Senin, 30 Januari 2012

novel " TENTANG RINDU 2" bag 4

oleh Gurindam Kelana pada 31 Desember 2011 pukul 16:39
Pahamlah kini Har mengapa Pak Haris mengatakan ia satu tarombo dengan opung boru Dinda. Pak Haris juga meminta Har menuliskan beberapa umpasa batak. Ober pun memberikan pena dan buku pada Ha. har mulai menulis, Pak Haris menerangkan beberapa nasehat dari Sibogotnipohan dalam bentuk umpasa (sejenis pantun atau gurindam) sebelum menjelang ajalnya. Sibogotnipohan berpesan kepada anak – anaknya.“ai met – met bulung baja, met – met do bulung ni bane – bane, ndang adong laba ni namarbada, alai lekketan do na mar dame – dame” (pengertiannya adalah harus baik dan saling menyayangi, jauhkan perselisihan, cintai perdamaian)“aek godang do aek laut, dosniroha do sibahen nasaut” (pengertiannya satu hati alalu musyawarah dalam setiap pekerjaan agar tercapai tujuan)“asa unang lupa horbosian barana, sai unang ma peut ulos sian sakkotanna” (pengertiannya adalah tidak meninggalkan adat dan hukum pada adat batak dalam rangka menghadapi dongan tubu, hula – hula, boru serta ale – ale)“pattun do hangoloan, tois do hamagoan” (pengertiannya adalah harus berlaku sopan santun sesama manusia)

Pak Haris juga menerangkan bahwa garis keturunan pada adat batak bertumpu pada marga anak laki – laki. Setelah selesai Har menulisnya, tak lama ia pun pamit untuk pulang pada keluarga Pak Haris. Malamnya Har dibantu dengan Ober di rumahnya membuat lagu itu. Tak lama lagu itu pun selesai, Har mengulangnya beberapa kali. Ober coba membenarkan pengucapannya atau lafal yang diucapkan Har agar tidak terdengar janggal. Lagu itu diberi judul “Tona Sian Omputa” (pesan leluhur).
Adapun liriknya sebagai berikut :

Tona Sian Omputa
Cipt. Iwan Sekopdarat
C G C
Ai met – met bulung baja, met-met do bulung ni bane-bane
C F C G C
Ndang adong laba nimarbada, alai leketan do mardane dame 2x

