“ TENTANG RINDU I “ Bag.4
sebuah karya anak kisaran : IWAN SEKOPDARAT
Putri jatuh hati pada Her, ini dibuktikan pada buku hariannya. Putri
menulis “padamu ku merindu yang menjagakan malam untukku”. Her masih
istirahat dirumah, ia belum masuk kerja. Selesai minum obat Her duduk
diruang depan. Pagi itu, Putri, Mila dan Siska memang tidak tau kejadian
waktu Her pingsan itu, karena memang Her melarang Reno dan yang lainnya
untuk berjanji tidak memberitahukan pada Putri dan 2 temannya, Her
hanya tak ingin Putri, Mila dan Siska merasa khawatir dan mencemaskan
dirinya, “untunglah minggu ini giliran Putri masuk malam” batin Her,
karena memang Her tak ingin menyusahkan Putri. Fikiran Her sangat galau,
padahal Her merencanakan dalam waktu dekat ini ia ingin mengutarakan
rasanya pada Putri, apalagi Her mendengar dari Siska bahwa saat ini Benu
lagi dekat dengan gadis lain, dari perkataan Siska juga Her tau bahwa
semenjak kejadian dibioskop dulu Putri dan Benu sudah tidak ada hubungan
lagi, sekalipun Benu sering main kerumah, itu tak lebih hubungan
persahabatan semata. Her yang semula ingin mengutarakan hasratnya pada
Putri segera membatalkannya, ia tak ingin melihat Putri kecewa untuk
kedua kalinya karena ditinggal pergi, walau arti pergi disini berbeda
dimana ditinggal pergi karena kekasihnya berpindah hati, dan pergi
menghadap ilahi. Her merasa bahwa hidupnya tak lama lagi, ia ingin
membuat sesuatu yang berati buat Putri, jika kelak ia menghadap ilahi.
Her mengurungkan niatnya untuk mengutarakan cintanya pada Putri, Her tak
ingin Putri larut dalam kesedihan yang panjang ketika melihat
kekasihnya dipanggil Yang Maha Kuasa. Jika masih dalam status sahabat
mungkin kesedihan Putri tidak sedalam statusnya sebagai kekasih fikir
Her. Her mulai memetik dawai gitarnya pagi ini, ia membuat lagu untuk
Putri, 2 lagu sekaligus yang ia ciptakan adapun lagu tersebut ia beri
judul “Lagu Tentang Rindu 5” dan “Lagu Tentang Rindu 6”, setelah selesai
lagu itu diciptakannya Her menyanyikannya berulang-ulang, ia sengaja
tidak menuliskan lirik lagu itu dibukunya namun ia menulisnya diselembar
kertas lalu melipatnya. Lagu itupun ia rekam dikaset yang sebelumnya
sudah ada lagu tentang rindu 3 dan 4, ia ingin suatu hari kelak Putri
dapat mendengar dan memainkan lagu tentang rindu itu jika ia tiada
nanti. Setelah selesai merekam didalam kaser didalam tape, Her kembali
meletakkan kaset itu dibawah pakaiannya serta 2 lipatan kertas dan
beristirahat. Adapun lirik –lirik pada “lagu tentang rindu 5” dan “lagu
tentang rindu 6” adalah..
“Lagu Tentang Rindu 5” cipt. Iwan sekopdarat
G B C Dmy
Jika ku mati, kenanglah aku yang merindu
Amn B C D
Kutinggalkan lagu tentang rindu agar kau ingat slalu
G B C Dmy Amn
Jika ku pergi kepangkuan ilahi, janganlah kau bersedih
C Dmn
Hati yang hidup pastikan mati
D G C Amn D
Reff Jika kau merindu petiklah gitar itu, nyanyikan lagu tentang
G
Rindu yang ku tulis untukmu
G C Amn D
Jika kau ingat aku, simpan air matamu, aku kan slalu disisimu,
G
Nyanyikanlah lagu tentang rindu
G C Amn D
Jika kau merindu, kumohon pada yang kuasa, menyeka sisa
G
Airmata walau sebentar cuma
G C Amn D G
Jika kau ingat aku, kirimkan satu do’a, hanya itu yang aku pinta disana
G C G Dmy G
Relakan ku pergi, jangan kau menangis lagi
G C G Dmy G
Hapuslah airmata, agar ku tenang disana
( Lagu Tentang Rindu 5 bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/0Wdyk_upxMQ
“Lagu Tentang Rindu 6” cipt. Iwan sekopdarat
G A D G
Ku bersujud pada yang kuasa, bersyukur ku panjatkan do’a
C G D G
Terima kasih atas karunia, hingga lagu ini tercipta
G A D G
Kala hatiku sedang merindu hendaklah kau tuntun jalanku
C G D G
Tiada daya tiada upaya, hanya Engkau Yang Maha Kuasa
G A D B C
Reff Jika pun merindu, hendaklah bermuara padamu
A D G
Agar rindu itu menjadi halal bagiku
G A D B C
Lagu tentang rindu berserah diriku kepada mu
A D G
Agar ia tau tulus hatiku merindu
G C D C D
Tunjukkan jalanku padamu Yang Maha Kuasa
C D G
Titipkan tentang rinduku padanya
( Lagu Tentang Rindu 6 bisa di lihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/_QBLxz1qm-4
Sama seperti hari pertama, Her beristirahat di hari ketiganya. Her
menciptakan lagu, seolah-olah ia ingin menyempurnakan lagu tentang rindu
yang dibuat untuk Putri menjadi rangkaian dalam satu cerita. Lagu itu
ia beri judul “ Kisahku”. Lagu “kisahku” Her merekamnya juga di kasetnya
dan menuliskan pada selembar kertas, kini telah ada 3 lembar kertas
lipatan di kaset itu.
Adapun lirik dari lagu itu adalah
“ Kisahku” Cipt. Iwan Sekopdarat
C D
Kapankah bulan dan bintang bersinar berkilau indah
G C
Disana seperti jua malam yang lalu
C D
Kapankah bunga yang indah kan mekar harum mewangi
G C
Di taman indahmu slalu dambaan hati
G C
Adakah aku yang tlah merindui
G C
Adakah rasa ku tlah jatuh hati
D A
Ataukah engkau tak mau mengerti
D A G
Atau jua kau tak mau pahami diri ini
G C A
Reff Biarlah bulan dan bintang bersinar indah disana
D G
Walau pun hanya di awan, biarlah aku memandang
G C Amn
Biarlah bunga yang mekar, mewangi indah di taman
D
Harummu sungguh menawan
G C
Hatiku kini tertawan olehmu
( lagu yang berjudul “ Kisahku” dapat dilihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat)
http://youtu.be/xD6VvSg1JK8
Setelah 3 hari beristirahat, Her kembali masuk kerja, bercanda dengan
teman-teman lain. Namun hari ini Her tampak berubah di mata
teman-temannya, Her lebih sering makan permen karet daripada merokok ,
tidak lagi minum-minuman keras dan Her sekarang rajin shalat.
Malam minggunya Putri ulang tahun, Reno menuju rumah Putri. Tak lama
Reno, Putri, Mila dan Siska main ke rumah Her. Mereka semua bercanda,
tertawa bahagia. Mereka meminta Her menyanyikan lagu “sahabat” yang
dibuat Her. Malam itu Her membawakan penuh semangat, di bangku samping
rumah, mereka semua menyanyikannya. Tak lupa Her meminta menyanyikan
lagu tentang rindu 1 dan 2. Semua sahabat yang lain mendengarkannya
terharu, malam itu Putri membawakan lagu itu dengan penuh penghayatan
dan penjiwaan. Selesai bernyanyi, Her melihat di balik kaca mata Putri
ada bilir air mata yang tertahan di sudut kelopak kedua mata Putri,
sambil membetulkan letak kaca matanya, Putri menyeka bilir itu, adakah
satu pertanda bagi Putri. Sewaktu Her dan Reno mengantar Putri,Siska dan
Mila pulang dan sebelum Putri menutup pintu, Her sempat menjabat
dengan perlahan tangan Putri. Tangan itu ia genggam dengan lembut, debar
hati Putri makin tak menentu karena mereka agak lama bersalaman. Her
juga mengucapkan terima kasih pada Putri yang telah menyanyikan lagu
ciptaannya. Lagu tentang rindu 1 dan 2 sengaja tidak direkam Her, karena
Putri sudah hapal betul lagu tersebut dan Her tidak meragukannya lagi
karena dilihat dari cara bernyanyi Putri, Her yakin Putri telah
menguasai lagu itu. Tak lupa Her juga mengatakan agar besok mereka
berangkat bersama menuju jalan raya menunggu mobil jemputan
masing-masing. Padahal kalau Her tahu hati Putri, Putri ingin bukan
hanya itu yang keluar dari ucapan Her. Putri ingin mendengar kata hati
Her. Putri hanya tersenyum dari cara menatapnya. Putri juga tahu bahwa
Her juga merasakan apa yang Putri rasakan. Secara bersamaan mereka
mengucapkan “ aku” lalu sama-sama tersenyum penuh makna. Her pun segera
pamit dan Putri menutup pintu sementara Reno sudah duluan jalan, ia tak
mau mengganggu sahabatnya. Malam ini Putri sangat bahagia, walau kata
cinta tak terucap namun dengan pandangan dan genggaman tangan sudah
meresap di hati mereka.
Pagi yang tadi cerah tiba-tiba tertutup
awan kelabu seakan-akan ingin hujan. Her dan teman-teman bergegas
berjalan takut kehujanan. Di pinggir jalan Putri telah menunggunya,
mereka semua berjalan menuju jalan raya . Hari ini Putri masuk pagi maka
dari itu ia bisa berangkat kerja dengan Her dan teman-temannya.
Di
belakang, Reno dan Siska berjalan sambil bercerita sesekali mereka
tertawa begitu juga dengan Putri , Her dan teman-temannya. Tak lama
menunggu, mobil jemputan Putri berhenti di pinggir jalan. Tak lupa Putri
dan Siska pamit kepada Her dan teman-temannya. Her memanggil Putri, “
Putri…!”, ujar Her. Putri menoleh kepada Her, belum sempat Putri
menjawab teguran Her, Her kembali berkata, “ simpan mancisku ini…kamu
nggak suka kan lihat orang merokok”, sambil melemparkan mancis kepada
Putri. Putri segera menangkapnya dan tersenyum kepada Her. Belum sempat
Putri masuk ke dalam mobil, terdengar suara lagi memanggilnya, “
Putri…!”, rupanya Reno yang memanggilnya, kembali ia menoleh ke
belakang, Reno yang sengaja melonggarkan sepatunya tadi ketika melihat
Putri menoleh ke arahnya, segera melepaskan sepatu kerjanya sambil
melemparkan kepada Putri, tanpa menunggu jawaban Putri, Reno juga
berujar “simpan sepatu ku ini juga!” karena besok dibelikan Siska yang
baru, ha….ha…ha….” canda Reno semua yang ada dimobil dan teman-teman
Reno tertawa geli, cuma Siska saja yang senyum kecut melihat tingkah
kekasihnya itu. Sambil mengeluarkan tangannya lewat kaca jendela mobil,
seperti hendak meminta Putri segera masuk ke dalam mobil. Mobil pun
mula berjalan meninggalkan Her dan teman-temannya. Tak lama mobil
jemputan Her pun tiba, mereka naik ke mobil menuju tempat kerjanya.
Di
dalam mobil, Putri tersenyum-senyum. Akhirnya ia bisa bernafas lega
setelah mendengar Her untuk berhenti merokok. Dalam hati ia berkata “
rinduku hanya untukmu Her”.
Di tempat kerja, seperti biasa Anto
mempersiapkan peralatan kerja. Hari ini Her di beri tugas memasang
breket pada tugboat yangKmenyandar di dermaga. Breket adalah lempengan
besi yang berbentuk segitiga samakaki yang berguna sebagai penyangga
atau skor pada plat besi hingga plat atau lempengan besi itu menjadi
kokoh. Baru saja 3 breket di pasang Her, tiba-tiba perasaan Her agak
aneh, Tugboat yang ia pijak seakan bergoyang, perutnya terasa mual dan
kepalanya pusing. Her menekan dada dengan jari jempolnya untuk menahan
rasa sakit. Pemandangan terasa gelap, Her lemah lalu jatuh pingsan. Anto
yang tak jauh dari tempat Her bekerja berteriak ,“oi……….toloooong,
tolooong”, ujar Anto. Seketika teman-teman karyawan mengampiri arah
suara, mereka coba memberikan pertolongan pada Her. Tak lama setelah Ken
foremennya menghubungi pihak perusahaan dengan orarinya. Mobil pun
tiba, lalu mereka membawa Her menuju rumah sakit. Anto bergegas mencari
Reno sahabat Her yang lokasi kerjanya tak jauh dari tempat kerja mereka
namun Reno tidak ditemukan, dan Anto bergegas lagi berniat mencari Aldin
di tempat lokasi kerjanya. Setiba di hadapan Aldin, dengan sedikit
menahan nafas yang tersengal-sengal, Ant menerangkan bahwa Her jatuh
pingsan di saat bekerja. Anto dan Aldin bersama-sama mencari Bakat,
Frans dan Reno. Setelah bertemu, mereka meminjam motor temannya lalu
mereka menuju rumah sakit. Di rumah sakit, mereka melihat Her telah
ditangani Dokter di dalam ruangan 160. mereka resah dan rasa berdebar
menunggu Dokter yang memeriksa keluar dan memberikan keterangan tentang
penyakit yang di derita Her. Tak lama Dokter keluar, Frans, Reno dan
lainnya bergegas menghampiri Dokter itu. Dengan menarik nafas perlahan,
Dokter itu menenangkan hatinya “ siapa diantara kalian pihak keluarga
yang sakit itu”, ujar Dokter itu. “ kami sahabatnya.., kami serumah
dengannya, mengapa Dok? apa yang terjadi? “ tanya Bakat. “ Her nggak
apa-apa kan Dok?”, sela Aldin penuh selidik. “Cepat kasih tahu Dok…!”,
tampak jelas keresahan di wajah Reno dan teman-temannya. Satu persatu
Dokter memandangi mereka tanpa menjawab pertanyaan yang mereka ajukan.
Dokter itu coba menari nafasnya sekali lagi lalu berkata dengan sangat
berhati-hati, “ sebagai manusia kita hanya dapat berusaha, namun
Tuhanlahkyang berkehendak, sahabat kalian telah menghadap Yang Maha
Kuasa”, setelah berkata, Dokter itu berlalu perlahan dari hadapan
mereka.
Reno, Frans, Bakat dan Aldin seakan tak percaya mendengar
pernyataan Dokter itu yang mengatakan Her telah meninggal dunia. Mereka
seketika terhenyak dan masuk ke dalam ruangan lalu mereka mendapati
sahabat mereka telah terbujur kaku, tertutup kain putih. Bakat membuka
kain itu, terlihat wajah pucat sahabatnya yang pergi menghadap Ilahi
dengan tersenyum. Tiada terdengar suara tangis dari mereka, namun air
mata terus membasahi wajah mereka semua. Satu persatu mereka mengucapkan
salam perpisahan terakhir sambil mengecup kening Her. Tak lupa berdoa
kepada Yang Maha Kuasa agar Her dapat diterima disisi-Nya dan
ditempatkan di surga. Tak lama Frans meminta Bakat untuk menjemput Mila
walaupun di rumah Mila ada telepon biarlah langsung Bakat saja yang
menjemput Mila. Hari ini Mila kerja masuk malam, sekarang ia masih di
rumah, dengan menggunakan sepeda motor, Bakat pun menuju rumah Putri
untuk menjemput Mila. Frans juga berpesan agar Bakat merahasiakan ini
semua , “ katakan saja pada Mila, Her tadi jatuh pingsan, sekarang di
rumah sakit”, tak lupa Aldin juga meminta Reno untuk pergi ke perusahaan
tempat Putri dan Siska bekerja agar memberitahukan kejadian ini, sama
seperti pesan Frans. Aldin pun mengingatkan Reno dan Reno pun bergegas
menuju tempat perusahaan di mana Putri dan Siska bekerja.
