Tentang rindu
bag. 2
Putri pun menyempatkan memetik gitar sejenak menyanyikan satu dua lagu
ditemani suaminya sebelum mereka tidur, tapi belakangan ini setiap
selesai makan malam Benu langsung menuju kamar dan langsung tidur dengan
alasan kecapekan karena sering kerja lembur. Putri coba mengerti dengan
keadaan ini, tak jarang Putri hanya makan malam sendiri karena Benu
sudah makan di kantin perusahaan tempat Benu bekerja. Noni dan Santi
selalu memberi nasehat yang positif kepada Putri disaat hamil Putri
sengaja menutup sementara tempat prakteknya dan tetap menjalankan
tugasnya sebagai Dokter di puskesmas tempat Putri bekerja, kasihan janin
yang di kandungnya, jika kelelahan dengan aktivitas sang ibu. Jika sore
hari sambil menunggu suaminya pulang, Putri sering duduk di rumah
tetangga sebelah yang bernama Mak Biah. Mak Biah seumuran ibunya Putri
mungkin lebih tua sedikit. Putri menganggap Mak Biah seperti ibu
kandungnya sendiri apalagi menantu Mak Biah si Mirna istrinya Pajar juga
sedang hamil sama seperti Putri. Mak Biah ibunya Pajar berasal dari
Kepulauan Riau tepatnya Dabosingkep, logat bicara Mak Biah dan Pajar
sama seperti Her yaitu bahasa melayu. Dulu di saat Putri baru menempati
rumah barunya beberapa tetangga pernah mengingatkan Putri untuk menjaga
jarak dan berhati – hati dengan Pajar karena Pajar seorang preman yang
mangkal di simpang Muka Kuning. Pajar sering pulang ke rumah dalam
keadaan mabuk, tak jarang tidur di teras rumah dalam keadaan mabuk.
Sering terdengar kabar terjadi perkelahian di sekitar simpang muka
kuning atau di tempat lainnya oleh Pajar dan teman-temanya, namun di
kompleks perumahannya Pajar selalu berusaha berlaku sopan dan tidak
mengganggu tetangganya. Pajar sangat menyayangi ibunya, di saat ibu
Pajar sakit parah dulu dengan ringan tangan Putri mengobati ibu Pajar
tanpa minta imbalan sepeser pun. Putri menganggap Mak Biah seperti
ibunya sendiri, Putri menolak uang perobatan pemberian Pajar dengan
alasan “tak layak jika seorang anak minta dibayari saat mengurus ibu
kandungnya”, Pajar terharu mendengar perkataan Putri. Pajar menganggap
Putri seperti kakak kandungnya sendiri karena Putri menganggap ibunya
seperti ibu sendiri. Ia berjanji akan menjaga Putri seperti ia menjaga
ibunya. Putri sangat senang mendengarnya, kini Pajar telah banyak
berubah setelah ia berumah tangga. Pajar seorang pekerja keras, ia tidak
lagi minum – minuman keras dan tidak lagi mangkal di simpang muka
kuning dengan cap sebagai preman. Semua kelakuan – kelakuan buruknya ia
tinggalkan. Ia membuka bengkel motor kecil di samping pintu masuk
kompleks perumahan Batu Aji, kadang malamnya Pajar menjadi supir taksi.
Pajar lebih banyak mendekatkan diri kepada Allah, lebih sering ke masjid
dan ikut dalam pengajian – pengajian. Mak Biah pun sangat bahagia
melihat Pajar yang telah kembali ke jalan yang benar, doa – doanya
selama ini telah di dengar Yang Maha Kuasa. Dulu banyak tetangga yang
memandang Pajar dengan tatapan sinis, kini mereka semua sangat baik pada
Pajar. Pajar juga pernah mengatakan pada Putri “lebih bagus dibilang
orang bekas penjahat daripada dibilang orang bekas orang baik – baik”,
ucapan itu dibuktikan Pajar dengan tingkah laku dan semangatnya dalam
bekerja tak lupa bertaubat mendekatkan diripada Allah. Gelora darah muda
yang membuat Pajar jadi beringas, Pajar tak pernah memulai perkelahian
namun di setiap perkelahian Pajar selalu tampil sebagai pemenang dan ia
disegani preman – preman lainnya. Mereka akan ciut jika harus berurusan
atau mendengar nama Pajar. Dari cerita Mak Biah, Pajar yang dari kecil
mendapat tempaan dan gemblengan kakeknya dalam hal ilmu bela diri tidak
semua orang dapat menguasai ilmu bela diri yang diajarkan kakeknya
kepada Pajar. Sejenis ilmu bela diri langka yang diberi nama “silat
panglime” yang dulu dikuasai Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang
Lengkui dan Hang Lekir yang dikemudian hari diajarkan Hang Tuah kepada
panglima dan raja melayu turun temurun. Kakek buyut Pajar dulu masih
tergolong keluarga kerajaan dengan gelar Tengku sampai ke Pajar pun nama
Tengku tetap dipakai yaitu Tengku Pajar Alimuddin. Kakek buyut Pajar
juga menguasai ilmu bela diri tersebut dan mengajarkannya kepada
keturunannya turun temurun dan kini Pajar pun menguasai ilmu bela diri
tersebut.
Dengan bertambahnya usia, membuat Pajar sadar dan kembali ke jalan
yang benar bahwa dengan memiliki ilmu bela diri tidak harus membuat
seseorang merasa hebat dan bersifat arogan malah harus sebaliknya,
menolong yang lemah. Dengan ilmu bela diri kita melakukan kebaikan –
kebaikan di jalan Allah berlapis sifat sabar, ikhlas dan ridho. Sekarang
Pajar selalu bersyukur kepada Allah dengan apa yang ia peroleh semoga
menjadi berkah untuk menghidupi keluarganya.
Putri sangat terkesan mendengar cerita Mak Biah, tak terasa hari pun
mulai gelap telah menandakan waktu Maghrib. Putri pun permisi dan
pulang ke rumahnya yang tak jauh dari rumah Mak Biah. Malamnya selesai
sholat Isya Benu baru pulang. Putri menyiapkan makan malam dan mengajak
Benu untuk makan malam namun setelah mandi Benu mengatakan bahwa ia
sudah makan di kantin perusahaan karena tadi lembur. Putri pun makan di
temani Noni dan Santi. Sementara Benu langsung menuju kamar dan tidur.
Selesai makan Putri istirahat sejenak ngobrol bersama Noni dan Santi.
Tak lama Putri pun menuju kamarnya, sebelum tidur sejenak ia memetik
dawai gitar dengan suara perlahan ia menyanyikan lagu dengan judul
“terpatah hati” yang ada di dalam buku lagu Her.
Adapun lirik lagunya sebagai berikut:
Terpatah Hati
Cipt. Iwan Sekopdarat
Amn
Ternoktah titik akan satu tinta
E Amn
Merangkai aksara merajut cerita
Amn
Terpatah hati akan satu cinta
E
Bertikai asmara berkabut dirasa
Dmn Amn
Andai biru sutra yang berseri
E Amn
Sekapur sirih indah menawan hati
Dmn Amn
Cinta yang kau puja melukai
E Amn
Menoreh tertanam tersakiti
Amn Amn
Reff Merana diri, merana diri
E Amn
Cinta di dustai, cinta di dustai
Amn Amn
Terpatah hati, terpatah hati
E Amn
Hai terluka kini, terluka kini
Dmn Amn Dmn Amn
Kemana ku bawa pergi, luka hati tersakiti
E Amn
Biarlah aku berserah diri
( Lagu “Terpatah Hati” bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
Tak terasa usia kandungan Putri sudah sembilan bulan, tinggal
menunggu harinya saja. Sore jumat pukul 18.00 WIB tepat sepuluh hari di
rumah seorang bidan yang tak jauh dari rumahnya. Putri melahirkan
seorang bayi yang berkelamin laki – laki. Bayi yang sehat dan lucu
menangis kuat tak lama ia hadir di dunia. Di rumah bidan itu Putri
ditemani oleh Noni, Santi dan Mak Biah. Noni menelpon Benu
memberitahukan bahwa Putri sudah melahirkan seorang bayi laki – laki.
Tak lama Benu pun datang, ia sangat bahagia dengan hadirnya seorang bayi
darah dagingnya sendiri. Putri disarankan bidan untuk istirahat satu
malam di rumah sakit tersebut karena kondisi Putri masih lemah. Putri
memberikan asi pertamanya kepada anaknya.
Keesokan harinya Putri baru diperbolehkan pulang, Putri melihat mata
bayi itu mengingatkan Putri pada seorang yang tidak asing baginya. Dari
paras wajahnya bayi itu terlihat tampan dengan alis matanya yang lebat
dan tatapannya yang tajam. Siang harinya Siska, Reno, Ros, Desi, Dewi,
Frans dan istrinya menjenguk Putri di rumahnya. Siska sempat mengatakan
bahwa mata bayi itu mirip dengan mata Her, Putri hanya tersenyum
mendengarnya. Mendapat kabar bahwa Putri telah melahirkan seorang bayi
laki-laki, keluarga yang ada di Jogja sangat bahagia apalagi kedua orang
tua Putri kini mereka menjadi seorang kakek dan nenek. Hanya ibu Putri
saja yang bisa datang ke Batam sementara Pak Hendra terlalu banyak
pekerjaan yang harus diselesaikan juga Dinda yang masih duduk di bangku
kuliah. Ibu Putri saja yang mewakili mereka menjenguk Putri. Putri
sangat senang dan gembira ketika mamanya datang menjenguknya. Tak henti –
henti mamanya menatap wajah bayi mungil itu, ibu Putri pun tidak bisa
berlama –lama di Batam karena di Jogja pun pekerjaan mamanya masih
menumpuk. Bu Hendra hanya sebulan menemani putrinya. Setelah acara
syukuran, potong rambut, penambalan nama serta akikah dan menurut hukum
Islam yang berlaku. Mamanya Putri kembali ke Jogja tak lupa ia membawa 2
album foto bayi mungil itu untuk dilihat kakek dan tantenya di Jogja
nanti. Nama bayi mungil itu adalah Hari Subanu, mereka memanggilnya
dengan sebutan Ari tapi mamanya atau neneknya Ari lebih sering
memanggilnya dengan sebutan Har.
Setelah Putri benar – benar pulih dan habis masa cutinya, Putri
kembali bekerja bertugas sebagai Dokter di puskesmas tempatnya bertugas
sebelumnya. Rumah yang dulunya sepi kini terasa lebih berwarna dengan
hadirnya bayi laki-laki yang bernama Hari Subanu anak dari Benu (Subenu)
dan Putri ( Putri Wulandari ). Hari diasuh oleh Mak Biah ibunya Pajar.
Istri Pajar si Mirna sebulan lebih dulu melahirkan dari Putri. Mirna
melahirkan di kampung halamannya di Dabosingkep sementara waktu, Pajar
menutup bengkelnya karena menemani istrinya di kampung. Mirna melahirkan
seorang bayi perempuan. Pajar memberi nama bayi itu Syaripah Azizah.
Pajar dan Mirna pun sangat senang mendengar kabar dari ibunya Mak Biah
bahwa Putri juga sudah melahirkan dengan selamat seorang bayi laki –
laki.
Mak Biah sangat menyayangi Har, ia menganggap bayi itu seperti
cucunya sendiri. Satu bulan setengah Pajar di kampung halamannya, ia
kembali ke Batam seorang diri, anak dan istrinya tidak ikut karena
Azizah masih kecil dan Pajar tak tega membawanya apalagi Mirna dan Pajar
telah sepakat nanti saja setelah setahun umur Azizah baru mereka
kembali ke Batam. Biarlah saat ini Mirna dan bayinya di rumah orang
tuanya dulu. Sementara Pajar kembali ke Batam meneruskan usahanya. Pajar
pun sadar dengan membuka bengkel motor hasilnya tak seberapa, kebutuhan
hidup di Batam sangatlah tinggi jauh berbeda dengan kehidupan di
kampung halamannya. Biarlah 3 bulan sekali Pajar yang menjenguk istri
dan anaknya, jarak Batam – Dabosingkep pun tidak begitu jauh kurang
lebih 5 jam setengah perjalanan karena terdiri dari pulau – pulau,
mereka menyebranginya menggunakan kapal feri.
5 tahun sudah kini usia Hari, ia tumbuh menjadi anak yang cerdas.
Hari dan Azizah di asuh oleh Mak Biah. Hari dan Azizah sudah seperti
saudara sendiri, dua tahun belakangan ini, rumah tangga Putri dan Benu
yang dulunya harmonis kini goncang dengan hadirnya orang ketiga kekasih
gelapnya Benu. Seminggu yang lalu, siang harinya Putri memergoki Benu
sedang asyik berduaan dengan kekasihnya di salah satu pusat perbelanjaan
di Kota Batam. Benu tak bisa menghindar dari kenyataan ini, Putri
memang sengaja menahan gejolak hatinya yang begitu panas oleh api
cemburu melihat suaminya bergandeng mesra dengan seorang wanita di pusat
perbelanjaan tersebut, ia hanya diam lalu pulang ke rumah dan menunggu
Benu di rumah.
Sorenya Benu baru pulang, di rumah terjadi pertengkaran hebat antara
Benu dan Putri. Mak Biah yang tak jauh dari rumah mereka mendengar
keributan itu segera datang dan membawa Hari ke rumahnya. Mak Biah tak
ingin Hari yang masih kecil melihat dan mendengar pertengkaran orang
tuanya. “siapa wanita itu mas”, tanya Putri dengan mata berkaca. Benu
hanya diam bungkam seribu bahasa. “tak ku sangka, mas setega itu
padaku!! Memang aku salah apa mas, apa aku tak menarik lagi bagimu”,
Putri mengguncang – guncang pundak suaminya. Benu menepis tangan
istrinya “kau tanyakan sendiri pada hatimu, mengapa kau tidak bisa
melupakan Her!!”, Benu coba memberi alasan “aku suamimu Put, kamu lihat
Hari, matanya mirip Her, wajahnya pun mirip Her, itu tandanya dalam
hatimu masih ada Her!”, tambah Benu dengan ketus.
“astaghfirullahal adzim, ngucap mas, sampai hati kau masih membenci
orang yang sudah 10 tahun meninggal dunia. Hari anak kita mas, darah
dagingmu sendiri jika pun Hari mirip Her itu kehendak Yang Maha Kuasa,
aku tak pernah membanding – bandingkanmu dengan Her, Her masa laluku,
kenanganku engkau masa depanku yang menjadi imam di keluarga ini. Aku
mencintaimu mas, aku mencintai Hari anak kita, aku mencintai keluarga
ini dengan segenap jiwa ragaku. Jangan ini semua kau jadikan alasan
untukmu berselingkuh”, air mata Putri tadi tertahan kini tidak
terbendung lagi, Putri menangis terisak, Benu terdiam seakan menyesali
perkataannya. “dari hamil dulu pun aku sudah mendengar kabar bahwa mas
ada main dengan wanita lain namun aku masih tetap bersabar dan tak
percaya dengan semua omongan orang sebelum aku membuktikannya, aku
kecewa sekali padamu mas, aku sangat kecewa”, Putri terus terisak.
“aku pun kecewa Put, mengapa engkau masih sering menyanyikan
lagu-lagu ciptaan Her dan memetik gitar Her, sewaktu hamil dulu kau
selalu memainkan gitar itu!!”, dengan suara tertahan Benu kembali
membuat alasan. Putri hanya geleng – geleng kepala tidak menyangka Benu
setega itu. “oke mas, jika itu masalahnya aku minta maaf, aku ingin
keluarga ini tetap utuh, jangan kau suruh aku untuk membuang gitar dan
buku itu mas, itu titipan dari keluarga orang yang sudah meninggal.
Biarlah gitar dan buku itu kuberikan pada sahabatnya, Reno masih di
Batam mas!!”, Putri segera menuju kamar, tak lama ia keluar membawa
gitar dan buku lagu yang dulu pernah dititipkan keluarga Her padanya.
“aku pergi dulu mas ke rumah Siska, memberi gitar dan buku ini pada
Reno, assalamu’alaikum”, ujar Putri. Benu hanya tertunduk, ia pun sangat
menyesal dengan semua perkataannya. Putri berlalu dari hadapannya, Benu
tak kuasa menahannya, ia pun merasa bersalah tak seharusnya ia
mengungkit masa lalu Putri. Putri pun keluar, ia menuju ke rumah Mak
Biah dan membawa Hari. Putri pun berjalan menuju jalan raya menyetop
taksi. Taksi melaju ke arah perumahan MKGR. Setibanya di perumahan MKGR
taksi berhenti. Putri segera turun dan membayar ongkos taksi, dengan
menggandeng tangan Hari Putri berjalan menuju rumah Siska. Siska yang
membukakan pintu terkejut melihat Putri yang datang bersama Hari sambil
membawa gitar dan buku. Putri langsung memeluk Siska, ia pun menangis di
bahu sahabatnya. Reno yang baru pulang kerja merasa iba melihat Putri
menangis tersedu di bahu Siska. Reno masuk ke dalam rumah, ia
menggendong Hari yang dari tadi hanya berdiri tegak di samping ibunya.
Di dapur Reno melihat Dinda putrinya yang masih berumur 7 tahun sedang
membantu Ros memasak, memang tadi sebelum Putri datang, Ros membantu
Siska memasak di dapur. Hari ini Ros kerja masuk malam, sementara Desi
dan Dewi masuk pagi, mereka belum pulang. Reno membiarkan Hari di dapur
bermain bersama Dinda. Reno kembali ke ruang tamu, Putri yang sudah
menyeka air matanya bercerita kepada Siska tentang pertengkarannya
dengan Benu tadi. Dengan mata kepala Putri sendiri ia melihat Benu
suaminya bergandengan mesra dengan seorang wanita di salah satu pusat
perbelanjaan kota Batam, dan sampai hati Benu membuat dan mencari alasan
tentang masa lalu Putri. Benu seakan tidak terima ketika melihat Hari
anaknya sangat mirip dengan Her, Benu menuduh Putri masih mencintai Her.
Siska dan Reno hanya menggeleng – gelengkan kepalanya saja mendengar
cerita Putri “begitu malang nasib Her yang jelas – jelas sudah lama
tiada masih dijadikan alasan bagi Benu untuk menutupi perbuatan
buruknya”, ujar Reno tertahan. Putri pun menyerahkan gitar dan buku lagu
pada Reno, Putri berpesan agar Reno menjaga gitar dan buku itu. Reno
terharu menerimanya, Reno juga mengatakan akan menyimpan baik – baik
barang – barang tersebut. Putri hanya ingin keluarganya utuh, harmonis
seperti dulu lagi karena Hari Putranya dan Benu suaminya adalah masa
depannya, masa lalunya biarlah ia kubur dalam – dalam. Semenjak berumah
tangga pun Putri tidak pernah lagi berziarah ke makam Her, Putri tak
ingin Benu beranggapan lain pada Putri, paling Frans dan Reno saja yang
rajin membersihkan kuburan sahabatnya.
Setelah memberikan gitar dan buku itu, Putri kembali pulang ke
rumahnya bersama Hari. Sesampainya di rumah Benu langsung meminta maaf
kepada Putri dan berjanji kepada Putri untuk tidak mengulangi
kesalahannya. Benu menangis di depan Putri, tak seharusnya ia mencari
alasan masa lalu Putri sebagai penutup kelakuan jeleknya walau terluka
Putri pun memaafkan Benu. Putri tetap ingin melihat keluarganya tetap
utuh seperti dulu lagi apalagi Benu dilihatnya benar – benar menyesali
perbuatannya. Ini dibuktikan Benu dengan mengajak Putri ke makam Her.
Keesokan harinya walau Benu tidak pernah langsung bertatap muka dengan
Her namun ia sering mendengar tentang Her semasa hidupnya dari Mila,
Siska dan Reno. Benu hanya kenal Her lewat foto Her yang ada di rumah
Reno, di makam Her Benu memanjatkan doa moga Her mendapat tempat yang
layak di sisi Yang Maha Kuasa. Benu merasa sangat berdosa melibatkan Her
untuk menutupi kelakuan jeleknya. Tak seharusnya ia cemburu buta
seperti itu kalaulah bisa Benu berpikiran jernih harusnya Benu bisa
lebih mencintai Putri daripada dulu sebagaimana Her mencintai Putri
bukan dihantui oleh bayang – bayang Her, mungkin saja dengan hadirnya
Hari, Tuhan menunjukkan kepada Benu agar tidak terlalu membenci Her
karena dulu waktu pertama mereka berumah tangga Benu sempat melarang
Putri untuk berziarah lagi ke makam Her. Putri pun menuruti kemauan
Benu, Putri tidak ingin mencari keributan di rumah tangganya.
Begitulah cobaan dalam rumah tangga yang menimpa Putri. Putri coba
bersabar dan memaafkan Benu. Benu telah berjanji untuk tidak mengulangi
perbuatan jeleknya dan Benu pun berusaha untuk mencintai keluarga
seutuhnya dengan hadirnya buah hati mereka yaitu Hari yang sangat mirip
dengan Her dan merupakan satu teguran buat Benu yang dulu sangat
membenci Her walaupun Her telah tiada 10 tahun silam. Benu tetap
melarang Putri untuk berziarah ke makam Her, Benu mengakui kekhilafannya
selama ini. Beu ingin mencintai Putri. Her adalah masa lalu Putri,
suatu kenangan dalam hidup Putri yang tak bisa dilupakannya. Seharusnya
Benu menggenggam jemari Putri dan Hari, meraih masa depan menjadikan
keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah semoga Her akan bahagia di
alam sana dengan semua cita – cita Benu bukan rasa cemburu yang tidak
beralasan apalagi selama ini Putri tidak pernah sedikit pun membanding –
bandingkan dengan Her. Putri pun tidak pernah mengungkit lagi masa
lalunya bersama Her kepada Benu. Putri hanya ingin keluarganya tetap
utuh dan harmonis. Benu saja yang terlalu dihantui rasa cemburunya.
Setelah Putri mendengar panjang lebar penjelasan dari Benu, Putri
pun terharu kini Putri telah benar-benar memaafkan Benu. Putri
berpikiran tidak ada manusia yang hidup di dunia ini sempurna jika
manusia itu mengakui kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulangi
perbuatannya setidaknya manusia tersebut mencoba untuk melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik, Tuhan saja memaafkan dan mengampuni
hambanya jika berlaku khilaf apalagi kita sesama umatnya harus saling
memaafkan. Kini keluarga itu kembali harmonis penuh dengan tawa dan
canda. Mak Biah, Pajar dan istrinya sangat senang mendengar kabar
keluarga Putri kembali harmonis seperti semula.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, hampir sebulan Putri
merasakannya. Putri yang sedang bertugas di puskesmas tempatnya bekerja
mendapat telepon dari pihak rumah sakit yang berada di Sekupang,
mengatakan bahwa Benu suaminya mengalami kecelakaan dijalan raya,
bersama seorang wanita, Putri yang tidak kuat mendengarberita tersebut
segera menelfon Siska untuk menemaninya kerumah sakit yang berada di
Sekupang, Reno sengaja mencarter sebuah taksi untuk membawa mereka
menuju rumah sakit, diperjalanan Siska dan Reno bercerita bahwa tadi
siang Benu ke rumah mereka, pikiran Benu kalut. Pagi tadi ditempat kerja
Benu diberitahukan kekasihnya yang masih satu perusahaan dengan berita
yang sangat mengejutkan. Kekasih Benu tersebut telah hamil dan ia minta
pertanggung jawaban dari Benu. Padahal sebulan sebelumnya Benu sudah
memutuskan hubungan dengan wanita itu.
Terjadi pertengkaran Benu dan Wanda kekasihnya. Tak lama Benu keluar
minta izin dari pihak perusahaan dengan alasan sakit. Benu langsung
menuju kafe terdekat, ia minum beberapa kaleng bir hitam pikirannya
kalut padahal ia telah berjanji untuk tidak melakukan perbuatan ini lagi
kepada Putri dengan minum – minuman keras namun saat ini pikiran Benu
sangat buntu, imannya sangat lemah hingga lari ke minuman beralkohol
saat menghadapi masalah ini. Siangnya Benu menuju rumah Siska dengan
menggunakan mobilnya. Reno hari ini tidak bekerja karena merasa kurang
sehat, Reno menyuruh Benu untuk mencuci muka agar menghilangkan rasa
sakit di kepalanya akibat minum – minuman keras. Dari mata dan bau mulut
Benu, Reno tau bahwa Benu telah meminum – minuman beralkohol. Setelah
Benu mencuci mukanya, ia bercerita menjelaskan duduk permasalahannya
mengapa ia sampai minum – minuman keras. Siska dan Reno mendengar cerita
Benu dengan seksama. Siska menasehati Benu dan meminta Benu untuk
menemui Wanda siang ini juga agar menyelesaikan masalahnya. Setidaknya
Benu bisa memastikan apakah benar Wanda hamil dengan mengeceknya ke
rumah sakit terdekat jika benar benar Wanda hamil Siska dan Reno
melarang Benu untuk menggugurkan kandungan Wanda “jangan menambah dosa
lagi”, ujar mereka kepada Benu. Carilah jalan keluar terbaik dengan
berunding antara Benu dengan Wanda nanti biarlah setelah dari rumah
sakit Benu dan Wanda kembali ke rumah Siska bersama – sama dengan Siska
dan Reno agar mereka menemui Putri biar nanti saja Siska yang
menerangkan semuanya pada Putri dan memberikan pengertian pada Putri.
Benu pun langsung pergi siang itu dengan mobilnya. Setelah
mendengarkan nasehat Siska, Reno menuju perusahaannya kembali karena jam
istirahat kerja. Benu menemui Wanda di kantin perusahaan tempat biasa
dulu mereka makan bersama. Benu pun menceritakan kepada Wanda apa yang
diceritakan Siska kepadanya akhirnya terjadi kesepakatan antara Benu dan
Wanda. Benu harus menikahi Wanda dan menceraikan Wanda setelah bayi
yang dikandung Wanda lahir agar bayi tersebut mempunyai status yang
jelas. Semua biaya persalinan dan dana kebutuhan Wanda di waktu hamil
menjadi tanggung jawab Benu sepenuhnya. Benu pun wajib menafkahi bayi
itu kelak. Benu menyanggupi karena perjanjian ini kelak harus di dengar
Siska, Reno dan Putri istrinya namun sebelumnya Reno harus dulu
memastikan perkataan Wanda di rumah sakit terdekat apa benar Wanda hamil
lalu mereka menuju rumah sakit di Sekupang. Di perjalanan Benu terus
memikirkan masalah itu ditambah lagi rasa sakit kepala waktu Benu minum –
minuman keras yang membuat pikirannya semakin kalut. Ketika menyalip
mobil di depannya, kecelakaan itu tak bisa terelak oleh Benu, mobil yang
dikemudikannya menghantam mobil dari arah depan, terjadi tabrakan maut.
Mobil yang dikendarai Benu hancur menghantam mobil truk fuso mengangkut
alat berat. Wanda meninggal seketika di tempat kecelakaan. Sementara
Benu pingsan langsung dilarikan ke rumah sakit Sekupang, lokasi
kecelakaan tidak begitu jauh dari rumah sakit Sekupang karena memang
tujuan Benu sebelumnya ingin menuju rumah sakit yang berada di Sekupang
untuk memastikan kehamilan Wanda.
Putri yang mendengar cerita Siska hanya menangis, perasaannya
berkecamuk menjadi satu antara kecewa, benci dan was – was dengan
keadaan suaminya. Dokter yang menangani Benu kenal dengan Benu sebagai
suami Putri teman seprofesinya karena waktu acara halal bihalal sesama
Dokter yang berada di Batam dulu, Putri pernah memperkenalkan Benu
kepada Dokter itu karena itu Dokter tersebut langsung menelepon
puskesmas dimana tempat Putri bertugas.
Setibanya di rumah sakit, Putri langsung menuju ruang UGD diikuti
Siska dan Reno dari belakang sedangkan Hari dititipkan Putri kepada Mak
Biah. Di dalam ruangan UGD, Putri melihat Benu yang masih tergeletak
pingsan tak berdaya yang banyak mengeluarkan darah yang keluar dari
telinga, hidungnya. Paramedis tak sempat membersihkan darah yang berada
di tubuh Benu, mereka langsung memberikan pertolongan pertama dengan
menggunakan tabung oksigen dan cairan infus. Di sebelah Benu terbujur
kaku mayat wanita kekasih Benu. Wanda meninggal di tempat kejadian
karena Wanda masih menggunakan seragam kerja perusahaan. Pihak rumah
sakit pun menghubungi pihak perusahaan lewat telepon. Tak lama
perwakilan pihak perusahaan tempat Benu dan Wanda bekerja tiba di rumah
sakit bersama beberapa teman Wanda. Mereka menangis melihat kepergian
sahabat mereka dengan cara yang demikian. Setelah mereka tahu Putri
adalah istri Benu, mereka minta maaf kepada Putri atas kelakuan sahabat
mereka semasa hidupnya. Dengan ikhlas Putri memaafkan Wanda yang telah
tiada berselang 20 menit Benu siuman. Benu tak bisa menggerakkan anggota
tubuhnya, dengan tatapan sayu Benu memandang wajah Putri, Siska dan
Reno. Putri menggenggam jemari suaminya, setetes air mata penyesalan
jatuh dari mata Benu. Putri menyeka air mata itu. Putri pun menangis.
Putri hanya melihat bahasa isyarat yang keluar dari bibir Benu
mengatakan “maaf” sampai tiga kali, selesai mengatakan kata “maaf”
tersebut Benu pun menghembuskan nafas terakhirnya, Benu pun menghadap
Tuhan Yang Maha Kuasa.
Berderai air mata Putri menerima kenyataan pahit seperti ini, dua
kali ia harus merelakan kepergian orang yang sangat dicintainya yaitu
Her dan Benu menghadap Yang Maha Kuasa. Putri mengikhlaskan semuanya, ia
berserah diri kepada Yang Maha Kuasa mungkin ini sudah takdir jalan
hidupnya yang harus dilalui Putri. Benu pun dimakamkan tak jauh dari
tempat Her dimakamkan. Putri tetap tegar dan berjanji akan membesarkan
Hari seorang diri hingga kelak Hari menjadi seorang anak yang berbakti
kepada orang tuanya dan dapat dibanggakan. Sebelum Benu meninggal, Benu
sempat berpesan kepada Putri agar mengambil kembali gitar dan buku lagu
Her karena itu memang milik Putri pemberian keluarga Her sewaktu Her
menghadap Yang Maha Kuasa. Benu tak ingin lagi memisahkan Putri dan
kenangannya, semoga dengan masa lalu Putri akan menjadi acuan dan
semangat bagi mereka membina keluarga yang harmonis. Benu juga ingin
Hari kelak bisa bermain gitar dan menciptakan lagu seperti Her. Memang
di akui Benu semasa hidupnya sebenarnya Benu sangat senang mendengar
Putri menyanyikan lagu ciptaan Her yang ada di buku itu, lagu itu
berjudul “untukmu kekasih” dan “aku merindu” karena di lirik lagu itu
jelas terlihat begitu indah syair yang dirangkai Her, nada – nada
tersusun rapi kadang Benu merasa cemburu, dengan lirik dan syair lagunya
Her mengekspresikan rasa rindunya pada Putri dengan tulus Her mencintai
Putri. Itu yang tak bisa dilakukan Benu pada Putri, namun setelah
pertengkaran itu, mata hati Benu baru terbuka. Ia baru sadar atas semua
kekeliruan ini bahwasanya Putri tak pernah membanding – bandingkan
dirinya dengan Her. Putri mencintai Benu sepenuh hati apa adanya. Benu
pun minta maaf kepada Putri, ini dibuktikan Benu dengan mengajak Putri
ke makam Her, di sana Benu pun minta maaf kepada Her tak lupa mendoakan
Her semoga diterima di sisi Yang Maha Kuasa. Benu meminta Putri untuk
mengambil gitar yang diberikannya kepada Reno kemarin. Benu ingin sekali
mendengar Putri menyanyikan kembali lagu yang berjudul “untukmu
kekasih” dan “aku merindu”. Benu juga berjanji lewat suara Hari kelak ia
ingin membangkitkan lagu – lagu ciptaan Her sebagaimana sebelumnya Her
pernah berpesan kepada Putri “jika kelak dari beberapa lagu ciptaan Her
dapat menghasilkan uang hendaknya Putri menyisihkan sebagian hasil
tersebut dengan menyedekahkan ke masjid atau panti asuhan”.
Namun belum sempat semua keinginan Benu terlaksana, ia telah
dipanggil menghadap Yang Maha Kuasa. Benu meninggalkan dunia ini dengan
hati yang bersih tanpa ada rasa benci sedikit pun pada Her. Sebulan
setelah kepergian Benu, Reno pun menyerahkan kembali gitar dan buku lagu
yang pernah dititipkan Putri padanya. Ros, Desi, Dewi, Noni, Reno dan
Siska terharu mendengar cerita Putri. Putri pun berjanji akan
melaksanakan apa yang dipesankan Benu padanya. Ia akan mengajarkan Hari
kelak bermain gitar dan membawakan lagu – lagu ciptaan Her. Putri ingin
lewat suara Hari kelak dunia akan tau dan mendengar lagu – lagu ciptaan
Her. Putri juga menyanyikan lagu “untukmu kekasih” dan “aku merindu”
buat Benu.
Adapun lirik lagunya sebagai berikut:
Untukmu Kekasihku
Cipt. Iwan Sekodarat
G B
Dari hati ku bernyanyi, untukmu kekasihku
C
Kurangkai lirik cinta ini
Amn Dmy
Untukmu kekasih
G B
Dari rasa bercerita tentangmu tercinta
C Amn Dmy
Berjuta kata asmara dalam jiwa
Dmy C G Amn G
Reff Biarkanlah semua rasa yang bercerita
C G Dmy
Bahwa aku sungguh cinta
Dmy C G Amn G
Biarkanlah semua rindu dalam hatiku
C G Dmy
Sungguh aku tak menentu
Dmy C G Amn G
Dalam resah aku merindumu u u u
C G Amn G
Dalam gundah aku mengenangmu
( Lagu “Untukmu Kekasih” bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
Aku Merindu
Cipt. Iwan Sekopdarat
G C D B C
Dan malam pun jua merasakan betapa ku merindu
A D G
Bayang wajahmu slalu di anganku o…o…o…
C D
Dan malam pun seakan membisu
B C A D
Rasa yang tak menentu di dalam hatiku
D G B
Reff Padamu ku merindu
C D
Terbayang wajahmu selalu
C G A D
Di penghujung malam pun hanyalah engkau ku rindu 2 x
C G A G
Dibias rembulan aku merindu
C G A G
Di penghujung malam aku merindu
( Lagu “Aku Merindu” bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
Kini Hari telah duduk dibangku sekolah dasar, bersama Azizah mereka
satu sekolahan. Hari genap berusia 10 tahun dan ia duduk dikelas IV,
Dinda pun satu sekolahan dengan Hari dan Azizah cuma Dinda 2 tahun lebih
tua dari Hari, Dinda kini duduk dikelas VI, disekolah hari selalu
menjaga Azizah, ia menganggap Azizah seperti saudara kandungnya sendiri,
begitu juga Azizah menganggap Hari sama seperti saudara kandungnya
sendiri, karena memang Hari dan Azizah dibesarkan bersama Mak Biah, Hari
juga selalu menjaga dan melindungi Dinda anak dari Reno dan Siska.
Dari umur lima tahun Pajar ayahnya Azizah telah mengajarkan Hari
ilmu beladiri, dan juga bermain gitar, Pajar telah menganggap Hari
seperti anaknya sendiri apalagi Hari seorang anak yatim. Hari banyak
mendapat kasih sayang figur seorang ayah dari Pajar karena di waktu
Hari berumur 5 tahun, Benu ayahnya meninggal dunia karena suatu
kecelakaan. Hari seorang anak yang berbakat dengan cepat ia dapat
menguasai beberapa gerakan dasar ilmu bela diri yang diajarkan Pajar.
Pajar sangat menyayangi Hari. Ia ingin menurunkan ilmu bela dirinya
kepada Hari yang pernah dipelajari Pajar dari kakeknya dulu. Hari pun
sering membantu Pajar di bengkel motor tempat Pajar membuka usahanya.
Hari sangat fasih menggunakan bahasa melayu, dari kecil Hari sudah
diasuh Mak Biah yang asli orang melayu. Sepulang sekolah selesai
belajar, Hari sering ke bengkel Pajar. Hari memanggil Pajar dengan
sebutan “Pak Cik” atau biasa disebut paman. Sore hari Pak Ciknya selalu
melatih Hari ilmu bela diri yang sangat langka yaitu “silat panglime”.
Hari tumbuh menjadi seorang anak ang tegar dan tangguh.
Malamnya barulah Hari berkumpul bersama Putri ibunya. Tak jarang Mak
Biah menemani Hari di rumahnya jika Putri ada urusan di luar rumah
dalam rangka tugas, Putri percaya kepada Mak Biah dan Pajar dalam hal
membesarkan Hari. Setelah Benu wafat sampai saat ini Putri tetap
menjanda. Ia membesarkan Hari seorang diri apalagi Hari bukan tipe anak
yang cengeng. Hari selalu mengerti keadaan dan kesibukan ibunya,
terkadang Hari pun membantu ibunya memberi label nama obat – obat di
tempat praktek ibunya di samping rumah mereka. Putri masih tetap membuka
praktek untuk menambah penghasilan membiayai kehidupan mereka ada juga
beberapa laki – laki yang ingin meminang Putri namun Putri menolaknya
secara halus ia memberi penjelasan dengan tidak menyakiti perasaan laki
–laki tersebut.
Siang itu sepulang sekolah Putri berpesan pada Hari “Har, ibu nanti
akan pergi sebentar, mungkin pulangnya malam, ada acara pertemuan sesama
dokter se Batam di Nagoya. Selesai makan, kamu belajar sebentar lalu
tidur, sorenya baru boleh ke bengkel pakcikmu”, ujar Putri. “iyalah mak,
siap makan kami belaja, habestu tido kejap, baru ke bengkel pakcik”,
jawab Har dengan logat melayu. “nanti malam minta ditemanin sama nenekmu
ya dirumah’’, kembali Putri emngingatkan anaknya, “oke mak, beres”,
sahut hari. Sebelum pergi Putri juga singgah sebentar kerumah Mak Biah,
Putri meminta Mak Biah untuk menemani Hari nanti malam, Mak Biah
menyanggupinya, Hari mencium tangan ibunya sebelum ibunya pergi, Hari
yang baru pulang dari sekolah segera mengganti seragamnya, setelah
selesai makan Hari belajar sejenak lalu ia tidur siang, sorenya baru
Hari ke bengkel pakciknya, “ikak dah makan har?” tanya pakcik kepada
hari, “sudah pakcik, makan pakai ikan biles”, har menerangkan lauk yang
dimakannya, “dah belaja?, dah tido siang ?, kelak mak ikak merepet pulak
same pakcik, kalau ikak kesini belom belaja dan tido siang”, kembali
Pajar mengingatkan Har, “ai tenanglah pakcik, aman la tu, mak dak
merepet, kami dah belaja kejap, kami pun dah tido siang”, jawab Har
lagi, “ha, tadi pakcik tingok mak ikak bejalan tekacah – kacah kejalan
besa nyetop taksi pakai seragam dokter, nak kemane mak ikak Har?”,
Pajar menanyakan kepergian Putri yang dilihatnya tadi siang, “mak kate
die ade urusan, rapat sesame dokter di Nagoya, mak nyuroh ninek
ngawankan kami nanti malam”, har menerangkan kepada pakciknya perihal
kepergian ibunya, “ielah kalau begitu, ambekkan dulu kunci inggres tu,
bantu pakcik tahan baot ni dengan kunci tu!” Pajar meminta har untuk
membantunya, har pun membantu pakciknya bekerja dibengkel, sorenya baru
Pajar menutup bengkelnya bersama Hari Pajar berjalan menuju rumahnya.
Stibanya dirumah Azizah putri Pajar telah menyiapkan dua gelas teh manis
buat ayahnya dan Hari, selesai istirahat sejenak sambil minum teh,
Pajar meminta Har untuk latihan kuda – kuda dan beberapa jurus dasar,
pajar melatih Har ilmu beladiri, Har dengan tekun mendengar setiap
arahan dari pakciknya, Mak Biah, Mirna dan Azizah hanya tersenyum
melihat pajar yang melatih ilmu beladiri dengan serius, Azizah pun
pernah diajarkan ayahnya beberapa jurus dan kuda – kuda, namun Azizah
tidak begitu suka dengan kekerasan, Azizah lebih memilih membantu Ibu
atau neneknya didapur ketimbang latihan ilmu beladiri yang diajarkan
ayahnya namun untuk gerakan – gerakan dasar Azizah dapat menguasainya
dengan baik, kadang Azizah sering bercanda dengan Har, ia membuat
serangan tiba – tiba pada Har, namun Har bukanlah anak yang tak tau bela
diri, insting Har sangat peka, ia dapat menangkis serangan itu secara
reflek karena dari kecil memang Har digembleng Pajar dalam hal ilmu bela
diri.
“ha, Har cukuplah besilat, cepat pegi mandi, kejap lagi magreb, ajak
Azizah kesurau, siap sembayang, jangan merayau cepat balek rumah kite
ngaji”, setengah berteriak mak biah menasehati Hari, “cepat ikak mandi
Har, kite sembayang same disurau”, ujar pajar “iye pakcik”, Har pun
langsung menuju rumahnya yang bersebelahan dengan rumah Azizah.
Selesai mandi har pun kembali keluar rumah dengan menggunakan
kopiah, bersama pakciknya dan Azizah mereka sholat berjama’ah disurau
yang tak jauh dari komplek perumahan mereka, mereka pulang kerumah
setelah sholat maghrib, Hari langsung kerumah pakciknya karena ia dan
Azizah belajar mengaji dengan Mak Biah. Selesai mengaji Mak Biah
menyuruh Hari untuk makan malam dulu, Hari pun makan bersama neneknya,
makcik dan pakcik juga bersama azizah, walau makan seadanya mereka
sangat menikmatinya, menikmati kebersamaan, taklama Hari pun pulang
kerumahnya bersama Mak Biah, Putri meminta Mak Biah untuk menemani Hari
malam ini, dirumah pembantu keluarga Putri telah menyiapkan makan malam,
har mengatakan bahwa ia sudah kenyang barusan makan dirumah neneknya,
ditemani neneknya har belajar sebentar, sebelum tidur Har menyempatkan
bermain gitar bernyanyi untuk neneknya, Mak Biah tersenyum mendengar
suara kecil har, jam 10 malam Putri baru pulang kerumahnya, pembantu
Putri membukakan pintu, Putri segera menuju kamar har dilihatnya har
tertidur pulas bersama neneknya, Putri mencium kening putranya, Mak biah
terjaga dari tidurnya “sudahlah mak, tidur disini saja temani Hari”,
Mak Biah hanya diam ia merapikan selimut Hari lalu kembali tidur sambil
memeluk Hari, Putri tersenyum melihat mereka tidur, Putri pun menuju
kamarnya membersihkan diri, lalu merebahkan diri dikasur, tak lama Putri
pun tertidur karena kelelahan.
Teng, teng, teng, lonceng jam istirahat berbunyi anak – anak SD
tampak keluar dari ruangan kelas berdesak – desakan, menuju kantin. Hari
berjalan santai dari kelasnya, diluar ia melihat kakak kelasnya Dinda
bersama Azizah diganggu oleh Topan kawan sekelas Dinda, Dinda adalah
anak Siska dan Reno sahabat baik ibu Hari, nama Dinda sama seperti nama
tente Hari bedanya hanya nama depan dan belakangnya saja kalau tante
Hari bernama Adinda Hendra atmaja sementara Dinda putri Reno bernama
Dinda Renata. Hari mendekati Dinda dan Azizah yang diganggu Topan dan
kawan – kawannya, “bang janganlah mengusek kak Dinda dan Azizah, die
orang mau jajan kasianlah kelak tak sempat jajan dah masok pulak”, Hari
sangat menghormati orang yang lebih tua diatasnya, ia memanggil kakak
kelasnya Topan dengan sebutan abang. “hai budak melayu, belagu kali kau
sok jadi pahlawannya!!”, hardik Ali teman Topan. “maaf bang, saye tak
bermaksod macam tu, jike saye salah maafkan saye, tapi biarkanlah die
orang lewat”, jawab Hari. “boleh lewat tapi kamu harus bayar seribu
dulu”, Topan coba memberi penawaran. Hari diam sejenak , tak lama ia pun
mengeluarkan beberapa uang ribuan dari saku celananya. “jangan Har,
jangan kamu berikan uang itu”, Dinda coba mencegah Hari. Yoga teman
Topan segera merampas uang yang berada di tangan Hari namun Yoga kalah
gesit dengan Hari, Har menggeserkan sedikit tangannya hingga tangan Yoga
meraih tempat kosong. Ali yang melihat kejadian itu tidak terima
melihat Yoga dipermainkan Hari adik kelas mereka, padahal satu sekolahan
tau bahwa Topan cs jawaranya di SD tersebut. Dengan kuat Ali segera
mendorong bahu Hari, dengan gesit Har memiringkan bahunya, dengan
meminjam tenaga Ali yang tadi mendorongnya, Har menarik lengan Ali lalu
kaki Har menjegal kaki Ali. Ali jatuh terjerembab dengan hidung
berdarah, akhirnya perkelahian yang tak seimbang tidak dapat dielakkan.
Hari dikeroyok oleh 3 orang kakak kelasnya. Hari tak gentar, dengan ilmu
bela diri yang diajarkan pakciknya tidak sulit bagi Hari meladeni
Topan, Ali dan Yoga yang tak punya keahlian beladiri. Serangan –
serangan Topan, Ali dan Yoga dengan mudah dipatahkan Hari, dengan
beberapa kali gebrakan saja Topan, Ali dan Yoga terkapar di tanah dengan
hidung berdarah dan tak berkutik. Anak – anak yang melihat kejadian itu
segera melapor ke kantor, Hari pun dipanggil ke kantor tak lama
menyusul Topan, Ali dan Yoga dengan hidung berdarah. Ketika tatapan
mereka beradu, terasa ciut nyali Topan, Ali dan Yoga menatap mata Hari
yang tajam bagai elang. Dinda dan Azizah pun masuk ke ruangan itu, Dinda
bercerita kepada guru yang menangani Hari dan Topan cs bahwa awal
permasalahannya dimulai dari pihak Topan cs. Setelah pak guru itu
mengetahui duduk permasalahannya, guru tersebut menyuruh Topan cs untuk
minta maaf kepada Hari dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Topan cs pun menjabat tangan Hari, mereka minta maaf kepada Hari, Hari
pun memaafkannya. Pak guru itu menyuruh Topan cs, Dinda dan Azizah
kembali ke lokal masing – masing sementara Hari di suruh pak guru tetap
di kantor ada yang mau dibicarakan. Topan cs, Dinda dan Azizah kembali
ke kelas masing – maig. Hari tetap di kantor, pak guru menasehati Hari
agar jangan sembarangan menggunakan ilmu bela diri karena dari luka
yang dialami Topan cs pak guru itu tau Hari memiliki ilmu bela diri yang
tidak bisa dipandang sebelah mata. Pak guru pun menelepon ibu Hari d
puskesmas tempat ibu Hari bertugas. Tak lama Putri pun datang ke
sekolahan Hari, pak guru juga mengingatkan ibu Hari agar bisa menasehati
anaknya untuk tidak menggunakan ilmu bela diri sembarangan pada orang
lain nanti berakibat fatal. Putri meminta maaf kepada pihak sekolah, ia
berjanji akan menasehati Hari. Putri pun meminta izin pada pihak sekolah
untuk membawa Hari pulang, pak guru tersebut mengizinkannya.
Disepanjang perjalanan tak henti Putri mengomel pada Hari. Dinda merasa
iba sewaktu ia melihat dari jendela kelasnya. Hari diomeli ibunya karena
berkelahi melindungi Dinda dan Azizah begitu juga Azizah dari dalam
kelas pada jendela kaca Azizah melihat Hari diomeli ibunya. Di sekolah
pikiran Dinda dan Azizah tidak tenang mereka yakin Hari akan dimarahi
ibunya karena Har berkelahi adi. Sepulang sekolah Dinda segera menemui
Azizah, Dinda minta ditemani ke rumah Hari menerangkan duduk
permasalahan perkelahian tersebut kepada ibu Hari. Setibanya di depan
pintu masuk perumahan batu aji permai, Azizah mengajak Dinda singgah
sebentar ke bengkel ayahnya yang tak jau dari jalan raya di samping
kompleks perumahan itu. Azizah menceritakan semuanya kepada ayahnya
tentang perkelahian Har disekolah karena melindungi Dinda dan Azizah.
Pajar ayah Azizah hanya mengangguk – angguk kepalanya saja karena memang
sudah jam makan siang. Pajar menyuruh anggotanya atau karyawan di
bengkelnya untuk istirahat makan, mereka pun membereskan alat – alat
bengkel. Azizah, Dinda dan ayahnya berjalan menuju rumah Hari.
Di rumah Putri, mereka mendapatkan Hari lagi di hukum ibunya, ia
disuruh bertahan berdiri dengan satu kaki oleh ibunya, kedua tangannya
di suruh memegang telinga. Hari menuruti perintah ibunya, tak henti –
henti Putri menasehati Hari.
“assalamu’alaikum”, terdengar suara mengucapkan salam.
“wa’alaikumsalam”, Putri segera menuju pintu depan lalu membukanya,
rupanya Pajar, Azizah dan Dinda yang datang. Putri menyuruh mereka untuk
masuk di dalam ruang tamu. Pajar, Dinda dan Azizah masih melihat Hari
pada posisi semula, Dinda dan Azizah sangat iba dan kasihan melihat Hari
gara – gara mereka Hari dimarahi ibunya. Dinda dan Azizah pun
menerangkan duduk permasalahannya, Putri pun merasa menyesal dengan
tindakannya kepada Hari “kamu nasehati pendekarmu Jar, jangan selalu
menunjukkan kehebatannya dengan berkelahi di sekolahan”, ujar Putri.
“iyelah kak bia kelak Hari aku bilangkan”, jawab Pajar. Putri pun segera
masuk ke kamarnya. Pajar pun mendekati Hari dan ia pun merangkul Hari,
mengajak Hari ke rumahnya di susul Dinda dan Azizah. Tak lama Putri
keluar dari kamarnya “ Hari bialah ke rumah kak, nanti di rumah ku
nasehati Hari”, Pajar pun permisi kepada Putri membawa Hari ke rumahnya.
Putri hanya mengangguk pelan, Putri percaya Pajar akan memberi nasehat
yang baik buat Hari.
Di rumah Pajar, Mirna ibu Azizah menyiapkan makan siang buat
keluarga. Pajar langsung duduk di meja dapur bersama Hari diikuti Azizah
dan Dinda, “ayok Dinda, kita makan bersama”, Pajar mengajak Dinda untuk
makan bersama. “ayo kak, kita makan yuk”, Azizah menambah perkataan
ayahnya, “iye Dinda jangan segan makan di rumah nenek”, sela Mak Biah
sambil membantu menantunya menyiapkan makan siang. “awak dah makan Har”,
Pajar bertanya pada Har. Har diam sejenak, “blom pakcik”. “ha kalau
gitu makan same, ngape suntok na muke, ikak Har”, istri Pajar Mirna
bertanya pada Har. “ai, Hari dah kenyang makan di
sekolah tadi, puas betumbok dengan kawannye”, Pajar menyahuti perkataan
istrinya. “betul ke Har, ape yang dibilang pakcik awak ( kamu )?”, Hari
hanya tertunduk, Dinda pun menceritakan masalah sesungguhnya kepada Mak
Biah dan tante Mirna.
“ha, kalau gitu bagos kite makan dulu, abes tu baru kite cerite”,
ujar Mak Biah lagi, mereka makan dengan lahapnya hanya Hari saja yang
hari ini merasa kurang selera makannya karena kejadian tadi. Selesai
makan Azizah dibantu Dinda membereskan dan merapikan meja, Pajar masih
duduk dimeja makan bersama Mak Biah, dan Mirna istri pajar tak lama
Dinda dan Azizah pun bergabung duduk dimeja makan yang telah dirapikan,
Pajar membuka pembicaraan. “ betol ke kate Azizah tadi, budak – budak tu
tebuntang awak buat?” Hari hanya menunduk dan mengangguk pelan, “ndok
har, mengape sampai betumbok?” tanya Mak Biah “die orang mulai nek,
Dinda sama Azizah yang mau jajan dihalang – halangi die orang, petame
kami ndak betumbok, tapi die orang nyerang duluan, kami pelasahlah” Hari
coba membela diri.
Mirna yang mendengar hanya geleng – geleng kepala, “tapi tak musti
awak keluakan semua juros yang pakcik ajakan, hingge budak – budak tu
jadi tebuntang”, Pajar coba menasehati Hari “ma’afkan saye pakcik saye
khilaf”, Hari menyesali perbuatannya. “cukop beberape juros dasar saje,
yang awak gunakan jike dalam keadaan tedesak je, baru bise menggunakan
juros inti, asal awak tau har, juros – juros itu terletak dari kekuatan
tenage lawan yang menyerang kite cukop menarik dan mengganjal dengan
kaki kekaki lawan disusol satu pukulan mematikan, kalau macam tu besok
awak belaja karate same Tamren, yang kerje dibengkel tu anggota pakcik
bia dengan karate awak bise mempertahankan diri jike keadaan tedesak je
awak menggunakan silat panglime”, Pajar menjelaskan rahasia ilmu silat
panglime kepada Hari. “iyelah pakcik saye akan turuti semue perintah
pakcik”, jawab Hari. Mak biah terharu mendengar jawaban Hari, “mak
nasehatkan dulu cucu mak itu, aku nak ke bengkel, ayo Dinda om antar
sampai ke taksi”, Pajar mengajak Dinda menuju jalan raya, Dinda pun
permisi kepada Mak Biah, Azizah, dan ibunya tak lupa Dinda pun pamit
pada Har. Pajar menyetop taksi dan membayar ongkos taksi. Ia berpesan
kepada supir taksi yang dikenalnya itu untuk mengantar Dinda pulang ke
rumahnya. Taksi pun melaju perlahan, Pajar berjalan kembali ke
bengkelnya.
Di rumah Mak Biah coba menasehati Hari, “Hari, kalau kite tu punye
ilmu mustilah menurot ilmu padi maken die berisi maken die merundok,
jangan kite jadi tembereng jadi lupa diri”, ujar Mak Biah. “silat yang
diajarkan pakcik awak tu bukan silat sembarangan, itu jurus – jurus
sakti yang dulu digunakan pare pendeka gagah pekase seperti Hang Tuah”,
Mak Biah menambah ucapannya lalu Mak Biah pun bercerita tentang asal
muasal ilmu bela diri yang diajarkan Pajar kepada Hari.
Mak Biah mulai bercerita hikayat hang tuah, alkisah pada masa
mudanya. Hang tuah beserta 4 orang sahabatnya yaitu Hang Jebat, Hang
Kasturi, Hang Lekir serta Hang Lekiu berhasil membunuh segerombolan
perampok yang mengamuk di suatu desa, semua hulubalang – hulubalang
kerajaan tak mampu menandingi kesaktian para perampok tersebut namun
ilmu kesaktian perampok itu dengan mudah dipatahkan Hang Tuah dan kawan –
kawan bahkan dengan ilmu bela diri yang Hang Tuah miliki ia dapat
membunuh kawanan perampok itu, perdana menteri Malaka yang melihat bakat
Hang Tuah membawanya ke istana dan mempekerjakan Hang Tuah dan
sahabatnya di istina tersebut. Semasa pemerintahan Sultan Masyur Shah
pada abad ke-15.
Dengan ilmu bela diri yang dimilikinya Hang Tuah membaktikan dirinya
di kerajaan itu. Sultan sangat menyayangi Hang Tuah apalagi disaat Hang
Tuah berhasil memenangkan pertarungan melawan pihak utusan kerajaan
Majapahit yang bernama Taming Sari. Taming Sari memiliki sebuah keris
pusaka yang begitu ampuh orang yang memiliki keris itu akan menjadi
kebal tak mempan oleh senjata apapun seperti nama pemiliknya keris itu
diberi nama keris “Taming Sari”. Di kerajaan Majapahit kehebatan ilmu
bela diri Taming Sari sudah tidak diragukan lagi apalagi Taming Sari
memiliki keris pusaka yang bisa membuat pemiliknya menjadi kebal, tidak
sedikit pendekar yang dikalahkan Taming Sari. Taming Sari selalu keluar
sebagai pemenang di setiap pertarungannya karena itu pihak kerajaan
Majapahit mengutus Taming Sari dalam suatu pertemuan bertarung melawan
Hang Tuah. Taming Sari memandang rendah Hang Tuah sewaktu mereka bertemu
dalam suatu pertarungan, ia memandang sebelah mata kepala Hang Tuah.
Taming Sari mengatakan Hang Tuah bukanlah tipe seorang pendekar dengan
gaya bicaranya yang santun, rendah hati, penyabar dan murah senyum.
Taming Sari mengejek Hang Tuah lebih layak menjadi pujangga, Hang Tuah
tetap tersenyum menjawab semua cacian Taming Sari dengan bahasa yang
santun dengan kerendahan hatinya apalagi Taming Sari melihat Hang Tuah
tidak menggunakan senjata apapun kembali Taming Sari mengejek bahwa Hang
Tuah hanya mengantarkan nyawanya sia – sia saja karena Taming Sari
yakin dan percaya diri, dengan sifat arogan dengan angkuhnya ia yakin
dengan mudah dapat membunuh Hang Tuah. Pendekar yang menggunakan senjata
saja tidak mampu menandingi kehebatan ilmu bela diri Taming Sari dan
keris saktinya apalagi seorang pemuda dari tanah seberang ini, Hang
Tuah. Taming Sari begitu memandang rendah Hang Tuah.
Taming Sari segera menghunuskan keris sakti ke arah Hang Tuah, Hang
Tuah memiringkan sedikit badannya. Serangan Taming Sari mengenai sasaran
yang kosong dengan sigap Hang Tuah menarik tangan kanan Taming Sari
yang menggenggam keris, ia menggunakan atau meminjam tenaga Taming Sari
yang maju menyerang untuk menjatuhkan Taming Sari, disaat tangannya
menarik kaki Hang Tuah pun mengganjal kaki Taming Sari, dengan cepat
tangan kiri Hang Tuah menghantam tengkuk Taming Sari yang oleng, Taming
Sari pun terjerembab jatuh tersungkur mencium tanah, keris digenggamnya
terlepas dengan sigap Hang Tuah melompat merebut keris itu dan
menikamkannya ke Taming Sari yang masih oleng berdiri. Taming Sari mati
oleh kerisnya sendiri padahal kalau Hang Tuah mau dari awal pertarungan
ia sudah bisa mengalahkan Taming Sari. Hang Tuah hanya ingin menjajal
kemampuan Taming Sari sampai dimana dengan cara menghindar Hang Tuah
bisa mengukur kehebatan ilmu bela diri lawannya kini keris Taming Sari
berpindah tangan. Hang Tuah sekarang pemiliknya namun Hang Tuah
memberikan keris itu kepada Sultan. Nama Hang Tuah semakin terkenal, ia
dijuluki oleh penduduk setempat dengan julukan “Laksmane gagah perkase”,
namun sayang, diantara pembesar kerajaan ada yang iri melihat
kesuksesan Hang Tuah. Mereka mengatur siasat keji untuk melenyapkan Hang
Tuah, mereka menghasut raja dengan menuduh Hang Tuah menjalin kasih
dengan dayang Sultan. Sultan termakan hasutan, serta merta ia mnghukum
mati Hang Tuah.
Untuk eksekusinya Sultan mempercayakan kepada perdana menterinya.
Perdana menterinya tau bahwa Hang Tuah tidak bersalah, ia menyembunyikan
Hang Tuah pada suatu tempat, ia ingin menyelesaikan kasus ini. Siapa
yang tega menjadi dalangnya di balik semua ini. Sultan dan pembesar
kerajaan percaya bahwa Hang Tuah telah mati, ini dibuktikan dengan baju
Hang Tuah yang telah berlumuran darah juga cincin dan gelang dari akar
milik Hang Tuah yang ditunjukkan perdana menteri pada Sultan. Sultan pun
mengangkat Hang Jebat menjadi panglima dan menyerahkan keris Taming
Sari kepada Hang Jebat. Dengan keris Taming Sari, Hang Jebat melancarkan
pemberontakan balas dendam terhadap Sultan Masyur Shah, ia menganggap
keputusan yang diambil Sultan tidak adil dan salah dengan menghukum mati
Hang Tuah seharusnya Sultan harus meneliti masalah tersebut baru bisa
mengambil tindakan seperti Hang Tuah. Hang Jebat pun tak kalah hebat
dalam hal ilmu bela diri apalagi keris sakti Taming Saring di tangannya,
menambah kehebatannya tidak ada satu hulubalang dan pendekar lain pun
yang bisa mengalahkan Hang Jebat. Hang Jebat membuat situasi yang kelam
di istana kerajaan hingga Sultan harus mengungsi. Hang Jebat membunuh
pembesar istana yang dulu pernah menghasut Sultan untuk menghukum mati
Hang Tuah. Awalnya memang Hang Jebat ingin balas dendam atas kematian
sahabatnya namun aura jahat yang berada di keris itu mempengaruhi Hang
Jebat. Hang Jebat menjadi arogan dan bertindak semena-mena. Ia
terpengaruh oleh hawa jahat yang dipancarkan keris Taming Sari.
Dipengungsiannya bersama perdana menteri, Sultan yang merasa bersalah
telah menghukum mati Hang Tuah karena Sultan percaya bahwa hanya Hang
Tuahlah yang dapat mengalahkan Hang Jebat. Perdana menteri yang
mendengar penyesalan Sultan menjelaskan bahwa Hang Tuah belum mati, ia
menyembunyikan Hang Tuah di suatu tempat. Sultan pun meminta perdana
menterinya memanggil Hang Tuah. Hang Tuah pun menghadap Sultan. Sultan
mencabut hukuman Hang Tuah dan mengampuninya. Sultan meminta maaf kepada
Hang Tuah atas kekeliruan ini.
Hang Tuah berjanji untuk menyelesaikan masalah ini dengan Hang
Jebat. Tak lama Hang Tuah pun menuju istana dimana kini Hang Jebat
berada. Sebagai sahabat Hang Tuah menasehati Hang Jebat untuk
menyerahkan diri. Ia akan meminta pengampunan Sultan agar Hang Jebat
jangan di hukum mati namun Hang Jebat tidak menerimanya, aura jahat dari
keris itu menguasai Hang Jebat malah ia mengajak Hang Tuah untuk
bertarung. Dari pancaran mata Hang Jebat, Hang Tuah tau bahwa Hang Jebat
berada di bawah pengaruh hawa jahat keris Taming Sari. Perkelahian tak
terelakkan lagi, setelah melewati pertempuran yang melelahkan beberapa
hari di saat mereka bergulingan memperebutkan keris itu, tanpa sengaja
keris itu tertikam di perut Hang Jebat. Hang Tuah menyesali kejadian
itu, Hang Jebat tidak langsung mati, ia membalut lukanya dengan kain
cindai. Kembali ia keluar memasuki perkampungan dan mengamuk, Hang Tuah
mengikutinya karena banyak darah yang keluar dari perut Hang Jebat. Ia
kehabisan darah dan meninggal di pangkuan Hang Tuah. Hang Tuah menangisi
kepergian sahabatnya, ia menggenggam kain cindai yang tadi dipakai Hang
Jebat untuk membalut lukanya. ( kain cindai adalah kain
tenunan sutra halus yang bermutu tinggi biasanya kain cindai disebut
juga dengan kain Limar keistimewaan kain cindai dapat menahan senjata
tajam dengan sulaman ayam berganda ikat kembar membuat kain cindai
sangat kuat dan bermutu tinggi juga pembuatan kain cindai memerlukan
keahlian yang tinggi dari pembuatnya. Ini menyebabkan harganya menjadi
sangat mahal biasanya menjadi simbol status sebagai bangsawan dan
hartawan. Kain cindai tersebut bisa juga dijadikan senjata yang ampuh
bagi pemiliknya ).
Setelah wafatnya Hang Jebat, Hang Tuah kembali membaktikan dirinya
pada negerinya untuk membantu Sultan memakmurkan rakyatnya. Petuah Hang
Tuah yang sangat terkenal yaitu “takkan melayu hilang di bumi”.
Sementara petuah atau ungkapan Hang Jebat yang sangat terkenal ialah
“raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah”, suatu maksud untuk
menuntut keadilan
Hari sangat tertarik mendengar cerita Mak Biah yang diketahui Mak
Biah secara turun temurun dari kakek dan neneknya dengan seksama ia
mendengar cerita Mak Biah. “jadi Har, hendaklah awak macam Hang Tuah,
selalu tinggi budi pekerti, penyabar dan sayang sesame yang laen, jangan
ilmu silat tu menjadi awak temberang dan besa kepale”, ujar Mak Biah
selesai menceritakan hikayat Hang Tuah. “iye nek, kami selalu ingat
pesan nenek”, jawab Har yang dapat memetik hikmah dari cerita Mak Biah.
“kalau macam tu cepat balek, minta maaf same mamak awak, siap tu
belaja, hari ini toksalah ke bengkel, pakcik awak ngertinye itu”, Mak
Biah menasehati Har. “iye nek, makasih nek”, Har mencium tangan Mak Biah
sebelum pamit kembali ke rumahnya. Mak biah memanggil Har kembali, Har
mendatangi Mak Biah “tunggu kejap”, mak Biah masuk ke dalam kamarnya,
Har menunggu di luar tak lama Mak Biah keluar dari kamarnya sambil
membawa sebuah cincin.
“ini cincen dari tandok ruse, awak pakai Har, awak jage bile mase
awak nak betumbok, awak pandang cincen itu, awak ingat pesan ninek karne
semue masalah tak harus diselesaikan dengan begadoh”, Mak Biah
memberikan cincin dari tanduk rusa itu kepada Hari bermaksud agar Hari
selalu ingat pesan Mak Biah untuk tidak menggunakan ilmu bela dirinya
pada sembarangan tempat. “makaseh nek, kami janji kami akan rawat cincen
ini, kami tak kelahi lagi”, Hari sangat senang menerima pemberian dari
Mak Biah berupa cincin dari tanduk rusa, “cincen tu besa, longga di jari
awak, pakai je di ibu jari”, ujar Mak Biah lagi. “iye nek”, sahut Har.
Har kembali ke rumahnya, Har minta maaf kepada ibunya dan berjanji tidak
akan berkelahi lagi. Ibunya memaafkan Hari, ibunya pun bertanya tentang
cincin yang berada di ibu jari Har. Har menjelaskan kepada ibunya
tentang cincin pemberian neneknya agar Har selalu menjaga cincin itu dan
tidak menggunakan lagi ilmu bela dirinya di sembarang tempat.
Putri pun paham maksud cerita Hari, ia segera menyuruh Hari makan,
Hari mengatakan sudah makan di rumah neneknya. Putri pun menyuruh Har
untuk tidur sebentar, malam saja baru belajar. Hari menuruti perkataan
ibunya. Semenjak kejadian itu, kelompok Topan cs menjadi segan sama
Hari, mereka sadar bahwa Hari bukan tandingan mereka, dikeroyok pun Hari
tetap tangguh, kini Dinda dan Azizah merasa nyaman disekolah mempunyai
perlindungan semacam Hari.
Suatu hari sepulang dari bengkel Pajar mengajak Tamrin kerumahnya,
Hari, Pajar dan Tamrin berjalan menuju rumah Pajar, setelah istirahat
sejenak sambil minum teh Pajar membuka pembicaraannya “tam, besok kau
aja har karate, soal honor kau ngaja aku yang baya!, kau kan lame belaja
karate, dan paham jurus – jurusnye tolong ajakan itu same har”, ujar
Pajar “ape hal bang, Hari kan mured abang, Hari tu hebat besilat, ngape
nak belaja karate lagi?” Tamren bertanya keheranan, “itulah masalahnye
tam, seminggu yang lalu Hari betumbok, die dikeroyok 3 orang, kate
Azizah 3 orang tu tebuntang tesungko kat tanah, tangan, muke, hiung dan
bibe orang tu bedarah, padahal Azizah becerite har hanye menarek tangan
lawan dan memanjat kaki lawan, har tidak menutupnye dengan satu pukulan,
kalau sempat har memukol benyailah budak tu besepai!”, Pajar
menghentikan sejenak ceritanya, ia menyalakan rokoknya lalu menyambung
pembicaraannya, Tamren mendengar dengan seksama, sementara Hari hanya
tertunduk disebelah Pajar, “maksud aku Tam, bialah Har menggunakan jurus
– jurus karate yang kau ajarkan kelak sebagai jage diri die, bile dalam
keadaan tedesak je die boleh menggunakan silat panglime atau silat
laksmane karna kau tau Tam, silat laksmane menyerang titik – titik yang
mematikan lawannye”, Pajar menyambung pembicaraannya. Tamren kenal benar
dengan Pajar karena Tamren sahabat Pajar sewaktu mangkal di simpang
muka kuning. Tamren pun tau dengan silat panglime atau silat laksmane
yang dimiliki Pajar menjadikannya orang yang paling disegani baik kawan
maupun lawan, kini Tamren paham mengapa Pajar memintanya untuk
mengajarkan karate pada Hari seperti halnya Pajar, Tamren pun telah
bertobat dan kembali ke jalan yang benar, melihat Tamren yang sudah
insaf, Pajar mengajak Tamren untuk bekerja di bengkelnya dan kini Tamren
bekerja di bengkel Pajar.
“iyelah kalau macam tu masalahnye, besok aku bisa mulai melatih Har,
bise kite mulai besok Har?”, Tamren menoleh Har. “insyaallah pakcik
Tamren, mane baek pakciklah kami siap belateh same pakcik”, dengan
mantap Har menjawab pertanyaan Tamren. Tak lama Tamren pun pamit pulang
kepada Pajar dan keluarganya.
Keesokan harinya Tamren mulai melatih Har, setiap sore Har berlatih
tidak memakan waktu yang lama Har belajar karate dari Tamren. Dalam
waktu 6 bulan Har sudah mahir menggunakan jurus-jurus karate karena pada
dasarnya Har telah menguasai ilmu silat sehingga ia dengan mudah
menyerap jurus – jurus karate. Pajar pun masih tetap melatih Har, terus
mengasah mata batin Har.
Kini Har telah duduk di bangku SMP bersama Azizah, mereka satu
kelas dan satu sekolahan dengan Dinda cuma bedanya Har dan Azizah duduk
di kelas satu dan Dinda duduk di kelas tiga. Persahabatan mereka tetap
terjalin erat, pada suatu turnamen kejuaraan karate tingkat junior yang
diselenggarakan di Batam se Provinsi Kepulauan Riau. Hari keluar sebagai
pemenang setelah di final mengalahkan Topan. Semenjak perkelahian waktu
SD dulu, Topan belajar karate. Ia berlatih dengan keras dan tekun, ia
ingin seperti Har, namun waktu di final ketika ia kembali bertemu dengan
Har dalam suatu turnamen kejuaraan karate terbuka tingkat junior,
dengan mudah ia dikalahkan Har. Har terlalu tangguh baginya, dendam di
hati Topan makin membara, ia ingin kelak membuat perhitungan dengan Har.
Har mewakili propinsi Kepulauan Riau bertanding di turnamen terbuka
di tingkat nasional, di tingkat nasional pun Har mampu bertahan
menyisihkan beberapa perwakilan dari propinsi lain se Indonesia. Har
tampil sebagai juara di tingkat nasional setelah di final mengalahkan
perwakilan dari Jakarta, kini Har mewakili Indonesia berlaga di kancah
yang lebih besar lagi yaitu turnamen kejuaraan karate terbuka tingkat
dunia. Disini Har tampil sebagai juara kedua setelah di final dikalahkan
karateka dari Jepang dalam suatu kacurangan yang dilakukan pihak
penyelenggara mengatakan perwakilan karateka dari Jepang menang dengan
angka yang tipis, pihak penyelengngara tidak ingin melihat perwakilan
Jepang dipermalukan karena memang ilmu bela diri karate berasal dari
negeri sakura yaitu Jepang. Har tetap bersikap ksatria menerima
keputusan itu dengan ke
mkasih gan ,,, postingan yang bagus dan bermanfaat ini layaknya di share ajja ,, nih saya bantu ngeshare ,, ,, jgn lupa kunbal nya anprat.blogspot.com tmakasih skali lagi gan
BalasHapus