Aek godang do aek laut, dosniroha sibahen nasaut 2x

Reff o…..hamu dongan unang ho lupa, tona sian

Tona sian, omputa sibogotnipohan 2x

Asa unang lupa, horbosian barana

Sai unang ma peut ulosna, sian kakkotan na 2x

Pattun do hangoluan, tois do hamagoan 2x

o…..hamu dongan unang ho lupa, tona sian

Tona sian, omputa sibogotnipohan 2x

Keesokan malam baru Har menelepon Dinda, Har mengatakan bahwa lagu itu sudah siap. Dinda tak percaya dan meminta Har untuk menyanyikan lagu itu lewat HP, walau Dinda tidak begitu mengerti Dinda sangat senang mendengar lagu itu. Dinda meminta Har untuk mengulangi lagu tersebut. Har bernyanyi kembali. Setelah Har selesai bernyanyi, Har pun menceritakan bagaimana ia membuat lagu itu, dengan bertanya pada Pak Haris ayahnya Ober dan juga Ober. Dinda pun mendengarkannya dengan seksama, dengan usaha seperti itu Dinda makin mengagumi Har.
Liburan kenaikan kelas bagi Har dan liburan semester bagi Dinda diisi dengan kegiatan masing – masing dari fakultasnya. Liburan kali ini ia mendapat tugas kuliah dengan penelitian hingga tak mungkin Dinda pulang ke Batam. Sementara liburan kali ini Putri, ibunya Har yang berkunjung ke Dabosingkep sekedar rekreasi melihat – lihat pemandangan yang masih alami beserta pantai yang masih asri di Dabosingkep. Har menemani ibunya berjalan – jalan melihat beberapa tempat rekreasi di Pulau Singkep, baru setelah kelulusan Har, Dinda dan Har bertemu kembali di Batam. Har dan Azizah lulus dengan nilai yang sangat memuaskan sementara Dinda naik ke tingkat 3, dua tahun sudah mereka tidak bertemu, membubung rasa rindu, di saat bertemu mereka saling bercanda bercerita pengalaman masing – masing dan merangkai hari penuh cinta. Har bersedih ketika Dinda mengatakan ayah dan ibunya akan pindah ke Kisaran. mereka sudah semakin tua, sementara biaya kebutuhan hidup di Batam sangat tinggi, areal pertanian pun tidak ada, diganti dengan areal industri yang mempekerjakan karyawan – karyawan yang masih muda. Di kisaran ayahnya membeli beberapa hektar lahan pertanian dari hasil tabungannya bersama istrinya. Ayahnya ingin berladang/berkebun di hari tuanya. Sewaktu Dinda kuliah di Medan, Dinda juga sering berkunjung ke rumah neneknya (ibu dari Siska). Dinda juga merasa kerasan tinggal di Kisaran, jauh dari hingar bingar kota seperti di Medan.
Dinda coba menghibur Har yang bersedih mendengar ceritanya, setidaknya mereka masih bisa berhubungan lewat telepon dan Dinda berjanji akan selalu menunggu Har di Kisaran meminangnya setelah Har tamat kuliah dan mendapat pekerjaan yang tetap, Har diminta ibunya untuk kuliah di Jogja dan tinggal dengan kakeknya (ayah Putri) di sana. Har tak sempat mengantarkan Dinda dan sekeluarganya ke pelabuhan karena akan pindah ke Kisaran. har duluan berangkat ke Jogjakarta dengan pesawat udara, ia harus mengurus pendaftarannya untuk masuk ke salah satu Perguruan Tinggi. Dinda mengantar Har ke Bandara Hang Nadim Pulau Batam. Seminggu setelah itu baru Dinda sekeluarga berangkat menuju Medan dan menetap di Kisaran. putri sempat menitikkan air matanya ketika mengantar sahabatnya bernagkat. Putri dan Siska saling berpelukan. Reno pun menjabat erat tangan Putri. Tak lupa Putri ibunya Har memeluk Dinda, diantara para sahabatnya hanya Putrilah yang kini bertahan. Frans pun sekeluarga 2 tahun yang lalu pulang ke kampung halamannya di Palembang. Sehari sebelum keberangkatan Har, Har membuatkan lagu untuk Dinda, malamnya Har langsung menyanyikannya untuk Dinda. Malam itu Dinda sangat bahagia sebab lagu yang dibuat Har khusus untuknya, lagu itu pun Har beri judul “Dinda”. Dinda sangat menyayangi Har dari dulu rasa itu tak pernah berubah malah makin bertambah. Dengan sikap Har yang selalu melindunginya, Har pun demikian, kini mereka terpisah oleh lautan nan biru.
Adapun lirik dari lagu itu sebagai berikut:








DINDA
Cipt. Iwan Sekopdarat

DMY AMY B AMY DMY
Celah rindu bergelora, hanyalah padamu Dinda
DMY AMY B G C AMY
Setulus aku menyinta, hanyalah padamu Dinda
G B AMY DMY G B AMY
Reff Malam ini rindu bergelora, hanyalah untukmu Dinda
G B AMN DMY
Rasa ini setulus menyinta
G B AMN
Hanyalah padamu Dinda
A D B
Seindah bulan dan bintang
G A
Ku rindu engkau pujaan
AMY DMY AMY DMY AMY
Terpisah laut nan biru, ku merindu hooo huoo o..o

Tak terasa sudah setengah tahun Har tinggal di Jogja bersama kakek dan neneknya, tantenya pun tinggal bersama mereka. Tantenya menikah dengan seorang pengusaha namun belum dikaruniani seorang anak, tante Har bernama Adinda, nama yang sama dengan kekasih Har yaitu Dinda. Hari kuliah di Universitas Gajah Mada, difakultas Kedokteran sama seperti ibunya. Har ingin menjadi seorang dokter yang mengabdikan hidupnya untuk masyarakat dibidang pelayanan kesehatan. Azizah tidak melanjutkan kuliah, di Batam Azizah ikut kursus komputer dan bahasa asing. Azizahlah kini yang sering menemani Ibu Har di Batam walau rumah mereka bersebelahan, Azizah tinggal bersama maklongnya (Putri), karena Putri kini sendiri. Pajar ayahnya masih tetap dibengkel sepeda motor, malah usaha bengkel ayahnya semakin sukses.
Dindapun mengatakan ayahnya (Reno) kini mulai mengerjakan ladang yang dibelinya dengan menanami pohon sawit, ibunya Dinda (Siska) juga mencari kesibukan dengan berjualan cabe dan sayur mayur di pasar Kartini, demi menambah uang belanja dan kebutuhan kuliah Dinda. Disaat Har berjalan – jalan santai di Malioboro, Har melihat temannya yang satu universitas dengannya namun lain fakultas sedang mengamen menggunakan gitar. Temannya itu bernama Handoko, selesai mengamen Har mengajak Handoko untuk duduk sekedar minum jus disekitar Malioboro, disaat sedang santai minum har meminjam gitar Handoko, dan Har menyanyikan salah satu lagu ciptaan Her yang berjudul “cukuplah semua dihati”, Handoko sangat kagum mendengar suara Har yang sangat berkarakter itu, ia memuji suara Har setelah Har selesai bernyanyi, bukan hanya Handoko saja yang kagum dengan suara Har, orang tersebut bergabung duduk dimeja Har dan Handoko. Orang tersebut mengenalkan dirinya dengan nama Taufik, lebih tepatnya pak Taufik, karena umurnya sebaya dengan ibunya Har. Ternyata pak Taufik seorang produser rekaman musik yang bertempat di Jakarta, pak Taufik ke Jogja dalam rangka urusan kerja, dan sekedar rileks jalan – jalan di Malioboro, mendengar suara Har yang berkarakter pak Taufik mengajak Har untuk ikut dengannya ke Jakarta dan rekaman distudionya, ia menanyakan pencipta lagu tersebut, Har mengatakan bahwa penciptanya telah lama meninggal dunia, pak taufik hanya mengangguk – anggukkan kepalanya lalu ia meminta keputusannya besok pagi karena siangnya pak Taufik akan kembali ke Jakarta. Har sangat senang mendapat tawaran itu, Handoko pun mendukungnya, malamnya Har berembuk keluarga, kakek dan neneknya serta tante dan omnya setuju Har pergi ke Jakarta, Har pun lewat telpon meminta pendapat ibunya, Azizah juga Dinda tentang rencananya itu, mereka semua mendukung Har dan menyetujui Har tak lupa mereka semua mendo’akan Har semoga berhasil.
Siangnya Har dan pak Taufik kembali ke Jakarta, Har menjajal suaranya di studio rekaman musik pak Taufik dengan singlenya “cukuplah semua dihati”. Ternyata single itu mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Masyarakat sangat senang dengan lagu itu, tawaran manggung pun disana sini. Semua stasiun tv mengundang Har untuk manggung diacaranya, kini Har menjadi seorang selebritis, pundi – pundi uang mengalir kekantongnya, tak lama Har pun mengeluarkan albumnya, beberapa lagu Her mengisi album itu. Semua lagu – lagu yang ada dialbum itu menjadi hits terpopuler, dua tahaun Har berkecimpung didunia musik tanah air, Har kini sangat dikenal, namanya berkibar ditanah air. Sebagai artis yang sangat terkenal, keluarga Har sangat bangga dengan kesuksesan Har, apalagi Putri, ia menangis ketika Hari putranya menyanyikan lagu – lagu ciptaan Her ditelevisi dengan penuh penjiwaan Har menyanyikan lagu tentang rindu yang diciptakan Her untuk Putri semasa hidup Her. Teringat kembali kenangan silam bersama Her, bilir – bilir airmata jatuh diwajah Putri yang mulai menua dengan garis keriput diwajahnya.
Dinda pun terharu ketika melihat Har ditelevisi menyanyikan lagu dengan lirik yang romantis yang diciptakan Har sendiri khusus buatnya. Setelah dua tahun di dunia entertainer, Har kembali ke Batam dengan hasil bernyanyi ia membangun sebuah mesjid tak jauh dari areal pemakaman tempat Her dan Benu ayahnya dimakamkan. Pada peletakan batu pertama Har mengundang sesama sahabat – sahabat Her dan juga sahabat – sahabat ibunya, dengan menanggung semua perongkosan mereka. Tunai sudah amanah yang dipesankan Her semasa hidupnya kepada Putri lewat Hari yang mengangkat lagu – lagu ciptaan Her tentang rindu. Lalu mereka bersama – sama berziarah ke makam Benu suami Putri dan Her yang dulu pernah mengisi hari – hari Putri sebagai sahabat hatinya semua, kini mereka semua sudah mulai menua. Dengan banjirnya tawaran manggung disana sini membuat Har kewalahan membagi waktu antara jam manggung dengan kuliahnya.
Akhirnya Har memutuskan untuk terus melanjutkan kuliahnya karena memang dari kecil Har bercita – cita ingin jadi seorang dokter seperti ibunya. Har mengundurkan diri dari dunia musik tanah air dan menekuni kuliahnya sampai meraih gelar dokter. Setelah menjadi dokter Hari ditugaskan di Kisaran tempat dimana kini Dinda dan keluarganya menetap. Setahun setelah bertugas Hari pun melamar Dinda sebagai istrinya. Hari mendengar kabar dari ibunya bahwa Azizah telah hidup bahagia bersama Firman suaminya. Ayah Dinda pun (Reno) kini menjadi seorang petani yang sukses dibantu Dinda mengolah lahan pertanian dengan benar dan hasil panen yang optimal.
Akhirnya Hari dan Dinda menikah, mereka hidup bahagia karena sudah mulai menua, Hari meminta ibunya untuk tinggal bersama mereka. Putri pun sangat bahagia dapat berkumpul bersama anak dan menantunya di hari tuanya. Putri pun berdoasemoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya bagi keluarganya tercinta.
Tentang rindu, suatu hal yang sangat terindah untuk dikenang.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar