“ TENTANG RINDU I “ Bag. 3
sebuah karya anak kisaran : IWAN SEKOPDARAT
Her juga menerangkan kepada Reno sekapur sirih atau kata pengantar
dari lagu itu, seandainya nanti suatu saat ada yang bertanya mengenai
lagu itu, Reno bisa menjelaskan kalau di lagu pop atau rock lirik itu
secara gamblang mudah dimengerti karena menggunakan bahasa sehari-hari.
Reno mendengar dengan seksama tak lupa ia menuliskannya dikertas.
Pada lagu gadis Asahan, detekankan pada lirik pakai kerudung, berbaju
kurung, di mana pada zaman yang serba modern. Banyak fashion-fashion
yang membuka aurat, jadi hendaklah gadis Asahan slalu berpedoman pada
Al-Qur’an dan Al-Hadist, dengan berpakaian yang sopan dan menutup aurat,
berpegang teguh pada adat ketimuran, karena cantik yang hakiki
terpancar dari tingkah laku dan tinggi budi pekerti.
Juga dijelaskan pada gadis Asahan untuk mengejar cita-citanya yang
mulia, janganlah sampai putus di tengah jalan, sebagaimana dari makna
bunga rampai yang beraneka bunga harum semerbak semoga cita-cita
luhurnya tercapai.
Dan lagi dijelaskan dengan pesona
bunga rampai akan tanah Asahan yang aman berseri semoga taburan bunga
tersebut, menjadikan ia harum mewangi dan dapat mewujudkan visi dan misi
sesuai dengan keinginan rakyatnya.
Di akhir lirik pada
lagu “ Gadis Asahan “ merupakan suatu nasehat kepada gadis Asahan agar
terus berpedoman pada nilai-nilai luhur budaya melayu khususnya pada
dirinya, agama, juga bangsanya dan dapat menjadi suri tauladan bagi
tanah kelahirannya tersebut. Reno yang mendengar jadi paham, ternyata
untuk membuat atau menciptakan lagu melayu itu tidak gampang, membuat
satu pantun bermadah melayu saja dia bingung apalagi memasukkan pantun
yang disisip gurindam juga petuah ke dalam lagu, suatu pekerjaan yang
sangat sulit.
Aldin yang sempat tadi mendengar
penjelasan Her, jadi terbuka pikirannya, selama ini bahwa band-band yang
sedang populer saat ini dengan label “ metal “ atau “ melayu total “,
mengusung musik dan lagu mereka dalam madah melayu, ternyata bukan
band-band tersebut hanya membawakan lagu pop dengan cengkok melayu,
bukan lagu melayu.
Selesai Her menjelaskannya kepada Reno, Her
pun segera beranjak, menghisap sebatang rokoknya dan duduk di bangku
samping rumah mereka. Malamnya pun, Putri, Mila dan Siska ke rumah Her,
mereka makan bersama dengan tawa dan canda, tak lupa mereka meminta
kepada Bakat untuk membacakan doa walau sederhana, namun sangat berkesan
bagi Siska. Kebersamaan dan kekompakan mereka membuat Siska menitikkan
air mata, menambah rasa sayangnya pada Reno. Mila dan Putri pun ikut
terharu, apalagi di saat Reno menyanyikan lagu Gadis Asahan buat Siska,
walau tidak 100% lagu itu Reno yang membuatnya setidaknya ada usaha Reno
untuk membantu Her membuat lagu itu. Malam itu merupakan malam yang
sangat romantis bagi Siska, senyum bahagia selalu menghiasi wajah
mereka. Putri dan Mila pun demikian, mereka sangat bahagia. Siska pun
meminta kepada Her agar dibuatkan lagu selamat ulang tahun yang spesial
bukan selamat ulang tahun yang sudah ada. Siska, Mila dan Putri
menantang Her dalam waktu 20 menit Her bisa menciptakannya. Her hanya
tersenyum, ia mengambil gitar dan pena, menuliskan lirik lagu ke buku,
tidak sampai 20 menit lagu itu selesai. Lagu itu Her beri judul “
Selamat Ulang Tahun “.
Adapun lirik lagu tersebut adalah..
“ Selamat Ulang Tahun “ Cipt. Iwan Sekopdarat
C Amn F G
Tersenyumlah pada dunia, tersenyum bahagia
C Amn F G
Tertawalah pada dunia, tertawa bahagia
F G C Amn F G C
Di hari ceria bertambah usia, kau makin dewasa
F G C Amn F D G
Namun jangan lupa panjatkanlah doa, pada yang Kuasa
G F C G C
Reff Slamat ulang tahun ku ucapkan, lagu panjang umur kunyanyikan
F C G
Moga bahagia di masa depan, oh…… kawan
G F C G C
Walau hadiah tak kuberikan, hanya lagu yang aku ciptakan
F C G
Dari hatiku merangkai salam, oh…kawan
A G C
Slamat ulang tahun kawan, slamat ulang tahun
C G F C
Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you
F C G C
Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you
( lagu “Slamat Ulang Tahun” dapat dilihat di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat)
Her
langsung menyanyikan lagu yang dibuatnya. Her mengulangnya sekali lagi
dan teman-teman yang lain sudah bisa mengikuti pada reffnya, suasana
malam itu sangat ceria, bahagia di sela canda, tak terasa malam pun
makin larut, Reno mengantarkan Siska, Mila dan Putri ke rumahnya.
Sebelum tidur, Putri sempat menulis di buku hariannya, ia mulai merasa
ada getar-getar yang aneh dalam dirinya disaat menulis tentang Her. Di
akhir tulisannya, Putri menuliskan “ terima kasihku padamu yang
mengajarkanku arti merindu “, Putri menutup diarynya, ia pun beranjak
tidur dengan satu senyum bahagia, pengantar mimpi indahnya.
Amat tidak kembali ke Batam, ia hanya menulis surat, mengatakan bahwa
ia harus tetap di kampung membantu orang tuanya di toko sembako milik
orang tuanya karena ayah dan ibunya sudah mulai tua dan sering lupa.
Orang tua Amat ingin meneruskan usahanya, sama seperti Pri, Amat tak
kuasa menolak. Di surat itu Amat juga meminta maaf kepada Frans dan
teman-teman lainnya karena tidak bisa berkumpul bersama-sama lagi. Her
dan teman-teman memakluminya dan membalas surat Amat. Teman-teman di
Batam berdoa semoga Amat selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa, juga
usaha yang diteruskan Amat dari orang tuanya lancar dan sukses serta di
ridhoi Yang Maha Kuasa.
Walau sering Reno, Aldin, Frans
dan Bakat bertamu ke rumah Putri. Her sesekali saja, Her segan bila
bertemu Benu, walau belum pernah sekalipun Her bertemu Benu. Her hanya
tak ingin Benu beranggapan lain tentang Her. Sebab dari cerita Mila,
Benu tau kalau lagu yang dinyanyikan Putri yang berjudul lagu tentang
rindu itu adalah ciptaan Her, temannya Tono. Sewaktu Benu bertamu ke
rumah Putri dan mendengar Putri menyanyikan lagu itu sambil bermain
gitar. Putri sering meminjam gitar Her untuk dibawa pulang, dua atau
tiga hari lalu mengembalikannya lagi kepada Her atau Reno ketika bertamu
ke rumahnya. Putri hanya tak ingin Her mendengar lagu tentang rindu
yang dinyanyikan Putri dengan penuh penghayatan, jika pun Putri
menyanyikannya di rumah Her, lagu tentang rindu itu ekspresinya biasa
saja.
Her dan teman-teman yang lain mengakui bahwa suara
Putri merdu dan indah Cuma kurang penghayatan saja. Padahal itu
disengaja Putri jika dirumahnya Putri membawakan lagu itu dengan penuh
perasaan. Cukuplah ia yang tau sendiri bagaimana perasaannya pada Her.
Dari buku diarynya, Putri bercerita tentang rasa itu. Benu menarik
kesimpulan setelah ia mendengar Putri menyanyikan lagu itu. Benu tau
bahwa Putri mengagumi yang menciptakan lagu itu. Ia lihat dari cara
bernyanyi Putri penuh dengan penghayatan dan penjiwaan. Lirik – lirik
yang disuarakan Putri seolah-olah mewakili perkataan hatinya pada yang
membuat lagu itu. Namun Benu tak mau patah semangat, ntah ia masih
diberi kesempatan oleh Putri untuk menjalin hubungan atas nama
persahabatan. Setelah saling memahami dan direstui oleh Yang Maha Kuasa,
Putri tak menolak menjadi kekasih Benu kembali kalau memang berjodoh.
Putri memang sengaja tidak menceritakan pada siapa tentang hubungannya
dengan Benu. Kali ini ia merahasiakan baik itu kepada Mila, Siska juga
Reno dan teman-temannya. Mereka semua masih beranggapan bahwa Benu masih
tetap berstatus kekasih Putri. Sementara sikap Putri biasa saja, Cuma
sekarang Putri selalu menolak secara halus setiap ajakan Benu untuk
keluar. Dari keterangan Mila pun, Benu tau pemuda yang bernama Her itu
adalah seorang perokok berat dan mau juga minum – minuman keras. Benu
tau juga bahwa Putri paling tidak suka dengan tipe lelaki seperti itu,
setidaknya Benu masih merasa menang di atas angin untuk menaklukkan hati
Putri karena Benu bukan seorang yang perokok atau peminum. Siapa tau
Benu bisa mendapat hati Putri seperti dulu lagi dari persaingan rasa
ini. Benu coba memberi perhatian lebih, gaya bicaranya tidaklah tinggi
dan coba bercanda sama Putri, lain halnya dengan Her, Her yang apa
adanya tanpa dibuat-buat tetap menjalin persahabatan dengan Putri tanpa
kepura-puraan. Her slalu menghargai hubungna Putri dengan Benu, Her tak
ingin di cap mereka sebagai perebut pacar orang.
Her
slalu menahan diri terhadap Putri, hanya dari lagu yang diciptakannyalah
ia bercerita tentang rasa hatinya. Ia tuangkan lewat lagu itu jika
hatinya sedang merindu, Putri tau bahwa semua yang dilakukan Benu hanya
pura-pura atau terpaksa demi merebut hatinya kembali. Sebenarnya Putri
juga tak suka melihat Her yang sering merokok dan minum-minuman keras,
cuma belum tepat saja saatnya untuk Putri mengatakan kepada Her agar
berhenti merokok, ia takut Her tersinggung dan mengira baru bersahabat
saja udah mau ngatur ini itu, tunggulah saat yang tepat untuk Putri
mengutarakan niatnya kepada Her tentang bahaya merokok dan minum-minuman
keras.
Minggu sore, Putri, Siska dan Mila main ke rumah
Her, sekalian mengembalikan gitar yang dipinjam Putri kemari pada Her.
Putri, Mila dan Siska menaiki anak tangga dari kayu untuk tiba di pintu
rumah Her. Di depan pintu, Frans dan Aldin duduk jongkok, sementara
Reno, Bakat dan Her duduk di bangku sambil ngobrol dan mereka tersenyum
melihat kedatangan Putri, Mila dan Siska. Semenjak Mila, Putri dan Siska
main ke rumah Her, rumah yang dulu berantakan kini tertata rapi, mereka
sering membersihkan dan merapikan rumah yang di sewa Her dan
teman-temannya. Pekarangan yang dulu gersang kini ditanami bunga oleh
mereka. Pekarangan rumah itu kini terkesan asri oleh bunga-bunga yang
mekar. Sewaktu ngobrol tadi, Her iseng mengambil ilalang kering dari
bawah bangku. Ilalang kering itu mirip jerami lalu Her memutar-mutar
daun kering ini, menganyam sedikit membentuk lingkaran, lingkaran kecil
mirip sebentuk cincin dari jerami. Ketika Putri, Mila dan Siska
dihadapan mereka, daun yang dibuat Her menjadi lingkaran kecil masih
dipegangnya, tiba-tiba Aldin yang tadinya jongkok berkata, “ Her, itu
cincin yang kau pegang kasi sama Putri, ni bunga kasih juga sama Putri
“, sambil melempar bunga mawar yang baru dipetiknya kepada Her. Her
menangkap bunga itu. Mila dan Siska tertawa menahan geli melihat gaya
Aldin yang mengangkat sikunya dan menekuk tangannya ke telinga
seolah-olah sedang memegang kamera. Perasaan seperti sutradara handal, “
gue pengen liat gaya lu akting, keren kagak, action! “, ujar Aldin
menirukan gaya bahasa orang ibukota. Sutradara handal sambil
menghadapkan sikunya ke arah Putri, “ cut! cut! cut ! “ sela Reno sambil
menghampiri Putri dan mengambil gitar yang dipegang Putri lalu kembali
ke tempat duduk semula di bangku itu. “ cut! cut! cut! Kau bilang Ren,
memang peran utamonyo diganti samo Bakat apo ! “ seloroh Frans dengan
logat palembangnya. Putri yang tadinya melongo akhirnya tersenyum geli
melihat dan mendengar candaan Reno dan teman-temannya. Her merasa
tertantang dengan banyolan Aldin dan ingin membalas banyolan ini dengan
banyolan lebih konyol lagi, “ oke,oke, kita mulai itung, Kat !”, sela
Her. “ satu, dua, tiga, action…!”, Bakat pun langsung menghitung kayak
lagi syuting film aja. Aldin pun berjalan kesana kemari sambil menaikkan
sikunya, sementara tangannya menempel ke telinga, tangan yang satunya
lagi berputar-putar di depan wajahnya, seolah-olah sedang memegang
kamera. Mila dan Siska yang tadi tertawa diberi isyarat oleh Frans
dengan jarinya untuk diam, secara bersamaan Mila dan Siska menutup mulut
mereka dengan tangan dan tawa tertahan. Sejenak Her memandang setangkai
mawar yang tadi dilempar Aldin ditangannya. Ia menghampiri Putri dengan
senyum tertahan , Putri coba berpikir apa yang akan dilakukan Her
padanya. Her tepat berada di hadapan Putri lalu menatap kedua mata
Putri. Putri yang tadinya tersenyum kini terdiam, ia tertunduk, entah
canda atau bukan, ia tak sanggup bertentang mata dengan Her. Ada satu
perasaan aneh yang menjalar dalam hatinya saat beradu pandang dengan
Her, ia tak kuasa memandang mata itu lama-lama. Semakin kuat rasa itu
bila terus memandangi matanya, Her yang melihat Putri tertunduk segera
menyibakkan rambut di telinga kiri Putri dengan tangan kanan dan
menyelipkan mawar itu di telinga Putri. Wajah Putri sempat merona merah
sewaktu menyibakkan rambutnya. Tak sengaja jari Her menyentuh pipi
Putri, detak jantung Putri makin bergerak cepat, dengan perasaan membaur
tak menentu, Putri hanya bungkam diam seribu bahasa, lalu Her berlutut
di hadapan Putri, menggapai dengan perlahan tangan kanan
Putri,memegangnya dengan hati-hati menggunakan tangan kirinya dan
menyematkan cincin dari jerami. Putri tetap diam, ia terhanyut oleh
suasana itu, apalagi mendengar perkataan Her, “ izinkan aku menjadi
malaikat hatimu “, setelah menyematkan cincin it, Putri merasa melayang
tak tau apa yang harus ia katakan. Setiap sentuhan – sentuhan jari Her,
bagai energi magnet yang dahsyat dalam dirinya, apalagi saat Her menarik
tangan Putri dengan tangan kananya, perlahan mendekatkan kewajahnya
seolah-olah Her ingin mengecup lembut jemari Putri. Putri tak berusaha
menarik tangannya atau menolak keinginan Her yang ingin mengecup
jemarinya. Putri hanya memejamkan matanya, ia tak tau harus berbuat apa,
dadanya terus bergemuruh diperlakukan seperti itu. Jemari Putri makin
dekat ke bibir Her, Her tau tangan Putri bergetar, Her tidak sampai hati
melihat keadaan Putri seperti ini, jemari yang hampir diciumnya segera
dilapisinya dengan tangannya sendiri, lalu Her mencium tangan kirinya
sendiri sambil berkata, “ nggak janji kali “, Gr,gr,gr, yang lain pada
ketawa melihat tingkah konyol Her tadi. Putri yang tadinya sempat
terhanyut oleh suasana itu tersentak dan sewot sambil memukul bahu Her,
merasa dikerjai, akhirnya tersenyum juga, namun jauh di lubuk hati Putri
ia merasa bahagia dengan kejadian tadi walau hanya berupa banyolan
konyol dari Her. Tak dipungkiri itu merupakan suatu hal terindah bagi
Putri yang takkan dilupakannya lalu mereka semua duduk di bangku itu
sambil bercerita diselingi canda tawa. Begitu adzan maghrib
berkumandang, Mila, Siska dan Putri pamit pulang, tak lupa Siska berkata
pada Reno agar nanti malam ke rumah. Siska ingin ditemani Reno ke
nagoya membeli sesuatu. Reno hanya mengangguk mengiyakan.
Malamnya, Her duduk di bangku samping rumah sambil memetik gitar yang
tadi sore dipulangkan Putri. Ia menyanyikan lagu tentang rindu itu,
selesai menyanyikan lagu tersebut, Her termenung teringat kejadian sore
tadi walau hanya bercanda, Her dapat melihat dari sinar mata Putri yang
terpancar menyembunyikan suatu rasa. Sewaktu ia tak sengaja menyentuh
wajah Putri, ia lihat rona merah itu dan disaat ia menggenggam jemari
Putri. Jemari itu bergetar walau di Batam Her tidak punya pacar bukan
berarti Her buta soal gadis, ia paham betul soal wanita karena dulu ia
sering gonta ganti pacar, hanya di Batam ini Her tidak mau lagi
mengulangi perbuatannya. Ia ingin mencari yang benar-benar mencintainya.
Her pun tak ingin merusak hubungan asmara antara Putri dengan Benu. Her
ingin berubah, tak ingin di cap lagi sebagai buaya darat atau merampas
kekasih orang lain lagi. Ia ingin belajar lebih ikhlas dalam menjalani
hidup soal hati, biarlah ia pendam tanpa ada yang tau, ia tak ingin
merusak hubungan asmara Putri. Kini ia sadar bahwa cinta tak selamanya
harus memiliki. Ia tau makna cinta itu sesungguhnya ia harus berusaha
membuat seseorang yang dicintainya selalu bahagia walau tanpa harus
bersamanya. Her segera menulis sebuah lagu menceritakan isi hatinya yang
gundah di persimpangan rasa. Tak lama lagu itu selesai, ia menulis lagu
yang baru selesai itu dengan judul “tentang rindu 3”. Adapun lirik lagu
itu :
“ Lagu Tentang Rindu 3 “ Cipt. Iwan Sekopdarat
G B
Setangkai mawar merah mewangi
C Dmy
Kuselipkan di rambutmu oh Putri
C Amn
Taukah engkau akan rindu ini
D G
Hanyalah untukmu selalu
G B
Sebentuk cincin dari jerami
C Dmy
Kusematkan di jarimu oh Putri
C A D
Taukah engkau akan rasa ini padamu … oh…
G
Reff Tak sanggup aku untuk melupakanmu
C
Meskipun kau pinta, tetap ku tak bisa
A
Jangan kau paksa aku untuk melupakanmu
D
Karna kau hal terindah dalam hidupku
G
Oh… Putri
( Lagu Tentang Rindu 3 bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/3DGtbVz_t3I
Lagu yang baru saja selesai, Her nyanyikan berulang-ulang dengan suara
perlahan, ia tak ingin teman-temannya tau dan mendengar lagu yang
barusan ia nyanyikan sebab di lagu tentang rindu 3 ini akan diketahui
sebenarnya buat siapa lagu ini. Segera menyobek kertas yang bertuliskan
liriknya, melipatnya dengan rapi, lalu dimasukkan ke dalam dompetnya, ia
tak ingin Putri membaca lirik lagu tentang rindu 3 tersebut.
Her beranjak dari bangku, lalu masuk ke dalam rumah. Tak lupa menutup
pintu, ia menuju kamar meletakkan gitar, buku dan ballpoint dan keluar
menuju ruang depan, merebahkan diri disisi teman-temannya sejenak
mengingat kejadian tadi sore sampai ngantuk menyerang akhirnya Her pun
tertidur.
Sementara Putri yang masih tidur – tiduran di
kamarnya tersenyum – senyum sendiri sambil mengingat kejadian tadi.
Walau dengan canda Her memperlakukannya tapi ia bahagia, terasa sejuk
dan tentram menjalar di seluruh tubuhnya ketika Her menyentuh jemarinya.
Putri segera bangkit dari tidurnya mengambil buku diarynya lalu menulis
dengan detail kejadian tadi sore. Malam makin larut , Putri baru
selesai menulis diarynya. Sebelum menutup buku hariannya, Putri
menciumnya dengan mata terpejam, terbayang wajah Her , Putri tersenyum
bahagia.
Putri kembali merebahkan dirinya di kasur,
kadang Putri berpikir, hadirnya Her sanggup menggetarkan hatinya padahal
baru ia kenal. Sementara Benu yang nyta-nyata sempat menjalin hubungan
asmara dengannya selama 2 tahun, tapi suasana hatinya biasa-biasa saja.
Walau Putri berusaha untuk belajar mencintai Benu, tetaplah rasa itu tak
bisa dipaksakan. Bukannya Benu tak memenuhi kriteria bagi pilihan hati
wanita, Benu ganteng, kaya, atletis, baik, pengertian. Mungkin jika
dihadapkan pada 100 gadis untuk memilih diantara Benu dan Her maka 99
gadis itu pastilah memilih Benu, hanya 1 yang tidak memilih Benu dan
memilih Her yaitu Putri. Tak lama Putri pun tertidur dengan satu senyum
terukir indah di wajahnya, menghiasi malam yang bertaburan bintang di
bias sinar rembulan.
Seperti biasanya pagi itu, Aldin,
Reno, dan Bakat sudah siap-siap mau berangkat kerja, Her baru bangun .
selesai mencuci muka dan gosok gigi, Her menuju pintu depan dimana Reno,
Aldin dan Bakat sudah siap-siap mau berangkat. “ jaga rumah lae, kadang
rumah ini mau pindah ntah kemana, bisa jalan sendiri, ada kakinya
ha…ha…ha… “, sambil menepuk pundak Her. Reno bercanda dengan logat
bataknya, “ selamat bertempur lae “, Her tak mau kalah membalasnya
dengan logat bataknya juga sambil meninju pelan dada Reno, “ bertempur
kau bilang, bertempur, matilah kau ! apa kata dunia ! “, timpal Bakat
menirukan logat Reno. Mereka pun tertawa dengan canda konyol pada pagi
hari saat menuruni anak tangga. Reno, Aldin dan Bakat berjalan menuju
jalan raya menunggu mobil jemputan mereka. Her hanya senyum-senyum
memandang tingkah sahabatnya sambil mengambil sebatang comfil dan
menyalakannya dengan korek api. Ia hisap perlahan-lahan kembali di sisi
pintu sambil duduk jongkok. Tak lama Frans terbangun lalu menuju kamar
mandi, setelah selesai mandi ia berdiri di samping Her yang masih duduk
jongkok di samping pintu dengan pakaian rapi, “ mau kemano cs ? “, tanya
Her dengan dialek palembangnya si Frans.
Itu na, mau
menjemput sepupu di pelabuhan, kato mau dateng dari Palembang! “ sambil
merapikan bajunya Frans menjawab. “ rapi nian cs, cak pegawai KUA,
ha…ha…ha… “, Her kembali berujar sambil tertawa. “ apo dio cs?”,
kembali Frans menimpali.
“ Jangankan pidio, tip jo dak katek “,
sambil tersenyum – senyum Her membalas sahutan Frans. Frans hanya
tersenyum lalu ia pun keluar. Ia mau pergi ke pelabuhan menjemput
sepupunya di sekupang. Tinggallah Her seorang diri di rumah. Hari itu
Her dan Frans tidak bekerja, kata kepala kontraktornya seminggu ini off
dulu atau istirahat dulu, minggu depan masuk lagi. Sekarang tender lagi
sepi, biasanya kalau dalam setahun, jika tender atau job sub
kontraktornya lagi sepi maka dua atau tiga kali di offkan atau
diistirahatkan.
Her masuk ke kamar mengambil
dompetnya,membukanya dan mengeluarkan kertas yang diselipkannya semalam.
Kertas itu bertuliskan lirik lagu rindu 3, ia kembali keluar membawa
kertas itu dan gitar menuju ruang depan. Her menghampiri tape mencari –
cari kaset kosong di samping tape itu. Setelah menemukannya, kaset
kosong itu ia masukkan ke dalam tape, lalu menghidupkan tape itu, Her
merekam di tape itu lagu yang semalam baru diciptakannya yaitu lagu
tentang rindu 3, sengaja lagu itu direkamnya, ia ingin lagu itu menjadi
satu kenangan abadi baginya. Ia tak ingin Mila, Siska dan Putri juga
teman-temannya mengetahui lagu tersebut karena di lagu itu jelas
menceritakan kejadian kemarin sore tentang Putri. Biarlah hanya ia
sendiri yang tau kalau lagu tentang rindu itu sebenarnya buat Putri.
Sementara Putri dan teman-teman lainnya tidak tau kalau lagu tentang
rindu itu sebenarnya diciptakan oleh Her buat Putri. Mereka tahu lagu
itu hanya untuk seseorang atau sekedar imajinasi saja dari Her karena
memang Reno, Bakat dan teman-teman yang lain pun tahu jauh sebelum Her
mengenal Putri. Her sudah biasa menciptakan lagu tentang persahabatan
mereka saja. Her mengisahkan di lagu yang digubahnya , lagu itu ia beri
judul “ Sahabat “. Adapun lirik lagu itu adalah
“ Sahabat “ Cipt. Iwan Sekopdarat
A B G D
Sapa mesra terukir candamu sahabat
A B G D
Kan cerita membuat dunia tertawa
A B G D
Rindu jua kenangan bersama sahabat
A B G D
Kan bahagia seakan tak ada duka
C G B D
Bercengkrama berlari gapai mentari
C G A
Riang gembira di hati
D B C G D
Reff Sahabat oh sahabat, terbuai rasa di hati
D B C G A
Sahabat oh sahabat, tak terbagi tak terganti 2 X
D
Oh… Sahabat
( Lagu yang diberi judul “ Sahabat “ dapat di lihat di youtube, di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/WLgIzFZusqQ
Lagu
ini sering dinyanyikan Her dan teman-temannya di bangku itu, tersenyum
dan bercanda. Begitu indah persahabatan yang terjalin di antara mereka
sehingga dituangkan Her lewat lagunya.
Pukul 12.30
siang, Frans dan adik sepupunya sudah kembali di rumah , Her pun
menyambut mereka. Nama adik sepupu Frans adalah Andi. Ia baru tamat SMA,
ia ke Batam sekedar jalan-jalan. Andi pun hobi main gitar, ia cepat
akrab sama Her karena sama-sama hobi musik. Andi membaca buku di samping
gitar itu. Buku itu adalah buku yang berisi lagu-lagu ciptaan Her, Andi
menanyakan lirik–lirik lagu itu sambil mengikutinya dengan petikan
gitar, melihat kunci yang ditulis Her. Her memberi tau Andi lagu-lagu
itu, Andi suka dengan lagu-lagu itu, memang tadi selesai Her merekam
lagunya di tape, gitar dan buku lagunya dibiarkannya di ruang depan,
hanya kaset dan selembar kertas yang dilipat yang ia simpan dibawah
pakaiannya. Dirumah ini walaupun Her dan teman-temanya sering bercanda,
sering konyol, atau kerjaan iseng lainnya, untuk hal pribadi mereka
tidak mau mengusik, itu hak masing-masing. Seandainya pun mau meminjam
baju, mereka harus permisi dulu kepada yang punya, tidak mau asal comot
aja.
Setelah Andi bertanya tentang lagu-lagu Her, Andi sangat suka
lagu Her yang berjudul “Lagu Buat Emak “ , berulang-ulang lagu tersebut
dimainkan Andi sampai ia hafal kuncinya. Tidaklah begitu lama bagi Andi
untuk memahami lagu itu, karena Andi juga pandai bermain gitar, cuma ia
kurang pandai dalam membuat lagu, sedangkan teman-teman Her, rata-rata
bisa main gitar kecuali Amat dan Bakat, tapi hanya sekedar saja
permainan gitar mereka.
Malamnya, setelah Aldin, Reno dan Bakat
pulang bekerja dan berkenalan dengan Andi, mereka ngobrol panjang lebar
tentang apa saja. Andi cepat menyesuaikan diri dengan mereka. Andi hanya
seminggu saja liburan ke Batam. Setelah itu ia kembali ke Palembang
untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Her mengajak Andi besok untuk
menemaninya ngamen di Damri (bus). Andi setuju , ia sangat senang karena
ia ingin banyak belajar dari Her. Sebelumnya Andi tidak pernah
mengamen, lalu ia pun mengatakan kalau kita ingin ngamen, kita harus
punya warna sendiri setidaknya lagu sendiri. Her meminta Andi untuk
melihat – lihat buku lagu yang biasa Her tulis, mana yang ia suka dan
enjoy memainkannya. Andi menunjukkan lagu yang berjudul “ Lagu Buat Emak
“ ciptaan Her, Her mengajarkan Andi lagu yang berjudul “ Pesona Seroja
“. Her bercerita kalau pulau Batam adalah kepulauan Riau, suku asli
penduduk pulau Batam adalah orang melayu walau kini pulau Batam dihuni
berbagai suku , sebagai orang melayu kini harus tunjukkan setidaknya
dari lagu pengantar pulau tersebut, juga kalau dapat janganlah lagu
melayu yang ada, tapi lagu melayu yang kita gubah sendiri agar kita
punya warna tersendiri dengan seksama Andi mendengar penjelasan Her. Ia
sangat kagum dengan Her walau Her tak pernah mengecap bangku kuliah,
hanya tamatan SMA, namun pengetahuan tentang lagu sangatlah luas.
Her
juga mengatakan membuat lagu melayu tidak semudah membuat lagu pop,
slow rock, atau yang lainnya, jika lagi mood membuat lagu atau timbul
inspirasi, Her cukup menghabiskan waktu satu jam untuk membuat lagu pop,
slow pop, slow rock atau yang lainnya, beda dengan membuat lagu melayu,
butuh waktu empat atau lima jam karena lagu melayu tinggi dengan kata
kiasan. Sampiran, madah, petuah, gurindam dan pantun, beda dengan lagu
pop atau yang lainnya, dengan mudah secara gamblang kita mengerti dan
memahami lagu itu.
Lirik - lirik yang ditulis di lagu pop, adalah
kata – kata yang sudah biasa kita dengar di kehidupan sehari – hari,
sangatlah mudah dimengerti, sedangkan lirik – lirik pada lagu melayu,
setidaknya ia harus paham betul madah atau petuah melayu, dapat
menguasai pribahasa, kiasan atau sampiran juga harus bisa menciptakan
lagu pop atau yang lainnya. Belum tentu ia bisa menciptakan lagu melayu
sementara orang ang bisa membuat lagu melayu dengan mudah maka ia bisa
membuat lagu pop atau yang lainnya, kembali Andi mengangguk – angguk
mendengar Her bercerita. Reno, dan teman-teman yang lain sengaja tak
mengganggu Her dan Andi bercerita di ruang depan, mereka duduk di bangku
samping sambil bercanda. Andi pun menghafal kunci-kunci pada gitar di
lagu ciptaan Her karena besok Andi hanya bermain gitar sedangkan Her
yang bernyanyi . adapun lirik dari “ Lagu Buat Emak “ dan “ Pesona
Seroja “ adalah
“ Lagu Buat Emak “ Cipt. Iwan Sekopdarat
G C Dmy G Dmy
Jangan menangis lagi, hapuslah air matamu ibu
G C Dmy G
Jangan bersedih lagi kan kujaga engkau selalu
G C D G D
Kasih yang engkau beri, seindah pelangi pagi hari
G C D G
Sayang yang engkau ajarkan, setulusnya engkau limpahkan
Tak putus doa yang kau panjatkan
Untuk aku anakmu
D G C D G
Reff Oh ibu izinkanlah diriku bersujud dan membasuh kakimu
G C A D
Oh ibu izinkanlah diriku, menjagamu seumur hidupku 2 x
D A D C G
Jika mati boleh ditukar, biarlah ku menggantikannya
A D G
Tak terbalas kasih sucimu oh ibu
( untuk “ Lagu Buat Emak “ bisa dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/8LEwVbeMC00
“ Pesona Seroja “ Cipt. Iwan Sekopdarat
Amn Dmn
Oh kembang seroja, mewangi indah engkau
Amn Dmn Amn E A
Di puja seharum nama berkias kata bertuas rasa mekar di jiwa (tinggi)
D A E A
Seharum nama berkias kata bertuas rasa mekar dijiwa (rendah)
A D A
Oh duhai pesona, melerai madah laksana pujangga
D A E A
Gurindam doa beruas masa berbalas rupa penawar bisa (tinggi)
D A E A
Gurindam doa beruas masa berbalas rupa penawar bisa (rendah)
A E
Reff Umpama bunga, mekar di jiwa laksana seroja
D
Hai engkau di puja indah bagai sutra bertutur bahasa
E
Engkau mempesona
A E
Burung gelatek meniti di dahan berseri seroja
D E
Di tepi untaian tidak cantik rupa yang jadi ukuran buat tertawan
D A D
Mungkin bunga mekar layu di taman berganti kembang
A E A
Dalam rangkaian duhai pesona sang seroja tetaplah pujaan
( lagu “ Pesona Seroja “ dapat dilihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/KOs5uEhnIOk
Andi
membaca lirik pada lagu “ Pesona Seroja “. Untuk merangkai satu pantun
saja bagi Andi sangat susah apalagi merangkaikan pantun yang disisip
gurindam menjadikan ia lagu ditambah dengan madah dan petuah penuh kata
kiasan dan sampiran dengan gaya bahasa yang sangat tinggi.
Andi
sangat kagum pada Her yang dapat menyatukan itu semua menjadi satu lagu
dengan gaya bahasa yang tinggi, perlu pengetahuan yang luas dan mengerti
juga paham akan sastra melayu, barulah ia bisa menggubah lagu melayu,
setelah hafal betul , Andi memainkannya. Her dan Andi bergabung dengan
Reno dan teman-teman lainnya yang duduk di samping rumah. Mereka
bercerita, tertawa bersamaan dengan canda ceria. Memang kalau Her lagi
istirahatkan oleh sub kontraktornya, Her lebih suka mengisi kegiatannya
dengan ngamen di Damri (bus) sekedar menyalurkan hati sambil mencari
uang rokok semata. Ia tak mau menyusahkan temannya kalau tidak lagi
bekerja. Tak lama kemudian, Her, Frans, Andi dan teman-temannya masuk ke
dalam rumah untuk tidur karena malam semakin larut.
Keesokan
harinya setelah Reno, Aldi dan Bakat bekerja, Her dan Andi menuju jalan
raya menunggu bus Damri yang lewat, rencananya mereka akan mengamen di
bus itu. Frams dirumah saja, dia sengaja tidak ikut, memang selama
ngamen Her biasanya sendiri, Frans dan teman yang lainnya tidak ada yang
ikut, nggak punya keberanian jika harus bernyanyi didepan orang banyak,
kata mereka.
Bus Damri jurusan batu aji – batu merah, lewat dari
arah belakang, Her segera menyetop bus tersebut. Pintu bus terbuka, Andi
dan Her naik ke dalam bus itu. Setelah meletakkan posisi gitar dengan
tepat, Andi pun siap dimulai dengan gitarnya (tali satu sampai 6
dibunyikan secara bersamaan pada posisi kunci C) jreng…jreng…jreng…
“Assalamualaikum Wr.Wb dan selamat pagi kepada pak supir
dan juga penumpang lainnya, izinkanlah kami bernyanyi sekedar menghibur
Bapak dan Ibu semua, semoga selamat sampai tujuan dan dalam lindungan
Yang Maha Kuasa “, “jreng….jreng” ujar Her membuka pembicaraan, lalu
menyanyikan lagu “Pesona Seroja” selesai menyanyikannya, Her berjalan
dinagku sisi kiri dan Andi disisi bangku kanan sambil berkata “ terima
kasih pak supir dan penumpang lainnya dan ma’af jika lagu yang kami
bawakan, kurang berkenan dihati pendengar” Her dan Andi membuka topi
mereka dan membalikkan topi itu, berjalan disisi bangku, uang seribuan
pun satu persatu diletakkan ditopi mereka oleh penumpang-penumpang itu,
tak lupa mengucapkan terima kasih lagi pada pak supir sebelum turun dari
bus itu, biasanya bus lintasan batu aji – batu merah lewat 20 menit
sekali. Dari satu bus ke bus lainnya, Andi dan Her mengamen, makan siang
pun di warung nasi pinggir jalan di mana mereka berhenti. Biasanya
kalau Her ngamen , ia berangkat dari pukul 7 pagi dan pulang pukul 5
sore. Jarak batu aji ke batu merah 1 jam 45 menit, namun mereka tidak
terus menerus mengamen, kadang santai melihat-lihat pemandangan Batam
karena Andi memang belum pernah atau baru pertama kali datang ke pulau
Batam. Her pun memberi tahu tempat – tempat yang mereka singgahi. Andi
sangat senang, selain ia bisa jalan-jalan, ia juga dapat belajar banyak
dari Her.
Hari telah beranjak sore, Her dan Andi menunggu bus itu
di pinggir jalan raya kawasan industri dormitori muka kuning, sekalian
pulang mereka mengamen sekali lagi. Tak lama bus yang dinanti Andi dan
Her tiba. Her lalu menyetop bus itu dan naik ke dalam bus tersebut,
seperti biasa Her menyapa dengan ramah pak supir dan penumpangnya.
Sebagai salam pembuka, Andi memetikkan dawai gitar dan Her mulai
bernyanyi, di sela Her bernyanyi ia tersenyum ketika melihat penumpang
bus yang duduk di bangku sisi kanan ujung, seorang gadis rupanya yang
duduk di situ. Gadis itu pun tersenyum sambil mengangkat kedua jari
jempolnya sejajar dengan bahunya, dengan isyarat mulut mengatakan “
mantap “ selesai membawakan lagu buat emak yang dinyanyikan Her. Her
membuka topinya lalu berjalan perlahan di bangku sisi sebelah kanan di
ikuti Andi yang berjalan di bangku sisi sebelah kiri sambil berkata “
Permisi “ , setibanya di bangku ujung Her memasukkan uang yang di dalam
topinya ke saku jeans biru muda lalu duduk di samping gadis itu sambil
berkata “ oi, ni lame tak nampak, awak sihat, katepon di jogja kuliah “
dari cara bicaranya sepertinya Her sangat mengenal gadis itu, “ awak je
yang tak pernah balek, kawan sehatlah, baru je tamat kuliah”, jawab
gadis itu sambil memasukkan uang 20 ribuan ke dalam saku kemeja
kotak-kotak Her. Her coba menepis lengan gadis itu, namun gadis itu
tetap memasukkannya, “ ai… sibuk na awak ni, macam siape-siape je”, kata
Her lagi. “ kawan denga senang ati, kawan baya, ha…ha…ha…”, sahut gadis
itu lagi sambil tersenyum menatap Her. Baginya Her yang dulu dikenalnya
tak jauh beda dengan sekarang, tetap suka bercanda , ramah, juga gaya
Her dalam berpakaian tetap cuek, kaos oblong putih tanpa lengan di balut
dari luar kemeja kotak-kotak warna merah yang digulung sampai sebatas
siku. Kemeja itu dibiar terbuka, juga celana jeans biru muda yang koyak
di kedua lututnya, menggunakan topi dan sepatu kets warna putih. Di mata
gadis itu, Her tidak berubah. Tak lama Andi pun menghampiri mereka dan
Andi berkenalan dengan gadis itu, ternyata nama gadis itu adalah Sarni,
sahabat baik Her dari kelas 1 SMA sampai selesai. Her menganggap Sarni
bukan sebagai sahabat saja, melainkan seperti saudara sendiri, karena
Her menganggap kedua orang tua Sarni seperti orang tuanya sendiri. Her
pun sangat akrab dengan “ ncek” sebutan ayah Sarni. Mereka sering
bercanda, terkadang Sarninya yang manyun-manyun melihat Her dan nceknya
bercanda menggoda Sarni. Sarni pun sering menasehati Her yang sering
gonta ganti pacar agar merubah tabiat buruknya namun Her selalu
menjawabnya dengan canda menggoda. Sewaktu SMA pun, pacar Sarni tidak
marah atau cemburu kepada Her karena pacar Sarni tau kalau Sarni
menganggap Her seperti saudara sendiri tidak lebih, lagi pula pacar
Sarni sudah mengetahuinya langsung dar kedua orang tua Sarni yang
mengatakan bahwa Her dianggap mereka seperti saudara sendiri. Andi yang
duduk di sebelah Her tersenyum geli mendengar Her dan Sarni yang
bercerita dalam bahsa kampung mereka, melayu dabo singkep.
Sesekali
Andi menahan tawanya sewaktu mendengar mereka bercanda, bangku paling
ujung di bus itu menyatu dari sisi kanan dan sisi kiri tanpa pemisah
seperti bangku depannya, rupanya yang di sebelah Sarni adalah makciknya (
dalam bahasa melayu ) atau adik perempuan dari ibunya, dengan sopan Her
pun menyalami makcik Sarni, Sarni ke Batam sekedar jalan-jalan ke rumah
makciknya di perumahan sagulung Batu aji, palinglama seminggu Sarnidi
sini, Her pun mengatakan kalau rumah yang di sewa mereka tidak begitu
jauh dari rumah makciknya Sarni yaitu di perumahan MKGR. Her dan Sarni
terus bercerita di sepanjang jalan, makciknya Sarni dan Andi hanya
senyum – senyum saja mendengarnya.
“ni, macam mane dengan budak
tu, kawan denga die dah kawen!” kata “kawan” di sini menggantikan dari
kata “aku” yang diucapkan Her dan Sarni. “ dengala kawan die dah kawen,
dak jodoh mungken ape nak dikate!” sahut Sarni lagi. Her hanya
mengangguk saja.
“kawan denga awak kerje ngelas di tanjung uncang,
ngape ngamen?” tanya Sarni sambil merapikan rambutnya. “ masehlah kat
tanjung uncang, ni lagik perai je, ngamen sekedar nyalurkan hobi je”
jawab Her dengan mengambil rokok dari sakunya. Sarni tahu kalau Her
hobinya adalah seni, dari dulu Her sudah ada kelompok bandnya. Her juga
pandai melukis dan mengukir, di samping bisa menggubah lagu dan Sarni
pun paham kalau mengamen tadi Her hanya sekedar iseng menyalurkan
hobinya saja.
Bus terus melaju melewati perumahan MKGR. “ dek,
asek begurau je, dah lewat MKGR!” makciknya Sarni mengingatkan Her bahwa
bus telah melewati komplek perumahan MKGR, “ memang sengaje mang,
makcik nak turun kat sagulong, beli ikan masak kejap, untok makan
malam”, jawab Her memberitahukan makciknya Sarni. Makciknya Sarni hanya
mengangguk saja sambil tersenyum, tak lama bus tersebut tiba di pinggir
jalan raya menuju perumahan sagulung batu aji. Makciknya Sarni, Her,
Andi dan Sarni turun diikuti penumpang lainnya yang memang ingin turun
di sini. Sarni dan makciknya jalan terus menuju perumahan sagulung.
Sementara Her dan Andi berbelok ke sebelah kiri menuju warung makan, tak
lupa Sarni dan makciknya mengajak Her dan Andi singgah sebentar ke
rumahnya. “ maenlah ke gubok kami dek, tak jaoh dari sini, blok E nomor
16”, sela makcik Sarni memberitahukan letak rumahnya. “ makasehlah
makcik, bile-bile maseju, dah maghreb, sian pulak ke kawan dah nunggu
di rumah, “ Her menolak secara halus karena memang dari masjid sudah
terdengar suara orang mengaji yang menandakan sebentar lagi adzan
maghrib, dengan ramah Her pun permisi dengan Sarni dan makciknya,
membeli beberapa potong ikan yang di masak gulai tanpa nasi, membeli
sepotong kaos oblong yang bertuliskan Batam Island dengan harga tidak
terlalu mahal, sisanya membeli rokok buat persediaan mereka. Andi sangat
terharu mendengar penjelasan Her bahwa baju kaos itu untuknya sebagai
kenang-kenangan dari sahabat, sengaja bertuliskan Batam Island agar Andi
selalu ingat dengan Her dan teman-teman lainnya di Batam. Her juga
mengatakan bahwa baju itu bukan Her yang membelikan tapi dari jerih
keringat Andi sendiri yang bermain gitar saat mengamen tadi. Andi yang
semula belum pernah merantau baru tahu bahwa begitu tinggi dan mulia
nilai dari seorang sahabat itu.
Selesai berbelanja, Her dan Andi
pulang ke rumah. Di rumah Frans, Reno dan lainnya telah menunggu, lalu
mereka makan bersama dengan ikan gulai yang tadi di beli Her kemudian
Andi sambil bercerita bagaimana asyiknya mengamen. Frans, Reno dan
lainnya menyahuti dengan canda dan mereka tertawa ceria. Selesai makan
Her langsung mandi, tak lama diikuti Andi. Putri, Mila dan Siska bertamu
ke rumah Her di saat Her lagi mandi. Putri meletakkan beberapa bungkus
indomie yang tadi dibelinya. Ia tahu dari Reno bahwa seminggu ini Her
diliburkan. Sebagai sahabat, Putri hanya sekedar membantu dengan
membelikan beberapa bungkus indomie, padahal jauh dari lubuk hati Putri,
ia sangat memperhatikan Her. Putri meminjan gitar dari Reno, lalu Reno
masuk ke kamar sambil membawa gitar dan buku pada Putri. Putri
menerimanya dan berjalan keluar menuju bangku samping rumah, sengaja
Reno memberikan buku juga, karena Reno tau kalau Putri senang membawakan
lagu-lagu yang ada dibuku ciptaan Her itu, pernah juga Putri meminjam
buku dan gitar itu sampai seminggu, Her sempat kebingungan juga seminggu
tidak bermain gitar, namun ia tidak begitu khawatir karena yang
meminjam buku itu adalah Putri, sementara dalam waktu seminggu cukup
bagi Putri untuk menulis dibuku hariannya untuk menyalin buku lagu Her,
seolah-olah Putri tak ingin satu katapun tentang Her terlewatkan di
diarynya, benih-benih asmara mulai bersemi dihati Putri, ia menunggu
kapan Her mengutarakan isi hatinya. Putri sangat malu jika harus
mengatakan rasa ini lebih dulu, entah mengapa sewaktu Putri menyanyikan
lagu rindu itu terlalu terbawa suasana hatinya, hingga tak terasa lagu
yang dibawakannya pun begitu penuh penghayatan dan penjiwan yang
mendalam seolah-olah rindu itu menyatu dengan jiwanya. Bagi Mila, Siska
atau Reno dan teman lainnya lagu itu biasa saja, sebab sudah biasa
dinyanyikan Putri, namun lain bagi Her. Her yang mendengarkan suara
Putri dari dalam kamar selagi berpakaian tau, bahwa malam ini Putri
sangat serius menyanyikan lagu itu, penuh penghayatan dan penjiwaan
seolah-olah Putri tau lagu itu dibuat untuknya, “apakah diam-diam Putri
tau, bahwa lagu yang kubuat itu untuknya, ataukah Putri juga merasakan
apa yang kurasakan?” gumam Her dalam hati, Her pun menepis gundah dan
galau hatinya. Segera ia keluar kamar menuju bangku samping dimana Putri
telah bernyanyi, sambil tersenyum melewati ruang depan melihat dan
mendengar canda Reno, Siska dan teman lainnya. Her membiarkan Putri
terus bernyanyi, ia menikmati alunan merdu suara Putri sambil menyalakan
rokok, duduk disamping Putri. Sebenarnya Putri paling tidak suka
melihat orang merokok, Reno pacar Siska saja jika merokok diruang tamu
rumah Putri, Putri melarangnya, kalau mau merokok diteras saja, tak
sehat jika asap rokok memenuhi ruangan, Siska tidak tersinggung karena
memang dirumah itu mereka membuat peraturan, bahwa asap rokok tidak
boleh berada didalam rumah, tak baik untuk kesehatan, tapi mengapa duduk
disamping Her yang sedang merokok Putri tak kuasa melarang dan
menasehatinya, ia tak tau entah mengapa seolah-olah tak punya keberanian
untuk mengatakannya pada Her, namun dalam hatinya Putri berjanji
mencari waktu yang tepat, dan secara hati-hati menerangkan pada Her
bahwa merokok merugikan kesehatannya.
Tak lama Reno dan Siska
keluar permisi pergi pada teman-temannya ingin jalan-jalan mencari udara
segar. Mila, Bakat, Frans dan teman lainnya segera membaur dengan Putri
dan Her dibangku, kembali mereka bercerita dengan ceria, meminta Her
untuk bernyanyi. Malam mulai merangkak tinggi, Reno dan Siska baru
datang duduk sebentar bercengkrama dengan sahabat lain, tak lama Putri,
Mila dan Siska pamit pulang. Reno mengantarkan mereka pulang. Malam ini
Her ikut mengantarkan Putri pulang, di sepanjang jalan Putri hanya
tersenyum mendengar canda sahabatnya. Ada saja bahan yang diceritakan
Her atau Reno, membuat yang mendengarnya jadi tersenyum geli. Memang
selama ini Putri tak pernah mempermasalahkan lagu yang sering
dinyanyikannya untuk siapa, yang penting ia sangat suka dengan lagu
tentang rindu itu seakan-akan lagu itu menyatu dengan jiwanya. Her pun
tak pernah merokok di dalam rumah Putri, ia tau peraturan itu dari Reno.
Akhirnya mereka sampai juga di depan rumah Putri. Setelah Putri, Mila
dan Siska masuk, Her dan Reno baru beranjak pergi menuju rumahnya. Tak
lupa satu senyum penuh arti dari Putri pada Her, Her membalas senyum itu
dengan sejuta rasa tak menentu.
Keesokan harinya setelah Aldin,
Bakat dan Reno bekerja. Frans dan Andi pun keluar, tinggallah Her
sendiri di rumah. Sebelum pagi Frans dan Andi sempat juga mengajak Her
untuk ikut dengan mereka. Frans ingin mengajak Andi jalan-jalan karena
Andi belum mengenal tempat rekreasi di pulau Batam. Her menolak dengan
alasan kalau dia ada mood untuk melukis, akhirnya Frans dan Andi pun
pamit kepada Her.
Her yang katanya tadi ingin melukis hanya duduk
saja, masih segar diingatannya suara merdu Putri tadi malam “apakah
Putri tahu bahwa aku suka padanya”, batin Her bukannya mengambil alat
lukis, Her malah mengambil kaset yang diselipkan di bawah pakaiannya
juga kertas yang dilipat berisikan lagu tentang rindu 3 ciptaannya. Her
menuju ruang depan menghidupkan tape lalu berulang – ulang tentang rindu
3 itu, ia segera bangkit mengambil gitar dan buku lagunya. Setelah
kembali ke tempat duduk semula ia membolak-balik buku itu dan membuka
lipatan kertas itu dengan seksama ia membaca lirik lagu dari lagu
tentang rindu 1 sampai 3. setelah paham betul lirik itu, her membalik
kertas yang bertuliskan lirik tentang rindu 3, karena di belakang kertas
itu memang masih kosong, beberapa kali ia membunyikan gitar. Her pun
terhanyut merangkai kata demi kata, menggubah sebuah lagu. Akhirnya lagu
itu selesai, lagu itu ia beri judul “ Lagu Tentang Rindu” bercerita
akan lagu tentang rindu 1,2,dan 3.
Adapun lirik dari lagu tersebut.
“ Lagu Tentang Rindu 4” Cipt. Iwan Sekopdarat
G C Amn Dmy
Lagu tentang rindu, hanyalah untuk dirimu
G C Amn Dmy
Lagu tentang rindu, kucipta dari hatiku
D C Amn B
Dengarkanlah satu lagu untukmu
B C Amn Dmy
Pada bintang pada bulan, kan ku jaga tidurmu
Dmy E B C Dmy
Reff Ingatkah engkau mawar merah itu, kata ku selipkan di rambut hatimu
Dmy E B C Dmy
Ingatkah engkau cincin yang dari jerami kala kusematkan mesra di jarimu
D C G Amn G
Izinkan aku merindu walau malam tlah berlalu
C G Amn Dmy G
Ku jaga malam untukmu, dengarkanlah satu lagu tentangn rindu
( lagu “ Tentang Rindu 4 “ dapat dilihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/oaYR-9tlJ5A
Lagu yang baru saja diciptakan Her, ia nyanyikan berulang-ulang sampai
ia hafal dan tepat membawakannya. Tak lama ia pun merekam di kaset itu
dengan menggunakan tape, Her juga tak ingin lagu tentang rindu 4 itu di
dengar teman-temannya, karena di lagu tentang rindu 4 itu bercerita juga
akan kejadian Her bersama Putri di waktu sore itu. Her juga tahu dari
tatapan mata Putri bahwa Putri akan selalu ingat kejadian itu dan jika
Putri sampai mendengar lagu tentang rindu 3 dan 4 maka Putri akan tahu
bahwa lagu tersebut dibuat Her untuknya. Ia takut Putri tak suka dan
marah kalau ia tahu sebenarnya lagu itu diciptakan untuknya dan ia tak
ingin menyanyikan lagu itu lagi.
“ tunggulah nanti, sampai waktu
yang tepat untuk Her memperdengarkan lagu ini pada Putri, saat ini
biarlah ia yang tahu sendiri”, batin Her. Her lalu menyimpan kaset dan
kertas itu di tempat semula, lalu ia kembali ke ruang depan sambil
tidur-tiduran.
Tepat seminggu Frans dan Her kembali
bekerja, Andi pun telah kembali ke kampung halamannya di Palembang,
berbekal pengalaman akan makna sahabat yang diajarkan Her dan
sahabatnya.
Pagi itu semuanya berangkat kerja, tidak ada
yang diliburkan, masih dengan canda dan tawa mereka ceria menatap pagi
berjalan menuju jalan raya. Tak lama mobil jemputan membawa mereka ke
tempat kerja yang berlokasi di tanjung uncang.
Hari ini,
dari istruksi foremennya,Her mendapat tugas untuk memotong sisi plat
besi untu disatukan agar mudah dilakukan pengelasan. Kedua plat yang
dipotong miring dikedua sisinya jika disatukan akan membentuk parit
kecil. Jika saat dilakukan pengelasan, plat besi itu akan kuat merekat
dalm istilah mereka biasa disebut potongan Bepel. Orang yang mengerjakan
potongan bepel ini haruslah punya keahlian di bidangnya, terus menunduk
dan harus teliti mengarahkan cutting di sudut plat besi agar potongan
sudut kemiringan itu tetap terjaga rapi. Untuk potongan bepel, Ken
selalu mempercayakan pada Her, dari pagi Her telah mengerjakan tugasnya.
Sewaktu mau berangkat kerja, Her sudah merasakan bahwa hari ini
staminanya kurang fit ditambah lagi kerjaan yang dilakoninya tetap pada
posisi menunduk dan hati-hati. Untuk menyerahkan pada Anto helpernya,
Her tidak berani takut potongan bepel tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Anto hanya memperhatikan pekerjaan Her sebagai fitter /
tukang besi.
Sebentar lagi sirine perusahaan pastilah
berbunyi karena matahari sudah tepat di atas kepala yang menandakan jam
istirahat akan tiba. Anto pun sudah membereskan perlengkapan kerja, Her
masih memotong miring plat besi itu, tanggung pikirnya. Sedikit lagi
pekerjaan itu selesai, namun tiba-tiba perasaan Her tidak enak, dadanya
berdetak sangat cepat, berdebar-debar dan ia merasa mual. Tak lama Her
merasa pandangan disekitarnya gelap, Her jatuh pingsan. Anto yang
melihat kejadian segera sigap sambil berteriak
“tolong….toloong….tolooong! bang Her pingsan”, mendengar jeritan Anto,
karyawan yang lain pada berdatangan menghampiri dan coba memberi bantuan
pada Her. Dari jarak yang tak begitu jauh, Reno melihat kerumunan
karyawan di tempat Her bekerja. Reno penasaran dan menghampirinya. Reno
baru selesai cuci tangan setelah sirine perusahaan dibunyikan menandakan
jam istirahat. Alangkah terkejutnya Reno ketika ia melihat yang
tergeletak itu adalah Her dengan dibantu beberapa teman, Reno memapah
Her memasukkannya ke dalam mobil lalu Reno pun ikut bersama mobil itu
menuju rumah sakit terdekat. Di pintu pagar perusahaan, Reno meminta
supir memperlambat laju kendaraannya, Reno melihat Frans yang baru saja
mengambil rantang nasinya, “ Frans…cepat mari!”, dengan melambai Reno
menjerit. Frans segera meletakkan rantang nasinya, berlari ke arah mobil
yang ditumpangi Reno namun setelah Frans berlari hampir mendekati Reno
reno kembali berteriak “ cari Bakat sama Aldin, kita ke rumah sakit, Her
pingsan!”, hanya itu jeritan Reno lalu mobil kembali berjalan melaju.
Setelah keluar dari pintu pagar perusahaan menuju rumah sakit batu aji,
diperjalanan sesekali Reno menoleh ke belakang atau di kaca spion
melihat kalau – kalau Bakat, Aldin dan Frans menyusul. Tak lama mobil
tiba di rumah sakit, sewaktu memindahkan Her dari mobil ke tempat tidur
yang di dorong dari rumah sakit Her siuman. Wajahnya sangat pucat, Reno
yang dari tadi was-was sedikit lega melihat Her siuman. Reno berdoa
dalam hati semoga Her tidak terjadi apa-apa. Tak lama Reno menghampiri
Her yang tergeletak di kamar rumah sakit dengan infus yang disuntikkan
di tangannya. Tak lama Bakat, Frans dan Aldin tiba di rumah sakit,
memarkirkan motor yang tadi dipinjam dari teman karyawan yang lain,
berjalan tergesa-gesa di belakang Reno. Perawat mengingatkan Reno, Bakat
dan Aldin untuk tidak berbicara banyak pada Her juga memberitahukan
bahwa dokter jaga sedang makan dan sebentar lagi akan memeriksa. Secara
bersamaan mereka mengangguk lalu mengahampiri Her, “ aku nggak apa-apa,
kalian tak usah khawatir, hanya kelelahan saja dari pagi bepel”, ujar
Her pelan dengan wajah pucat, coba untuk bangkit dan bersandar. Aldin
sempat melarang namun Her tetap memaksa untuk bersandar kemudian Aldin
membantunya, “ sudah tak usah cemas, santai cs”, sela Her lagi yang coba
bercanda pada sahabatnya dengan suara pelan. “Setidaknya kami harus tau
apa penyakitmu dari dokter, diopname atau tidak..”, sahut Bakat pelan. “
yang kuat cs…., tetap semangat!”, timpal Frans perlahan. Her juga
menggeleng pelan, “ tak usah di tunggu, aku tak apa-apa, tolong
rahasiakan ini pada Putri, Mila dan Siska.. janji ya….!”, sambil meninju
pelan dada Frans di sampingnya. Reno, Aldin dan Bakat terdiam sesaat,
tak lama mengangguk secara bersamaan. Mereka paham benar watak Her yang
tidak mau menyusahkan sahabatnya. Setelah saling berpelukan secara
bergantian, dengan berat hati Frans dan sahabat-sahabat lainnya kembali
ke lokasi kerja. Sewaktu Reno memberitahukannya tadi, Frans langsung
mencari Bakat dan Aldin di tempat biasa mereka ngumpul untuk makan siang
sambil bercanda ria. Bakat dan Aldin yang baru saja membuka tutup
rantang segera menutup kembali segera meminjam motor teman menuju rumah
sakit.
Berselang 5 menit, Reno dan yang lainnya keluar
dari rumah sakit, masuklah dokter bersama perawatnya. Setelah memeriksa
penyakit Her, Dokter kembali keluar bersama perawat dengan membawa hasil
test. Kurang lebih 1 jam kemudian, Dokter itu masuk kembali setelah
mempelajari hasil test tersebut, Dokter menyarankan agar Her diopname,
namun Her menolak. Dengan berat hati Dokter juga mengatakan bahwa
penyakit yang di derita Her sudah parah, paru-parunya sudah rusak oleh
racun nikotin di tambah alkohol pada minuman keras. Her juga terserang
kanker jantung yang sangat ganas, kalau tidak dari sekarang berhenti
merokok dan minum-minuman yang beralkohol dan jika Her tidak teratur
menjalani terapi pengobatan, Dokter hanya memperkirakan Her hanya dapat
bertahan hidup paling lama 2 tahun, namun jika Her mengikuti saran
dokter, mudah-mudahan dengan izin Tuhan Her bisa sembuh. Her hanya
tersenyum kecut mendengar semua penjelasan Dokter itu. Pihak rumah sakit
tidak bisa memaksakan agar Her diopname karena Her tetap bertahan untuk
pulang.
Her berjalan menuju jalan raya dengan pikiran
yang berkecamuk tidak menentu, terbayang wajah Putri. Her mendesah
tertahan, sesampainya di pinggir jalan raya, Her berniat menyetop taksi
untuk pulang ke rumah. Dari arah belakang taksi berhenti tepat di
samping Her. Reno, Aldin, Bakat, dan Frans keluar dari taksi itu. Tak
menyangka Her sudah keluar dari rumah sakit, mereka sengaja minta izin
dari perusahaan dan sub kontraktor mereka untuk pulang jam 3 menuju
rumah sakit. Ketika melihat Her di pinggir jalan, mereka menyuruh supir
taksi untuk berhenti. Aldin berbicara sebentar dengan Her lalu mereka
masuk lagi ke dalam taksi tersebut. Lalu taksi pun melaju menuju rumah
mereka. Diperjalanan, mereka bertanya pada Her tentang tanggapan Dokter
terhadap penyakit Her. Her hanya menerangkan bahwa dia hanya terlalu
capek aja, kelelahan dalam bekerja, setidaknya istirahat dulu selama 2
hari untuk memulihkan stamina. Mereka lalu kembali bercanda karena
merasa penyakit Her tidak apa-apa, hanya Her yang tahu bahwa ia
menyembunyikan sesuatu. Tiga hari Her tidak masuk kerja karena
kondisinya belum sehat benar dan selama dalam 3 hari juga, Putri, Mila
dan Siska tidak main ke rumah Her dikarenakan mereka masuk malam
sementara Mila jika seorang diri malu bertamu ke rumah Her.
Di tempat Putri bekerja, ada juga beberapa karyawan perusahaan itu yang
berasal dari kepulauan Riau tepatnya di Dabo singkep seperti Yuli yang
biasa dipanggil Ulik dan Vera yang biasa dipanggil Ira contohnya. Dari
mereka Putri coba bertanya apakah kenal dengan Her yang berasal dari
Dabo singkep juga. Putri tak menyangka bahwa Ulik dan Ira bukan hanya
mengenal Her tapi pernah juga menjadi pacarnya di bangku sekolah dulu.
Dari keterangan mereka juga, sedikit banyak Putri juga tahu masa lalu
Her saat di kampung halamannya. Memang Her orangnya suka gonta-ganti
pacar, namun pada dasarnya Her anak yang baik, ramah dan suka bercanda,
mungkin masa pubernya saja yang ingin dilihat teman-temannya atau sesama
teman-temannya yang bersaing untuk merebut hati wanita lebih dari satu.
Ulik juga bercerita kalau dari dulu Her hobi melukis, menulis dan
bermain gitar. Her juga pandai membuat lagu, sedangkan Ira bercerita
pernah menemani Her manggung bersama bandnya. Her juga pernah dinasehati
kakak laki-laki Ira untuk tidak mempermainkan adiknya.
Ulik dan Ira juga bercerita bahwa mereka dapat kabar dari teman lain,
saat ini Her telah banyak berubah, lebih tenang dan lebih dewasa. Tidak
seperti dulu yang sering gonta-ganti pacar, dari keterangan merekalah
benih-benih asmara dari hati Putri mulai bersemi, ia slalu menumpahkan
semua rasa didiarynya, berharap dapat mencintai her seutuhnya, Putri
selalu tersenyum bahagia ketika membayangkan wajah Her, walau Her tidak
setampan dan segagah Benu namun Her lah yang membuat hati Putri
bergetar, sedangkan Benu yang lebih dulu menjadi kekasihnya saja lebih 2
tahun tak pernah Putri merasakan getar itu sebelumnya, ia pun tak
begitu memperdulikan Benu yang saat ini lagi dekat dengan salah satu
gadis ditempatnya bekerja.
bersambung ke jilid IV
Tidak ada komentar:
Posting Komentar