmara
Melewati perjalanan di kisah yang tak sempurna
Di ujung penantian keiklasan rasa
Menggiring jiwa di helaan napas cinta
Sentuhan dalam keindahan dunia
Dari semua rasa yang ada
Berkelana mengembala laksana gembala

                             Akhir 2012

                                    “Kandas”
Decak decap deras napas
Yang hiang yang terkupas
Kisah belum tuntas
Kini kandas
Bilas basah basuh luka
Menganga dalam dada
Torehan sembilu asmara
Merana
Haus hasrat harum biru
Merindu di kalbu
Di awan kelabu
Berakhir pilu

                                    Akhir 2012



                                    “Turunan Rasa”
Gelimang kata sayang
Ucap pembilang
Kadang rapuh
                        Kadang lusuh
                                    Kadang karam
Bertaburan kata kasih
                        Ucap lirih
                                    Kadang riang
                                                Kadang senang
                                                            Kadang perih
Hamparan kata cinta
                        Ucap sukma
                                    Kadang bahagia
                                                Kadang merana
                                                            Kadang kecewa
                                    Akhir 2012

                                    “Bimbang”
Tumit kaki letih sudah
Tungkai gemetar
Tatap nanar
Hati gundah
Ruah rasa tergenang
Kini mengambang
Disimpang
Bimbang

                                    Akhir 2012

                                    “Tabu”
Seanak seibu
Satu susu
Sekelambu
Terlarang, sumbang
Mengayuh benang
Tabu
                                    Akhir 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar