Sabtu, 21 Januari 2012

tentang rindu II Bag. 1

KERINDUAN

Air mengalir di sela – sela bebatuan
Kumpulan dari simponi alam
Dari mata air pegunungan
Bercerita tentang keindahan
Kala melompat berkejaran
          Seutas rinduku pada kampung halaman
          Pada pantai yang bernuansa
          Pada pasir yang tak berwarna
          Saat gerimis senja tiba
          Lembayung jingga merona
          Dihias pelangi pada siluet cakrawala
          Sekerat rasa pada teman dan handaitolan
Laksana cahaya menembus tepian mega
Sinar lembutnya membelah angkasa
Kan pasti kembali bersinar
Setelah terpelanting di sudut kaki gunung
Yang hampir jatuh di telapak pajar
Berbilah ranting yang diserut bergulung
          Jika rembulan merupakan kisah
          Maka kenanganlah ceritanya

                             Puisi karya : Iwan Sekopdarat














                   13 MADAH                              Gubahan : Iwan Sekopdarat
          (Renungan hati / kajian diri)      

  1. Lempa kasut burung tak kene, sebab tenage tiade upaye
Madah ikut tiang berkate, karne kelua dari yang mule

  1. Sudah kate tak denga juge, bia kelak die merase
Madah tername lupe kuase, buah harte badan binase

  1. Bia kerengge di atas meje, bile di picet tiade gune
Madah pujangge untuk agame, hibah pencipte untok dunie

  1. Kurang sedap kurang dirase, kalau ngerti kan tinggal gule
Madah hidup mengenang rupe, terang mati meninggal name

  1. Katenye belang waktu dikace, padahal hitam wajah di muke
Madah tak ilang kate di buke, ilmu tak ilang untuk dibuke

  1. Rase pengap gelap gulite, pekat rase sesakkan dade
Madah tak sanggop rage tername susahkan mate di malam bute

  1. Kalau sudah di sulam juge, ngape tak surot salah di mate
Madah mule macam ulame, rage takot sekse nerake

  1. Sudah ngene tak sada juge, layak muke terus begaye
Madah kate yang bawak rupe, tapi makne yang bawak jiwe

  1. Jaoh sudah rase berlari, hingge tinggal rage sendiri
Madah rupe tande memberi, hilang maruah pade Ilahi

10. Wadah ditadah di tangan kanan, wadah terikat seutas tali
Madah akidah menuntun iman, madah ma’rifat meluros hati

11.  Suson belange buat besekat, jage fatoh kalau betingkat
Madah pujangge untok ma’rifat, karne harte jiwe tersesat

12. Daon pandan dalam perigi, tentu air akan mewangi
Madah pandang karne di api, terang hati karne Ilahi

13. Mule tak suke rase tak kene, karne tak tau makne bahase
Madah ditanye mulai tername, kelak ditanye mati dimane









Kurang lebih 3 tahun Putri di Jogja dikota kelahirannya, menyelesaikan kuliahnya meraih gelar Dokter, Putri sempat setahun bertugas dirumah sakit sebelum ia minta agar dipindah tugaskan dipulau Batam. Setelah mengurus semua surat kepindahannya, Putri memberesi perlengkapannya untuk di Batam nantinya, berat hati kedua orang tua Putri melepas kepergian Putri untuk kembali ke Batam, namun mereka sadar jika kepergian Putri kali ini dengan niat mantap, cita – cita yang luhur dan pengabdiannya sebagai Dokter, yang melayani kesehatan masyarakat ditempatnya bertugas nanti, “Put, jaga dirimu baik – baik disana nanti, sholat jangan ditinggalkan“, Pak Hendra menasehati putri sulungnya, “Insya Allah pa, Putri kan selalau ingat pesan papa“, ujar Putri dengan sopan. “Put, jika ada nantinya kau temukan pilihan hatimu, cepatlah berumah tangga, mama sudah nggak sabar, pengen menimang cucu“, sambil tersenyum Bu Hendra menggoda putri sulungnya itu, “ah mama, jodoh ditangan Tuhan ma“, sedikit cemberut manja.
 Putri menjawab pertanyaan mamanya, “gimana rasanya ya jadi tante, ha…ha…ha” Dinda adik Putri pun menggoda kakaknya, “tantemu itu, sekolah yang benar, Putri mencubit hidung adiknya yang ikutan menggodanya, “put, kalau sudah memberesi barang – barangmu, cepat tidur ya, besokkan mau berangkat biar fit diperjalanan”, kembali Pak Hendra mengingatkan Putri”, “iya pa” sahut Putri sambil mengangguk, “jangan lupa kasih kabar ya put, setibanya di Batam nanti”, ujar Bu Hendra “beres ma”, dengan mantap Putri menjawabnya, lalu Pak Hendra dan Bu Hendra beranjak dari kamar Putri, menuju kamarnya, tinggal Putri yang sudah memberesi pakaiannya dan Dinda membuka buku pelajarannya, Dinda bertanya kepada kakaknya, “gitar mbak bawa?” “ia dek, saat ini hanya gitar ini yang ngerti mbak” Putri menjawab pertanyaan Dinda, pikirannya menerawang jauh, teringat kembali kenangan indah bersama Her, semasa hidup Her, “hei, mbak jangan melamun, katanya mau memberesi pakaiannya, kok jadi bengong?” Dinda mengguncang pelan bahu kakaknya, Putri sedikit tersentak ia hanya tersenyum memandangi wajah adiknya, kembali memberesi pakaiannya. Selesai memberesi pakaiannya, Putri mengambil gitar, sambil membolak balik buku lagu ciptaan Her, yang diberikan keluarga Her padanya.
Putri beranjak dari duduknya, ia tak ingin mengganggu Dinda yang sedang belajar terusik dengan suara gitarnya, Putri berniat memainkan gitar disamping rumahnya. “main disini aja, aku pengen kakak menyanyikan lagu “BpBm” dan “Tersenyumlah”, aku suka lagu itu”, ujar Dinda. Dinda memang hafal betul lagu – lagu yang ada dibuku itu, karena Putri sering menyanyikannya, kadang Dinda, mama dan papanya ikut larut dalam kesedihan bila mendengar Putri melantunkan lagu tentang rindu, sedikit banyaknya mereka tahu kisah lagu tentang rindu itu dari Mila, sewaktu Mila menelpon mereka menceritakan kisah tersebut. Dinda, papa dan mamanya tidak mau terlampau jauh mengusik kenangan itu dari Putri, yang terpenting Putri kembali kerumah ini bersifat lebih dewasa, penyabar dan pekerja keras, Putri tekun dalam belajar, selalu membantu membereskan rumah, walau mereka memiliki 2 pembantu, Putri tidak bersikap manja, banyak pengalaman berharga yang didapat Putri sewaktu ia berada di Batam, “besok mbak sudah pergi, nggak ada lagi Dinda dengar nyanyian mbak, nyanyikan ya mbak?”. Dinda seakan meyakinkan pernyataannya agar kakaknya mau menyanyikan lagu tersebut, Putri mengurungkan niatnya untuk pergi kesamping rumah mereka, ia duduk disudut tempat tidur sedikit menyetem gitar agar suara gitarnya tidak fals atau sumbang. “pelan aja ya dek” ujar Putri, Dinda hanya mengangguk. Tak lama denting dawai gitar memecah keheningan malam diiringi suara merdu Putri menyanyikan lagu “BpBm” dan “Tersenyumlah”. Dinda mendengarkannya dengan seksama, Dinda mengenal Her hanya dari photo yang ada dimeja Putri. Walau orangnya telah tiada lagu – lagu ciptaannya tetap dinyanyikan Putri. Adapun lirik dari lagu “BpBm” dan “Tersenyumlah” itu sebagai berikut
BpBm                           
                                                Cipt : Iwan Sekopdarat
          G                         B
Bermimpilah bagaikan pelangi pagi
        C                 Dmy
Berserilah bagaikan melati
        G                    B
Berhias rindu penawar rasa hati
        C                Dmy
Bertahta dalam rasa ini
   Dmy       Amn          C
Diperjalanan cinta yang ku lalui
                Dmy       G
Dipersimpangan rasa rindu ini
   G       Amn               C
Di tikungan hati ku tatap pelangi
            D                   G
Bias sinar kealam mimpi
G      B                  C                    G
Reff           Biarlah ku bermimpi, penawar rasa hati
G      B               C                       G
Biarlah ku lewati, rasa rindu dihati
              G      Amn                    C
            Bersama pelangi, bertemankan  mimpi
                &nbsk;     Dmy              G
            Bersama melati dihati
( lagu BpBm dapat di lihat dan di dengar di you tube di pencarian Iwan Sekopdarat )
                                      Tersenyumlah
Cipt : Iwan Sekopdarat

                     Dmy                                  Amy
                   Tersenyumlah kau manis sekali saja
                      G                                  Dmy
                   Walau senyum itu bukan untukku lagi
                     Dmy                               Amy
                   Tersenyumlah kau manis sekali ini
                     G                                          Dmy
                   Jangan kau paksakan karena aku yang pinta
                              Dmy   C                G               Dmy
                             Sekali saja sekali ini aku meminta
                                                C                     G
                             Jangan terpaksa bila tak suka
                                  Amy
                             Bagiku tak mengapa
                    Amy             G      Dmy  Amy             Dmy
Reff            Setidaknya aku dulu, pernah kau cinta
                             Amy              G       Amy
                   Bersama melewati hari ceria
                    Amy             G           Dmy    Amy            Dmy
                   Sekiranya tak bersama, bagiku tak mengapa
                    Amy                 B                       G           Dmy
                   Mungkin sudah pilihan kau tercipta untuknya

( lagu tersenyumlah dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
Dua lagu yang dinyanyikan Putri begitu syahdu bagi Dinda. Dinda tertidur, Putri tersenyum melihat adiknya. Ia merapikan selimut untuk Dinda, meletakkan gitar dan buku lagu di tempat semula. Putri pun merebahkan dirinya di samping adiknya, Putri sengaja tidak memberi tahu kepada teman-temannya yang ada di Batam bahwa besok ia akan datang. Putri ingin membuat kejutan pada teman-temannya. Masih terbayang diingatannya sewaktu ia pertama kali menginjakkan kakinya di Batam, dengan berat hati kedua orang tuanya saat itu melepaskan kepergian Putri. Namun dengan guncangan hati Putri yang sewaktu itu terluka dikhianati oleh kekasihnya, kedua orang tuanya tak bisa berbuat banyak. Putri hanya mengatakan pada orang tuanya, hanya sekedar berlibur dan akan kembali ke Jogja untuk menyelesaikan kuliahnya, setelah ia merasa tenang. Kini Putri kembali akan menginjakkan kakinya di Pulau Batam, namun disini keadaannya lain. Putri lebih dewasa dan mengemban tugas mulia, mengabdikan dirinya di masyarakat dengan sepenuh hati.
          Putri tertidur dalam impiannya, dengan cita-cita yang ia gantungkan tinggi, setinggi bintang di langit. Selama kurang lebih 3 tahun, tak banyak yang dilakukan Putri di kota kelahirannya Yogyakarta, ia belajar dengan sungguh – sungguh, Putri ingin mendapat nilai yang memuaskan dengan IP yang tinggi di bangku kuliah yang dulu sempat ditinggalkannya. Tak begitu sulit bagi Putri untuk mengejar semua pelajaran – pelajaran yang tertinggal karena pada dasarnya Putri seorang gadis yang tergolong pintar, hanya dalam urusan cinta Putri begitu rapuh.
Tiada hari tanpa belajar yang dilalui Putri, ia lebih sering duduk dan membaca di perpustakaan ketika jam istirahat atau dosen yang berhalangan tidak hadir memberi materi kuliah. Jika hari libur sesekali Putri jalan – jalan di Malioboro sedikit menyegarkan suasana, kadang ia ditemani Dinda. Tidak sedikit laki – laki yang coba mendekatinya, Putri menanggapinya dengan positif, menolak secara halus dengan alasan dan pengertian yang membuat para lelaki yang mendekatinya tidak tersinggung dengan penjelasannya tersebut. Dalam waktu 2 tahun, Putri menyelesaikan kuliahnya dan lulus dengan nilai tertinggi meraih gelar Dokter di Universitas Gajah Mada ( UGM ). Putri pun diterima bekerja sebagai tenaga medis di salah satu rumah sakit ternama di Yogyakarta yaitu RSUP Dr. Sardjito. Selama setahun Putri bertugas sebagai dokter umum di rumah sakit tersebut dan ia mengajukan surat permohonan kepada pemerintah, agar ditugaskan di Pulau Batam, hanya dalam waktu sebulan setelah Putri mengajukan surat permohonan itu, ia mendapat tanggapan positif dari pemerintah dan ditugaskan di Pulau Batam.
          Dari Subuh, Bu Hendra sudah bangun bersama pembantunya. Bu Hendra menyiapkan sarapan, rumah mereka termasuk rumah mewah di kompleks perumahan dekat Hotel Hyatt Jogja disekitar Jalan Palagan Sleman Yogyakarta karena lokasinya yang tak jauh dari hotel tersebut, maka akses ke pusat kota sangat dekat dan mudah hanya 200 meter keluar dari kompleks perumahan sudah masuk di jalan Palagan. Jika menggunakan motor, kurang lebih 5 menit ke Kampus UGM dan kurang lebih 10 menit untuk sampai di Tugu atau ke Malioboro.
          Bu Hendra segera menuju lantai atas membangunkan kedua putrinya. “ Put, Putri bangun…, biar sempat sarapan sebelum berangkat” ujar Bu Hendra. Putri terbangun mendengar suara mamanya membangunkannya, ia hanya tersenyum manja menatap mamanya dan langsung ke kamar mandi. Sementara Dinda yang dibangunkan mamanya malah makin tarik selimut dan memeluk guling, “ entar ma, mbak Putri kan di kamar mandi” dengan mata terpejam Dinda menjawab pertanyaan mamanya. Mamanya hanya geleng – geleng kepala melihat tingkah putri bungsunya itu, tak lupa mengingatkan pada Putri dan Dinda untuk sholat subuh. Bu Hendra lalu turun dari lantai atas menuju kamarnya. “ pa, bangun pa, katanya mau ngantar Putri ke bandara”, dengan lembut Bu Hendra membangunkan suaminya. “sudah jam berapa ma??”, Pak Hendra yang terbangun langsung menanyakan pukul berapa kepada istrinya. “masih pukul 5, buruan pa…sholat!!”, ujar Bu Hendra mengingatkan suaminya. “mama sudah sholat?”, tanya Pak Hendra yang telah bangun dari tidurnya. “ belum pa, nungguin papa, Putri dan Dinda pun sudah bangun, kita sholat berjama’ah ya pa”, sambil memberikan handuk, Bu Hendra menjawab pertanyaan suaminya, Pak Hendra pun langsung menuju kamar mandi, di lantai bawah sengaja Pak Hendra menyediakan satu ruangan untuk mereka sholat berjamaah. Di sana Putri dan Dinda telah menunggu kedua orang tuanya untuk sholat berjamaah. Tak lama Pak Hendra dan Bu Hendra pun menyusul. “ Put, Bik Inah mana? Biar kita sholat berjamaah”, Pak Hendra menanyakan keberadaan Bik Inah pembantu mereka kepada putri sulungnya. “ntar pa, masih ngambil wudhu”, jawab Putri. Pak Hendra hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum melihat ke arah Dinda putri bungsunya yang tersenyum cemberut sedikit manja. Bik Inah keluar dari kamar mandi lalu mereka pun shalat berjamaah. Bik Inah adalah pembantu mereka yang bekerja sejak Putri masih berumur 8 tahun, keluarga Pak Hendra memperlakukan Bik Inah tidak semena-mena. Mereka sangat menyayangi Bik Inah.
Selesai sholat Bik Inah kembali ke dapur menyiapkan sarapan pagi dibantu Bu Hendra dan Putri, sementara Dinda menuju ruang tengah duduk santai di sofa sambil menghidupkan televisi, sedangkan Pak Hendra menuju teras depan sekedar menghirup udara segar pagi hari, jauh dari polusi kendaraan bermotor. Pagi ini Pak Hendra memang sengaja tidak ke kantornya karena ia berjanji mengantar Putri ke Bandara Adi Sucipto. Pak Hendra seorang usahawan sukses dibidang mebel, sementara Bu Hendra mengelola restoran yang cukup ternama di kota Jogja ini, Bu Hendra berniat selesai mengantar putrinya saja baru ia menuju restoran yang dikelolanya, baik Pak Hendra dan Bu Hendra mereka ingin agar Putri meneruskan usaha mereka. Sementara Putri tekadnya sudah bulat untuk mengabdikan dirinya pada masyarakat, melayani masyarakat dalam hal kesehatan. Kedua orang tua Putri pun tidak terlalu memaksakan kehendak mereka. Mereka yakin apapun keputusan Putri, mudah-mudahan menjadi jalan terbaik bagi Putri.
          Dinda yang tadinya duduk di sofa segera menuju ruang dapur, di dapur sarapan pagi telah tersedia. “Din, panggil papamu, kita sarapan bareng”, ujar ibunya. “ oke ma”, Dinda menuju teras depan. “pa, sarapannya sudah siap, kata mama”, Dinda tak menunggu jawaban papanya, ia kembali ke ruang dapur disusul Pak Hendra, lalu mereka semua sarapan pagi. Selesai sarapan mereka berkemas-kemas, pagi ini mereka berencana mengantar Putri ke bandara, mobil yang dikemudikan Pak Sarwo supir keluarga melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Adi Sucipto. Setibanya di bandara, Bu Hendra membelikan beberapa cemilan buat Putri untuk dimakan di perjalanan.                           Tak lama mereka menunggu, terdengar suara pemberitahuan dari pihak bandara, menandakan pesawat akan segera berangkat.
          “ Put, hati-hati di kampung orang, pandai – pandai juga jaga diri”, Pak Hendra menasehati putrinya, “ iya pa, Putri akan jaga diri”, jawab Putri sopan. “ Put, tahun depan mama ke Batam ya”, sahut Bu Hendra. Putri hanya mengangguk senyum sambil memeluk mamanya. “mbak carikan aku cowok Batam ya mbak, ha…ha…ha…”, Dinda menggoda kakaknya. “ntar ku carikan sepuluh buatmu”, tak kalah Putri meladeni candaan adiknya. Mereka pun melambaikan tangan kepada Putri yang bergegas berjalan menuju pesawat, dari kaca jendela tak henti – hentinya Putri membalas lambaian tangan keluarganya. Setelah tepat pada pukul keberangkatan, pesawat tersebut lepas landas menuju Jakarta dan berhenti di Pulau Batam tempat tujuan Putri. Siangnya, pesawat tersebut membawa Putri mendarat di Bandara Hang Nadim Pulau Batam.
Putri yang baru turun dari pesawat dengan menggendong gitar dan menjinjing kopernya ditanya oleh beberapa supir taksi yang menawarkan jasa untuk mengantar Putri ke tempat tujuannya. Putri hanya tersenyum dan terus berjalan menuju parkiran, disana ia melihat seorang wanita yang juga supir taksi, kalau menurut perkiraan Putri, umur wanita itu sebaya dengan umurnya. Putri hanya tersentuh melihat seorang supir wanita itu, diantara supir-supir pria lainnya, Putri mendekati wanita tersebut. “mbak, ke Batu Aji MKGR berapa??”, tanya Putri. Supir wanita itu terdiam sesaat, “lima puluh ribu”, ujar wanita itu perlahan seakan – akan memberi harga yang pas pada Putri. Putri hanya tersenyum dan mengangguk, lalu supir itu membukakan pintu, tak lupa membuka bagasi belakang dan memasukkan koper Putri. Mobil pun berjalan meninggalkan Bandara Hang Nadim tersebut menuju Batu Aji, di dalam taksi Putri hanya duduk rileks sambil memeluk gitarnya. “sudah lama jadi supir mbak??”, Putri coba memecahkan suasana yang tadi diam. “baru dek, baru 3 tahun!”, jawab wanita tersebut. “biasalah dek, di Batam kalau nggak   dua – dua mencari susah, apalagi anak – anak sudah pada sekolah semua, nggak kayak di kampung, di Batam semua serba mahal”, supir wanita itu kembali bercerita tentang kerasnya hidup di Batam, Putri mendengarkannya dengan seksama, “emang suami mbak kerja dimana ?” tanya Putri lagi, ”suamiku kerja di Tanjung Uncang, Perusahaan galangan kapal”, jawab supir wanita tersebut, sekilas wanita itu memandang dikaca depan kearah Putri, ia melihat seakan ada mendung tebal kesedihan yang mendalam diwajah Putri, sementara Putri yang dipandang wanita itu, melepaskan pandangannya jauh dideretan perumahan – perumahan yang dilalui mereka, teringat kembali kenangan indah bersama Her, ketika wanita itu bercerita tentang pekerjaan suaminya di Tanjung Uncang, bilir – bilir air mata tertahan disudut matanya, tak kuasa setetes jatuh dipipinya cepat – cepat Putri menyekanya, wanita tersebut memandang kearah Putri lewat kaca depan, “dek, apa ada yang salah dengan perkataan kakak” ujar wanita itu keheranan, “nggak mbak, nggak ada yang salah, aku teringat saja dengan sahabatku, dulunya ia juga kerja di Tanjung Uncang”, Putri menjawab pertanyaan wanita itu dengan suara tertahan, “dia sudah meninggal”, Putri kembali menyambung perkataannya sambil memeluk gitar itu erat – erat. “sahabatmu itu, sangat berarti bagimu ya dek? yang sabar ya, kamu harus banyak berdo’a, semoga sahabatmu itu tenang dan diterima disisiNya”, wanita itu coba memberi pengertian kepada Putri, Putri hanya mengangguk, lalu mobilpun melaju dengan kecepatan sedang membawa pikiran Putri kemasa silam.
Taksi berhenti dipintu masuk perumahan MKGR, Putri menolak ketika supir wanita tersebut menawarkan akan mengantarkannya kerumah yang jadi tujuan Putri, “nggak apa – apa mbak, disini saja”, ujar Putri sambil menyodorkan uang 50 ribuan, perempuan itu hanya mengangguk dan tersenyum serta mengambil uang yang disodorkan Putri, “namaku Rahimah!”, wanita itu memperkenalkan dirinya, ia menunjuk label nama di bajunya. “Putri”, Putri tersenyum melihat kepolosan wanita itu. “siapa tau kapan – kapan kita ketemu lagi”, wanita tersebut berkata kepada Putri. “ya mbak, sama – sama, terima kasih ya….!”, sahut Putri. Setelah wanita itu mengeluarkan koper – koper dari bagasi belakang, ia kembali ke tempat duduk semula. Taksi pun perlahan melaju meninggalkan Putri yang masih berdiri di pinggir jalan pintu masuk kompleks perumahan MKGR. Tujuan Putri adalah ke rumah lamanya dulu yang mereka sewa bersama Mila dan Siska yaitu di Blok Rakyat No. 13. Putri berjalan menuju rumah tersebut, tak banyak berubah setelah 3 tahun Putri meninggalkan Batam, memang dalam 2 tahun belakangan ini Mila dan Siska jarang menghubunginya lewat telepon. Mila dan Siska ingin Putri belajar dengan sungguh – sungguh menggapai cita – citanya dan Putri pun memakluminya. Setelah berjalan lurus di persimpangan, Putri berbelok ke arah kiri menuju blok rakyat.
Putri tiba di depan rumah yang bernomor 13, pekarangan rumah tersebut masih tetap tertata rapi, bunga – bunga aneka warna yang di tanam di atas pot masih menghiasi pekarangan itu, catnya pun baru diganti sehingga menambah kesejukan rumah itu. Putri mengetuk pintu, 3 kali ketukan terdengar dari dalam rumah suara sandal yang diseret kaki menuju pintu, pintu terbuka seraut wajah wajah manis tersenyum ke arah Putri. Putri menafsir kalau umur gadis itu sebaya dengan adiknya Dinda. “maaf, cari siapa ya mbak??”, gadis itu bertanya pada Putri yang masih terdiam. “apakah Mila dan Siska sudah pindah dari rumah ini??”, dalam hati Putri bergumam. “dek, maaf ya….mbak numpang tanya, dulu rumah ini di sewa Mila dan Siska, apa adek tau sekarang mereka ada dimana??”, dengan ragu Putri coba bertanya kepada gadis itu, gadis itu tersenyum. “kak Siska masih di rumah ini kak, kami kost sama kak Siska”, gadis itu menerangkan kepada Putri bahwa Siska masih di rumah ini. Mata Putri berkaca – kaca mendengar Siska masih di rumah ini, menahan keharuan rindu untuk bertemu sahabatnya itu. “masuk dulu mbak, biar ku panggil mbak Siska”, gadis itu mempersilahkan Putri untuk masuk ke dalam rumah. Putri pun masuk dan duduk di ruang tamu. Putri tersenyum melihat – lihat foto yang tergantung di ruang tamu tersebut. Tak lama keluar Siska menuju ruang tamu. “Putriiiii!!”, pekik Siska tertahan. Putri yang tadi sedang asyik melihat foto – foto pernikahan Siska terperanjat dengan pekik tertahan dari Siska. “Siskaaaa!!”, hanya itu yang keluar dari mulut Putri. Mereka lalu berpelukan, melepas kerinduan setelah 3 tahun tidak berjumpa, gadis yang tadi membukakan pintu keheranan melihat Putri dan Siska yang saling berpelukan, diikuti 2 gadis yang baru keluar dari kamar penasaran melihat keadaan di ruang tamu.                 “Siska….kamu hamil?? Mana Reno??”, suatu ungkapan kebahagiaan yang diutarakan Putri pada Siska, Putri tau yang bersanding dengan Siska adalah Reno sahabat almarhum Her.   “pagi – pagi sekali Reno sudah pergi, katanya mau ke rumah Frans, mereka janjian mau mancing di Nogsa”, jawab Siska. “Frans masih di sini?”, Putri kembali bertanya. “nanti saja jawabnya mendingan kita ke dapur aku baru siap masak, kita makan bareng, selesai makan baru kita cerita”, Siska menarik lengan Putri menuju ruang dapur. “Koper sama gitarmu biar saja di situ nanti di masukkan Desi ke kamar”, Siska menyambung perkataannya.
Di dapur Putri, Siska dan ketiga gadis itu makan dengan lahapnya. “Sis, aku ke ruang tamu dulu masih pengen melihat foto-fotomu”, ujar Putri yang baru selesai makan.  “Kamu makan jangan terlalu cepat, nanti keselek kasian bayinya”, sambung Putri lagi. “Iya Bu Dokter”, jawab Siska dengan canda. Putri hanya tersenyum.
Putri pun segera menuju ruang tamu ia melihat foto-foto pernikahan Siska dengan Reno, foto dirinya, Siska dan Mila juga foto Reno dan sahabat-sahabatnya, Bakat, Pri, Aldin, Amat, Frans dan Her. Tak berkedip Putri memandang wajah Her di foto itu dengan halus ia mengusap wajah Her dengan jemarinya, Siska yang baru selesai makan menuju ruang tamu duduk di sofa membiarkan Putri yang lagi teringat akan kenangan tentang rindunya bersama Her. “Reno yang menggantung semua foto – foto itu”, Siska coba memecah keheningan siang itu. “o…”, hanya itu yang keluar dari bibir Putri. Tak lama ketiga gadis itu menuju ruang tamu setelah membereskan dapur. Hari ini hari libur jadi mereka tidak bekerja. Siska pun mengenalkan ketiga gadis itu kepada Putri, “kenalkan saya Desi mbak”, ujar gadis yang tadi membukakan pintu. “saya Ros”, sahut gadis berambut panjang. “Putri”, Putri menjawab dengan suara datar. “saya Dewi kak”, gadis yang berambut pendek juga memperkenalkan dirinya kepada Putri. Putri pun tersenyum sambil menyebut namanya kepada Dewi. Siska pun bercerita panjang lebar. Desi, Ros dan Dewi menyewa kamar sama Siska dan rumah ini telah di beli Siska bersama Reno, dari pihak kontraktor, Reno yang menganjurkan agar Siska mencari anak kost selain menambah uang belanja, mereka juga bisa menemani Siska yang sedang hamil besar. Siska juga memberitahukan pada Putri bahwa Mila telah kembali ke kampung halamannya. Tak lama setelah Putri pergi meninggalkan Batam menuju kampung halamannya. Siska dan Reno melangsungkan pernikahan, pernikahan itu dipestakan di Kisaran, Asahan kampung halaman Siska. Siska juga mengajak Mila sahabatnya ke Kisaran. Tak lama sepulangnya dari Kisaran, Mila di telepon orang tuanya agar pulang ke kampung halamannya. Mila dan Tono pulang ke kampung halaman mereka. Di kampung halamannya, Mila dan Tono akhirnya menikah dan hidup bahagia. Putri sempat bingung dan menanyakan kepada Siska, seingatnya Tono itu pacarnya Nita sepupu Mila. Siska kembali bercerita, dari telepon Mila cerita panjang lebar mengapa ia jadi menikah sama Tono. Nita tahu kalau selama ini yang ada di hati Tono hanya Mila. Tono sempat kesal ketika Mila mengenalkan Nita kepada Tono untuk menjadi kekasih Tono. Tono menerima Nita, ingin melihat sampai dimana tingkat kecemburuan Mila, namun Mila tetap tenang walau hatinya bergemuruh. Setelah Mila merantau ke Pulau Batam, orang tua Mila meminta tolong kepada Nita untuk merapikan kamar Mila, tak sengaja Nita menemukan buku harian Mila di bawah kasur, Nita membacanya. Di dalam buku harian itu, Mila banyak bercerita tentang Tono, ia sengaja mengalah karena tak ingin menyakiti hati Nita. Sewaktu pacaran dulu pun Tono lebih sering bercerita tentang Mila daripada hubungan mereka, Nita jadi merasa bersalah, ia ingin menyatukan Tono dan Mila menjadi sepasang kekasih. Ketika pinangan yang diajukan tetangga Nita kepada oranng tuanya, Nita pun menerima lamaran itu dengan ikhlas karena ia tau Joko adalah pemuda yang baik dan bertanggung jawab bukan dari paksaan orang tuanya. Nita dan Joko pun menikah, mereka hidup bahagia. Setelah menikah Nita menghubungi Mila dan menceritakan semuanya pada Mila. Mila pun terharu mendengar penjelasan Nita, Mila menceritakan semuanya pada Tono. Tak lama orang tua Mila menelepon Mila agar pulang ke kampung halamannya bersama Tono. Orang tua Mila telah mendengar semuanya dari Nita, keponakan mereka. Orang tua Mila ingin melaksanakan pesta pernikahan Mila dan Tono di kampung halamannya di kota Malang. Mila dan Tono pun pulang, mereka menikah dan hidup bahagia. Putri mengangguk mendengar semua penjelasan Siska, baru ia pahami mengapa Mila dan Tono akhirnya menikah.
Kembali Siska bercerita tentang Frans dan istrinya yang sekarang tinggal di Blok Ahli No 31 itu. Teman – teman yang lainnya sudah pada pulang kampung semua. Siska tak bercerita banyak tentang istri Frans karena Siska tidak begitu akrab dengan istri Frans paling sesekali saja Siska dan Tono berkunjung ke rumah Frans atau sebaliknya. Dulu Benu pun sering main ke rumah ini, sekedar bercerita dengan Reno. Benu tak sempat berkenalan dengan Her, Benu hanya kenal Her lewat foto yang di gantungkan Reno di ruang tamu mereka, di situ Her berdiri bersama 6 sahabatnya, namun kembali Siska bercerita akhir – akhir belakangan ini Benu jarang main ke sini.
“oh ya put, kamu mau nelfon Mila?” ujar Siska. “kamu ada nomornya?” jawab Putri “lihat saja disamping telfon itu, dibuku nama,” sahut Siska lagi sambil menunjuk buku nama disamping telfon tersebut, Putri menuju telfon, dan membuka buku nama. Setelah ia membaca nama Mila, ia menekan angka ditelfon itu menghubunginya, terdengar suara deringan dari arah sana, tak lama terdengar suara lelaki yang berbicara dengan nada yang berwibawa “halo selamat sore, disini unit pemadam kebakaran, adakah yang bisa kami bantu? ataukah buk Siska pengen segera kami antar kerumah bersalin? ha….ha…ha….” sebenarnya Putri pengen menutup telfon itu yang dikiranya salah sambung, namun ketika ia mendengar candaan yang menyebut nama Siska, Putri tau bahwa itu Tono, “Tono, aku Putri” ujar Putri tertahan dari telfon, “Putri!” Putri Wulan Dari, pacar Her kan!” Tono setengah berteriak seakan tak percaya “iya ton, aku Putri, tadi siang aku nyampai Batam” ujar Putri meyakinkan Tono, “put, gimana kabarmu, berarti sekarang bu Dokter Putri dong”, Tono ingat sebelum Putri meninggalkan Batam, Putri berjanji untuk meneruskan kuliahnya, dan Putri akan kembali ke Batam, jika kelak ia berhasil menjadi Dokter, “iya ton, aku sekarang Dokter, Dokter umum” kembali Putri mengingatkan Tono, “syukur Alhamdulillah put, cita – cita mu kesampaian, moga Her pun bahagia dialam sana mendengar berita ini, put ma’af ya telfonnya sudah ditarik – tarik Mila, nggak sabaran pengen ngomong sama kamu” Tono pun memberikan telfon kepada istrinya, “assalamu’alaikum“ dari seberang sana terdengar suara Mila, “wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh, mila kamu jahat, nikah nggak ngundang – ngundang nada bicara Putri seakan sewot, “put, sorry ya bukannya aku nggak mau ngabarin, soalnya acaranya mendadak, lagi pula aku nggak ingin mengganggu konsentrasimu dalam belajar”, dengan rasa bersalah Mila coba menjelaskan pada Puti, “ha….ha…ha… aku bercanda kok, aku dah tau semuanya dari Siska, Mila ku do’akan moga kalian menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah”. Putri tertawa dalam telfon mendengar jawaban Mila yang merasa bersalah, “Putri, kamu nggak berubah, suka ngagetin orang, ha ha..,” Mila pun akhirnya tertawa, lalu Mila dan Putri larut dalam obrolan mereka, kurang lebih 15 menit Putri menutup telfonnya, “mil, udah dulu ya, nggak enak sama Siska, assalamu’alaikum Wr. Wb”, ujar Putri. “ok, ntar aku aja yang nelpon, kamu baik – baik di sana ya Put, wa’alaikum salam Wr. Wb”, dengan mengakhiri kata salam Mila pun menutup teleponnya. Siska yang mendengar pembicaraan Putri dan Mila hanya tersenyum sengaja Siska membiarkan Putri melepas rindunya pada Mila.
Tak lama Siska pun menunjukkan kamar kepada Putri, mungkin saja Putri kelelahan dan ingin rebahan sejenak. Putri memasuki kamar yang ditunjuk Siska. Kamar itu adalah kamar Putri dulu waktu mereka masih menyewa rumah tersebut. Putri tertegun melihat ruangan itu. Ruangan itu masih tertata rapi seperti 3 tahun yang lalu sewaktu Putri masih menempatinya, tempat tidurnya, meja sudutnya, sepreinya, lemari, bahkan letak-letak barang tersebut tidak berubah, hanya tambah 1 lemari pakaian milik Desi. “maaf Put, sengaja Desi ku suruh menempati kamar ini, biar ada yang bantu aku membereskan baju – bajumu yang ada di dalam lemari dan maaf Put, foto yang di meja ku masukkan dalam lemari, ini kuncinya”, Siska menyerahkan kunci lemari pada Putri. “makasih Sis”, hanya itu yang keluar dari bibir Putri. Tak kuasa ia menahan air matanya, ia memeluk Siska dengan isak tertahan. Siska membalas pelukan Putri, Siska memaklumi dengan keadaan Putri. Dewi, Desi dan Ros yang melihat kejadian di pintu kamar pun terharu melihat Siska dan Putri saling berpelukan. Siska pun membiarkan Putri yang masih melihat – lihat suasana kamarnya. Desi menemani Putri di kamar itu, “maaf ya mbak, selama mbak nggak disini Desi yang disini”, ujar Desi perlahan, “panggil kakak aja biar lebih akrab, aku malah senang dan mengucapkan terima kasih banyak padamu karena sudah merapikan kamar ini”, jawab Putri tersenyum. “makasih mbak eh kak”, Desi meralat perkataannya. Putri dan Desi pun sama – sama tersenyum.
Tak lama Putri pun mengambil handuk segera menuju kamar mandi. Selesai mandi, Putri membereskan pakaiannya ke dalam lemari itu dan dipandangnya sebentar, dengan jarinya ia mengelus wajah Her yang ada di foto itu. Putri menyimpannya kembali ke dalam lemari, meja hias yang letaknya di sudut dirapikannya, dikeluarkan beberapa pelembab dan beberapa alat kosmetik dari ransel lalu menatanya di meja hias itu. Terdengar suara adzan maghrib berkumandang, Putri menuju kamar mandi dan berwudhu guna mensucikan diri untuk melaksanakan sholat maghrib, diikuti Ros, Dewi dan Desi. Setelah mereka semua keluar dari kamar mandi, barulah Siska menuju kamar mandi. Selesai berwudhu, Mila menuju pintu depan untuk memastikan pintu apa sudah terkunci karena semua penghuninya sedang sholat, namun sebelum sempat Siska menguncinya, terdengar suara ketukan perlahan, “assalamu’alaikum”, Siska hapal benar suara itu, ia pun membukakan pintu, “jangan berisik yang lain pada sholat”, ujar Siska mengingatkan Reno. “ikannya letak aja di baskom, cepatlah abang mandi biar kita sholat berjamaah”, Siska kembali menyambung perkataannya. Reno hanya mengangguk dan bergegas menuju kamar mandi. Siska menuju kamarnya dan membereskan perlengkapan sholat suaminya. Selesai mandi dan berwudhu, Reno dan Siska pun sholat berjamaah. Suasana maghrib yang tenang tersebut di isi oleh penghuni rumah itu dengan melaksanakan perintah Yang Maha Kuasa dan berdoa moga selalu dilindungi, dilimpahkan rahmat dan hidayah oleh sang pencipta. Diakhir penutup doa, Siska mencium tangan suaminya ketika selesai sholat dan Reno pun membantu Siska membereskan perlengkapan sholat. Siska bercerita bahwa tadi siang Putri datang dari Jogja, sekarang masih di kamar mungkin sedang istirahat. Reno sudah tidak sabar ingin ketemu dengan Putri. Siska pun mengingatkan suaminya agar sebentar saja ngobrolnya, lebih baik kita makan malam bersama dulu, nanti selesai makan baru kita lanjutkan obrolannya. Reno hanya tersenyum dan mencubit dagu istrinya. Reno menuju dapur, membersihkan ikan hasil pancingannya bersama Frans. Ikan hasil pancingan mereka dibagi sama rata, Reno yang lagi asyik membersihkan ikan nggak sadar kalau diperhatikan Putri. Siska sengaja mengajak Putri ke dapur untuk bertemu dengan Reno dengan isyarat tangan agar Putri jangan berisik, Putri mengikuti Siska dari belakang. “Reno…!!!”, dengan suara tertahan Putri memanggil Reno. “ oi Put, apa kabar?? Kapan datang”, ujar Reno sambil menoleh ke belakang, “sehat Ren, tadi siang aku nyampek”, jawab Putri sambil tersenyum. “ Put, kita makan dulu nanti kita sambung ceritanya, ini hari hasil pancingan ku lumayan, kamu coba deh ikan lelenya”, Reno mengangkat seekor ikan lele dan menunjukkan pada Putri. Putri dan Siska hanya tersenyum, Siska beranjak dari duduknya menuju kompor masak. “kak biar Ros yang menggorengnya, kakak istirahat saja”, Ros yang baru menuju ke ruang dapur menawarkan diri untuk menggorengkan ikan yang baru dibersihkan Reno. Ros mengambil korek api dan menyalakan sumbu kompor dan meletakkan kuali di atasnya, menuangkan minyak makan secukupnya ke dalam kuali tersebut. “ makasih Ros”, jawab Siska. Siska pun menyiapkan makan malam di bantu Putri, Dewi dan Desi yang tadinya masih di dalam kamar, kini sudah di ruang dapur ikut membantu Siska menyiapkan makan malam. Kalau hari libur suasana di rumah Siska tampak ramai. Ros, Dewi dan Desi lebih sering menghabiskan hari liburnya di rumah daripada di luar.
Selesai makan malam, Reno menanyakan kepada Putri bagaimana kuliahnya. Setelah tau bahwa Putri kini seorang Dokter dan tugas di Batam tepatnya di puskesmas Batu Aji. Reno meminta Putri agar sudi kiranya tinggal di rumahnya. Putri tak kuasa menolak apa lagi Siska pun berkata demikian. Mereka pun larut dalam obrolan – obrolan ringan diselingi dengan tawa dan canda. Ros, Desi dan Dewi yang mendengar obrolan mereka terkadang tersenyum bahkan menahan tawa ketika melihat gaya bicara Reno yang sering mengundang canda di ruang dapur tersebut. “tadi bang, Siska kira musisi yang datang”, canda Siska kepada suaminya sambil melirik Putri. “emangnya kenapa, dek?”, tanya Reno penasaran. “datangnya sambil bawa gitar, kirain mau show di Batam, ha….ha…”, Siska menjawab pertanyaan suaminya sambil tertawa, “bisa aja, kamu ya sis”, Putri mencubit pipi sahabatnya, yang lain jadi ikutan tertawa. “Jadi gitar Her masih kau bawa put?”, ujar Reno perlahan, Putri hanya mengangguk, “buku lagunya juga?”, tambah Reno lagi “iya’, jawab Putri, “bisa kupinjam sebentar put, dah lama nggak maen gitar”, ujar Reno lagi, Putri pun segera beranjak menuju kamar mengambil gitar dan buku lagu ciptaan Her disusul Reno dan Siska, Siska pun memberikan gitar dan buku itu pada Reno, sebenarnya Putri ingin duduk diteras juga, namun diurungkan niatnya Putri tidak ingin mengganggu kemesraan Siska dan Reno diteras itu, Putri kembali masuk kekamarnya, sejenak merebahkan dirinya, terdengar pintu kamarnya diketuk, ternyata Desi, Dewi dan Ros, tersenyum pada Putri dipintu kamar tersebut. Putri pun membalas senyum mereka, lalu Dewi dan Ros masuk ke kamar Putri diikuti Desi. Mereka masih ingin bercerita dengan Putri, apalagi sebelumnya Siska pernah bercerita tentang Her dan Putri serta lagu yang pernah diciptakan Her semasa hidupnya buat Putri kepada mereka. Mereka ingin menanyakan langsung kepada Putri tentang kisah rindu itu. Putri pun menceritakan kisahnya pada Dewi, Desi dan Ros, dengan seksama mereka mendengar cerita Putri. Mereka terharu ketika Putri mengatakan bahwa lagu – lagu yang mereka dengar barusan yang dinyanyikan Reno dari ruang depan adalah lagu – lagu ciptaan Her, Putri pun melanjutkan ceritanya. Sementara di ruang depan, Reno yang ditemani Siska asyik membawakan lagu – lagu yang pernah di tulis Her. Beberapa lagu dinyanyikan Reno kembali teringat kenangan waktu masih bersama Her, dimana Her sering menyanyikan lagu – lagu. Siska yang mendengar lagu itu ikut terhanyut dalam suasana. Siska tak ingin mengusik suaminya yang lagi bernyanyi. Ia hanya diam di samping suaminya, beberapa lagu yang dinyanyikan Reno diantaranya lagu “ Semoga Bahagia” dan “ Indonesiaku”.
Adapun lirik lagu tersebut adalah sebagai berikut:
Semoga Bahagia
                                                                 Cipt. Iwan Sekopdarat
          Amn                       F          Amn 
          Dalam hatiku terukir namamu
            G                 C         E            Amn
Dalam sanubari oh indah bersemi
Amn                     F               Amn
Dalam hidupku hanya kau di hati
  G                 C         E            Amn
Cinta yang berseri indah mewarnai
  F       G     C            E            Amn
Selalu dirimu menghias di mataku
  F       G             C               E
Indah wajah ayumu yang sendu
                    C                     G             Dmn             Amn
Reff            Akulah insan biasa yang luluhkan cintanya
                    D                       Amn    E
                   Semoga kan bahagia untuk selamanya
                    C                      G         Dmn                Amn
                   Terkesan ku terpana oleh tingkah dan rupa
                    D                      Amn  E                Amn
                   Semoga kan bahagia untuk selamanya

(lagu Semoga Bahagia dapat di lihat di you tube di pencarian Iwan Sekopdarat)

                      Indonesiaku  
                                                Cipt. Iwan Sekopdarat
            C                  F           G           C
          Harum indah namamu Indonesiaku
            C                  F            G              C
Gagah tegar kibarmu merah putihku
  C                  F            G              C
Ramah jujur dan sopan ciri bangsaku
 C                  F               G         C
Rakyat aman dan damai tujuan bangsaku
F             G          C   Amn    F       G            C
Jangan kau sia – siakan pahlawanmu yang lalu
F            G              C        A    F          G                 C
Jangan kau hancur leburkan harapan indah bangsamu
                   G    F     G                F          C       G
Reff            Indonesia tekad bulat para pemuda
                   G    F     G                F          C       G
                   Indonesia kibar benderamu di angkasa
G    F     G                F              C       G
                   Indonesia berjuang bersama putra bangsa
G    F     G                F            C       G
                   Indonesia denyut nadi darah tercinta

 (lagu Indonesiaku dapat di lihat di you tube di pencarian Iwan Sekopdarat)

Siska yang tadinya mendengarkan nyanyian Reno, kini tertidur di bahu suaminya. Reno menghentikan suara gitarnya. “dek, tidur ke dalam ya??”, ujar Reno perlahan tak ingin Siska jadi tersentak mendengar suaranya. “eh, maaf bang tertidur, kecapekan”, jawab Siska dengan nada yang masih ngantuk berat. “ya udah, ayo kita tidur, pulangkan dulu gitar dan bukunya”, Reno meminta Siska agar mengembalikan gitar dan buku yang tadi dipinjamnya. Siska menuju kamar Putri dan mengembalikan gitar dan buku itu lalu kembali ke kamarnya. Ros, Desi dan Dewi yang melihat Putri memegang gitar meminta agar Putri menyanyikan salah satu lagu tentang rindu itu. Putri pun menyanggupi keinginan mereka untuk menyanyikan lagu tersebut. Denting dawai gitar yang dipetik oleh jari lembut Putri mengiringi suara nan merdu dari seorang gadis yang memainkan gitar tersebut. Ros, Desi dan Dewi yang mendengar lagu tentang rindu itu terharu karena mereka telah mendengar kisah dari lagu itu langsung dari Putri. Selesai menyanyikan lagu tentang rindu, Putri pun meminta agar Ros dan teman – temannya untuk istirahat karena malam semakin larut apalagi besok mereka sudah kembali beraktivitas seperti hari-hari biasanya bekerja di perusahaan yang berdomisili di Muka Kuning. Ros dan Dewi pun beranjak menuju kamar mereka dengan satu senyum puas. Setelah mendengar langsung kisah yang sebelumnya mereka dengar dari Siska, kini dari orangnya langsung yang menceritakan yaitu Putri. Malam semakin larut, Reno dan Siska telah terbawa oleh mimpi mereka masing – masing begitu juga dengan Ros dan Dewi di kamar sebelah sudah pada tidur semua. Putri masih belum bisa memejamkan matanya, ia menoleh ke samping melihat Desi yang tertidur pulas. Besok adalah hari pertama Putri bertugas di Puskesmas Batu Aji Pulau Batam. Putri berjanji dalam hati akan selalu sungguh – sungguh mengabdikan hidupnya untuk masyarakat dan melayani masyarakat di bidang kesehatan. Putri pun tertidur dengan satu senyum penuh semangat.
Pagi – pagi sekali Siska sudah bangun dibantu Ros, Desi dan Dewi. Mereka menyiapkan sarapan pagi, hari ini hanya Ros saja yang kerjanya sift malam atau masuk malam, sedangkan Desi dan Dewi masuk pagi. Mereka bekerja di perusahaan yang sama dengan Siska. Saat ini dari perusahaan, Siska mendapat cuti hamil. Siska sudah menjadi karyawan tetap biasa disebut karyawan kontrak. Siska juga menyiapkan bekal untuk suaminya. Putri yang bangunnya belakangan jadi nggak enak hati melihat yang lainnya sudah pada mandi. Mereka maklum mungkin Putri kurang istirahat dari perjalanan semalam dari Jogja menuju Batam ditambah lagi mereka tidur agak larut malam karena itu mereka sengaja tidak membangunkan Putri yang lagi terlelap tidur. Putri pun bergegas menuju kamar mandi, hari ini adalah hari pertamanya bertugas di puskesmas. Selesai mandi dan berbenah diri, Putri pun menuju ruang dapur untuk sarapan. Di ruang dapur Siska dan yang lainnya sudah menunggu. Pagi itu mereka sarapan bersama, Reno mengecup kening istrinya sebelum berangkat kerja, Putri pun memeluk istri Reno sahabatnya. Desi dan Dewi pun sama seperti Putri dan Reno yang berangkat kerja pagi itu. Mereka menuju pintu masuk perumahan MKGR atau menuju jalan raya. Di perjalanan Putri bertemu Frans, Frans menanyakan kabar Putri dan tak lupa Frans mengajak Putri untuk main ke rumahnya, rumah dimana Her dan teman – teman yang lainnya dulu tinggal. Sambil menunggu mobil jemputan mereka pun larut dalam cerita, tak lama mobil jemputan Dewi dan Desi tiba begitu juga mobil jemputan Frans dan Reno, mereka menuju tempat kerja mereka masing – masing, Putri pun menyetop taksi, meminta kepada supir agar mengantarkannya menuju puskesmas Batu Aji, taksipun melaju sedang mengantar Putri menuju puskesmas, setibanya di puskesmas, Putri segera membayar ongkos taksi lalu masuk menuju puskesmas, didalam Putri menanyakan kepada perawat dimana ruangan kepala pimpinan puskesmas itu. Setelah diberitahukan perawat tersebut, Putri pun menuju ruangan kepala pimpinan puskesmas itu menunjukkan berkas – berkasnya, tak lama kepala pimpinan tersebut bersama Putri keluar, kepala pimpinan tersebut menunjukkan ruangan kerja Putri, dan menunjukkan beberapa ruangan lain juga menjelaskan beberapa hal penting kepada Putri, Putri mendengarkannya dengan seksama, setelah selesai menunjukkan beberapa ruangan dan bercerita sedikit, kepala pimpinan itu kembali keruangannya, hari ini Putri pun sudah bisa mulai bekerja, beberapa pasien sudah ditangani oleh Putri dibantu dengan perawat yang ditunjuk kepala pimpinan. Putri benar – benar telah mengabdikan dirinya untuk masyarakat dapat dilihat dari cara Putri menghadapi beberapa keluhan masyarakat tentang penyakitnya yang ditanggapi Putri dengan sungguh – sungguh, tak terasa sudah seminggu waktu berlalu. Dihari Jum’at disempatkan Putri untuk berziarah kemakam Her, berkirim do’a semoga arwah Her tenang dialam sana, dan dijauhkan dari azab api neraka. Putri pun membersihkan ilalang – ilalang yang tumbuh di sekitar pusara Her, janji Putri untuk membersihkan makam Her terlaksana. Putri pun kini seorang dokter, satu pengharapan Her sebelum ia meninggal agar Putri kembali menggapai cita – citanya kini cita – cita itu telah ia raih, waktu terus berlalu menemani hari Putri dengan kesibukannya sebagai dokter. Dari cerita Ros, Dewi dan Desi, Benu tau bahwa Putri kembali ke Batam. Kini Benu lebih sering main ke rumah Reno sekedar bercerita dengan Putri. Putri yang dulu dikenalnya jauh berbeda dengan Putri sekarang yang lebih dewasa apalagi sekarang Putri seorang Dokter, memang semenjak ditinggal Putri, Benu sempat berpacaran dengan seorang gadis namun itu tidak bertahan lama. Mereka berpisah karena memang tidak adanya kecocokan. Benu juga sempat mengutarakan niatnya kepada Putri untuk menjadi kekasihnya kembali. Agar tidak menyinggung perasaan Benu, Putri mencoba memberi alasan yang tepat untuk menolak Benu secara halus biarlah saat ini lebih indah dilalui di atas makna persahabatan.
Di puskesmas tempat Putri bekerja, ia dikenal sebagai Dokter yang baik hati, tidak sombong dan selalu menanggapi semua keluhan warga tentang penyakit dan cara mengatasinya. Nama dokter Putri sangat melekat di hati rakyat. Setahun sudah Putri bertugas di puskesmas itu. Putri pun masih tinggal di rumah Reno, Reno kini menjadi seorang ayah karena bayi mungil yang baru berumur 6 bulan itu berkelamin perempuan dengan nama Dinda lahir dari rahim istrinya Siska. Keluarga kecil itu sangat bahagia dengan hadirnya buah hati mereka. Putri pun turut bahagia menyaksikan kebahagiaan sahabatnya, mereka semua gemas ingin menggendong bayi mungil itu.
Malamnya selesai makan, Putri duduk di ruang tamu sambil membaca majalah tak lama keluar Siska dari dalam kamar dengan menggendong Dinda, Reno mengikutinya dari belakang bercengkrama dengan Putrinya, “cilup……baaaa”, Reno menutup wajahnya dengan kedua tangannya coba menggoda Dinda. Siska duduk di sebelah Putri sambil menyusui Dinda dengan asinya, “Sis, dalam minggu ini aku pindah di sekitar puskesmas tempatku bertugas”, Putri memulai pembicaraannya. “kenapa mendadak begitu Bu Dokter, Bu Dokter nggak kerasan lagi tinggal disini??”, Reno memanggil Putri dengan sebutan Bu Dokter bertanya keheranan. “iya Put, kamu pikirkan lagi keputusanmu itu baik-baik”, Siska pun berkata demikian. “ada apa kak, mengapa kakak mau pindah”, Ros yang baru saja duduk di ruang tamu ikut keheranan dengan keputusan Putri yang ingin pindah dari sini. “bukan begitu, tadi di puskesmas aku mendapat telepon dari orang tuaku, bulan depan mereka ingin ke Batam , Dinda adikku juga ikut lagipula sudah saatnya aku mandiri”, Putri mencoba menjelaskan maksud kepindahannya pada Reno, Siska dan Ros.
Hari ini Desi dan Dewi tidak ada di rumah karena mereka masuk malam atau sift malam kerjanya, Reno hanya mengangguk – anggukkan kepalanya. “ya sudah kalu memang itu keputusanmu tapi jangan lupa ajak nanti orang tuamu main ke sini”, ujar Reno. “iya Put, aku pengen kenalan sama orang tuamu”, Siska pun menambah perkataan suaminya. “beres…!!!”, Putri tersenyum karena sahabatnya mengerti keinginannya. “sepi dong nanti kalau kakak nggak disini, nanti kami libur kerja bolehkan main rumah kakak??”, Ros merasa kehilangan karena tak lama lagi Putri akan pindah dari kediaman mereka. “rumahnya sudah dapat Bu Dokter?”, tanya Reno lagi. “sudah, malah sudah ku bayar sewanya tahun ini”, jawab Putri. Putri berencana pindahannya hari minggu saja karena hari minggu Putri pun libur. Siska mengingatkan Putri agar berhati – hati di rumah baru nanti, pandai – pandai menjaga diri. Putri pun berniat mengajak satu atau dua temannya yang bekerja di puskesmas itu untuk menempati rumah yang di sewa Putri.
Minggu paginya, Siska, Reno, Ros, Desi dan Dewi selesai sarapan. Mereka sibuk membantu Putri membereskan barangnya. Hari ini Putri akan pindah dari rumah kediaman Siska ke perumahan batu aji permai di sekitar puskesmas tempat Putri bekerja. Putri memeluk Siska sahabatnya, tak lupa Putri mengucapkan terima kasih kepada Reno atas semuanya yang selama ini menerima Putri tinggal di rumah mereka. Ros, Desi dan Dewi berniat mengantar Putri menuju kediaman barunya. Tak lama datang Benu menjumpai Putri karena semalam Benu pun berjanji untuk mengantarkan Putri ke tempat kediaman barunya setelah berpamitan dengan Siska dan Reno juga tak lupa si mungil Dinda, mereka berangkat menuju perumahan Batu Aji Permai dengan menggunakan mini bus yang di sewa Benu.
Setibanya di perumahan Batu Aji Permai, mereka langsung memarkirkan mobil mereka tepat di rumah yang di sewa Putri yaitu di blok D No 64. Rumah tersebut baru ditinggal penghuninya sebulan yang lalu. Pekarangan rumah tersebut tertata rapi dengan beberapa tanaman bunga yang menghiasi di setiap sudut rumah itu. Seorang gadis membukakan pintu, Putri menyapanya dan mengenalkan gadis itu kepada Ros, Desi, Dewi dan Benu. Gadis itu bernama Noni. Ia seorang perawat di puskesmas tempat Putri bertugas. Noni seorang gadis yang ramah dan pandai bergaul, tak sukar bagi Noni berbaur menjadi akrab dengan mereka. Putri berencana setelah nanti mendapat izin praktek, Putri ingin buka praktek di rumah ini, rencana Putri mendapat tanggapan positif dari teman – temannya.
Siangnya Putri menelpon Siska agar makan siang di rumahnya sekedar acara syukuran hari pertama Putri memasuki kediamannya. Tak lupa Putri juga meminta Reno agar mengajak Frans ke tempat kediaman barunya. Tak lama Reno, Siska, Frans dan istrinya datang. Setelah ngobrol sebentar mereka makan siang bersama. Reno diminta Putri untuk membacakan doa semoga mereka semua selalu diberi kesehatan dan selalu dalam lindungan Yang Maha Kuasa. Selesai membacakan doa, mereka menyantap hidangan bersama – sama. Sorenya barulah Reno, Siska, Frans dan teman-teman lainnya pamit diri untuk pulang ke rumahnya. Tinggallah Benu yang masih membantu Putri dalam membereskan barang – barangnya.
Ketika  Putri kembali ke Batam, Benu sempat mengutarakan ingin menjadi kekasihnya kembali, namun saat itu Putri masih menolak Benu dengan cara yang halus dan tidak ingin menyinggung perasaan Benu. Setelah setahun belakangan ini Putri melihat kesungguhan Benu, Putri pun mencoba kembali membuka hatinya untuk Benu, belajar mencintai Benu apalagi kini mereka sudah sama – sama dewasa. Di mata Putri kini Benu jauh lebih dewasa dan penyabar juga bersifat melindungi.
Benu sangat bahagia bisa kembali menjadi kekasih Putri. Benu pun berjanji kepada Putri untuk melamar Putri dan menjadikan Putri istrinya kelak. Putri hanya tersenyum mendengar semua perkataan Benu. Sebulan setelah menempati rumah yang disewanya, Putri pun mendapat izin buka praktek di kediamannya dari Dinas Kesehatan melalui Pemerintah setempat. Niat Putri membuka praktek di kediamannya tidak lain ingin membantu masyarakat dalam bidang kesehatan secara maksimal. Di rumah selain dibantu Noni, Putri juga memperkerjakan Santi untuk membantunya melayani kesehatan masyarakat di rumahnya, kini rumah tersebut mereka tinggal bertiga yaitu Putri, Noni dan Santi.
Minggu siang Putri menunggu di Bandara Hang Nadim ditemani Benu. Semalam Putri di telpon orang tuanya agar besok menunggu mereka di bandara karena besok pagi papa dan mamanya Putri juga Dinda akan datang ke Batam melalui Bandara Hang Nadim. Kurang lebih 30 menit menunggu akhirnya pesawat yang membawa adik dan kedua orang tuanya mendarat di Bandara Hang Nadim Pulau Batam. Satu per satu penumpang turun melalui tangga yang sudah dipersiapkan pihak penerbangan. Putri melambaikan tangannya sambil berteriak memanggil nama Dinda adiknya, Dinda yang merasa namanya dipanggil memandang ke arah suara yang memanggilnya. Dinda pun membalas lambaian tangan kakaknya diikuti kedua orang tuanya, Benu membantu membawakan koper orang tua Putri setelah isi koper diperiksa, bersama seorang Porter ( kuli panggul ) Benu memasukkan koper tersebut, kedalam bagasi taksi, tak lupa Putri juga memperkenalkan Benu kepada kedua orang tuanya dan Dinda adiknya, dengan sifat Benu yang ramah, orang tua Putri sangat senang kalau Benu bergaul dengan Putri sulung mereka. Setibanya dirumah selesai istirahat sebentar mereka saling tukar cerita sekedar melepas rindu.
Malamnya Benu memberanikan diri mengutarakan niatnya untuk menikah dengan Putri kepada orang tua Putri, Benu mendapat tanggapan positif dari pihak keluarga Putri, cuma Putri masih ragu pada dirinya sendiri. Apakah kelak ia sanggup menjalani semua ini. Orang tua Putri pun ingin agar Putri cepat – cepat menikah setidaknya ada yang menjaga dan melindungi Putri di perantauan ini, apalagi Putri telah memilih jodohnya sendiri, mamanya Putri juga mengatakan bahwa dulu pun ia sama seperti Putri yang ragu, apakah sanggup menjalani bahtera perkawinan, mamanya Putri berserah diri kepada yang maha kuasa danselalu berdo’a, moga dimudahkan jalan dalam menempuh biduk haluan rumah tangga.
Orang tua Putri ingin agar pernikahan diselenggarakan di Jogja, namun sebelum itu biarlah sekedar kenduri disini memanggil beberapa kerabat dan teman – teman Putri, Putri tak kuasa menolak, apalagi ia melihat kesungguhan Benu, “semoga kelak Benu menjadi seorang suami yang baik bagiku”, gumam Putri dalam hati. Dua minggu orang tua Putri dan Dinda adiknya berlibur di Pulau Batam, hanya beberapa tempat rekreasi saja yang dikunjungi mereka, karena mereka lebih memfokuskan berunding acara pernikahan Putri nantinya, Putri ingin acaranya sederhana saja, minimalis tapi terkesan romantis, biarlah nikahnya di Batam resepsinya saja di Jogja. Setelah menentukan hari H nya, Putri dan Benu menyiapkan segala keperluan – keperluan untuk acaranya nanti dibantu Noni, Santi, Siska, Reno, Ros dan teman – teman lainnya.
Hari yang ditentukan telah tiba Putri mengenakan baju kurung sederhana berwarna hijau muda, dan Reno menggunakan baju muslim ( teluk belanga ) melangsungkan akad nikah dikediaman Putri, bebrapa kerabat dan teman – teman Putri dan Benu ikut menyaksikannya, acara tersebut berjalan dengan lancar, mereka mengadakan selamatan dengan kesederhanaan, tampak kebahagiaan diraut wajah kedua mempelai sewaktu menyalami para undangan. Malam bertabur bintang, rembulan tersenyum menatap dua hati yang menyatu, memancarkan sinar lembut bergayut, diantara rasi bintang, merangkai cerita satu kisah yang ditulis dalam kerlap – kerlip bintang yang salaing bercanda diangkasa. Kebahagiaan itu dirasakan Putri dan Benu sebagai pasangan suami istri.
Dua hari setelah akad nikah Putri, Benu dan keluarganya kembali ke Jogja. Orang tua Putri merencanakan menggelar pesta kecil – kecilan dikota kelahirannya, sebelumnya orang tua Putri sudah memberitahukan kepada keluarganya yang lain di Jogja untuk menyiapkan acara resepsi pernikahan Putri nantinya, tidak memakan waktu yang lama karena Putri dan Benu mendapat cuti kerja dalam beberapa hari saja. Tiga hari setelah Putri dan Benu tiba di Jogja, orang tua Putri menggelar resepsi pernikahan Putri dan Benu dengan sangat meriah yang dihadiri pihak keluarga Putri lainnya juga teman – teman orang tua Putri. Ayah Putri sangat bahagia dengan acara tersebut. Ratusan papan nama tanda ucapan suka cita berjejer di rumah kediaman Pak Hendra menandakan keluarga Pak Hendra merupakan orang terpandang di kotanya. Acara resepsi pernikahan tersebut berjalan dengan sukses dan lancar. Dua hari setelah acara tersebut, Putri dan Benu kembali ke Pulau Batam karena tuntutan kerja tak banyak waktu yang digunakan mereka untuk bulan madu, kembali mereka tenggelam pada aktivitas masing – masing.
Setahun sudah Putri dan Benu hidup bersama dalam mahligai rumah tangga, hari – hari yang mereka lalui penuh dengan keharmonisan dan kebahagiaan. Dari tadi siang Putri terus tersenyum bahagia setelah test urine dari teman seprofesinya. Putri dinyatakan positif hamil. Sorenya setelah Benu pulang kerja, Putri menyampaikan berita bahagia tersebut kepada Benu. Benu sangat senang mendengar pernyataan Putri dan bahagia begitu mengetahui kalau istrinya telah hamil.
Benu sangat memperhatikan kesehatan Putri, ia tidak ingin Putri sakit sebab jika Putri sakit secara tidak langsung mengganggu pertumbuhan janin yang dikandung Putri. Seperti ibu hamil yang mengidam, Putri tidak separah ibu – ibu yang lainnya. Putri tidak terlalu banyak meminta dari Benu untuk dibelikkan makanan ini itu, semua berjalan seperti biasanya cuma saja Putri kan merasa susah tidur jika tidak memetik gitar atau menyanyikan satu atau dua lagu di buku ciptaan Her. Putri akan tidur nyenyak jika sudah memetik gitar sambil bernyanyi satu dua lagu. Benu tidak bisa berbuat banyak, sebenarnya dari hati kecil Benu ia merasa kurang senang jika Putri menyanyikan lagu-lagu ciptaan Her. Benu lebih banyak bersabar dan mencoba untuk mengerti dengan keadaan Putri saat ini yang sedang hamil, mungkin saja pembawaan saat hamil pikir Benu. “lagian nggak lucu aku harus cemburu pada orang yang telah meninggal dunia lima tahun silam, jelas – jelas anak yang dikandung Putri adalah benihku”, batin Benu lagi menguatkan hatinya.
Bila malam tiba selesai sholat Isya, Putri menyempatkan diri untuk membaca ayat suci Al-Qur’an. Putri ingin janin yang ada di rahimnya sudah terbiasa mendengar ayat-ayat suci Al-Qur’an. Doa dan harapan Putri semoga kelak anaknya tumbuh dan dewasa menjadi seorang yang taat beribadah dan selalu melaksanakan perintah – perintah Allah dan menjauhi laranganNya. Selesai membaca Al-Qur’an, Putri menyiapkan hidangan makan malam dan menemani suaminya makan malam. Di awal – awal kehamilannya, Benu sangat memperhatikan Putri namun belakangan ini Putri merasa ada sesuatu yang disembunyikan Benu darinya, Benu sekarang sering telat pulang ke rumah jika ditanya  Benu selalu menjawab ada jam lembur. Putri selalu menepis perasaan yang tidak – tidak, ia selalu berpikir positif walau tak bisa dipungkiri kata hati seorang istri. Biasanya selesai makan malam mereka duduk santai di teras rumah, tak lupa Putri menghidangkan secangkir teh kepada suaminya sekedar bercanda sebelum beranjak tidur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar