Senin, 30 Januari 2012

Tentang rindu
bag. 2
Putri pun menyempatkan memetik gitar sejenak menyanyikan satu dua lagu ditemani suaminya sebelum mereka tidur, tapi belakangan ini setiap selesai makan malam Benu langsung menuju kamar dan langsung tidur dengan alasan kecapekan karena sering kerja lembur. Putri coba mengerti dengan keadaan ini, tak jarang Putri hanya makan malam sendiri karena Benu sudah makan di kantin perusahaan tempat Benu bekerja. Noni dan Santi selalu memberi nasehat yang positif kepada Putri disaat hamil Putri sengaja menutup sementara tempat prakteknya dan tetap menjalankan tugasnya sebagai Dokter di puskesmas tempat Putri bekerja, kasihan janin yang di kandungnya, jika kelelahan dengan aktivitas sang ibu. Jika sore hari sambil menunggu suaminya pulang, Putri sering duduk di rumah tetangga sebelah yang bernama Mak Biah. Mak Biah seumuran ibunya Putri mungkin lebih tua sedikit. Putri menganggap Mak Biah seperti ibu kandungnya sendiri apalagi menantu Mak Biah si Mirna istrinya Pajar juga sedang hamil sama seperti Putri. Mak Biah ibunya Pajar berasal dari Kepulauan Riau tepatnya Dabosingkep, logat bicara Mak Biah dan Pajar sama seperti Her yaitu bahasa melayu. Dulu di saat Putri baru menempati rumah barunya beberapa tetangga pernah mengingatkan Putri untuk menjaga jarak dan berhati – hati dengan Pajar karena Pajar seorang preman yang mangkal di simpang Muka Kuning. Pajar sering pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, tak jarang tidur di teras rumah dalam keadaan mabuk. Sering terdengar kabar terjadi perkelahian di sekitar simpang muka kuning atau di tempat lainnya oleh Pajar dan teman-temanya, namun di kompleks perumahannya Pajar selalu berusaha berlaku sopan dan tidak mengganggu tetangganya. Pajar sangat menyayangi ibunya, di saat ibu Pajar sakit parah dulu dengan ringan tangan Putri mengobati ibu Pajar tanpa minta imbalan sepeser pun. Putri menganggap Mak Biah seperti ibunya sendiri, Putri menolak uang perobatan pemberian Pajar dengan alasan “tak layak jika seorang anak minta dibayari saat mengurus ibu kandungnya”, Pajar terharu mendengar perkataan Putri. Pajar menganggap Putri seperti kakak kandungnya sendiri karena Putri menganggap ibunya seperti ibu sendiri. Ia berjanji akan menjaga Putri seperti ia menjaga ibunya. Putri sangat senang mendengarnya, kini Pajar telah banyak berubah setelah ia berumah tangga. Pajar seorang pekerja keras, ia tidak lagi minum – minuman keras dan tidak lagi mangkal di simpang muka kuning dengan cap sebagai preman. Semua kelakuan – kelakuan buruknya ia tinggalkan. Ia membuka bengkel motor kecil di samping pintu masuk kompleks perumahan Batu Aji, kadang malamnya Pajar menjadi supir taksi. Pajar lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah, lebih sering ke masjid dan ikut dalam pengajian – pengajian. Mak Biah pun sangat bahagia melihat Pajar yang telah kembali ke jalan yang benar, doa – doanya selama ini telah di dengar Yang Maha Kuasa. Dulu banyak tetangga yang memandang Pajar dengan tatapan sinis, kini mereka semua sangat baik pada Pajar. Pajar juga pernah mengatakan pada Putri “lebih bagus dibilang orang bekas penjahat daripada dibilang orang bekas orang baik – baik”, ucapan itu dibuktikan Pajar dengan tingkah laku dan semangatnya dalam bekerja tak lupa bertaubat mendekatkan diripada Allah. Gelora darah muda yang membuat Pajar jadi beringas, Pajar tak pernah memulai perkelahian namun di setiap perkelahian Pajar selalu tampil sebagai pemenang dan ia disegani preman – preman lainnya. Mereka akan ciut jika harus berurusan atau mendengar nama Pajar. Dari cerita Mak Biah, Pajar yang dari kecil mendapat tempaan dan gemblengan kakeknya dalam hal ilmu bela diri tidak semua orang dapat menguasai ilmu bela diri yang diajarkan kakeknya kepada Pajar. Sejenis ilmu bela diri langka yang diberi nama “silat panglime” yang dulu dikuasai Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lengkui dan Hang Lekir yang dikemudian hari diajarkan Hang Tuah kepada panglima dan raja melayu turun temurun. Kakek buyut Pajar dulu masih tergolong keluarga kerajaan dengan gelar Tengku sampai ke Pajar pun nama Tengku tetap dipakai yaitu Tengku Pajar Alimuddin. Kakek buyut Pajar juga menguasai ilmu bela diri tersebut dan mengajarkannya kepada keturunannya turun temurun dan kini Pajar pun menguasai ilmu bela diri tersebut.
Dengan bertambahnya usia, membuat Pajar sadar dan kembali ke jalan yang benar bahwa dengan memiliki ilmu bela diri tidak harus membuat seseorang merasa hebat dan bersifat arogan malah harus sebaliknya, menolong yang lemah. Dengan ilmu bela diri kita melakukan kebaikan – kebaikan di jalan Allah berlapis sifat sabar, ikhlas dan ridho. Sekarang Pajar selalu bersyukur kepada Allah dengan apa yang ia peroleh semoga menjadi berkah untuk menghidupi keluarganya.
Putri sangat terkesan mendengar cerita Mak Biah, tak terasa hari pun mulai gelap telah menandakan waktu Maghrib. Putri pun permisi dan pulang ke rumahnya yang tak jauh dari rumah Mak Biah. Malamnya selesai sholat Isya Benu baru pulang. Putri menyiapkan makan malam dan mengajak Benu untuk makan malam namun setelah mandi Benu mengatakan bahwa ia sudah makan di kantin perusahaan karena tadi lembur. Putri pun makan di temani Noni dan Santi. Sementara Benu langsung menuju kamar dan tidur. Selesai makan Putri istirahat sejenak ngobrol bersama Noni dan Santi. Tak lama Putri pun menuju kamarnya, sebelum tidur sejenak ia memetik dawai gitar dengan suara perlahan ia menyanyikan lagu dengan judul “terpatah hati” yang ada di dalam buku lagu Her.
Adapun lirik lagunya sebagai berikut:

Terpatah Hati
Cipt. Iwan Sekopdarat
Amn
Ternoktah titik akan satu tinta
E Amn
Merangkai aksara merajut cerita
Amn
Terpatah hati akan satu cinta
E
Bertikai asmara berkabut dirasa
Dmn Amn
Andai biru sutra yang berseri
E Amn
Sekapur sirih indah menawan hati
Dmn Amn
Cinta yang kau puja melukai
E Amn
Menoreh tertanam tersakiti

Amn Amn
Reff Merana diri, merana diri
E Amn
Cinta di dustai, cinta di dustai
Amn Amn
Terpatah hati, terpatah hati
E Amn
Hai terluka kini, terluka kini
Dmn Amn Dmn Amn
Kemana ku bawa pergi, luka hati tersakiti
E Amn
Biarlah aku berserah diri

( Lagu “Terpatah Hati” bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )

Tak terasa usia kandungan Putri sudah sembilan bulan, tinggal menunggu harinya saja. Sore jumat pukul 18.00 WIB tepat sepuluh hari di rumah seorang bidan yang tak jauh dari rumahnya. Putri melahirkan seorang bayi yang berkelamin laki – laki. Bayi yang sehat dan lucu menangis kuat tak lama ia hadir di dunia. Di rumah bidan itu Putri ditemani oleh Noni, Santi dan Mak Biah. Noni menelpon Benu memberitahukan bahwa Putri sudah melahirkan seorang bayi laki – laki. Tak lama Benu pun datang, ia sangat bahagia dengan hadirnya seorang bayi darah dagingnya sendiri. Putri disarankan bidan untuk istirahat satu malam di rumah sakit tersebut karena kondisi Putri masih lemah. Putri memberikan asi pertamanya kepada anaknya.
Keesokan harinya Putri baru diperbolehkan pulang, Putri melihat mata bayi itu mengingatkan Putri pada seorang yang tidak asing baginya. Dari paras wajahnya bayi itu terlihat tampan dengan alis matanya yang lebat dan tatapannya yang tajam. Siang harinya Siska, Reno, Ros, Desi, Dewi, Frans dan istrinya menjenguk Putri di rumahnya. Siska sempat mengatakan bahwa mata bayi itu mirip dengan mata Her, Putri hanya tersenyum mendengarnya. Mendapat kabar bahwa Putri telah melahirkan seorang bayi laki-laki, keluarga yang ada di Jogja sangat bahagia apalagi kedua orang tua Putri kini mereka menjadi seorang kakek dan nenek. Hanya ibu Putri saja yang bisa datang ke Batam sementara Pak Hendra terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan juga Dinda yang masih duduk di bangku kuliah. Ibu Putri saja yang mewakili mereka menjenguk Putri. Putri sangat senang dan gembira ketika mamanya datang menjenguknya. Tak henti – henti mamanya menatap wajah bayi mungil itu, ibu Putri pun tidak bisa berlama –lama di Batam karena di Jogja pun pekerjaan mamanya masih menumpuk. Bu Hendra hanya sebulan menemani putrinya. Setelah acara syukuran, potong rambut, penambalan nama serta akikah dan menurut hukum Islam yang berlaku. Mamanya Putri kembali ke Jogja tak lupa ia membawa 2 album foto bayi mungil itu untuk dilihat kakek dan tantenya di Jogja nanti. Nama bayi mungil itu adalah Hari Subanu, mereka memanggilnya dengan sebutan Ari tapi mamanya atau neneknya Ari lebih sering memanggilnya dengan sebutan Har.
Setelah Putri benar – benar pulih dan habis masa cutinya, Putri kembali bekerja bertugas sebagai Dokter di puskesmas tempatnya bertugas sebelumnya. Rumah yang dulunya sepi kini terasa lebih berwarna dengan hadirnya bayi laki-laki yang bernama Hari Subanu anak dari Benu (Subenu) dan Putri ( Putri Wulandari ). Hari diasuh oleh Mak Biah ibunya Pajar. Istri Pajar si Mirna sebulan lebih dulu melahirkan dari Putri. Mirna melahirkan di kampung halamannya di Dabosingkep sementara waktu, Pajar menutup bengkelnya karena menemani istrinya di kampung. Mirna melahirkan seorang bayi perempuan. Pajar memberi nama bayi itu Syaripah Azizah. Pajar dan Mirna pun sangat senang mendengar kabar dari ibunya Mak Biah bahwa Putri juga sudah melahirkan dengan selamat seorang bayi laki – laki.
Mak Biah sangat menyayangi Har, ia menganggap bayi itu seperti cucunya sendiri. Satu bulan setengah Pajar di kampung halamannya, ia kembali ke Batam seorang diri, anak dan istrinya tidak ikut karena Azizah masih kecil dan Pajar tak tega membawanya apalagi Mirna dan Pajar telah sepakat nanti saja setelah setahun umur Azizah baru mereka kembali ke Batam. Biarlah saat ini Mirna dan bayinya di rumah orang tuanya dulu. Sementara Pajar kembali ke Batam meneruskan usahanya. Pajar pun sadar dengan membuka bengkel motor hasilnya tak seberapa, kebutuhan hidup di Batam sangatlah tinggi jauh berbeda dengan kehidupan di kampung halamannya. Biarlah 3 bulan sekali Pajar yang menjenguk istri dan anaknya, jarak Batam – Dabosingkep pun tidak begitu jauh kurang lebih 5 jam setengah perjalanan karena terdiri dari pulau – pulau, mereka menyebranginya menggunakan kapal feri.
5 tahun sudah kini usia Hari, ia tumbuh menjadi anak yang cerdas. Hari dan Azizah di asuh oleh Mak Biah. Hari dan Azizah sudah seperti saudara sendiri, dua tahun belakangan ini, rumah tangga Putri dan Benu yang dulunya harmonis kini goncang dengan hadirnya orang ketiga kekasih gelapnya Benu. Seminggu yang lalu, siang harinya Putri memergoki Benu sedang asyik berduaan dengan kekasihnya di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Batam. Benu tak bisa menghindar dari kenyataan ini, Putri memang sengaja menahan gejolak hatinya yang begitu panas oleh api cemburu melihat suaminya bergandeng mesra dengan seorang wanita di pusat perbelanjaan tersebut, ia hanya diam lalu pulang ke rumah dan menunggu Benu di rumah.
Sorenya Benu baru pulang, di rumah terjadi pertengkaran hebat antara Benu dan Putri. Mak Biah yang tak jauh dari rumah mereka mendengar keributan itu segera datang dan membawa Hari ke rumahnya. Mak Biah tak ingin Hari yang masih kecil melihat dan mendengar pertengkaran orang tuanya. “siapa wanita itu mas”, tanya Putri dengan mata berkaca. Benu hanya diam bungkam seribu bahasa. “tak ku sangka, mas setega itu padaku!! Memang aku salah apa mas, apa aku tak menarik lagi bagimu”, Putri mengguncang – guncang pundak suaminya. Benu menepis tangan istrinya “kau tanyakan sendiri pada hatimu, mengapa kau tidak bisa melupakan Her!!”, Benu coba memberi alasan “aku suamimu Put, kamu lihat Hari, matanya mirip Her, wajahnya pun mirip Her, itu tandanya dalam hatimu masih ada Her!”, tambah Benu dengan ketus.
“astaghfirullahal adzim, ngucap mas, sampai hati kau masih membenci orang yang sudah 10 tahun meninggal dunia. Hari anak kita mas, darah dagingmu sendiri jika pun Hari mirip Her itu kehendak Yang Maha Kuasa, aku tak pernah membanding – bandingkanmu dengan Her, Her masa laluku, kenanganku engkau masa depanku yang menjadi imam di keluarga ini. Aku mencintaimu mas, aku mencintai Hari anak kita, aku mencintai keluarga ini dengan segenap jiwa ragaku. Jangan ini semua kau jadikan alasan untukmu berselingkuh”, air mata Putri tadi tertahan kini tidak terbendung lagi, Putri menangis terisak, Benu terdiam seakan menyesali perkataannya. “dari hamil dulu pun aku sudah mendengar kabar bahwa mas ada main dengan wanita lain namun aku masih tetap bersabar dan tak percaya dengan semua omongan orang sebelum aku membuktikannya, aku kecewa sekali padamu mas, aku sangat kecewa”, Putri terus terisak.
“aku pun kecewa Put, mengapa engkau masih sering menyanyikan lagu-lagu ciptaan Her dan memetik gitar Her, sewaktu hamil dulu kau selalu memainkan gitar itu!!”, dengan suara tertahan Benu kembali membuat alasan. Putri hanya geleng – geleng kepala tidak menyangka Benu setega itu. “oke mas, jika itu masalahnya aku minta maaf, aku ingin keluarga ini tetap utuh, jangan kau suruh aku untuk membuang gitar dan buku itu mas, itu titipan dari keluarga orang yang sudah meninggal. Biarlah gitar dan buku itu kuberikan pada sahabatnya, Reno masih di Batam mas!!”, Putri segera menuju kamar, tak lama ia keluar membawa gitar dan buku lagu yang dulu pernah dititipkan keluarga Her padanya. “aku pergi dulu mas ke rumah Siska, memberi gitar dan buku ini pada Reno, assalamu’alaikum”, ujar Putri. Benu hanya tertunduk, ia pun sangat menyesal dengan semua perkataannya. Putri berlalu dari hadapannya, Benu tak kuasa menahannya, ia pun merasa bersalah tak seharusnya ia mengungkit masa lalu Putri. Putri pun keluar, ia menuju ke rumah Mak Biah dan membawa Hari. Putri pun berjalan menuju jalan raya menyetop taksi. Taksi melaju ke arah perumahan MKGR. Setibanya di perumahan MKGR taksi berhenti. Putri segera turun dan membayar ongkos taksi, dengan menggandeng tangan Hari Putri berjalan menuju rumah Siska. Siska yang membukakan pintu terkejut melihat Putri yang datang bersama Hari sambil membawa gitar dan buku. Putri langsung memeluk Siska, ia pun menangis di bahu sahabatnya. Reno yang baru pulang kerja merasa iba melihat Putri menangis tersedu di bahu Siska. Reno masuk ke dalam rumah, ia menggendong Hari yang dari tadi hanya berdiri tegak di samping ibunya. Di dapur Reno melihat Dinda putrinya yang masih berumur 7 tahun sedang membantu Ros memasak, memang tadi sebelum Putri datang, Ros membantu Siska memasak di dapur. Hari ini Ros kerja masuk malam, sementara Desi dan Dewi masuk pagi, mereka belum pulang. Reno membiarkan Hari di dapur bermain bersama Dinda. Reno kembali ke ruang tamu, Putri yang sudah menyeka air matanya bercerita kepada Siska tentang pertengkarannya dengan Benu tadi. Dengan mata kepala Putri sendiri ia melihat Benu suaminya bergandengan mesra dengan seorang wanita di salah satu pusat perbelanjaan kota Batam, dan sampai hati Benu membuat dan mencari alasan tentang masa lalu Putri. Benu seakan tidak terima ketika melihat Hari anaknya sangat mirip dengan Her, Benu menuduh Putri masih mencintai Her.
Siska dan Reno hanya menggeleng – gelengkan kepalanya saja mendengar cerita Putri “begitu malang nasib Her yang jelas – jelas sudah lama tiada masih dijadikan alasan bagi Benu untuk menutupi perbuatan buruknya”, ujar Reno tertahan. Putri pun menyerahkan gitar dan buku lagu pada Reno, Putri berpesan agar Reno menjaga gitar dan buku itu. Reno terharu menerimanya, Reno juga mengatakan akan menyimpan baik – baik barang – barang tersebut. Putri hanya ingin keluarganya utuh, harmonis seperti dulu lagi karena Hari Putranya dan Benu suaminya adalah masa depannya, masa lalunya biarlah ia kubur dalam – dalam. Semenjak berumah tangga pun Putri tidak pernah lagi berziarah ke makam Her, Putri tak ingin Benu beranggapan lain pada Putri, paling Frans dan Reno saja yang rajin membersihkan kuburan sahabatnya.
Setelah memberikan gitar dan buku itu, Putri kembali pulang ke rumahnya bersama Hari. Sesampainya di rumah Benu langsung meminta maaf kepada Putri dan berjanji kepada Putri untuk tidak mengulangi kesalahannya. Benu menangis di depan Putri, tak seharusnya ia mencari alasan masa lalu Putri sebagai penutup kelakuan jeleknya walau terluka Putri pun memaafkan Benu. Putri tetap ingin melihat keluarganya tetap utuh seperti dulu lagi apalagi Benu dilihatnya benar – benar menyesali perbuatannya. Ini dibuktikan Benu dengan mengajak Putri ke makam Her. Keesokan harinya walau Benu tidak pernah langsung bertatap muka dengan Her namun ia sering mendengar tentang Her semasa hidupnya dari Mila, Siska dan Reno. Benu hanya kenal Her lewat foto Her yang ada di rumah Reno, di makam Her Benu memanjatkan doa moga Her mendapat tempat yang layak di sisi Yang Maha Kuasa. Benu merasa sangat berdosa melibatkan Her untuk menutupi kelakuan jeleknya. Tak seharusnya ia cemburu buta seperti itu kalaulah bisa Benu berpikiran jernih harusnya Benu bisa lebih mencintai Putri daripada dulu sebagaimana Her mencintai Putri bukan dihantui oleh bayang – bayang Her, mungkin saja dengan hadirnya Hari, Tuhan menunjukkan kepada Benu agar tidak terlalu membenci Her karena dulu waktu pertama mereka berumah tangga Benu sempat melarang Putri untuk berziarah lagi ke makam Her. Putri pun menuruti kemauan Benu, Putri tidak ingin mencari keributan di rumah tangganya.
Begitulah cobaan dalam rumah tangga yang menimpa Putri. Putri coba bersabar dan memaafkan Benu. Benu telah berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan jeleknya dan Benu pun berusaha untuk mencintai keluarga seutuhnya dengan hadirnya buah hati mereka yaitu Hari yang sangat mirip dengan Her dan merupakan satu teguran buat Benu yang dulu sangat membenci Her walaupun Her telah tiada 10 tahun silam. Benu tetap melarang Putri untuk berziarah ke makam Her, Benu mengakui kekhilafannya selama ini. Beu ingin mencintai Putri. Her adalah masa lalu Putri, suatu kenangan dalam hidup Putri yang tak bisa dilupakannya. Seharusnya Benu menggenggam jemari Putri dan Hari, meraih masa depan menjadikan keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah semoga Her akan bahagia di alam sana dengan semua cita – cita Benu bukan rasa cemburu yang tidak beralasan apalagi selama ini Putri tidak pernah sedikit pun membanding – bandingkan dengan Her. Putri pun tidak pernah mengungkit lagi masa lalunya bersama Her kepada Benu. Putri hanya ingin keluarganya tetap utuh dan harmonis. Benu saja yang terlalu dihantui rasa cemburunya.
Setelah Putri mendengar panjang lebar penjelasan dari Benu, Putri pun terharu kini Putri telah benar-benar memaafkan Benu. Putri berpikiran tidak ada manusia yang hidup di dunia ini sempurna jika manusia itu mengakui kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya setidaknya manusia tersebut mencoba untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, Tuhan saja memaafkan dan mengampuni hambanya jika berlaku khilaf apalagi kita sesama umatnya harus saling memaafkan. Kini keluarga itu kembali harmonis penuh dengan tawa dan canda. Mak Biah, Pajar dan istrinya sangat senang mendengar kabar keluarga Putri kembali harmonis seperti semula.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, hampir sebulan Putri merasakannya. Putri yang sedang bertugas di puskesmas tempatnya bekerja mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang berada di Sekupang, mengatakan bahwa Benu suaminya mengalami kecelakaan dijalan raya, bersama seorang wanita, Putri yang tidak kuat mendengarberita tersebut segera menelfon Siska untuk menemaninya kerumah sakit yang berada di Sekupang, Reno sengaja mencarter sebuah taksi untuk membawa mereka menuju rumah sakit, diperjalanan Siska dan Reno bercerita bahwa tadi siang Benu ke rumah mereka, pikiran Benu kalut. Pagi tadi ditempat kerja Benu diberitahukan kekasihnya yang masih satu perusahaan dengan berita yang sangat mengejutkan. Kekasih Benu tersebut telah hamil dan ia minta pertanggung jawaban dari Benu. Padahal sebulan sebelumnya Benu sudah memutuskan hubungan dengan wanita itu.
Terjadi pertengkaran Benu dan Wanda kekasihnya. Tak lama Benu keluar minta izin dari pihak perusahaan dengan alasan sakit. Benu langsung menuju kafe terdekat, ia minum beberapa kaleng bir hitam pikirannya kalut padahal ia telah berjanji untuk tidak melakukan perbuatan ini lagi kepada Putri dengan minum – minuman keras namun saat ini pikiran Benu sangat buntu, imannya sangat lemah hingga lari ke minuman beralkohol saat menghadapi masalah ini. Siangnya Benu menuju rumah Siska dengan menggunakan mobilnya. Reno hari ini tidak bekerja karena merasa kurang sehat, Reno menyuruh Benu untuk mencuci muka agar menghilangkan rasa sakit di kepalanya akibat minum – minuman keras. Dari mata dan bau mulut Benu, Reno tau bahwa Benu telah meminum – minuman beralkohol. Setelah Benu mencuci mukanya, ia bercerita menjelaskan duduk permasalahannya mengapa ia sampai minum – minuman keras. Siska dan Reno mendengar cerita Benu dengan seksama. Siska menasehati Benu dan meminta Benu untuk menemui Wanda siang ini juga agar menyelesaikan masalahnya. Setidaknya Benu bisa memastikan apakah benar Wanda hamil dengan mengeceknya ke rumah sakit terdekat jika benar benar Wanda hamil Siska dan Reno melarang Benu untuk menggugurkan kandungan Wanda “jangan menambah dosa lagi”, ujar mereka kepada Benu. Carilah jalan keluar terbaik dengan berunding antara Benu dengan Wanda nanti biarlah setelah dari rumah sakit Benu dan Wanda kembali ke rumah Siska bersama – sama dengan Siska dan Reno agar mereka menemui Putri biar nanti saja Siska yang menerangkan semuanya pada Putri dan memberikan pengertian pada Putri.
Benu pun langsung pergi siang itu dengan mobilnya. Setelah mendengarkan nasehat Siska, Reno menuju perusahaannya kembali karena jam istirahat kerja. Benu menemui Wanda di kantin perusahaan tempat biasa dulu mereka makan bersama. Benu pun menceritakan kepada Wanda apa yang diceritakan Siska kepadanya akhirnya terjadi kesepakatan antara Benu dan Wanda. Benu harus menikahi Wanda dan menceraikan Wanda setelah bayi yang dikandung Wanda lahir agar bayi tersebut mempunyai status yang jelas. Semua biaya persalinan dan dana kebutuhan Wanda di waktu hamil menjadi tanggung jawab Benu sepenuhnya. Benu pun wajib menafkahi bayi itu kelak. Benu menyanggupi karena perjanjian ini kelak harus di dengar Siska, Reno dan Putri istrinya namun sebelumnya Reno harus dulu memastikan perkataan Wanda di rumah sakit terdekat apa benar Wanda hamil lalu mereka menuju rumah sakit di Sekupang. Di perjalanan Benu terus memikirkan masalah itu ditambah lagi rasa sakit kepala waktu Benu minum – minuman keras yang membuat pikirannya semakin kalut. Ketika menyalip mobil di depannya, kecelakaan itu tak bisa terelak oleh Benu, mobil yang dikemudikannya menghantam mobil dari arah depan, terjadi tabrakan maut. Mobil yang dikendarai Benu hancur menghantam mobil truk fuso mengangkut alat berat. Wanda meninggal seketika di tempat kecelakaan. Sementara Benu pingsan langsung dilarikan ke rumah sakit Sekupang, lokasi kecelakaan tidak begitu jauh dari rumah sakit Sekupang karena memang tujuan Benu sebelumnya ingin menuju rumah sakit yang berada di Sekupang untuk memastikan kehamilan Wanda.
Putri yang mendengar cerita Siska hanya menangis, perasaannya berkecamuk menjadi satu antara kecewa, benci dan was – was dengan keadaan suaminya. Dokter yang menangani Benu kenal dengan Benu sebagai suami Putri teman seprofesinya karena waktu acara halal bihalal sesama Dokter yang berada di Batam dulu, Putri pernah memperkenalkan Benu kepada Dokter itu karena itu Dokter tersebut langsung menelepon puskesmas dimana tempat Putri bertugas.
Setibanya di rumah sakit, Putri langsung menuju ruang UGD diikuti Siska dan Reno dari belakang sedangkan Hari dititipkan Putri kepada Mak Biah. Di dalam ruangan UGD, Putri melihat Benu yang masih tergeletak pingsan tak berdaya yang banyak mengeluarkan darah yang keluar dari telinga, hidungnya. Paramedis tak sempat membersihkan darah yang berada di tubuh Benu, mereka langsung memberikan pertolongan pertama dengan menggunakan tabung oksigen dan cairan infus. Di sebelah Benu terbujur kaku mayat wanita kekasih Benu. Wanda meninggal di tempat kejadian karena Wanda masih menggunakan seragam kerja perusahaan. Pihak rumah sakit pun menghubungi pihak perusahaan lewat telepon. Tak lama perwakilan pihak perusahaan tempat Benu dan Wanda bekerja tiba di rumah sakit bersama beberapa teman Wanda. Mereka menangis melihat kepergian sahabat mereka dengan cara yang demikian. Setelah mereka tahu Putri adalah istri Benu, mereka minta maaf kepada Putri atas kelakuan sahabat mereka semasa hidupnya. Dengan ikhlas Putri memaafkan Wanda yang telah tiada berselang 20 menit Benu siuman. Benu tak bisa menggerakkan anggota tubuhnya, dengan tatapan sayu Benu memandang wajah Putri, Siska dan Reno. Putri menggenggam jemari suaminya, setetes air mata penyesalan jatuh dari mata Benu. Putri menyeka air mata itu. Putri pun menangis. Putri hanya melihat bahasa isyarat yang keluar dari bibir Benu mengatakan “maaf” sampai tiga kali, selesai mengatakan kata “maaf” tersebut Benu pun menghembuskan nafas terakhirnya, Benu pun menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa.
Berderai air mata Putri menerima kenyataan pahit seperti ini, dua kali ia harus merelakan kepergian orang yang sangat dicintainya yaitu Her dan Benu menghadap Yang Maha Kuasa. Putri mengikhlaskan semuanya, ia berserah diri kepada Yang Maha Kuasa mungkin ini sudah takdir jalan hidupnya yang harus dilalui Putri. Benu pun dimakamkan tak jauh dari tempat Her dimakamkan. Putri tetap tegar dan berjanji akan membesarkan Hari seorang diri hingga kelak Hari menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya dan dapat dibanggakan. Sebelum Benu meninggal, Benu sempat berpesan kepada Putri agar mengambil kembali gitar dan buku lagu Her karena itu memang milik Putri pemberian keluarga Her sewaktu Her menghadap Yang Maha Kuasa. Benu tak ingin lagi memisahkan Putri dan kenangannya, semoga dengan masa lalu Putri akan menjadi acuan dan semangat bagi mereka membina keluarga yang harmonis. Benu juga ingin Hari kelak bisa bermain gitar dan menciptakan lagu seperti Her. Memang di akui Benu semasa hidupnya sebenarnya Benu sangat senang mendengar Putri menyanyikan lagu ciptaan Her yang ada di buku itu, lagu itu berjudul “untukmu kekasih” dan “aku merindu” karena di lirik lagu itu jelas terlihat begitu indah syair yang dirangkai Her, nada – nada tersusun rapi kadang Benu merasa cemburu, dengan lirik dan syair lagunya Her mengekspresikan rasa rindunya pada Putri dengan tulus Her mencintai Putri. Itu yang tak bisa dilakukan Benu pada Putri, namun setelah pertengkaran itu, mata hati Benu baru terbuka. Ia baru sadar atas semua kekeliruan ini bahwasanya Putri tak pernah membanding – bandingkan dirinya dengan Her. Putri mencintai Benu sepenuh hati apa adanya. Benu pun minta maaf kepada Putri, ini dibuktikan Benu dengan mengajak Putri ke makam Her, di sana Benu pun minta maaf kepada Her tak lupa mendoakan Her semoga diterima di sisi Yang Maha Kuasa. Benu meminta Putri untuk mengambil gitar yang diberikannya kepada Reno kemarin. Benu ingin sekali mendengar Putri menyanyikan kembali lagu yang berjudul “untukmu kekasih” dan “aku merindu”. Benu juga berjanji lewat suara Hari kelak ia ingin membangkitkan lagu – lagu ciptaan Her sebagaimana sebelumnya Her pernah berpesan kepada Putri “jika kelak dari beberapa lagu ciptaan Her dapat menghasilkan uang hendaknya Putri menyisihkan sebagian hasil tersebut dengan menyedekahkan ke masjid atau panti asuhan”.
Namun belum sempat semua keinginan Benu terlaksana, ia telah dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa. Benu meninggalkan dunia ini dengan hati yang bersih tanpa ada rasa benci sedikit pun pada Her. Sebulan setelah kepergian Benu, Reno pun menyerahkan kembali gitar dan buku lagu yang pernah dititipkan Putri padanya. Ros, Desi, Dewi, Noni, Reno dan Siska terharu mendengar cerita Putri. Putri pun berjanji akan melaksanakan apa yang dipesankan Benu padanya. Ia akan mengajarkan Hari kelak bermain gitar dan membawakan lagu – lagu ciptaan Her. Putri ingin lewat suara Hari kelak dunia akan tau dan mendengar lagu – lagu ciptaan Her. Putri juga menyanyikan lagu “untukmu kekasih” dan “aku merindu” buat Benu.
Adapun lirik lagunya sebagai berikut:

Untukmu Kekasihku
Cipt. Iwan Sekodarat
G B
Dari hati ku bernyanyi, untukmu kekasihku
C
Kurangkai lirik cinta ini
Amn Dmy
Untukmu kekasih
G B
Dari rasa bercerita tentangmu tercinta
C Amn Dmy
Berjuta kata asmara dalam jiwa
Dmy C G Amn G
Reff Biarkanlah semua rasa yang bercerita
C G Dmy
Bahwa aku sungguh cinta
Dmy C G Amn G
Biarkanlah semua rindu dalam hatiku
C G Dmy
Sungguh aku tak menentu
Dmy C G Amn G
Dalam resah aku merindumu u u u
C G Amn G
Dalam gundah aku mengenangmu

( Lagu “Untukmu Kekasih” bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )

Aku Merindu
Cipt. Iwan Sekopdarat
G C D B C
Dan malam pun jua merasakan betapa ku merindu
A D G
Bayang wajahmu slalu di anganku o…o…o…
C D
Dan malam pun seakan membisu
B C A D
Rasa yang tak menentu di dalam hatiku
D G B
Reff Padamu ku merindu
C D
Terbayang wajahmu selalu
C G A D
Di penghujung malam pun hanyalah engkau ku rindu 2 x
C G A G
Dibias rembulan aku merindu
C G A G
Di penghujung malam aku merindu

( Lagu “Aku Merindu” bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
Kini Hari telah duduk dibangku sekolah dasar, bersama Azizah mereka satu sekolahan. Hari genap berusia 10 tahun dan ia duduk dikelas IV, Dinda pun satu sekolahan dengan Hari dan Azizah cuma Dinda 2 tahun lebih tua dari Hari, Dinda kini duduk dikelas VI, disekolah hari selalu menjaga Azizah, ia menganggap Azizah seperti saudara kandungnya sendiri, begitu juga Azizah menganggap Hari sama seperti saudara kandungnya sendiri, karena memang Hari dan Azizah dibesarkan bersama Mak Biah, Hari juga selalu menjaga dan melindungi Dinda anak dari Reno dan Siska.
Dari umur lima tahun Pajar ayahnya Azizah telah mengajarkan Hari ilmu beladiri, dan juga bermain gitar, Pajar telah menganggap Hari seperti anaknya sendiri apalagi Hari seorang anak yatim. Hari banyak mendapat kasih sayang figur seorang ayah dari Pajar karena di waktu Hari berumur 5 tahun, Benu ayahnya meninggal dunia karena suatu kecelakaan. Hari seorang anak yang berbakat dengan cepat ia dapat menguasai beberapa gerakan dasar ilmu bela diri yang diajarkan Pajar. Pajar sangat menyayangi Hari. Ia ingin menurunkan ilmu bela dirinya kepada Hari yang pernah dipelajari Pajar dari kakeknya dulu. Hari pun sering membantu Pajar di bengkel motor tempat Pajar membuka usahanya. Hari sangat fasih menggunakan bahasa melayu, dari kecil Hari sudah diasuh Mak Biah yang asli orang melayu. Sepulang sekolah selesai belajar, Hari sering ke bengkel Pajar. Hari memanggil Pajar dengan sebutan “Pak Cik” atau biasa disebut paman. Sore hari Pak Ciknya selalu melatih Hari ilmu bela diri yang sangat langka yaitu “silat panglime”. Hari tumbuh menjadi seorang anak ang tegar dan tangguh.
Malamnya barulah Hari berkumpul bersama Putri ibunya. Tak jarang Mak Biah menemani Hari di rumahnya jika Putri ada urusan di luar rumah dalam rangka tugas, Putri percaya kepada Mak Biah dan Pajar dalam hal membesarkan Hari. Setelah Benu wafat sampai saat ini Putri tetap menjanda. Ia membesarkan Hari seorang diri apalagi Hari bukan tipe anak yang cengeng. Hari selalu mengerti keadaan dan kesibukan ibunya, terkadang Hari pun membantu ibunya memberi label nama obat – obat di tempat praktek ibunya di samping rumah mereka. Putri masih tetap membuka praktek untuk menambah penghasilan membiayai kehidupan mereka ada juga beberapa laki – laki yang ingin meminang Putri namun Putri menolaknya secara halus ia memberi penjelasan dengan tidak menyakiti perasaan laki –laki tersebut.
Siang itu sepulang sekolah Putri berpesan pada Hari “Har, ibu nanti akan pergi sebentar, mungkin pulangnya malam, ada acara pertemuan sesama dokter se Batam di Nagoya. Selesai makan, kamu belajar sebentar lalu tidur, sorenya baru boleh ke bengkel pakcikmu”, ujar Putri. “iyalah mak, siap makan kami belaja, habestu tido kejap, baru ke bengkel pakcik”, jawab Har dengan logat melayu. “nanti malam minta ditemanin sama nenekmu ya dirumah’’, kembali Putri emngingatkan anaknya, “oke mak, beres”, sahut hari. Sebelum pergi Putri juga singgah sebentar kerumah Mak Biah, Putri meminta Mak Biah untuk menemani Hari nanti malam, Mak Biah menyanggupinya, Hari mencium tangan ibunya sebelum ibunya pergi, Hari yang baru pulang dari sekolah segera mengganti seragamnya, setelah selesai makan Hari belajar sejenak lalu ia tidur siang, sorenya baru Hari ke bengkel pakciknya, “ikak dah makan har?” tanya pakcik kepada hari, “sudah pakcik, makan pakai ikan biles”, har menerangkan lauk yang dimakannya, “dah belaja?, dah tido siang ?, kelak mak ikak merepet pulak same pakcik, kalau ikak kesini belom belaja dan tido siang”, kembali Pajar mengingatkan Har, “ai tenanglah pakcik, aman la tu, mak dak merepet, kami dah belaja kejap, kami pun dah tido siang”, jawab Har lagi, “ha, tadi pakcik tingok mak ikak bejalan tekacah – kacah kejalan besa nyetop taksi pakai seragam dokter, nak kemane mak ikak Har?”, Pajar menanyakan kepergian Putri yang dilihatnya tadi siang, “mak kate die ade urusan, rapat sesame dokter di Nagoya, mak nyuroh ninek ngawankan kami nanti malam”, har menerangkan kepada pakciknya perihal kepergian ibunya, “ielah kalau begitu, ambekkan dulu kunci inggres tu, bantu pakcik tahan baot ni dengan kunci tu!” Pajar meminta har untuk membantunya, har pun membantu pakciknya bekerja dibengkel, sorenya baru Pajar menutup bengkelnya bersama Hari Pajar berjalan menuju rumahnya. Stibanya dirumah Azizah putri Pajar telah menyiapkan dua gelas teh manis buat ayahnya dan Hari, selesai istirahat sejenak sambil minum teh, Pajar meminta Har untuk latihan kuda – kuda dan beberapa jurus dasar, pajar melatih Har ilmu beladiri, Har dengan tekun mendengar setiap arahan dari pakciknya, Mak Biah, Mirna dan Azizah hanya tersenyum melihat pajar yang melatih ilmu beladiri dengan serius, Azizah pun pernah diajarkan ayahnya beberapa jurus dan kuda – kuda, namun Azizah tidak begitu suka dengan kekerasan, Azizah lebih memilih membantu Ibu atau neneknya didapur ketimbang latihan ilmu beladiri yang diajarkan ayahnya namun untuk gerakan – gerakan dasar Azizah dapat menguasainya dengan baik, kadang Azizah sering bercanda dengan Har, ia membuat serangan tiba – tiba pada Har, namun Har bukanlah anak yang tak tau bela diri, insting Har sangat peka, ia dapat menangkis serangan itu secara reflek karena dari kecil memang Har digembleng Pajar dalam hal ilmu bela diri.
“ha, Har cukuplah besilat, cepat pegi mandi, kejap lagi magreb, ajak Azizah kesurau, siap sembayang, jangan merayau cepat balek rumah kite ngaji”, setengah berteriak mak biah menasehati Hari, “cepat ikak mandi Har, kite sembayang same disurau”, ujar pajar “iye pakcik”, Har pun langsung menuju rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Azizah.
Selesai mandi har pun kembali keluar rumah dengan menggunakan kopiah, bersama pakciknya dan Azizah mereka sholat berjama’ah disurau yang tak jauh dari komplek perumahan mereka, mereka pulang kerumah setelah sholat maghrib, Hari langsung kerumah pakciknya karena ia dan Azizah belajar mengaji dengan Mak Biah. Selesai mengaji Mak Biah menyuruh Hari untuk makan malam dulu, Hari pun makan bersama neneknya, makcik dan pakcik juga bersama azizah, walau makan seadanya mereka sangat menikmatinya, menikmati kebersamaan, taklama Hari pun pulang kerumahnya bersama Mak Biah, Putri meminta Mak Biah untuk menemani Hari malam ini, dirumah pembantu keluarga Putri telah menyiapkan makan malam, har mengatakan bahwa ia sudah kenyang barusan makan dirumah neneknya, ditemani neneknya har belajar sebentar, sebelum tidur Har menyempatkan bermain gitar bernyanyi untuk neneknya, Mak Biah tersenyum mendengar suara kecil har, jam 10 malam Putri baru pulang kerumahnya, pembantu Putri membukakan pintu, Putri segera menuju kamar har dilihatnya har tertidur pulas bersama neneknya, Putri mencium kening putranya, Mak biah terjaga dari tidurnya “sudahlah mak, tidur disini saja temani Hari”, Mak Biah hanya diam ia merapikan selimut Hari lalu kembali tidur sambil memeluk Hari, Putri tersenyum melihat mereka tidur, Putri pun menuju kamarnya membersihkan diri, lalu merebahkan diri dikasur, tak lama Putri pun tertidur karena kelelahan.
Teng, teng, teng, lonceng jam istirahat berbunyi anak – anak SD tampak keluar dari ruangan kelas berdesak – desakan, menuju kantin. Hari berjalan santai dari kelasnya, diluar ia melihat kakak kelasnya Dinda bersama Azizah diganggu oleh Topan kawan sekelas Dinda, Dinda adalah anak Siska dan Reno sahabat baik ibu Hari, nama Dinda sama seperti nama tente Hari bedanya hanya nama depan dan belakangnya saja kalau tante Hari bernama Adinda Hendra atmaja sementara Dinda putri Reno bernama Dinda Renata. Hari mendekati Dinda dan Azizah yang diganggu Topan dan kawan – kawannya, “bang janganlah mengusek kak Dinda dan Azizah, die orang mau jajan kasianlah kelak tak sempat jajan dah masok pulak”, Hari sangat menghormati orang yang lebih tua diatasnya, ia memanggil kakak kelasnya Topan dengan sebutan abang. “hai budak melayu, belagu kali kau sok jadi pahlawannya!!”, hardik Ali teman Topan. “maaf bang, saye tak bermaksod macam tu, jike saye salah maafkan saye, tapi biarkanlah die orang lewat”, jawab Hari. “boleh lewat tapi kamu harus bayar seribu dulu”, Topan coba memberi penawaran. Hari diam sejenak , tak lama ia pun mengeluarkan beberapa uang ribuan dari saku celananya. “jangan Har, jangan kamu berikan uang itu”, Dinda coba mencegah Hari. Yoga teman Topan segera merampas uang yang berada di tangan Hari namun Yoga kalah gesit dengan Hari, Har menggeserkan sedikit tangannya hingga tangan Yoga meraih tempat kosong. Ali yang melihat kejadian itu tidak terima melihat Yoga dipermainkan Hari adik kelas mereka, padahal satu sekolahan tau bahwa Topan cs jawaranya di SD tersebut. Dengan kuat Ali segera mendorong bahu Hari, dengan gesit Har memiringkan bahunya, dengan meminjam tenaga Ali yang tadi mendorongnya, Har menarik lengan Ali lalu kaki Har menjegal kaki Ali. Ali jatuh terjerembab dengan hidung berdarah, akhirnya perkelahian yang tak seimbang tidak dapat dielakkan. Hari dikeroyok oleh 3 orang kakak kelasnya. Hari tak gentar, dengan ilmu bela diri yang diajarkan pakciknya tidak sulit bagi Hari meladeni Topan, Ali dan Yoga yang tak punya keahlian beladiri. Serangan – serangan Topan, Ali dan Yoga dengan mudah dipatahkan Hari, dengan beberapa kali gebrakan saja Topan, Ali dan Yoga terkapar di tanah dengan hidung berdarah dan tak berkutik. Anak – anak yang melihat kejadian itu segera melapor ke kantor, Hari pun dipanggil ke kantor tak lama menyusul Topan, Ali dan Yoga dengan hidung berdarah. Ketika tatapan mereka beradu, terasa ciut nyali Topan, Ali dan Yoga menatap mata Hari yang tajam bagai elang. Dinda dan Azizah pun masuk ke ruangan itu, Dinda bercerita kepada guru yang menangani Hari dan Topan cs bahwa awal permasalahannya dimulai dari pihak Topan cs. Setelah pak guru itu mengetahui duduk permasalahannya, guru tersebut menyuruh Topan cs untuk minta maaf kepada Hari dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya. Topan cs pun menjabat tangan Hari, mereka minta maaf kepada Hari, Hari pun memaafkannya. Pak guru itu menyuruh Topan cs, Dinda dan Azizah kembali ke lokal masing – masing sementara Hari di suruh pak guru tetap di kantor ada yang mau dibicarakan. Topan cs, Dinda dan Azizah kembali ke kelas masing – maig. Hari tetap di kantor, pak guru menasehati Hari agar jangan sembarangan menggunakan ilmu bela diri karena dari luka yang dialami Topan cs pak guru itu tau Hari memiliki ilmu bela diri yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Pak guru pun menelepon ibu Hari d puskesmas tempat ibu Hari bertugas. Tak lama Putri pun datang ke sekolahan Hari, pak guru juga mengingatkan ibu Hari agar bisa menasehati anaknya untuk tidak menggunakan ilmu bela diri sembarangan pada orang lain nanti berakibat fatal. Putri meminta maaf kepada pihak sekolah, ia berjanji akan menasehati Hari. Putri pun meminta izin pada pihak sekolah untuk membawa Hari pulang, pak guru tersebut mengizinkannya. Disepanjang perjalanan tak henti Putri mengomel pada Hari. Dinda merasa iba sewaktu ia melihat dari jendela kelasnya. Hari diomeli ibunya karena berkelahi melindungi Dinda dan Azizah begitu juga Azizah dari dalam kelas pada jendela kaca Azizah melihat Hari diomeli ibunya. Di sekolah pikiran Dinda dan Azizah tidak tenang mereka yakin Hari akan dimarahi ibunya karena Har berkelahi adi. Sepulang sekolah Dinda segera menemui Azizah, Dinda minta ditemani ke rumah Hari menerangkan duduk permasalahan perkelahian tersebut kepada ibu Hari. Setibanya di depan pintu masuk perumahan batu aji permai, Azizah mengajak Dinda singgah sebentar ke bengkel ayahnya yang tak jau dari jalan raya di samping kompleks perumahan itu. Azizah menceritakan semuanya kepada ayahnya tentang perkelahian Har disekolah karena melindungi Dinda dan Azizah. Pajar ayah Azizah hanya mengangguk – angguk kepalanya saja karena memang sudah jam makan siang. Pajar menyuruh anggotanya atau karyawan di bengkelnya untuk istirahat makan, mereka pun membereskan alat – alat bengkel. Azizah, Dinda dan ayahnya berjalan menuju rumah Hari.
Di rumah Putri, mereka mendapatkan Hari lagi di hukum ibunya, ia disuruh bertahan berdiri dengan satu kaki oleh ibunya, kedua tangannya di suruh memegang telinga. Hari menuruti perintah ibunya, tak henti – henti Putri menasehati Hari.
“assalamu’alaikum”, terdengar suara mengucapkan salam. “wa’alaikumsalam”, Putri segera menuju pintu depan lalu membukanya, rupanya Pajar, Azizah dan Dinda yang datang. Putri menyuruh mereka untuk masuk di dalam ruang tamu. Pajar, Dinda dan Azizah masih melihat Hari pada posisi semula, Dinda dan Azizah sangat iba dan kasihan melihat Hari gara – gara mereka Hari dimarahi ibunya. Dinda dan Azizah pun menerangkan duduk permasalahannya, Putri pun merasa menyesal dengan tindakannya kepada Hari “kamu nasehati pendekarmu Jar, jangan selalu menunjukkan kehebatannya dengan berkelahi di sekolahan”, ujar Putri. “iyelah kak bia kelak Hari aku bilangkan”, jawab Pajar. Putri pun segera masuk ke kamarnya. Pajar pun mendekati Hari dan ia pun merangkul Hari, mengajak Hari ke rumahnya di susul Dinda dan Azizah. Tak lama Putri keluar dari kamarnya “ Hari bialah ke rumah kak, nanti di rumah ku nasehati Hari”, Pajar pun permisi kepada Putri membawa Hari ke rumahnya. Putri hanya mengangguk pelan, Putri percaya Pajar akan memberi nasehat yang baik buat Hari.
Di rumah Pajar, Mirna ibu Azizah menyiapkan makan siang buat keluarga. Pajar langsung duduk di meja dapur bersama Hari diikuti Azizah dan Dinda, “ayok Dinda, kita makan bersama”, Pajar mengajak Dinda untuk makan bersama. “ayo kak, kita makan yuk”, Azizah menambah perkataan ayahnya, “iye Dinda jangan segan makan di rumah nenek”, sela Mak Biah sambil membantu menantunya menyiapkan makan siang. “awak dah makan Har”, Pajar bertanya pada Har. Har diam sejenak, “blom pakcik”. “ha kalau gitu makan same, ngape suntok na muke, ikak Har”, istri Pajar Mirna bertanya pada Har. “ai, Hari dah kenyang makan di sekolah tadi, puas betumbok dengan kawannye”, Pajar menyahuti perkataan istrinya. “betul ke Har, ape yang dibilang pakcik awak ( kamu )?”, Hari hanya tertunduk, Dinda pun menceritakan masalah sesungguhnya kepada Mak Biah dan tante Mirna.
“ha, kalau gitu bagos kite makan dulu, abes tu baru kite cerite”, ujar Mak Biah lagi, mereka makan dengan lahapnya hanya Hari saja yang hari ini merasa kurang selera makannya karena kejadian tadi. Selesai makan Azizah dibantu Dinda membereskan dan merapikan meja, Pajar masih duduk dimeja makan bersama Mak Biah, dan Mirna istri pajar tak lama Dinda dan Azizah pun bergabung duduk dimeja makan yang telah dirapikan, Pajar membuka pembicaraan. “ betol ke kate Azizah tadi, budak – budak tu tebuntang awak buat?” Hari hanya menunduk dan mengangguk pelan, “ndok har, mengape sampai betumbok?” tanya Mak Biah “die orang mulai nek, Dinda sama Azizah yang mau jajan dihalang – halangi die orang, petame kami ndak betumbok, tapi die orang nyerang duluan, kami pelasahlah” Hari coba membela diri.
Mirna yang mendengar hanya geleng – geleng kepala, “tapi tak musti awak keluakan semua juros yang pakcik ajakan, hingge budak – budak tu jadi tebuntang”, Pajar coba menasehati Hari “ma’afkan saye pakcik saye khilaf”, Hari menyesali perbuatannya. “cukop beberape juros dasar saje, yang awak gunakan jike dalam keadaan tedesak je, baru bise menggunakan juros inti, asal awak tau har, juros – juros itu terletak dari kekuatan tenage lawan yang menyerang kite cukop menarik dan mengganjal dengan kaki kekaki lawan disusol satu pukulan mematikan, kalau macam tu besok awak belaja karate same Tamren, yang kerje dibengkel tu anggota pakcik bia dengan karate awak bise mempertahankan diri jike keadaan tedesak je awak menggunakan silat panglime”, Pajar menjelaskan rahasia ilmu silat panglime kepada Hari. “iyelah pakcik saye akan turuti semue perintah pakcik”, jawab Hari. Mak biah terharu mendengar jawaban Hari, “mak nasehatkan dulu cucu mak itu, aku nak ke bengkel, ayo Dinda om antar sampai ke taksi”, Pajar mengajak Dinda menuju jalan raya, Dinda pun permisi kepada Mak Biah, Azizah, dan ibunya tak lupa Dinda pun pamit pada Har. Pajar menyetop taksi dan membayar ongkos taksi. Ia berpesan kepada supir taksi yang dikenalnya itu untuk mengantar Dinda pulang ke rumahnya. Taksi pun melaju perlahan, Pajar berjalan kembali ke bengkelnya.
Di rumah Mak Biah coba menasehati Hari, “Hari, kalau kite tu punye ilmu mustilah menurot ilmu padi maken die berisi maken die merundok, jangan kite jadi tembereng jadi lupa diri”, ujar Mak Biah. “silat yang diajarkan pakcik awak tu bukan silat sembarangan, itu jurus – jurus sakti yang dulu digunakan pare pendeka gagah pekase seperti Hang Tuah”, Mak Biah menambah ucapannya lalu Mak Biah pun bercerita tentang asal muasal ilmu bela diri yang diajarkan Pajar kepada Hari.
Mak Biah mulai bercerita hikayat hang tuah, alkisah pada masa mudanya. Hang tuah beserta 4 orang sahabatnya yaitu Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir serta Hang Lekiu berhasil membunuh segerombolan perampok yang mengamuk di suatu desa, semua hulubalang – hulubalang kerajaan tak mampu menandingi kesaktian para perampok tersebut namun ilmu kesaktian perampok itu dengan mudah dipatahkan Hang Tuah dan kawan – kawan bahkan dengan ilmu bela diri yang Hang Tuah miliki ia dapat membunuh kawanan perampok itu, perdana menteri Malaka yang melihat bakat Hang Tuah membawanya ke istana dan mempekerjakan Hang Tuah dan sahabatnya di istina tersebut. Semasa pemerintahan Sultan Masyur Shah pada abad ke-15.
Dengan ilmu bela diri yang dimilikinya Hang Tuah membaktikan dirinya di kerajaan itu. Sultan sangat menyayangi Hang Tuah apalagi disaat Hang Tuah berhasil memenangkan pertarungan melawan pihak utusan kerajaan Majapahit yang bernama Taming Sari. Taming Sari memiliki sebuah keris pusaka yang begitu ampuh orang yang memiliki keris itu akan menjadi kebal tak mempan oleh senjata apapun seperti nama pemiliknya keris itu diberi nama keris “Taming Sari”. Di kerajaan Majapahit kehebatan ilmu bela diri Taming Sari sudah tidak diragukan lagi apalagi Taming Sari memiliki keris pusaka yang bisa membuat pemiliknya menjadi kebal, tidak sedikit pendekar yang dikalahkan Taming Sari. Taming Sari selalu keluar sebagai pemenang di setiap pertarungannya karena itu pihak kerajaan Majapahit mengutus Taming Sari dalam suatu pertemuan bertarung melawan Hang Tuah. Taming Sari memandang rendah Hang Tuah sewaktu mereka bertemu dalam suatu pertarungan, ia memandang sebelah mata kepala Hang Tuah. Taming Sari mengatakan Hang Tuah bukanlah tipe seorang pendekar dengan gaya bicaranya yang santun, rendah hati, penyabar dan murah senyum. Taming Sari mengejek Hang Tuah lebih layak menjadi pujangga, Hang Tuah tetap tersenyum menjawab semua cacian Taming Sari dengan bahasa yang santun dengan kerendahan hatinya apalagi Taming Sari melihat Hang Tuah tidak menggunakan senjata apapun kembali Taming Sari mengejek bahwa Hang Tuah hanya mengantarkan nyawanya sia – sia saja karena Taming Sari yakin dan percaya diri, dengan sifat arogan dengan angkuhnya ia yakin dengan mudah dapat membunuh Hang Tuah. Pendekar yang menggunakan senjata saja tidak mampu menandingi kehebatan ilmu bela diri Taming Sari dan keris saktinya apalagi seorang pemuda dari tanah seberang ini, Hang Tuah. Taming Sari begitu memandang rendah Hang Tuah.
Taming Sari segera menghunuskan keris sakti ke arah Hang Tuah, Hang Tuah memiringkan sedikit badannya. Serangan Taming Sari mengenai sasaran yang kosong dengan sigap Hang Tuah menarik tangan kanan Taming Sari yang menggenggam keris, ia menggunakan atau meminjam tenaga Taming Sari yang maju menyerang untuk menjatuhkan Taming Sari, disaat tangannya menarik kaki Hang Tuah pun mengganjal kaki Taming Sari, dengan cepat tangan kiri Hang Tuah menghantam tengkuk Taming Sari yang oleng, Taming Sari pun terjerembab jatuh tersungkur mencium tanah, keris digenggamnya terlepas dengan sigap Hang Tuah melompat merebut keris itu dan menikamkannya ke Taming Sari yang masih oleng berdiri. Taming Sari mati oleh kerisnya sendiri padahal kalau Hang Tuah mau dari awal pertarungan ia sudah bisa mengalahkan Taming Sari. Hang Tuah hanya ingin menjajal kemampuan Taming Sari sampai dimana dengan cara menghindar Hang Tuah bisa mengukur kehebatan ilmu bela diri lawannya kini keris Taming Sari berpindah tangan. Hang Tuah sekarang pemiliknya namun Hang Tuah memberikan keris itu kepada Sultan. Nama Hang Tuah semakin terkenal, ia dijuluki oleh penduduk setempat dengan julukan “Laksmane gagah perkase”, namun sayang, diantara pembesar kerajaan ada yang iri melihat kesuksesan Hang Tuah. Mereka mengatur siasat keji untuk melenyapkan Hang Tuah, mereka menghasut raja dengan menuduh Hang Tuah menjalin kasih dengan dayang Sultan. Sultan termakan hasutan, serta merta ia mnghukum mati Hang Tuah.
Untuk eksekusinya Sultan mempercayakan kepada perdana menterinya. Perdana menterinya tau bahwa Hang Tuah tidak bersalah, ia menyembunyikan Hang Tuah pada suatu tempat, ia ingin menyelesaikan kasus ini. Siapa yang tega menjadi dalangnya di balik semua ini. Sultan dan pembesar kerajaan percaya bahwa Hang Tuah telah mati, ini dibuktikan dengan baju Hang Tuah yang telah berlumuran darah juga cincin dan gelang dari akar milik Hang Tuah yang ditunjukkan perdana menteri pada Sultan. Sultan pun mengangkat Hang Jebat menjadi panglima dan menyerahkan keris Taming Sari kepada Hang Jebat. Dengan keris Taming Sari, Hang Jebat melancarkan pemberontakan balas dendam terhadap Sultan Masyur Shah, ia menganggap keputusan yang diambil Sultan tidak adil dan salah dengan menghukum mati Hang Tuah seharusnya Sultan harus meneliti masalah tersebut baru bisa mengambil tindakan seperti Hang Tuah. Hang Jebat pun tak kalah hebat dalam hal ilmu bela diri apalagi keris sakti Taming Saring di tangannya, menambah kehebatannya tidak ada satu hulubalang dan pendekar lain pun yang bisa mengalahkan Hang Jebat. Hang Jebat membuat situasi yang kelam di istana kerajaan hingga Sultan harus mengungsi. Hang Jebat membunuh pembesar istana yang dulu pernah menghasut Sultan untuk menghukum mati Hang Tuah. Awalnya memang Hang Jebat ingin balas dendam atas kematian sahabatnya namun aura jahat yang berada di keris itu mempengaruhi Hang Jebat. Hang Jebat menjadi arogan dan bertindak semena-mena. Ia terpengaruh oleh hawa jahat yang dipancarkan keris Taming Sari. Dipengungsiannya bersama perdana menteri, Sultan yang merasa bersalah telah menghukum mati Hang Tuah karena Sultan percaya bahwa hanya Hang Tuahlah yang dapat mengalahkan Hang Jebat. Perdana menteri yang mendengar penyesalan Sultan menjelaskan bahwa Hang Tuah belum mati, ia menyembunyikan Hang Tuah di suatu tempat. Sultan pun meminta perdana menterinya memanggil Hang Tuah. Hang Tuah pun menghadap Sultan. Sultan mencabut hukuman Hang Tuah dan mengampuninya. Sultan meminta maaf kepada Hang Tuah atas kekeliruan ini.
Hang Tuah berjanji untuk menyelesaikan masalah ini dengan Hang Jebat. Tak lama Hang Tuah pun menuju istana dimana kini Hang Jebat berada. Sebagai sahabat Hang Tuah menasehati Hang Jebat untuk menyerahkan diri. Ia akan meminta pengampunan Sultan agar Hang Jebat jangan di hukum mati namun Hang Jebat tidak menerimanya, aura jahat dari keris itu menguasai Hang Jebat malah ia mengajak Hang Tuah untuk bertarung. Dari pancaran mata Hang Jebat, Hang Tuah tau bahwa Hang Jebat berada di bawah pengaruh hawa jahat keris Taming Sari. Perkelahian tak terelakkan lagi, setelah melewati pertempuran yang melelahkan beberapa hari di saat mereka bergulingan memperebutkan keris itu, tanpa sengaja keris itu tertikam di perut Hang Jebat. Hang Tuah menyesali kejadian itu, Hang Jebat tidak langsung mati, ia membalut lukanya dengan kain cindai. Kembali ia keluar memasuki perkampungan dan mengamuk, Hang Tuah mengikutinya karena banyak darah yang keluar dari perut Hang Jebat. Ia kehabisan darah dan meninggal di pangkuan Hang Tuah. Hang Tuah menangisi kepergian sahabatnya, ia menggenggam kain cindai yang tadi dipakai Hang Jebat untuk membalut lukanya. ( kain cindai adalah kain tenunan sutra halus yang bermutu tinggi biasanya kain cindai disebut juga dengan kain Limar keistimewaan kain cindai dapat menahan senjata tajam dengan sulaman ayam berganda ikat kembar membuat kain cindai sangat kuat dan bermutu tinggi juga pembuatan kain cindai memerlukan keahlian yang tinggi dari pembuatnya. Ini menyebabkan harganya menjadi sangat mahal biasanya menjadi simbol status sebagai bangsawan dan hartawan. Kain cindai tersebut bisa juga dijadikan senjata yang ampuh bagi pemiliknya ).
Setelah wafatnya Hang Jebat, Hang Tuah kembali membaktikan dirinya pada negerinya untuk membantu Sultan memakmurkan rakyatnya. Petuah Hang Tuah yang sangat terkenal yaitu “takkan melayu hilang di bumi”. Sementara petuah atau ungkapan Hang Jebat yang sangat terkenal ialah “raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah”, suatu maksud untuk menuntut keadilan
Hari sangat tertarik mendengar cerita Mak Biah yang diketahui Mak Biah secara turun temurun dari kakek dan neneknya dengan seksama ia mendengar cerita Mak Biah. “jadi Har, hendaklah awak macam Hang Tuah, selalu tinggi budi pekerti, penyabar dan sayang sesame yang laen, jangan ilmu silat tu menjadi awak temberang dan besa kepale”, ujar Mak Biah selesai menceritakan hikayat Hang Tuah. “iye nek, kami selalu ingat pesan nenek”, jawab Har yang dapat memetik hikmah dari cerita Mak Biah.
“kalau macam tu cepat balek, minta maaf same mamak awak, siap tu belaja, hari ini toksalah ke bengkel, pakcik awak ngertinye itu”, Mak Biah menasehati Har. “iye nek, makasih nek”, Har mencium tangan Mak Biah sebelum pamit kembali ke rumahnya. Mak biah memanggil Har kembali, Har mendatangi Mak Biah “tunggu kejap”, mak Biah masuk ke dalam kamarnya, Har menunggu di luar tak lama Mak Biah keluar dari kamarnya sambil membawa sebuah cincin.
“ini cincen dari tandok ruse, awak pakai Har, awak jage bile mase awak nak betumbok, awak pandang cincen itu, awak ingat pesan ninek karne semue masalah tak harus diselesaikan dengan begadoh”, Mak Biah memberikan cincin dari tanduk rusa itu kepada Hari bermaksud agar Hari selalu ingat pesan Mak Biah untuk tidak menggunakan ilmu bela dirinya pada sembarangan tempat. “makaseh nek, kami janji kami akan rawat cincen ini, kami tak kelahi lagi”, Hari sangat senang menerima pemberian dari Mak Biah berupa cincin dari tanduk rusa, “cincen tu besa, longga di jari awak, pakai je di ibu jari”, ujar Mak Biah lagi. “iye nek”, sahut Har. Har kembali ke rumahnya, Har minta maaf kepada ibunya dan berjanji tidak akan berkelahi lagi. Ibunya memaafkan Hari, ibunya pun bertanya tentang cincin yang berada di ibu jari Har. Har menjelaskan kepada ibunya tentang cincin pemberian neneknya agar Har selalu menjaga cincin itu dan tidak menggunakan lagi ilmu bela dirinya di sembarang tempat.
Putri pun paham maksud cerita Hari, ia segera menyuruh Hari makan, Hari mengatakan sudah makan di rumah neneknya. Putri pun menyuruh Har untuk tidur sebentar, malam saja baru belajar. Hari menuruti perkataan ibunya. Semenjak kejadian itu, kelompok Topan cs menjadi segan sama Hari, mereka sadar bahwa Hari bukan tandingan mereka, dikeroyok pun Hari tetap tangguh, kini Dinda dan Azizah merasa nyaman disekolah mempunyai perlindungan semacam Hari.
Suatu hari sepulang dari bengkel Pajar mengajak Tamrin kerumahnya, Hari, Pajar dan Tamrin berjalan menuju rumah Pajar, setelah istirahat sejenak sambil minum teh Pajar membuka pembicaraannya “tam, besok kau aja har karate, soal honor kau ngaja aku yang baya!, kau kan lame belaja karate, dan paham jurus – jurusnye tolong ajakan itu same har”, ujar Pajar “ape hal bang, Hari kan mured abang, Hari tu hebat besilat, ngape nak belaja karate lagi?” Tamren bertanya keheranan, “itulah masalahnye tam, seminggu yang lalu Hari betumbok, die dikeroyok 3 orang, kate Azizah 3 orang tu tebuntang tesungko kat tanah, tangan, muke, hiung dan bibe orang tu bedarah, padahal Azizah becerite har hanye menarek tangan lawan dan memanjat kaki lawan, har tidak menutupnye dengan satu pukulan, kalau sempat har memukol benyailah budak tu besepai!”, Pajar menghentikan sejenak ceritanya, ia menyalakan rokoknya lalu menyambung pembicaraannya, Tamren mendengar dengan seksama, sementara Hari hanya tertunduk disebelah Pajar, “maksud aku Tam, bialah Har menggunakan jurus – jurus karate yang kau ajarkan kelak sebagai jage diri die, bile dalam keadaan tedesak je die boleh menggunakan silat panglime atau silat laksmane karna kau tau Tam, silat laksmane menyerang titik – titik yang mematikan lawannye”, Pajar menyambung pembicaraannya. Tamren kenal benar dengan Pajar karena Tamren sahabat Pajar sewaktu mangkal di simpang muka kuning. Tamren pun tau dengan silat panglime atau silat laksmane yang dimiliki Pajar menjadikannya orang yang paling disegani baik kawan maupun lawan, kini Tamren paham mengapa Pajar memintanya untuk mengajarkan karate pada Hari seperti halnya Pajar, Tamren pun telah bertobat dan kembali ke jalan yang benar, melihat Tamren yang sudah insaf, Pajar mengajak Tamren untuk bekerja di bengkelnya dan kini Tamren bekerja di bengkel Pajar.
“iyelah kalau macam tu masalahnye, besok aku bisa mulai melatih Har, bise kite mulai besok Har?”, Tamren menoleh Har. “insyaallah pakcik Tamren, mane baek pakciklah kami siap belateh same pakcik”, dengan mantap Har menjawab pertanyaan Tamren. Tak lama Tamren pun pamit pulang kepada Pajar dan keluarganya.
Keesokan harinya Tamren mulai melatih Har, setiap sore Har berlatih tidak memakan waktu yang lama Har belajar karate dari Tamren. Dalam waktu 6 bulan Har sudah mahir menggunakan jurus-jurus karate karena pada dasarnya Har telah menguasai ilmu silat sehingga ia dengan mudah menyerap jurus – jurus karate. Pajar pun masih tetap melatih Har, terus mengasah mata batin Har.
Kini Har telah duduk di bangku SMP bersama Azizah, mereka satu kelas dan satu sekolahan dengan Dinda cuma bedanya Har dan Azizah duduk di kelas satu dan Dinda duduk di kelas tiga. Persahabatan mereka tetap terjalin erat, pada suatu turnamen kejuaraan karate tingkat junior yang diselenggarakan di Batam se Provinsi Kepulauan Riau. Hari keluar sebagai pemenang setelah di final mengalahkan Topan. Semenjak perkelahian waktu SD dulu, Topan belajar karate. Ia berlatih dengan keras dan tekun, ia ingin seperti Har, namun waktu di final ketika ia kembali bertemu dengan Har dalam suatu turnamen kejuaraan karate terbuka tingkat junior, dengan mudah ia dikalahkan Har. Har terlalu tangguh baginya, dendam di hati Topan makin membara, ia ingin kelak membuat perhitungan dengan Har.
Har mewakili propinsi Kepulauan Riau bertanding di turnamen terbuka di tingkat nasional, di tingkat nasional pun Har mampu bertahan menyisihkan beberapa perwakilan dari propinsi lain se Indonesia. Har tampil sebagai juara di tingkat nasional setelah di final mengalahkan perwakilan dari Jakarta, kini Har mewakili Indonesia berlaga di kancah yang lebih besar lagi yaitu turnamen kejuaraan karate terbuka tingkat dunia. Disini Har tampil sebagai juara kedua setelah di final dikalahkan karateka dari Jepang dalam suatu kacurangan yang dilakukan pihak penyelenggara mengatakan perwakilan karateka dari Jepang menang dengan angka yang tipis, pihak penyelengngara tidak ingin melihat perwakilan Jepang dipermalukan karena memang ilmu bela diri karate berasal dari negeri sakura yaitu Jepang. Har tetap bersikap ksatria menerima keputusan itu dengan ke

1 komentar:

  1. mkasih gan ,,, postingan yang bagus dan bermanfaat ini layaknya di share ajja ,, nih saya bantu ngeshare ,, ,, jgn lupa kunbal nya anprat.blogspot.com tmakasih skali lagi gan

    BalasHapus