Pagi
menjelang siang, entah mengapa Putri merasa dahaga. Ia segera menuju
dispenser, mengambil gelas di samping dispenser itu lalu membuka kran
dispenser itu. Belum sempat gelas yang dipegang menyentuh bibirnya.
Gelas itu terlepas dari genggamannya tanpa sengaja gelas itu jatuh ke
lantai dan pecah. Pecahannya kemana-mana. Putri coba mengumpulkan
pecahan itu. Salah satu pecahan itu tertancap di ujung jemari Putri.
Jari Putri terluka dan mengeluarkan darah. Putri sempat meringis menahan
rasa sakit dari luka itu, ia pun menuju ke kotak obat untuk
membersihkan lukanya dan membalutnya lalu kembali mengumpulkan pecahan
kaca itu dan membuangnya ke tempat sampah. Tak lama pihak perusahaan
memanggil Putri, katanya ada yang ingin bertemu dan ada masalah penting.
Putri pun bergegas menuju ruang kantor. Setibanya Putri di dalam
ruangan kantor, Putri mendapati Siska dan Reno saling bercerita dengan
mimik wajah serius. Reno hanya mengatakan bahwa Her tadi jatuh pingsan
sekarang masih di rumah sakit. Setelah mereka pamit dan minta izin dari
perusahaan tempat Putri dan Siska bekerja, mereka menuju rumah sakit
dengan menggunakan taksi yang di bawa Reno tadi, mobil pun melaju menuju
rumah sakit. Di rumah sakit, Mila menangis sambil memeluk Her. Ia
menjerit sejadi-jadinya, merasa sangat kehilangan seorang sahabat. Tak
lama dari arah luar Reno, Siska dan Putri bergegas menuju ruangan di
mana Her beristirahat untuk selamanya. Sayup-sayup terdengar oleh mereka
suara tangis dari arah ruangan itu. Yang menyayat hati, Putri penasaran
dan mempercepat langkahnya disusul Siska dan Reno. Setibanya di pintu
ruangan itu, Putri langsung membuka pintu itu, seketika Putri terhenyak
dilihatnya Mila sedang menangis, mata Mila bengkak karena banyak
menangis, dan yang lebih mengejutkan lagi Putri melihat wajah yang
disamping Mila itu adalah Her. Putri menjerit menyebut nama Her, lalu
lalu Putri memeluk Her, mengecup kening Her belum sempat airmata itu
jatuh diwajah Putri, Putri langsung jatuh pingsan. Ia tak sanggup
menahan guncangan dan kepedihan hati, Siska pun menangis sejadi-jadinya
sambil berpelukan dengan Mila. Bakat membantu Aldin mengangkat tubuh
Putri yang pingsan dari Her. Setelah pihak kontraktor tempat Her bekerja
membereskan urusan biaya rumah sakit mereka pulang, hanya Mila yang
masih di rumah sakit menunggu Putri siuman. Agak lama Putri pingsan,
begitu Putri sadar,ia menangis sejadi-jadinya karena Her tidak lagi di
rumah sakit. Dengan menggunakan taksi, Mila dan Putri menuju rumah Her.
Diperjalanan Putri terus menangis begitu tiba di depan rumah Her, Putri
langsung berlari menuju rumah Her. Di pintu rumah, Siska menahan lari
Putri sambil memeluknya. Siska berbisik pada Putri untuk tabah dan kuat
menghadapi cobaan ini, ia juga mengatakan Her baru selesai dimandikan,
sebentar lagi akan dishalatkan dan hari ini juga di kebumikan. Jika pun
Putri ingin melihat Her, tolong jangan menangis lagi.
Setelah
mendengarkan penjelasan Siska, Putri berjalan gontai menghampiri Her
yang sudah dimandikan, tidak lagi terdengar jerit tangis, hanya linangan
air mata dari semua sahabat yang merasa sangat kehilangan seorang teman
yang mereka sayangi. Mila memeluk Putri sambil menguatkan Putri. Frans
menghampiri Putri lalu menyerahkan kaset dan 3 lembar kertas yang
sengaja di lipat, sewaktu merapikan pakaian Her, Frans menemukan kaset
dan kertas itu. Ia membuka lipatan kertas itu yang ternyata isinya lirik
lagu yang berjudul “kisahku” yang di buat Her. Her juga menuliskan satu
nama di bawah kertas itu, nama itu bertuliskan “ Putri Wulandari”.
Frans tahu bahwa itu semua dibuat Her semasa hidupnya untuk Putri dan
menyerahkannya kepada Putri, lalu Putri menerimanya.
Setelah
selesai acara penguburan, malamnya dilaksanakan pengajian yang biasa
disebut takziah di rumah Her. Putri, Mila dan Siska masih di rumah Her.
Mila dan Siska membereskan rumah sambil menyiapkan makan mereka, hanya
Putri yang masih termenung seorang diri. Satu per satu tamu pamit pulang
kepada tuan rumah, tak lupa berpesan bahwa harus ikhlas melepaskan
kepergian sahabatnya dan semoga kuat dan tabah menjalani hari-harinya.
Kini
di rumah itu tinggallah Reno, Bakat, Aldin, Frans, Putri, Mila dan
Siska. Mila menyiapkan makanan lalu mereka makan. Hanya Putri saja yang
tidak makan, setelah dinasehati teman-temannya, akhirnya Putri pun makan
hanya 3 suap nasi saja yang sanggup ditelannya.
Selesai makan
mereka kembali ke ruang depan. Sesekali terdengar suara mereka bercerita
dengan perlahan, Frans memberitahukan kepada teman-temannya bahwa ia
diberitahukan oleh Dokter yang menangani Her akan penyakit yang di
derita Her. Teman-teman yang lain hanya mengangguk – angguk kepala
saja. Sambil mendengar penjelasan Frans, Reno pun meminta maaf kepada
Putri, Mila dan Siska karena tidak memberitahukan kepada mereka waktu
pertama almarhum jatuh pingsan, sebab itu pesan almarhum karena tidak
ingin Putri, Mila dan Siska terlalu mengkhawatirkannya. Putri membuka
lipatan – lipatan kertas itu. Seketika Putri menangis tertahan, terisak –
isak membaca lirik-lirik “lagu tentang rindu 3”, teringat kembali
kenangan waktu Her menyelipkan bunga mawar di rambutnya dan menyematkan
cincin dari jerami di jarinya. Masih segar dalam ingatannya saat canda
Her menggodanya. Putri terus terisak menuju tape lalu memasukkan kaset
ke tape itu. Kaset pun di putar, terdengar oleh Putri suara Her
menyanyikan lagu-lagu yang diciptakannya. Putri meminta Reno mengambil
gitar Her, Reno pun beranjak masuk ke dalam kamar lalu keluar membawa
buku lagu ciptaan Her dan gitarnya lalu menyerahkannya kepada Putri.
Putri memainkan gitar mengikuti suara Her di kaset, berulang-ulang kaset
itu diputarnya, teman-teman yang lain membiarkan Putri dan tak ingin
mengganggu Putri. Mereka keluar menuju bangku samping dan duduk sekedar
bercerita. Di akhir kaset itu Putri mendengar Her berpesan agar ia
selalu tegar dan tabah dalam menjalani hidup. Her juga meminta maaf
karena tak ingin berterus terang kepada Putri tentang lagu itu bahwa
semua lagu tentang rindu itu sebenarnya tercipta untuk Putri. Her tahu
dengan penyakit yang di deritanya dan tak mungkin ia bisa membahagiakan
Putri. Her tak ingin membuat Putri kecewa dengan rasa rindunya, tak lupa
Her juga berpesan lewat kaset itu agar Putri meneruskan cita-citanya,
melanjutkan hari-harinya dengan penuh keceriaan, biarlah ini semua
menjadi kenangan yang abadi lewat lagu tentang rindu yang diciptakan Her
untuk Putri. Her kan selalu menemani di setiap langkah Putri sampai
Putri menemukan pilihan hatinya yang kelak terus menyayanginya seperti
Her yang mencintai Putri. “ jika engkau merindu, nyanyikan lagu tentang
rindu, aku kan slalu di sisimu karena kau hal terindah bagiku”, itulah
pesan Her terakhir di kaset itu. Tiada henti linangan air mata membasahi
wajah Putri, di lipatan ke 3 dari kertas itu bertuliskan lirik lagu
yang berjudul “kisahku” , Putri membalikkan kertas itu, di sebelahnya
masih putih tanpa goresan tinta. Putri menuliskan lagu buat Her, entah
mengapa malam itu teman-teman yang lain sudah tidur. Mila dan Siska
tidur di dalam kamar Reno yang memang biasa kosong karena penghuninya
tidur di ruang depan semua. Sementara Reno, Bakat, Frans dan Aldin tidur
di ruang depan. Mereka tak ingin mengusik keheningan Putri, seakan ada
yang berbisik di hati Putri untuk menulis lagu. Putri pun mengambil
ballpoint dan menulis kata demi kata dari suara hati Putri, lagu yang
digubah Putri dengan menggunakan gitar Her begitu cepat selesai. Putri
sempat heran dan tak menyangka karena secepat itu ia bisa menciptakan
lagu buat Her, “ mungkinkah Her hadir dan menemaninya menggubah lagu
itu?”, batin Putri, sedikit merinding dan berdiri bulu kuduk Putri
karena sebelumnya Putri juga pernah mencoba membuat lagu. Sewaktu
meminjam gitar Her, Putri tak pernah bisa dan tak paham dalam membuat
lagu tetapi malam ini kenapa begitu mudah baginya menggubah lagu. Putri
tak mempermasalahkannya, lagu yang baru diciptakannya ia nyanyikan
berulang-ulang hingga ia mahir membawakannya dengan iringan gitar yang
dipetiknya. Lagu itu ia rekam di kaset yang sama yang dinyanyikan Her.
Putri tertidur sambil memeluk gitar dan mendekap lirik lagu yang
dibuatnya untuk Her di dadanya.
Lagu tersebut ia beri judul “balasan lagu tentang rindu”.
Adapun lirik lagu itu adalah
“Balasan Lagu Tentang Rindu” Cipt. Iwan Sekopdarat
Amn G F E
Tiada lagi ku dengar suaramu nyanyikan lagu tentang rindu itu
Amn G F E
Tiada lagi denting dawai gitarmu, mengiringi lagu tentang rindu itu
E F G C Amn
Kunyanyikan slalu lagu tentang rindu
F G Amn
Yang kau ciptakan untukku
Amn F G C Amn
Tak terasa air mata menetes di pipiku
F G E
Tulusnya engkau merindu
C G F &nbkp; C
Reff Kini tiada lagi, ku dengar suaramu
A F G C
Nyanyikan lagu tentang rindu
C G F C F G C
Hanya air mata menetes di pipiku yang mengiringi kepergianmu
C G F C
Kupanjatkan doa pada Yang Maha Kuasa
Amn F G C
Agar dirimu tenang disana
C G F C
Lagu tentang rindu kau ciptakan untukku
Amn F G C
Akan ku jaga rindumu slalu
( lagu yang berjudul “ Balasan Tentang Lagu Rindu” dapat dilihat dan di dengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat)
Keesokan
harinya pihak keluarga Her tiba di rumah dimana Her tinggal bersama
teman-temannya. Frans menceritakan pada keluarga Her tentang semasa
hidupnya dan penyakit yang di derita He. Keluarga Her memaklumi dan
mengikhlaskan kepergian Her, membereskan barang-barang Her untuk di bawa
kembali ke kampung halamannya. Tak lupa menitipkan kepada Putri gitar
dan buku lagu ciptaan Her agar Putri slalu merawatnya dengan baik.
Mereka juga mengingatkan Putri agar tabah menghadapi cobaan hidup,
terima dengan ikhlas kepergian Her dan menjalani hari-hari selanjutnya
dengan penuh semangat.
Putri sangat terharu dengan nasehat
keluarga Her, berlinang air mata Putri saat menerima gitar dan buku itu.
Putri berjanji untuk meneruskan cita-citanya, menjalani hidup dengan
penuh semangat dan keceriaan yang dipesankan Her padanya, walau harus
dilewatinya tanpa Her. Jika malam tiba dan hati Putri terasa rindu, ia
selalu menyanyikan lagu tentang rindu. Putri terharu dengan semua rindu
yang pernah dirasakan Her padanya, begitu tulus Her merinduinya, tentang
rindu, tentang hati. Putri banyak belajar dari lirik-lirik tentang
rindu yang diciptakan Her semasa hidupnya untuk Putri. Di penghujung
malam sebelum Putri memejamkan matanya, Putri selalu berdoa semoga Tuhan
mengampuni semua dosa Her dan menempatkan Her di sisinya, lalu Putri
tertidur dengan satu mimpi “tentang rindu”.
Seminggu setelah
wafatnya Her, mendung duka di wajah Putri masih tersisa, perlahan-lahan
namun pasti kini terseka dengan semangat baru, atas nasehat
teman-temannya, Putri ingin menyiapkan apa yang dipesankan Her padanya
agar ia meneruskan cita-citanya. Putri berniat menyelesaikan kuliahnya
di fakultas kedokteran yang sempat tertunda. Putri berniat jika lulus
nanti dan meraih gelar Dokter, Putri ingin ditugaskan di Kepulauan Riau
khususnya di Batam bahkan bila perlu di Dabosingkep tempat kelahiran
Her. Putri tak sempat membalas dengan apa yang pernah dilakukan Her
padanya, setidaknya Putri bisa membuktikan pada Her, sebagai Dokter ia
bisa membaktikan diri pada masyarakat di Kepulauan Riau. Semoga Her
bahagia di alam sana dengan keputusan Putri tersebut.
Reno
membawakan ransel Putri lalu memasukkan ke mini bus yang di sewa Reno
dan teman-temannya. Putri berjalan santai sambil memeluk gitar diikuti
Mila dan Siska. Di dalam mobil, Tono, Frans, dan Aldin sudah menunggu.
Bakat tidak ikut karena semalam Bakat pulang ke kampung halamannya
sekedar melepas rindu pada kedua orang tuanya dan kawan-kawan di kampung
halamannya. Hari ini Putri memantapkan dirinya untuk kembali ke Jogja
kampung halamannya untuk menyelesaikan kuliahnya yang sempat tertunda.
Tak banyak pakaian yang di bawa Putri pulang, ia menitipkannya pada
Mila. Putri berjanji akan kembali ke Batam setelah berhasil meraih gelar
Dokter dan bertugas di Batam agar bisa membersihkan ilalang-ilalang
yang tumbuh di atas makam Her dan ingin membaktikan dirinya kepada
masyarakat Kepulauan Riau. Mila, Siska, Reno dan teman-teman terharu
dengan cita-cita Putri. Tak lama terdengar suara pemberitahuan dari
pihak penerbangan di bandara ………….. menyatakan pesawat akan segera
berangkat. Mila, Siska dan Putri saling berpelukan, tak lupa Putri
menjabat erat tangan Reno, Frans, Tono dan Aldin, walau air mata
membasahi wajah mereka, mereka tetap tersenyum pasti. Air mata cita-cita
dari keinginan Putri yang luhur. Mereka melambaikan tangannya kepada
Putri yang menjinjing ransel dan mengendong gitar Her dari belakang.
Putri pun membalas lambaian tangan teman-temannya dengan penuh semangat.
Tak lama pesawat itu pun lepas landas menuju Jakarta dan berhenti di
Jogjakarta. Putri termenung sesaat, terkenang kembali masa-masa indah
bersama Her. Bilir-bilir air mata tertahan di sudut kedua mata Putri.
Dalam hati Putri berkata “ suatu hal terindah tentang rindu untuk
dikenang, akan slalu abadi dan tak terganti di dalam hati, sekalipun
maut memisah diri, tak jadi penghalang untukku merindui”, Putri tertidur
di pesawat dengan satu senyum penuh semangat akan cita-citanya sambil
memeluk gitar Her. Jika saat ini Tuhan menguji iman Putri, mungkin suatu
hari kelak Tuhan akan membukakan jalan bahagia buat Putri. Putri selalu
berserah diri pada Yang Maha Kuasa agar dapat menjaga dan melindungi di
setiap langkahnya. “tentang rindu biarlah tersimpan di hati”.
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar