Minggu, 15 Januari 2012

Novel TENTANG RINDU I

“ TENTANG RINDU I “    Bag. 3
sebuah karya anak kisaran : IWAN SEKOPDARAT

Her juga menerangkan kepada Reno sekapur sirih atau kata pengantar dari lagu itu, seandainya nanti suatu saat ada yang bertanya mengenai lagu itu, Reno bisa menjelaskan kalau di lagu pop atau rock lirik itu secara gamblang mudah dimengerti karena menggunakan bahasa sehari-hari. Reno mendengar dengan seksama tak lupa ia menuliskannya dikertas.
          Pada lagu gadis Asahan, detekankan pada lirik pakai kerudung, berbaju kurung, di mana pada zaman yang serba modern. Banyak fashion-fashion yang membuka aurat, jadi hendaklah gadis Asahan slalu berpedoman pada Al-Qur’an dan Al-Hadist, dengan berpakaian yang sopan dan menutup aurat, berpegang teguh pada adat ketimuran, karena cantik yang hakiki terpancar dari tingkah laku dan tinggi budi pekerti.
          Juga dijelaskan pada gadis Asahan untuk mengejar cita-citanya yang mulia, janganlah sampai putus di tengah jalan, sebagaimana dari makna bunga rampai yang beraneka bunga harum semerbak semoga cita-cita luhurnya tercapai.
          Dan lagi dijelaskan dengan pesona bunga rampai akan tanah Asahan yang aman berseri semoga taburan bunga tersebut, menjadikan ia harum mewangi dan dapat mewujudkan visi dan misi sesuai dengan keinginan rakyatnya.
          Di akhir lirik pada lagu “ Gadis Asahan “ merupakan suatu nasehat kepada gadis Asahan agar terus berpedoman pada nilai-nilai luhur budaya melayu khususnya pada dirinya, agama, juga bangsanya dan dapat menjadi suri tauladan bagi tanah kelahirannya tersebut. Reno yang mendengar jadi paham, ternyata untuk membuat atau menciptakan lagu melayu itu tidak gampang, membuat satu pantun bermadah melayu saja dia bingung apalagi memasukkan pantun yang disisip gurindam juga petuah ke dalam lagu, suatu pekerjaan yang sangat sulit.
          Aldin yang sempat tadi mendengar penjelasan Her, jadi terbuka pikirannya, selama ini bahwa band-band yang sedang populer saat ini dengan label “ metal “ atau “ melayu total “, mengusung musik dan lagu mereka dalam madah melayu, ternyata bukan band-band tersebut hanya membawakan lagu pop dengan cengkok melayu, bukan lagu melayu.
 Selesai Her menjelaskannya kepada Reno, Her pun segera beranjak, menghisap sebatang rokoknya dan duduk di bangku samping rumah mereka. Malamnya pun, Putri, Mila dan Siska ke rumah Her, mereka makan bersama dengan tawa dan canda, tak lupa mereka meminta kepada Bakat untuk membacakan doa walau sederhana, namun sangat berkesan bagi Siska. Kebersamaan dan kekompakan mereka membuat Siska menitikkan air mata, menambah rasa sayangnya pada Reno. Mila dan Putri pun ikut terharu, apalagi di saat Reno menyanyikan lagu Gadis Asahan buat Siska, walau tidak 100% lagu itu Reno yang membuatnya setidaknya ada usaha Reno untuk membantu Her membuat lagu itu. Malam itu merupakan malam yang sangat romantis bagi Siska, senyum bahagia selalu menghiasi wajah mereka. Putri dan Mila pun demikian, mereka sangat bahagia. Siska pun meminta kepada Her agar dibuatkan lagu selamat ulang tahun yang spesial bukan selamat ulang tahun yang sudah ada. Siska, Mila dan Putri menantang Her dalam waktu 20 menit Her bisa menciptakannya. Her hanya tersenyum, ia mengambil gitar dan pena, menuliskan lirik lagu ke buku, tidak sampai 20 menit lagu itu selesai. Lagu itu Her beri judul “ Selamat Ulang Tahun “.
Adapun lirik lagu tersebut adalah..

                   “ Selamat Ulang Tahun “                           Cipt. Iwan Sekopdarat

          C                     Amn             F                G
          Tersenyumlah pada dunia, tersenyum bahagia
          C                      Amn             F          G
          Tertawalah pada dunia, tertawa bahagia
             F        G             C        Amn   F            G      C
          Di hari ceria bertambah usia, kau makin dewasa
             F        G              C                    Amn   F           D    G
          Namun jangan lupa panjatkanlah doa, pada yang Kuasa
            G                   F               C                           G                     C
Reff   Slamat ulang tahun ku ucapkan, lagu panjang umur kunyanyikan
                           F                    C                   G
          Moga bahagia di masa depan, oh…… kawan
          G               F                    C                      G                   C
          Walau hadiah tak kuberikan, hanya lagu yang aku ciptakan
                       F                        C               G
          Dari hatiku merangkai salam, oh…kawan
                                             A        G                            C
                   Slamat ulang tahun kawan, slamat ulang tahun
                   C                               G                             F               C
                   Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you
                              F                       C                           G              C
                    Happy birthday, happy birthday, happy birthday to you

( lagu “Slamat Ulang Tahun” dapat dilihat di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat)

Her langsung menyanyikan lagu yang dibuatnya. Her mengulangnya sekali lagi dan teman-teman yang lain sudah bisa mengikuti pada reffnya, suasana malam itu sangat ceria, bahagia di sela canda, tak terasa malam pun makin larut, Reno mengantarkan Siska, Mila dan Putri ke rumahnya. Sebelum tidur, Putri sempat menulis di buku hariannya, ia mulai merasa ada getar-getar yang aneh dalam dirinya disaat menulis tentang Her. Di akhir tulisannya, Putri menuliskan “ terima kasihku padamu yang mengajarkanku arti merindu “, Putri menutup diarynya, ia pun beranjak tidur dengan satu senyum bahagia, pengantar mimpi indahnya.
          Amat tidak kembali ke Batam, ia hanya menulis surat, mengatakan bahwa ia harus tetap di kampung membantu orang tuanya di toko sembako milik orang tuanya karena ayah dan ibunya sudah mulai tua dan sering lupa. Orang tua Amat ingin meneruskan usahanya, sama seperti Pri, Amat tak kuasa menolak. Di surat itu Amat juga meminta maaf kepada Frans dan teman-teman lainnya karena tidak bisa berkumpul bersama-sama lagi. Her dan teman-teman memakluminya dan membalas surat Amat. Teman-teman di Batam berdoa semoga Amat selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa, juga usaha yang diteruskan Amat dari orang tuanya lancar dan sukses serta di ridhoi Yang Maha Kuasa.
          Walau sering Reno, Aldin, Frans dan Bakat bertamu ke rumah Putri. Her sesekali saja, Her segan bila bertemu Benu, walau belum pernah sekalipun Her bertemu Benu. Her hanya tak ingin Benu beranggapan lain tentang Her. Sebab dari cerita Mila, Benu tau kalau lagu yang dinyanyikan Putri yang berjudul lagu tentang rindu itu adalah ciptaan Her, temannya Tono. Sewaktu Benu bertamu ke rumah Putri dan mendengar Putri menyanyikan lagu itu sambil bermain gitar. Putri sering meminjam gitar Her untuk dibawa pulang, dua atau tiga hari lalu mengembalikannya lagi kepada Her atau Reno ketika bertamu ke rumahnya. Putri hanya tak ingin Her mendengar lagu tentang rindu yang dinyanyikan Putri dengan penuh penghayatan, jika pun Putri menyanyikannya di rumah Her, lagu tentang rindu itu ekspresinya biasa saja.
          Her dan teman-teman yang lain mengakui bahwa suara Putri merdu dan indah Cuma kurang penghayatan saja. Padahal itu disengaja Putri jika dirumahnya Putri membawakan lagu itu dengan penuh perasaan. Cukuplah ia yang tau sendiri bagaimana perasaannya pada Her. Dari  buku diarynya, Putri bercerita tentang rasa itu. Benu menarik kesimpulan setelah ia mendengar Putri menyanyikan lagu itu. Benu tau bahwa Putri mengagumi yang menciptakan lagu itu. Ia lihat dari cara bernyanyi Putri penuh dengan penghayatan dan penjiwaan. Lirik – lirik yang disuarakan Putri seolah-olah mewakili perkataan hatinya pada yang membuat lagu itu. Namun Benu tak mau patah semangat, ntah ia masih diberi kesempatan oleh Putri untuk menjalin hubungan atas nama persahabatan. Setelah saling memahami dan direstui oleh Yang Maha Kuasa, Putri tak menolak menjadi kekasih Benu kembali kalau memang berjodoh. Putri memang sengaja tidak menceritakan pada siapa tentang hubungannya dengan Benu. Kali ini ia merahasiakan baik itu kepada Mila, Siska juga Reno dan teman-temannya. Mereka semua masih beranggapan bahwa Benu masih tetap berstatus kekasih Putri. Sementara sikap Putri biasa saja, Cuma sekarang Putri selalu menolak secara halus setiap ajakan Benu untuk keluar. Dari keterangan Mila pun, Benu tau pemuda yang bernama Her itu adalah seorang perokok berat dan mau juga minum – minuman keras. Benu tau juga bahwa Putri paling tidak suka dengan tipe lelaki seperti itu, setidaknya Benu masih merasa menang di atas angin untuk menaklukkan hati Putri karena Benu bukan seorang yang perokok atau peminum. Siapa tau Benu bisa mendapat hati Putri seperti dulu lagi dari persaingan rasa ini. Benu coba memberi perhatian lebih, gaya bicaranya tidaklah tinggi dan coba bercanda sama Putri, lain halnya dengan Her, Her yang apa adanya tanpa dibuat-buat tetap menjalin persahabatan dengan Putri tanpa kepura-puraan. Her slalu menghargai hubungna Putri dengan Benu, Her tak ingin di cap mereka sebagai perebut pacar orang.
          Her slalu menahan diri terhadap Putri, hanya dari lagu yang diciptakannyalah ia bercerita tentang rasa hatinya. Ia tuangkan lewat lagu itu jika hatinya sedang merindu, Putri tau bahwa semua yang dilakukan Benu hanya pura-pura atau terpaksa demi merebut hatinya kembali. Sebenarnya Putri juga tak suka melihat Her yang sering merokok dan minum-minuman keras, cuma belum tepat saja saatnya untuk Putri mengatakan kepada Her agar berhenti merokok, ia takut Her tersinggung dan mengira baru bersahabat saja udah mau ngatur ini itu, tunggulah saat yang tepat untuk Putri mengutarakan niatnya kepada Her tentang bahaya merokok dan minum-minuman keras.
          Minggu sore, Putri, Siska dan Mila main ke rumah Her, sekalian mengembalikan gitar yang dipinjam Putri kemari pada Her. Putri, Mila dan Siska menaiki anak tangga dari kayu untuk tiba di pintu rumah Her. Di depan pintu, Frans dan Aldin duduk jongkok, sementara Reno, Bakat dan Her duduk di bangku sambil ngobrol dan mereka tersenyum melihat kedatangan Putri, Mila dan Siska. Semenjak Mila, Putri dan Siska main ke rumah Her, rumah yang dulu berantakan kini tertata rapi, mereka sering membersihkan dan merapikan rumah yang di sewa Her dan teman-temannya. Pekarangan yang dulu gersang kini ditanami bunga oleh mereka. Pekarangan  rumah itu kini terkesan asri oleh bunga-bunga yang mekar. Sewaktu ngobrol tadi, Her iseng mengambil ilalang kering dari bawah bangku. Ilalang kering itu mirip jerami lalu Her memutar-mutar daun kering ini, menganyam sedikit membentuk lingkaran, lingkaran kecil mirip sebentuk cincin dari jerami. Ketika Putri, Mila dan Siska dihadapan mereka, daun yang dibuat Her menjadi lingkaran kecil masih dipegangnya, tiba-tiba Aldin yang tadinya jongkok berkata, “ Her, itu cincin yang kau pegang kasi sama Putri, ni bunga kasih juga sama Putri “, sambil melempar bunga mawar yang baru dipetiknya kepada Her. Her menangkap bunga itu. Mila dan Siska tertawa menahan geli melihat gaya Aldin yang mengangkat sikunya dan menekuk tangannya ke telinga seolah-olah sedang memegang kamera. Perasaan seperti sutradara handal, “ gue pengen liat gaya lu akting, keren kagak, action! “, ujar Aldin menirukan gaya bahasa orang ibukota. Sutradara handal sambil menghadapkan sikunya ke arah Putri, “ cut! cut! cut ! “ sela Reno sambil menghampiri Putri dan mengambil gitar yang dipegang Putri lalu kembali ke tempat duduk semula di bangku itu. “ cut! cut! cut! Kau bilang Ren, memang peran utamonyo diganti samo Bakat apo ! “ seloroh Frans dengan logat palembangnya. Putri yang tadinya melongo akhirnya tersenyum geli melihat dan mendengar candaan Reno dan teman-temannya. Her merasa tertantang dengan banyolan Aldin dan ingin membalas banyolan ini dengan banyolan lebih konyol lagi, “ oke,oke, kita mulai itung, Kat !”, sela Her. “ satu, dua, tiga, action…!”, Bakat pun langsung menghitung kayak lagi syuting film aja. Aldin pun berjalan kesana kemari sambil menaikkan sikunya, sementara tangannya menempel ke telinga, tangan yang satunya lagi berputar-putar di depan wajahnya, seolah-olah sedang memegang kamera. Mila dan Siska yang tadi tertawa diberi isyarat oleh Frans dengan jarinya untuk diam, secara bersamaan Mila dan Siska menutup mulut mereka dengan tangan dan tawa tertahan. Sejenak Her memandang setangkai mawar yang tadi dilempar Aldin ditangannya. Ia menghampiri Putri dengan senyum tertahan , Putri coba berpikir apa yang akan dilakukan Her padanya. Her tepat berada di hadapan Putri lalu menatap kedua mata Putri. Putri yang tadinya tersenyum kini terdiam, ia tertunduk, entah canda atau bukan, ia tak sanggup bertentang mata dengan Her. Ada satu perasaan aneh yang menjalar dalam hatinya saat beradu pandang dengan Her, ia tak kuasa memandang mata itu lama-lama. Semakin kuat rasa itu bila terus memandangi matanya, Her yang melihat Putri tertunduk segera menyibakkan rambut di telinga kiri Putri dengan tangan kanan dan menyelipkan mawar itu di telinga Putri. Wajah Putri sempat merona merah sewaktu menyibakkan rambutnya. Tak sengaja jari Her menyentuh pipi Putri, detak jantung Putri makin bergerak cepat, dengan perasaan membaur tak menentu, Putri hanya bungkam diam seribu bahasa, lalu Her berlutut di hadapan Putri, menggapai dengan perlahan tangan kanan Putri,memegangnya dengan hati-hati menggunakan tangan kirinya dan menyematkan cincin dari jerami. Putri tetap diam, ia terhanyut oleh suasana itu, apalagi mendengar perkataan Her, “ izinkan aku menjadi malaikat hatimu “, setelah menyematkan cincin it, Putri merasa melayang tak tau apa yang harus ia katakan. Setiap sentuhan – sentuhan jari Her, bagai energi magnet yang dahsyat dalam dirinya, apalagi saat Her menarik tangan Putri dengan tangan kananya, perlahan mendekatkan kewajahnya seolah-olah Her ingin mengecup lembut jemari Putri. Putri tak berusaha menarik tangannya atau menolak keinginan Her yang ingin mengecup jemarinya. Putri hanya memejamkan matanya, ia tak tau harus berbuat apa, dadanya terus bergemuruh diperlakukan seperti itu. Jemari Putri makin dekat ke bibir Her, Her tau tangan Putri bergetar, Her tidak sampai hati melihat keadaan Putri seperti ini, jemari yang hampir diciumnya segera dilapisinya dengan tangannya sendiri, lalu Her mencium tangan kirinya sendiri sambil berkata, “ nggak janji kali “, Gr,gr,gr, yang lain pada ketawa melihat tingkah konyol Her tadi. Putri yang tadinya sempat terhanyut oleh suasana itu tersentak dan sewot sambil memukul bahu Her, merasa dikerjai, akhirnya tersenyum juga, namun jauh di lubuk hati Putri ia merasa bahagia dengan kejadian tadi walau hanya berupa banyolan konyol dari Her. Tak dipungkiri itu merupakan suatu hal terindah bagi Putri yang takkan dilupakannya lalu mereka semua duduk di bangku itu sambil bercerita diselingi canda tawa. Begitu adzan maghrib berkumandang, Mila, Siska dan Putri pamit pulang, tak lupa Siska berkata pada Reno agar nanti malam ke rumah. Siska ingin ditemani Reno ke nagoya membeli sesuatu. Reno hanya mengangguk mengiyakan.
          Malamnya, Her duduk di bangku samping rumah sambil memetik gitar yang tadi sore dipulangkan Putri. Ia menyanyikan lagu tentang rindu itu, selesai menyanyikan lagu tersebut, Her termenung teringat kejadian sore tadi walau hanya bercanda, Her dapat melihat dari sinar mata Putri yang terpancar menyembunyikan suatu rasa. Sewaktu ia tak sengaja menyentuh wajah Putri, ia lihat rona merah itu dan disaat ia menggenggam jemari Putri. Jemari itu bergetar walau di Batam Her tidak punya pacar bukan berarti Her buta soal gadis, ia paham betul soal wanita karena dulu ia sering gonta ganti pacar, hanya di Batam ini Her tidak mau lagi mengulangi perbuatannya. Ia ingin mencari yang benar-benar mencintainya. Her pun tak ingin merusak hubungan asmara antara Putri dengan Benu. Her ingin berubah, tak ingin di cap lagi sebagai buaya darat atau merampas kekasih orang lain lagi. Ia ingin belajar lebih ikhlas dalam menjalani hidup soal hati, biarlah ia pendam tanpa ada yang tau, ia tak ingin merusak hubungan asmara Putri. Kini ia sadar bahwa cinta tak selamanya harus memiliki. Ia tau makna cinta itu sesungguhnya ia harus berusaha membuat seseorang yang dicintainya selalu bahagia walau tanpa harus bersamanya. Her segera menulis sebuah lagu menceritakan isi hatinya yang gundah di persimpangan rasa. Tak lama lagu itu selesai, ia menulis lagu yang baru selesai itu dengan judul “tentang rindu 3”. Adapun lirik lagu itu :

                   “ Lagu Tentang Rindu 3 “                    Cipt. Iwan Sekopdarat

          G                              B
          Setangkai mawar merah mewangi
              C                                Dmy
          Kuselipkan di rambutmu oh Putri
                 C                           Amn
          Taukah engkau akan rindu ini
                  D                       G
          Hanyalah untukmu selalu
           G                             B
          Sebentuk cincin dari jerami

           C                                  Dmy
          Kusematkan di jarimu oh Putri
                 C                          A               D
          Taukah engkau akan rasa ini padamu … oh…
            G
Reff   Tak sanggup aku untuk melupakanmu
            C
          Meskipun kau pinta, tetap ku tak bisa
            A
          Jangan kau paksa aku untuk melupakanmu
                    D
          Karna kau hal terindah dalam hidupku
                      G
          Oh… Putri

( Lagu Tentang Rindu 3 bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/3DGtbVz_t3I

          Lagu yang baru saja selesai, Her nyanyikan berulang-ulang dengan suara perlahan, ia tak ingin teman-temannya tau dan mendengar lagu yang barusan ia nyanyikan sebab di lagu tentang rindu 3 ini akan diketahui sebenarnya buat siapa lagu ini. Segera menyobek kertas yang bertuliskan liriknya, melipatnya dengan rapi, lalu dimasukkan ke dalam dompetnya, ia tak ingin Putri membaca lirik lagu tentang rindu 3 tersebut.
          Her beranjak dari bangku, lalu masuk ke dalam rumah. Tak lupa menutup pintu, ia menuju kamar meletakkan gitar, buku dan ballpoint dan keluar menuju ruang depan, merebahkan diri disisi teman-temannya sejenak mengingat kejadian tadi sore sampai ngantuk menyerang akhirnya Her pun tertidur.
          Sementara Putri yang masih tidur – tiduran di kamarnya tersenyum – senyum sendiri sambil mengingat kejadian tadi. Walau dengan canda Her memperlakukannya tapi ia bahagia, terasa sejuk dan tentram menjalar di seluruh tubuhnya ketika Her menyentuh jemarinya. Putri segera bangkit dari tidurnya mengambil buku diarynya lalu menulis dengan detail kejadian tadi sore. Malam makin larut , Putri baru selesai menulis diarynya. Sebelum menutup buku hariannya, Putri menciumnya dengan mata terpejam, terbayang wajah Her , Putri tersenyum bahagia.
          Putri kembali merebahkan dirinya di kasur, kadang Putri berpikir, hadirnya Her sanggup menggetarkan hatinya padahal baru ia kenal. Sementara Benu yang nyta-nyata sempat menjalin hubungan asmara dengannya selama 2 tahun, tapi suasana hatinya biasa-biasa saja. Walau Putri berusaha untuk belajar mencintai Benu, tetaplah rasa itu tak bisa dipaksakan. Bukannya Benu tak memenuhi kriteria bagi pilihan hati wanita, Benu ganteng, kaya, atletis, baik, pengertian. Mungkin jika dihadapkan  pada 100 gadis untuk memilih diantara Benu dan Her maka 99 gadis itu pastilah memilih Benu, hanya 1 yang tidak memilih Benu dan memilih Her yaitu Putri. Tak lama Putri pun tertidur dengan satu senyum terukir indah di wajahnya, menghiasi malam yang bertaburan bintang di bias sinar rembulan.
          Seperti biasanya pagi itu, Aldin, Reno, dan Bakat sudah siap-siap mau berangkat kerja, Her baru bangun . selesai mencuci muka dan gosok gigi, Her menuju pintu depan dimana Reno, Aldin dan Bakat sudah siap-siap mau berangkat. “ jaga rumah lae, kadang rumah ini mau pindah ntah kemana, bisa jalan sendiri, ada kakinya ha…ha…ha… “, sambil menepuk pundak Her. Reno bercanda dengan logat bataknya, “ selamat bertempur lae “, Her tak mau kalah membalasnya dengan logat bataknya juga sambil meninju pelan dada Reno, “ bertempur kau bilang, bertempur, matilah kau ! apa kata dunia ! “, timpal Bakat menirukan logat Reno. Mereka pun tertawa dengan canda konyol pada pagi hari saat menuruni anak tangga. Reno, Aldin dan Bakat berjalan menuju jalan raya menunggu mobil jemputan mereka. Her hanya senyum-senyum memandang tingkah sahabatnya sambil mengambil sebatang comfil dan menyalakannya dengan korek api. Ia hisap perlahan-lahan kembali di sisi pintu sambil duduk jongkok. Tak lama Frans terbangun lalu menuju kamar mandi, setelah selesai mandi ia berdiri di samping Her yang masih duduk jongkok di samping pintu dengan pakaian rapi, “ mau kemano cs ? “, tanya Her dengan dialek palembangnya si Frans.
          Itu na, mau menjemput sepupu di pelabuhan, kato mau dateng dari Palembang! “ sambil merapikan bajunya Frans menjawab. “ rapi nian cs, cak pegawai KUA, ha…ha…ha… “,  Her kembali berujar sambil tertawa. “ apo dio cs?”, kembali Frans menimpali.
“ Jangankan pidio, tip jo dak katek “, sambil tersenyum – senyum Her membalas sahutan Frans. Frans hanya tersenyum  lalu ia pun keluar. Ia mau pergi ke pelabuhan menjemput sepupunya di sekupang. Tinggallah Her seorang diri di rumah. Hari itu Her dan Frans tidak bekerja, kata kepala kontraktornya seminggu ini off dulu atau istirahat dulu, minggu depan masuk lagi. Sekarang tender lagi sepi, biasanya kalau dalam setahun, jika tender atau job sub kontraktornya lagi sepi maka dua atau tiga kali di offkan atau diistirahatkan.
          Her masuk ke kamar mengambil dompetnya,membukanya dan mengeluarkan kertas yang diselipkannya semalam. Kertas itu bertuliskan lirik lagu rindu 3, ia kembali keluar membawa kertas itu dan gitar menuju ruang depan. Her menghampiri tape mencari – cari kaset kosong di samping tape itu. Setelah menemukannya, kaset kosong itu ia masukkan ke dalam tape, lalu menghidupkan tape itu, Her merekam di tape itu lagu yang semalam baru diciptakannya yaitu lagu tentang rindu 3, sengaja lagu itu direkamnya, ia ingin lagu itu menjadi satu kenangan abadi baginya. Ia tak ingin Mila, Siska dan Putri juga teman-temannya mengetahui lagu tersebut karena di lagu itu jelas menceritakan kejadian kemarin sore tentang Putri. Biarlah hanya ia sendiri yang tau kalau lagu tentang rindu itu sebenarnya buat Putri. Sementara Putri dan teman-teman lainnya tidak tau kalau lagu tentang rindu itu sebenarnya diciptakan oleh Her buat Putri. Mereka tahu lagu itu hanya untuk seseorang atau sekedar imajinasi saja dari Her karena memang Reno, Bakat dan teman-teman yang lain pun tahu jauh sebelum Her mengenal Putri. Her sudah biasa menciptakan lagu tentang persahabatan mereka saja. Her mengisahkan di lagu yang digubahnya , lagu itu ia beri judul “ Sahabat “. Adapun lirik lagu itu adalah

                   “ Sahabat “                     Cipt. Iwan Sekopdarat

             A         B                         G           D
          Sapa mesra terukir candamu sahabat
            A         B                     G           D
          Kan cerita membuat dunia tertawa
             A       B                        G        D
          Rindu jua kenangan bersama sahabat
             A          B                  G           D
          Kan bahagia seakan tak ada  duka
                         C           G                B            D
                   Bercengkrama berlari gapai mentari
                        C          G          A
                   Riang gembira di hati
          D                  B             C           G         D
Reff   Sahabat oh sahabat, terbuai rasa di hati
          D                  B             C           G                 A   
          Sahabat oh sahabat, tak terbagi tak terganti        2 X
                           D
          Oh… Sahabat

( Lagu yang diberi judul “ Sahabat “ dapat di lihat di youtube, di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/WLgIzFZusqQ

Lagu ini sering dinyanyikan Her dan teman-temannya di bangku itu, tersenyum dan bercanda. Begitu indah persahabatan yang terjalin di antara mereka sehingga dituangkan Her lewat lagunya.
          Pukul 12.30 siang, Frans dan adik sepupunya sudah kembali di rumah , Her pun menyambut mereka. Nama adik sepupu Frans adalah Andi. Ia baru tamat SMA, ia ke Batam sekedar jalan-jalan. Andi pun hobi main gitar, ia cepat akrab sama Her karena sama-sama hobi musik. Andi membaca buku di samping gitar itu. Buku itu adalah buku yang berisi lagu-lagu ciptaan Her, Andi menanyakan lirik–lirik lagu itu sambil mengikutinya dengan petikan gitar, melihat kunci yang ditulis Her. Her memberi tau Andi lagu-lagu itu, Andi suka dengan lagu-lagu itu, memang tadi selesai Her merekam lagunya di tape, gitar dan buku lagunya dibiarkannya di ruang depan, hanya kaset dan selembar kertas yang dilipat yang ia simpan dibawah pakaiannya. Dirumah ini walaupun Her dan teman-temanya sering bercanda, sering konyol, atau kerjaan iseng lainnya, untuk hal pribadi mereka tidak mau mengusik, itu hak masing-masing. Seandainya pun mau meminjam baju, mereka harus permisi dulu kepada yang punya, tidak mau asal comot aja.
Setelah Andi bertanya tentang lagu-lagu Her, Andi sangat suka lagu Her yang berjudul “Lagu Buat Emak “ , berulang-ulang lagu tersebut dimainkan Andi sampai ia hafal kuncinya. Tidaklah begitu lama bagi Andi untuk memahami lagu itu, karena Andi juga pandai bermain gitar, cuma ia kurang pandai dalam membuat lagu, sedangkan teman-teman Her, rata-rata bisa main gitar kecuali Amat dan Bakat, tapi hanya sekedar saja permainan gitar mereka.
Malamnya, setelah Aldin, Reno dan Bakat pulang bekerja dan berkenalan dengan Andi, mereka ngobrol panjang lebar tentang apa saja. Andi cepat menyesuaikan diri dengan mereka. Andi hanya seminggu saja liburan ke Batam. Setelah itu ia kembali ke Palembang untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Her mengajak Andi besok untuk menemaninya ngamen di Damri (bus). Andi setuju , ia sangat senang karena ia ingin banyak belajar dari Her. Sebelumnya Andi tidak pernah mengamen, lalu ia pun  mengatakan kalau kita ingin ngamen, kita harus punya warna sendiri setidaknya lagu sendiri. Her meminta Andi untuk melihat – lihat buku lagu yang biasa Her tulis, mana yang ia suka dan enjoy memainkannya. Andi menunjukkan lagu yang berjudul “ Lagu Buat Emak “ ciptaan Her, Her mengajarkan Andi lagu yang berjudul “ Pesona Seroja “. Her bercerita kalau pulau Batam adalah kepulauan Riau, suku asli penduduk pulau Batam adalah orang melayu walau kini pulau Batam dihuni berbagai suku , sebagai orang melayu kini harus tunjukkan setidaknya dari lagu pengantar pulau tersebut, juga kalau dapat janganlah lagu melayu yang ada, tapi lagu melayu yang kita gubah sendiri agar kita punya warna tersendiri dengan seksama Andi mendengar penjelasan Her. Ia sangat kagum dengan Her walau Her tak pernah mengecap bangku kuliah, hanya tamatan SMA, namun pengetahuan tentang lagu sangatlah luas.
Her juga mengatakan membuat lagu melayu tidak semudah membuat lagu pop, slow rock, atau yang lainnya, jika lagi mood membuat lagu atau timbul inspirasi, Her cukup menghabiskan waktu satu jam untuk membuat lagu pop, slow pop, slow rock atau yang lainnya, beda dengan membuat lagu melayu, butuh waktu empat atau lima jam karena lagu melayu tinggi dengan kata kiasan. Sampiran, madah, petuah, gurindam dan pantun, beda dengan lagu pop atau yang lainnya, dengan mudah secara gamblang kita mengerti dan memahami lagu itu.
Lirik - lirik yang ditulis di lagu pop, adalah kata – kata yang sudah biasa kita dengar di kehidupan sehari – hari, sangatlah mudah dimengerti, sedangkan lirik – lirik pada lagu melayu, setidaknya ia harus paham betul madah atau petuah melayu, dapat menguasai pribahasa, kiasan atau sampiran juga harus bisa menciptakan lagu pop atau yang lainnya. Belum tentu ia bisa menciptakan lagu melayu sementara orang ang bisa membuat lagu melayu dengan mudah maka ia bisa membuat lagu pop atau yang lainnya, kembali Andi mengangguk – angguk mendengar Her bercerita. Reno, dan teman-teman yang lain sengaja tak mengganggu Her dan Andi bercerita di ruang depan, mereka duduk di bangku samping sambil bercanda. Andi pun menghafal kunci-kunci pada gitar di lagu ciptaan Her karena besok Andi hanya bermain gitar sedangkan Her yang bernyanyi . adapun lirik dari “ Lagu Buat Emak “ dan “ Pesona Seroja “ adalah

       “ Lagu Buat Emak “                          Cipt. Iwan Sekopdarat

 G                                         C   Dmy       G    Dmy
Jangan menangis lagi, hapuslah air matamu ibu
 G                          C              Dmy                G
Jangan bersedih lagi kan kujaga engkau selalu
 G                                        C             D    G     D
Kasih yang engkau beri, seindah pelangi pagi hari
 G                                      C             D                         G
Sayang yang engkau ajarkan, setulusnya engkau limpahkan

Tak putus doa yang kau panjatkan

Untuk aku anakmu
          D     G                        C              D                          G
Reff   Oh ibu izinkanlah diriku bersujud dan membasuh kakimu
G                                C                A                      D
Oh ibu izinkanlah diriku, menjagamu seumur hidupku    2 x
D         A                    D         C                             G
Jika mati boleh ditukar, biarlah ku menggantikannya
               A                  D         G
Tak terbalas kasih sucimu oh ibu
( untuk “ Lagu Buat Emak “ bisa dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/8LEwVbeMC00

“ Pesona Seroja “                      Cipt. Iwan Sekopdarat

            Amn                                 Dmn
          Oh kembang seroja, mewangi indah engkau
             Amn                     Dmn             Amn                E                  A
Di puja seharum nama berkias kata bertuas rasa mekar di jiwa (tinggi)
                   D                  A                 E                    A
Seharum nama berkias kata bertuas rasa mekar dijiwa (rendah)
  A                                         D                        A
Oh duhai pesona, melerai madah laksana pujangga
                  D                 A                     E                   A
Gurindam doa beruas masa berbalas rupa penawar bisa (tinggi)
                  D                 A                     E                   A
Gurindam doa beruas masa berbalas rupa penawar bisa (rendah)
            A                                            E
Reff   Umpama bunga, mekar di jiwa laksana seroja
                                      D
          Hai engkau di puja indah bagai sutra bertutur bahasa
          E
          Engkau mempesona
  A                                             E
Burung gelatek meniti di dahan berseri seroja
                         D                                                       E
Di tepi untaian tidak cantik rupa yang jadi ukuran buat tertawan
D                                    A                D
Mungkin bunga mekar layu di taman berganti kembang
               A                 E                                               A
Dalam rangkaian duhai pesona sang seroja tetaplah pujaan

( lagu “ Pesona Seroja “ dapat dilihat dan di dengar di youtube  di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/KOs5uEhnIOk

Andi membaca lirik pada lagu “ Pesona Seroja “. Untuk merangkai satu pantun saja bagi Andi sangat susah apalagi merangkaikan pantun yang disisip gurindam menjadikan ia lagu ditambah dengan madah dan petuah penuh kata kiasan dan sampiran dengan gaya bahasa yang sangat tinggi.
Andi sangat kagum pada Her yang dapat menyatukan itu semua menjadi satu lagu dengan gaya bahasa yang tinggi, perlu pengetahuan yang luas dan mengerti juga paham akan sastra melayu, barulah ia bisa menggubah lagu melayu, setelah hafal betul , Andi memainkannya. Her dan Andi bergabung dengan Reno dan teman-teman lainnya yang duduk di samping rumah. Mereka bercerita, tertawa bersamaan dengan canda ceria. Memang kalau Her lagi istirahatkan oleh sub kontraktornya, Her lebih suka mengisi kegiatannya dengan ngamen di Damri (bus) sekedar menyalurkan hati sambil mencari uang rokok semata. Ia tak mau menyusahkan temannya kalau tidak lagi bekerja. Tak lama kemudian, Her, Frans, Andi dan teman-temannya masuk ke dalam rumah untuk tidur karena malam semakin larut.
Keesokan harinya setelah Reno, Aldi dan Bakat bekerja, Her dan Andi menuju jalan raya menunggu bus Damri yang lewat, rencananya mereka akan mengamen di bus itu. Frams dirumah saja, dia sengaja tidak ikut, memang selama ngamen Her biasanya sendiri, Frans dan teman yang lainnya tidak ada yang ikut, nggak punya keberanian jika harus bernyanyi didepan orang banyak, kata mereka.
Bus Damri jurusan batu aji – batu merah, lewat dari arah belakang, Her segera menyetop bus tersebut. Pintu bus terbuka, Andi dan Her naik ke dalam bus itu. Setelah meletakkan posisi gitar dengan tepat, Andi pun siap dimulai dengan gitarnya (tali satu sampai 6 dibunyikan secara bersamaan pada posisi kunci C) jreng…jreng…jreng…               “Assalamualaikum Wr.Wb  dan selamat pagi kepada pak supir dan juga penumpang lainnya, izinkanlah kami bernyanyi sekedar menghibur Bapak dan Ibu semua, semoga selamat sampai tujuan dan dalam lindungan Yang Maha Kuasa “,  “jreng….jreng” ujar Her membuka pembicaraan, lalu menyanyikan lagu “Pesona Seroja” selesai menyanyikannya, Her berjalan dinagku sisi kiri dan Andi disisi bangku kanan sambil berkata “ terima kasih pak supir dan penumpang lainnya dan ma’af jika lagu yang kami bawakan, kurang berkenan dihati pendengar” Her dan Andi membuka topi mereka dan membalikkan topi itu, berjalan disisi bangku, uang seribuan pun satu persatu diletakkan ditopi mereka oleh penumpang-penumpang itu, tak lupa mengucapkan terima kasih lagi pada pak supir sebelum turun dari bus itu, biasanya bus lintasan batu aji – batu merah lewat  20 menit sekali. Dari satu bus ke bus lainnya, Andi dan Her mengamen, makan siang pun di warung nasi pinggir jalan di mana mereka berhenti. Biasanya kalau Her ngamen , ia berangkat dari pukul 7 pagi dan pulang pukul 5 sore. Jarak batu aji ke batu merah  1 jam 45 menit, namun mereka tidak terus menerus mengamen, kadang santai melihat-lihat pemandangan Batam karena Andi memang belum pernah atau baru pertama kali datang ke pulau Batam. Her pun memberi tahu tempat – tempat yang mereka singgahi. Andi sangat senang, selain ia bisa jalan-jalan, ia juga dapat belajar banyak dari Her.
Hari telah beranjak sore, Her dan Andi menunggu bus itu di pinggir jalan raya kawasan industri dormitori muka kuning, sekalian pulang mereka mengamen sekali lagi. Tak lama bus yang dinanti Andi dan Her tiba. Her lalu menyetop bus itu dan naik ke dalam bus tersebut, seperti biasa Her menyapa dengan ramah pak supir dan penumpangnya. Sebagai salam pembuka, Andi memetikkan dawai gitar dan Her mulai bernyanyi, di sela Her bernyanyi ia tersenyum ketika melihat penumpang bus yang duduk di bangku sisi kanan ujung, seorang gadis rupanya yang duduk di situ. Gadis itu pun tersenyum sambil mengangkat kedua jari jempolnya sejajar dengan bahunya, dengan isyarat mulut mengatakan “ mantap “ selesai membawakan lagu buat emak yang dinyanyikan Her. Her membuka topinya lalu berjalan perlahan di bangku sisi sebelah kanan di ikuti Andi yang berjalan di bangku sisi sebelah kiri sambil berkata “ Permisi “ , setibanya di bangku ujung Her memasukkan uang yang di dalam topinya ke saku jeans biru muda lalu duduk di samping gadis itu sambil berkata “ oi, ni lame tak nampak, awak sihat, katepon di jogja kuliah “ dari cara bicaranya sepertinya Her sangat mengenal gadis itu, “ awak je yang tak pernah balek, kawan sehatlah, baru je tamat kuliah”, jawab gadis itu sambil memasukkan uang 20 ribuan ke dalam saku kemeja kotak-kotak Her. Her coba menepis lengan gadis itu, namun gadis itu tetap memasukkannya, “ ai… sibuk na awak ni, macam siape-siape je”, kata Her lagi. “ kawan denga senang ati, kawan baya, ha…ha…ha…”, sahut gadis itu lagi sambil tersenyum menatap Her. Baginya Her yang dulu dikenalnya tak jauh beda dengan sekarang, tetap suka bercanda , ramah, juga gaya Her dalam berpakaian tetap cuek, kaos oblong putih tanpa lengan di balut dari luar kemeja kotak-kotak warna merah yang digulung sampai sebatas siku. Kemeja itu dibiar terbuka, juga celana jeans biru muda yang koyak di kedua lututnya, menggunakan topi dan sepatu kets warna putih. Di mata gadis itu, Her tidak berubah. Tak lama Andi pun menghampiri mereka dan Andi berkenalan dengan gadis itu, ternyata nama gadis itu adalah Sarni, sahabat baik Her dari kelas 1 SMA sampai selesai. Her menganggap Sarni bukan sebagai sahabat saja, melainkan seperti saudara sendiri, karena Her menganggap kedua orang tua Sarni seperti orang tuanya sendiri. Her pun sangat akrab dengan “ ncek” sebutan ayah Sarni. Mereka sering bercanda, terkadang Sarninya yang manyun-manyun melihat Her dan nceknya bercanda menggoda Sarni. Sarni pun sering menasehati Her yang sering gonta ganti pacar agar merubah tabiat buruknya namun Her selalu menjawabnya dengan canda menggoda. Sewaktu SMA pun, pacar Sarni tidak marah atau cemburu kepada Her karena pacar Sarni tau kalau Sarni menganggap Her seperti saudara sendiri tidak lebih, lagi pula pacar Sarni sudah mengetahuinya langsung dar kedua orang tua Sarni yang mengatakan bahwa Her dianggap mereka seperti saudara sendiri. Andi yang duduk di sebelah Her tersenyum geli mendengar Her dan Sarni yang bercerita dalam bahsa kampung mereka, melayu dabo singkep.
Sesekali Andi menahan tawanya sewaktu mendengar mereka bercanda, bangku paling ujung di bus itu menyatu dari sisi kanan dan sisi kiri tanpa pemisah seperti bangku depannya, rupanya yang di sebelah Sarni adalah makciknya ( dalam bahasa melayu ) atau adik perempuan dari ibunya, dengan sopan Her pun menyalami makcik Sarni, Sarni ke Batam sekedar jalan-jalan ke rumah makciknya di perumahan sagulung Batu aji, palinglama seminggu Sarnidi sini, Her pun mengatakan kalau rumah yang di sewa mereka tidak begitu jauh dari rumah  makciknya Sarni yaitu di perumahan MKGR. Her dan Sarni terus bercerita di sepanjang jalan, makciknya Sarni dan Andi hanya senyum – senyum saja mendengarnya.
“ni, macam mane dengan budak tu, kawan denga die dah kawen!” kata “kawan” di sini menggantikan dari kata “aku” yang diucapkan Her dan Sarni. “ dengala kawan die dah kawen, dak jodoh mungken ape nak dikate!” sahut Sarni lagi. Her hanya mengangguk saja.
“kawan denga awak kerje ngelas di tanjung uncang, ngape ngamen?” tanya Sarni sambil merapikan rambutnya. “ masehlah kat tanjung uncang, ni lagik perai je, ngamen sekedar nyalurkan hobi je” jawab Her dengan mengambil rokok dari sakunya. Sarni tahu kalau Her hobinya adalah seni, dari dulu Her sudah ada kelompok bandnya. Her juga pandai melukis dan mengukir, di samping bisa menggubah lagu dan Sarni pun paham kalau mengamen tadi Her hanya sekedar iseng menyalurkan hobinya saja.
Bus terus melaju melewati perumahan MKGR. “ dek, asek begurau je, dah lewat MKGR!” makciknya Sarni mengingatkan Her bahwa bus telah melewati komplek perumahan MKGR, “ memang sengaje mang, makcik nak turun kat sagulong, beli ikan masak kejap, untok makan malam”, jawab Her memberitahukan makciknya Sarni. Makciknya Sarni hanya mengangguk saja sambil tersenyum, tak lama bus tersebut tiba di pinggir jalan raya menuju perumahan sagulung batu aji. Makciknya Sarni, Her, Andi dan Sarni turun diikuti penumpang lainnya yang memang ingin turun di sini. Sarni dan makciknya jalan terus menuju perumahan sagulung. Sementara Her dan Andi berbelok ke sebelah kiri menuju warung makan, tak lupa Sarni dan makciknya mengajak Her dan Andi singgah sebentar ke rumahnya. “ maenlah ke gubok kami dek, tak jaoh dari sini, blok E nomor 16”, sela makcik Sarni memberitahukan letak rumahnya. “ makasehlah makcik, bile-bile maseju, dah maghreb, sian pulak  ke kawan dah nunggu di rumah, “ Her menolak secara halus karena memang dari masjid sudah terdengar suara orang mengaji yang menandakan sebentar lagi adzan maghrib, dengan ramah Her pun permisi dengan Sarni dan makciknya, membeli beberapa potong ikan yang di masak gulai tanpa nasi, membeli sepotong kaos oblong yang bertuliskan Batam Island dengan harga tidak terlalu mahal, sisanya membeli rokok buat persediaan mereka. Andi sangat terharu mendengar penjelasan Her bahwa baju kaos itu untuknya sebagai kenang-kenangan dari sahabat, sengaja bertuliskan Batam Island agar Andi selalu ingat dengan Her dan teman-teman lainnya di Batam. Her juga mengatakan bahwa baju itu bukan Her yang membelikan tapi dari jerih keringat Andi sendiri yang bermain gitar saat mengamen tadi. Andi yang semula belum pernah merantau baru tahu bahwa begitu tinggi dan mulia nilai dari seorang sahabat itu.
Selesai berbelanja, Her dan Andi pulang ke rumah. Di rumah Frans, Reno dan lainnya telah menunggu, lalu mereka makan bersama dengan ikan gulai yang tadi di beli Her kemudian Andi sambil bercerita bagaimana asyiknya mengamen. Frans, Reno dan lainnya menyahuti dengan canda dan mereka tertawa ceria. Selesai makan Her langsung mandi, tak lama diikuti Andi. Putri, Mila dan Siska bertamu ke rumah Her di saat Her lagi mandi. Putri meletakkan beberapa bungkus indomie yang tadi dibelinya. Ia tahu dari Reno bahwa seminggu ini Her diliburkan. Sebagai sahabat, Putri hanya sekedar membantu dengan membelikan beberapa bungkus indomie, padahal jauh dari lubuk hati Putri, ia sangat memperhatikan Her. Putri meminjan gitar dari Reno, lalu Reno masuk ke kamar sambil membawa gitar dan buku pada Putri. Putri menerimanya dan berjalan keluar menuju bangku samping rumah, sengaja Reno memberikan buku juga, karena Reno tau kalau Putri senang membawakan lagu-lagu yang ada dibuku ciptaan Her itu, pernah juga Putri meminjam buku dan gitar itu sampai seminggu, Her sempat kebingungan juga seminggu tidak bermain gitar, namun ia tidak begitu khawatir karena yang meminjam buku itu adalah Putri, sementara dalam waktu seminggu cukup bagi Putri untuk menulis dibuku hariannya untuk menyalin buku lagu Her, seolah-olah Putri tak ingin satu katapun tentang Her terlewatkan di diarynya, benih-benih asmara mulai bersemi dihati Putri, ia menunggu kapan Her mengutarakan isi hatinya. Putri sangat malu jika harus mengatakan rasa ini lebih dulu, entah mengapa sewaktu Putri menyanyikan lagu rindu itu terlalu terbawa suasana hatinya, hingga tak terasa lagu yang dibawakannya pun begitu penuh penghayatan dan penjiwan yang mendalam seolah-olah rindu itu menyatu dengan jiwanya. Bagi Mila, Siska atau Reno dan teman lainnya lagu itu biasa saja, sebab sudah biasa dinyanyikan Putri, namun lain bagi Her. Her yang mendengarkan suara Putri dari dalam kamar selagi berpakaian tau, bahwa malam ini Putri sangat serius menyanyikan lagu itu, penuh penghayatan dan penjiwaan seolah-olah Putri tau lagu itu dibuat untuknya, “apakah diam-diam Putri tau, bahwa lagu yang kubuat itu untuknya, ataukah Putri juga merasakan apa yang kurasakan?” gumam Her dalam hati, Her pun menepis gundah dan galau hatinya. Segera ia keluar kamar menuju bangku samping dimana Putri telah bernyanyi, sambil tersenyum melewati ruang depan melihat dan mendengar canda Reno, Siska dan teman lainnya. Her membiarkan Putri terus bernyanyi, ia menikmati alunan merdu suara Putri sambil menyalakan rokok, duduk disamping Putri. Sebenarnya Putri paling tidak suka melihat orang merokok, Reno pacar Siska saja jika merokok diruang tamu rumah Putri, Putri melarangnya, kalau mau merokok diteras saja, tak sehat jika asap rokok memenuhi ruangan, Siska tidak tersinggung karena memang dirumah itu mereka membuat peraturan, bahwa asap rokok tidak boleh berada didalam rumah, tak baik untuk kesehatan, tapi mengapa duduk disamping Her yang sedang merokok Putri tak kuasa melarang dan menasehatinya, ia tak tau entah mengapa seolah-olah tak punya keberanian untuk mengatakannya pada Her, namun dalam hatinya Putri berjanji mencari waktu yang tepat, dan secara hati-hati menerangkan pada Her bahwa merokok merugikan kesehatannya.
Tak lama Reno dan Siska keluar permisi pergi pada teman-temannya ingin jalan-jalan mencari udara segar. Mila, Bakat, Frans dan teman lainnya segera membaur dengan Putri dan Her dibangku, kembali mereka bercerita dengan ceria, meminta Her untuk bernyanyi. Malam mulai merangkak tinggi, Reno dan Siska baru datang duduk sebentar bercengkrama dengan sahabat lain, tak lama Putri, Mila dan Siska pamit pulang. Reno mengantarkan mereka pulang. Malam ini Her ikut mengantarkan Putri pulang, di sepanjang jalan Putri hanya tersenyum mendengar canda sahabatnya. Ada saja bahan yang diceritakan Her atau Reno, membuat yang mendengarnya jadi tersenyum geli. Memang selama ini Putri tak pernah mempermasalahkan lagu yang sering dinyanyikannya untuk siapa, yang penting ia sangat suka dengan lagu tentang rindu itu seakan-akan lagu itu menyatu dengan jiwanya. Her pun tak pernah merokok di dalam rumah Putri, ia tau peraturan itu dari Reno. Akhirnya mereka sampai juga di depan rumah Putri. Setelah Putri, Mila dan Siska masuk, Her dan Reno baru beranjak pergi menuju rumahnya. Tak lupa satu senyum penuh arti dari Putri pada Her, Her membalas senyum itu dengan sejuta rasa tak menentu.
Keesokan harinya setelah Aldin, Bakat dan Reno bekerja. Frans dan Andi pun keluar, tinggallah Her sendiri di rumah. Sebelum pagi Frans dan Andi sempat juga mengajak Her untuk ikut dengan mereka. Frans ingin mengajak Andi jalan-jalan karena Andi belum mengenal tempat rekreasi di pulau Batam. Her menolak dengan alasan kalau dia ada mood untuk melukis, akhirnya Frans dan Andi pun pamit kepada Her.
Her yang katanya tadi ingin melukis hanya duduk saja, masih segar diingatannya suara merdu Putri tadi malam “apakah Putri tahu bahwa aku suka padanya”, batin Her bukannya mengambil alat lukis, Her malah mengambil kaset yang diselipkan di bawah pakaiannya juga kertas yang dilipat berisikan lagu tentang rindu 3 ciptaannya. Her menuju ruang depan menghidupkan tape lalu berulang – ulang tentang rindu 3 itu, ia segera bangkit mengambil gitar dan buku lagunya. Setelah kembali  ke tempat duduk semula ia membolak-balik buku itu dan membuka lipatan kertas itu dengan seksama ia membaca lirik lagu dari lagu tentang rindu 1 sampai 3. setelah paham betul lirik itu, her membalik kertas yang bertuliskan lirik tentang rindu 3, karena di belakang kertas itu memang masih kosong, beberapa kali ia membunyikan gitar. Her pun terhanyut merangkai kata demi kata, menggubah sebuah lagu. Akhirnya lagu itu selesai, lagu itu ia beri judul “ Lagu Tentang Rindu” bercerita akan lagu tentang rindu 1,2,dan 3.

Adapun lirik dari lagu tersebut.

          “ Lagu Tentang Rindu 4”                     Cipt. Iwan Sekopdarat

   G          C                     Amn             Dmy
Lagu tentang rindu, hanyalah untuk dirimu
   G           C                     Amn          Dmy
Lagu tentang rindu, kucipta dari hatiku
D        C     Amn        B
Dengarkanlah satu lagu untukmu
  B            C              Amn               Dmy
Pada bintang pada bulan, kan ku jaga tidurmu
Dmy    E                              B                           C                           Dmy
Reff   Ingatkah engkau mawar merah itu, kata ku selipkan di rambut hatimu
Dmy    E                              B                           C                              Dmy
Ingatkah engkau cincin yang dari jerami kala kusematkan mesra  di jarimu
D           C             G                 Amn            G
Izinkan aku merindu walau malam tlah berlalu
                 C           G                 Amn              Dmy                G
Ku jaga malam untukmu, dengarkanlah satu lagu tentangn rindu

( lagu “ Tentang Rindu 4 “ dapat dilihat dan di dengar di youtube  di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/oaYR-9tlJ5A

          Lagu yang baru saja diciptakan Her, ia nyanyikan berulang-ulang sampai ia hafal dan tepat membawakannya. Tak lama ia pun merekam di kaset itu dengan menggunakan tape, Her juga tak ingin lagu tentang rindu 4 itu di dengar teman-temannya, karena di lagu tentang rindu 4 itu bercerita juga akan kejadian Her bersama Putri di waktu sore itu. Her juga tahu dari tatapan mata Putri bahwa Putri akan selalu ingat kejadian itu dan jika Putri sampai mendengar lagu tentang rindu 3 dan 4 maka Putri akan tahu bahwa lagu tersebut dibuat Her untuknya. Ia takut Putri tak suka dan marah kalau ia tahu sebenarnya lagu itu diciptakan untuknya dan ia tak ingin menyanyikan lagu itu lagi.
“ tunggulah nanti, sampai waktu yang tepat untuk Her memperdengarkan lagu ini pada Putri, saat ini biarlah ia yang tahu sendiri”, batin Her. Her lalu menyimpan kaset dan kertas itu di tempat semula, lalu ia kembali ke ruang depan sambil tidur-tiduran.
          Tepat seminggu Frans dan Her kembali bekerja, Andi pun telah kembali ke kampung halamannya di Palembang, berbekal pengalaman akan makna sahabat yang diajarkan Her dan sahabatnya.
          Pagi itu semuanya berangkat kerja, tidak ada yang diliburkan, masih dengan canda dan tawa mereka ceria menatap pagi berjalan menuju jalan raya. Tak lama mobil jemputan  membawa mereka ke tempat kerja yang berlokasi di tanjung uncang.
          Hari ini, dari istruksi foremennya,Her mendapat tugas untuk memotong sisi plat besi untu disatukan agar mudah dilakukan pengelasan. Kedua plat yang dipotong miring dikedua sisinya jika disatukan akan membentuk parit kecil. Jika saat dilakukan pengelasan, plat besi itu akan kuat merekat dalm istilah mereka biasa disebut potongan Bepel. Orang yang mengerjakan potongan bepel ini haruslah punya keahlian di bidangnya, terus menunduk dan harus teliti mengarahkan cutting di sudut plat besi agar potongan sudut kemiringan itu tetap terjaga rapi. Untuk potongan bepel, Ken selalu mempercayakan pada Her, dari pagi Her telah mengerjakan tugasnya. Sewaktu mau berangkat kerja, Her sudah merasakan bahwa hari ini staminanya kurang fit ditambah lagi kerjaan yang dilakoninya tetap pada posisi menunduk dan hati-hati. Untuk menyerahkan pada Anto helpernya, Her tidak berani takut potongan bepel tidak sesuai dengan yang diharapkan. Anto hanya memperhatikan pekerjaan Her sebagai fitter / tukang besi.
          Sebentar lagi sirine perusahaan pastilah berbunyi karena matahari sudah tepat di atas kepala yang menandakan jam istirahat akan tiba. Anto pun sudah membereskan perlengkapan kerja, Her masih memotong miring plat besi itu, tanggung pikirnya. Sedikit lagi pekerjaan itu selesai, namun tiba-tiba perasaan Her tidak enak, dadanya berdetak sangat cepat, berdebar-debar dan ia merasa mual. Tak lama Her merasa pandangan disekitarnya gelap, Her jatuh pingsan. Anto yang melihat kejadian segera sigap sambil berteriak “tolong….toloong….tolooong! bang Her pingsan”, mendengar jeritan Anto, karyawan yang lain pada berdatangan menghampiri dan coba memberi bantuan pada Her. Dari jarak yang tak begitu jauh, Reno melihat kerumunan karyawan di tempat Her bekerja. Reno penasaran dan menghampirinya. Reno baru selesai cuci tangan setelah sirine perusahaan dibunyikan menandakan jam istirahat. Alangkah terkejutnya Reno ketika ia melihat yang tergeletak itu adalah Her dengan dibantu beberapa teman, Reno memapah Her memasukkannya ke dalam mobil lalu Reno pun ikut bersama mobil itu menuju rumah sakit terdekat. Di pintu pagar perusahaan, Reno meminta supir memperlambat laju kendaraannya, Reno melihat Frans yang baru saja mengambil rantang nasinya, “ Frans…cepat mari!”, dengan melambai Reno menjerit. Frans segera meletakkan rantang nasinya, berlari ke arah mobil yang ditumpangi Reno namun setelah Frans berlari hampir mendekati Reno reno kembali berteriak “ cari Bakat sama Aldin, kita ke rumah sakit, Her pingsan!”, hanya itu jeritan Reno lalu mobil kembali berjalan melaju. Setelah keluar dari pintu pagar perusahaan menuju rumah sakit batu aji, diperjalanan sesekali Reno menoleh ke belakang atau di kaca spion melihat kalau – kalau Bakat, Aldin dan Frans menyusul. Tak lama mobil tiba di rumah sakit, sewaktu memindahkan Her dari mobil ke tempat tidur yang di dorong dari rumah sakit Her siuman. Wajahnya sangat pucat, Reno yang dari tadi was-was sedikit lega melihat Her siuman. Reno berdoa dalam hati semoga Her tidak terjadi apa-apa. Tak lama Reno menghampiri Her yang tergeletak di kamar rumah sakit dengan infus yang disuntikkan di tangannya. Tak lama Bakat, Frans dan Aldin tiba di rumah sakit, memarkirkan motor yang tadi dipinjam dari teman karyawan yang lain, berjalan tergesa-gesa di belakang Reno. Perawat mengingatkan Reno, Bakat dan Aldin untuk tidak berbicara banyak pada Her juga memberitahukan bahwa dokter jaga sedang makan dan sebentar lagi akan memeriksa. Secara bersamaan mereka mengangguk lalu mengahampiri Her, “ aku nggak apa-apa, kalian tak usah khawatir, hanya kelelahan saja dari pagi bepel”, ujar Her pelan dengan wajah pucat, coba untuk bangkit dan bersandar. Aldin sempat melarang namun Her tetap memaksa untuk bersandar kemudian Aldin membantunya, “ sudah tak usah cemas, santai cs”, sela Her lagi yang coba bercanda pada sahabatnya dengan suara pelan. “Setidaknya kami harus tau apa penyakitmu dari dokter, diopname atau tidak..”, sahut Bakat pelan. “ yang kuat cs…., tetap semangat!”, timpal  Frans perlahan. Her juga menggeleng pelan, “ tak usah di tunggu, aku tak apa-apa, tolong rahasiakan ini pada Putri, Mila dan Siska.. janji ya….!”, sambil meninju pelan dada Frans di sampingnya. Reno, Aldin dan Bakat terdiam sesaat, tak lama mengangguk secara bersamaan. Mereka paham benar watak Her yang tidak mau menyusahkan sahabatnya. Setelah saling berpelukan secara bergantian, dengan berat hati Frans dan sahabat-sahabat lainnya kembali ke lokasi kerja. Sewaktu Reno memberitahukannya tadi, Frans langsung mencari Bakat dan Aldin di tempat biasa mereka ngumpul untuk makan siang sambil bercanda ria. Bakat dan Aldin yang baru saja membuka tutup rantang segera menutup kembali segera meminjam motor teman menuju rumah sakit.
          Berselang 5 menit, Reno dan yang lainnya keluar dari rumah sakit, masuklah dokter bersama perawatnya. Setelah memeriksa penyakit Her, Dokter kembali keluar bersama perawat dengan membawa hasil test. Kurang lebih 1 jam kemudian, Dokter itu masuk kembali  setelah mempelajari hasil test tersebut, Dokter menyarankan agar Her diopname, namun Her menolak. Dengan berat hati Dokter juga mengatakan bahwa penyakit yang di derita Her sudah parah, paru-parunya sudah rusak oleh racun nikotin di tambah alkohol pada minuman keras. Her juga terserang kanker jantung yang sangat ganas, kalau tidak dari sekarang berhenti merokok dan minum-minuman yang beralkohol dan jika Her tidak teratur menjalani terapi pengobatan, Dokter hanya memperkirakan Her hanya dapat bertahan hidup paling lama 2 tahun, namun jika Her mengikuti saran dokter, mudah-mudahan dengan izin Tuhan Her bisa sembuh. Her hanya tersenyum kecut mendengar semua penjelasan Dokter itu. Pihak rumah sakit tidak bisa memaksakan agar Her diopname karena Her tetap bertahan untuk pulang.
          Her berjalan menuju jalan raya dengan pikiran yang berkecamuk tidak menentu, terbayang wajah Putri. Her mendesah tertahan, sesampainya di pinggir jalan raya, Her berniat menyetop taksi untuk pulang ke rumah. Dari arah belakang taksi berhenti tepat di samping Her. Reno, Aldin, Bakat, dan Frans keluar dari taksi itu. Tak menyangka Her sudah keluar dari rumah sakit, mereka sengaja minta izin dari perusahaan dan sub kontraktor mereka untuk pulang jam 3 menuju rumah sakit. Ketika melihat Her di pinggir jalan, mereka menyuruh supir taksi untuk berhenti. Aldin berbicara sebentar dengan Her lalu mereka masuk lagi ke dalam taksi tersebut. Lalu taksi pun melaju menuju rumah mereka. Diperjalanan, mereka bertanya pada Her tentang tanggapan Dokter terhadap penyakit Her. Her hanya menerangkan bahwa dia hanya terlalu capek aja, kelelahan dalam bekerja, setidaknya istirahat dulu selama 2 hari untuk memulihkan stamina. Mereka lalu kembali bercanda karena merasa penyakit Her tidak apa-apa, hanya Her yang tahu bahwa ia menyembunyikan sesuatu. Tiga hari Her tidak masuk kerja karena kondisinya belum sehat benar dan selama dalam 3 hari juga, Putri, Mila dan Siska tidak main ke rumah Her dikarenakan mereka masuk malam sementara Mila jika seorang diri malu bertamu ke rumah Her.
          Di tempat Putri bekerja, ada juga beberapa karyawan perusahaan itu yang berasal dari kepulauan Riau tepatnya di Dabo singkep seperti Yuli yang biasa dipanggil Ulik dan Vera yang biasa dipanggil Ira contohnya. Dari mereka Putri coba bertanya apakah kenal dengan Her yang berasal dari Dabo singkep juga. Putri tak menyangka bahwa Ulik dan Ira bukan hanya mengenal Her tapi pernah juga menjadi pacarnya di bangku sekolah dulu. Dari keterangan mereka juga,  sedikit banyak Putri juga tahu masa lalu Her saat di kampung halamannya. Memang Her orangnya suka gonta-ganti pacar, namun pada dasarnya Her anak yang baik, ramah dan suka bercanda, mungkin masa pubernya saja yang ingin dilihat teman-temannya atau sesama teman-temannya yang bersaing untuk merebut hati wanita lebih dari satu. Ulik juga bercerita kalau dari dulu Her hobi melukis, menulis dan bermain gitar. Her juga pandai membuat lagu, sedangkan Ira bercerita pernah menemani Her manggung bersama bandnya. Her juga pernah dinasehati kakak laki-laki Ira untuk tidak mempermainkan adiknya.
          Ulik dan Ira juga bercerita bahwa mereka dapat kabar dari teman lain, saat ini Her telah banyak berubah, lebih tenang dan lebih dewasa. Tidak seperti dulu yang sering gonta-ganti pacar, dari keterangan merekalah benih-benih asmara dari hati Putri mulai bersemi, ia slalu menumpahkan semua rasa didiarynya, berharap dapat mencintai her seutuhnya, Putri selalu tersenyum bahagia ketika membayangkan wajah Her, walau Her tidak setampan dan segagah Benu namun Her lah yang membuat hati Putri bergetar, sedangkan Benu yang lebih dulu menjadi kekasihnya saja lebih 2 tahun tak pernah Putri merasakan getar itu sebelumnya, ia pun tak begitu memperdulikan Benu yang saat ini lagi dekat dengan salah satu gadis ditempatnya bekerja.

bersambung ke jilid IV

Tidak ada komentar:

Posting Komentar