Sabtu, 14 Januari 2012

Novel TENTANG RINDU I

“ TENTANG RINDU I “    Bag.2
sebuah karya anak kisaran : IWAN SEKOPDARAT

Tak lama malam semakin larut, Bakat dan Her tak kuasa menunggu teman–temannya pulang dari tempat pacar mereka, karena sudah ngantuk berat, Her dan Bakat masuk kedalam rumah untuk tidur, pintu hanya ditutup namun tidak terkunci.Senin pagi, Her sudah bangun subuh–subuh, memasak indomie rebus, mandi dan sarapan, lalu membanguni teman–temannya yang lain pada heran melihat Her telah rapi dan siap berangkat kerja. Dengan wajah masih sembab Amat nyelutuk “ada yang mau diperli ya cs, kenalkan ke kita, siapa tau kita bisa bantu, ha…ha…ha…”, “anak mana cs ?” tanya Pri yang masih mengucek – ngucek matanya. “masih pendekatan jika kalian ikut, bisa gawat, hancur total rencana!” jawab Her sambil menggunakan sepatunya,” tu Indomie dah ku masak sarapan kalian, aku berangkat dulu, Assalamu’alaikum!” Her pun berangkat meninggalkan mereka yang baru bangun.
Perkiraan Her tak meleset. Her bertemu lagi dengan gadis itu, Her segera berjalan disisi kanan gadis itu “hai, berangkat kerja!” sapa Her,”iya” jawab gadis itu tersenyum, duh senyum itu, batin Her. Ia memberanikan diri menyapa gadis itu lagi, “oh ya kemaren kita asyik ngobrol sampai lupa aku menanyakan namamu, kenalkan aku Her, Herdiawan anak blok ahli, blok paling ujung “, ujar Her menyodorkan tangannya. Gadis itu tertunduk lalu menyalami Her, “Putri, Putri Wulan Dari, aku tinggal di blok rakyat”, jawab gadis itu pelan yang ternyata bernama Putri, “blok rakyat nomer berapa? “ , tanya Her lagi, “nomer 13”, sambil berjalan pelan Putri memandang ujung sepatunya, “boleh nggak aku maen-maen ke rumahmu Put?”, sela Her lagi, Putri hanya mengangguk.
Her merasa lega setidaknya ia diberi kesempatan untuk bertamu ke rumah Putri, Her juga bertanya tentang kerjaan Putri dan dari daerah mana Putri berasal, mereka bercerita sambil berjalan perlahan menuju jalan raya, setibanya disana tak lama mobil jemputan Putri pun tiba, “ aku duluan ya”, sambil membetulkan letak kaca matanya, Putri menuju mobil jemputannya, “ iya, hati-hati di jalan”, jawab Her. Putri hanya mengangguk dan tersenyum penuh makna kepada Her, mobil pun melaju meninggalkan Her yang masih tersenyum. Dari cerita Putri, Her tau bahwa Putri bekerja di salah satu perusahaan kawasan industri muka kuning, tepatnya PT. Epson Industri sebagai quisi atau bagian pengecekan bahan. Her menilai Putri  seorang gadis dengan pribadi yang agak tertutup namun tidak begitu sombong, agak pendiam dan selalu berhati-hati berbicara dengan lawan jenis. Her begitu bahagia mengenal Putri lebih dekat.
Seolah mendapat semangat baru, Her begitu ceria berangkat kerja yang biasanya menggunakan jurus ampuh dua jari bila mau berangkat kerja, kini mandi dan rapi namun jika Putri masuk malam kerjanya, Her berangkat kerja bersama teman-temannya. Walau tidak diceritakan kepada teman-temannya, sahabat Her maklum dengan tingkah Her dalam tahap pendekatan dengan seorang gadis.
Seminggu dari Her bertutur sapa dengan gadis itu, Her memberanikan diri bertamu ke rumah Putri, ia menuju dan mencari blok rakyat yang bernomor 13. setelah tiba di depan rumah yang dicarinya, Her terdiam sesaat memandang pekarangan rumah yang penuh dengan bunga tertata rapi, tampak dari pemilik rumah yang rajin merawatnya. Her mengetuk pelan pintu itu, “permisi”, ujar Her. Karena tak ada sahutan, Her mengulanginya lagi, terdengar suara sendal yang diseret kaki berjalan menuju pintu,          “siapa ya? “, tanya suara dari dalam rumah, sambil membuka pintu ternyata seorang gadis nerambut pendek, dengan wajah oval yang membukakan pintu, “ada Putri” sela Her! , “ada, baru siap makan, tunggu bentar ya aku panggilkan”, ujar gadis itu. Ia pun memanggil Putri, “ Put, ada tamu ni cari kamu”. Tak lama Putri keluar dari dapur menuju ruang tamu, “oh kamu, masuklah”, putri coba mempersilahkan Her untuk masuk. “terima kasih, biar di luar saja nyari udara dingin”, jawab Her seadanya sambil duduk di bangku depan rumah Putri. Putri kembali masuk, tak lama keluar dengan membawa segelas teh manis hangat dan sepiring cemilan, melatakkan di atas meja, “silahkan diminum”, kata Putri dengan memeluk nampan yang tadi dibawanya.   “makasih Put, dah merepotkan”, sela Her sambil meminum teh manis tersebut, lalu Her dan Putri pun larut dalam obrolan ringan. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 10 malam, Her pun pamit pulang kepada Putri karena tidak mau besok Putri terlambat bangun disebabkan Her bertamu larut malam. Hari-hari Her terasa indah, ia tampak makin akrab dengan Putri, Her sempat berpikir tak mungkin gadis secantik Putri belum punya kekasih, dan beruntung sekali orang yang menjadi kekasih Putri. Ya sudahlah, menjadi sahabat Putri saja aku sudah senang.
Tak terasa sudah hampir sebulan Her kenal dengan Putri, jika ada waktu luang Her sering main ke rumah Putri sekedar bercerita, seperti pagi itu Her berjalan bersama Putri menuju jalan raya. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara yang tak asing di telinga Her. “oi cs, tunggu”, Reno berteriak memanggil Her , secara spontan Her dan Putri menoleh secara bersamaan. Langkah mereka terhenti, Her garuk-garuk kepala, “aduh, pastilah dikerjai teman-teman”, gerutu Her dalam hati. Tak berapa lama, Pri, Reno, Frans, Bakat, Aldin dan Amat tiba di depan mereka. Mereka lalu berjalan bersama menuju jalan raya. “pacar Her ya?“, tanya Amat kepada Putri. “wah ini anugerah bagi Her kenal sama mbak, dan musibah bagi mbak mengenalinya karena Her suka gonta-ganti pacar, ha…ha…ha…!“ semua ikut tertawa ketika Pri menimpali perkataan Amat, Her dan Putri hanya terdiam dengan wajah memerah. Putri hanya tertunduk. “mat, Pri, jangan begitu sama teman, tidak enak biar saja Her menentukan pilihannya, entah gadis ini atau gadis semalam atau juga gadis kemaren sebagai tambatan hatinya ha..ha..ha..”, sambil tertawa Aldin menggoda dengan kata-kata lucunya. Lalu mereka berjalan lebih dulu meninggalkan Her dan Putri yang masih terdiam, “awas kalian ya”, gerutu Her sambil mengepal tinju ke arah teman-temannya. “awas apa? Awas asap rokoknya mbak, kasih jarak 2 meter kalau tidak ha…ha…ha…“, tak kalah Frans menambahkan perkataan Her tadi. Dari kejauhan setelah agak jauh teman-teman Her berlalu, Putri berujar, “apa benar kamu bilang sama teman-temanmu bahwa aku pacar kamu”, entah tadi keki atau gondok sengaja keluar dari ucapan Putri barusan. Her hanya melongo, nggak menyangka Putri tersinggung mendengar candaan tadi, “kok kamu diam, berarti benerkan, aku kecewa sama kamu”, ujar Putri lagi sambil mempercepat langkahnya. “put, Putri, dengarkan dulu penjelasanku“, Her coba mengejar langkah Putri. Putri hanya diam malah mempercepat langkahnya. Her mengurungkan niat mengejar Putri. Her berpikir Putri tersinggung mendengar candaan tadi, percuma kalau sekarang menerangkannya kepada Putri, malah nanti Putri jadi marah beneran.
Sesampai di pinggir jalan raya, Putri kembali di goda teman-teman Her. “bagus mbak, mengambil tindakan tepat agar tidak terhirup asap rokok buaya darat, ha.ha…ha.. “, Putri hanya diam tanpa menggubris candaan Frans. Tak lama mobil jemputan karyawan tempat dimana Putri bekerja tiba. Putri masuk ke dalam mobil, dan mobil pun melaju ke jurusan muka kuning. Her baru saja tiba, “itu cewek tersinggung cs? Kalau mudah tersinggung buang ke laut aja, ha…ha…ha…”, Pri coba bertanya pada Her, kalau nggak tahan bercanda di hutan aja tinggal, ha…ha…ha…”, teman-teman yang lain tertawa mendengar candaan Aldin. Her hanya tersenyum keki sambil garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Mobil jemputan mereka datang, Her dan teman-teman langsung naik ke coltdiesel yang diberi terpal pelindung dari panas dan hujan. Mobil melaju ke arah tanjung uncang.
Hari ini kayaknya Putri cepat naik darah, dari semalam ia telah gondok dengan tetangganya yang menyetel volume musik kuat-kuat sampai larut malam pun belum berhenti  hingga membuat Putri dan teman-temannya tidak bisa tidur ditambah lagi dengan candaan teman-teman Her, lengkap sudah rasa gondok di hati Putri. “hai Put, cemberut saja, kamu sakit?“, tanya Benu di pagi itu. “nggak ah, cuma kurang tidur aja, kamu kapan pulang?”, jawab Putri, tak lupa Putri menanyakan kapan kepulangan Benu dari Singapura. “semalam”, jawab Benu. Putri hanya mengangguk.
Benu adalah pacar Putri yang telah dua tahun menjalin asmara. Benu bekerja di perusahaan yang sama dengan Putri. Ia bagian personalia atau lebih jelasnya Benu orang kantoran selalu berpakaian rapi dan necis ditambah dengan wajahnya yang ganteng. Banyak karyawan-karyawan wanita yang jatuh hati pada Benu, namun Benu meletakkan hatinya pada Putri. Pertama Putri sempat menolak cinta Benu namun dengan beberapa pertimbangan dan nasehat sahabatnya Putri menerima Benu menjadi kekasihnya. Putri coba membuka hatinya buat Benu. Ia ingin melihat dulu kesungguhan niat Benu, melihat dan menjajaki cinta Benu, apakah tulus atau sekedar main-main saja. Memang diakui Putri kalau Benu orang yang baik walau sedikit meninggi jika bicara, suka ngatur, dan juga sedikit keras kepala, mungkin saja sifatnya begitu karena tempat tinggalnya dulu. Benu adalah anak dari keluarga orang berada sama seperti Putri, “tak ada manusia yang sempurna”, batin Putri. Semoga saja kelak Benu banyak belajar dari kekurangan-kekurangannya, jika ia benar-benar mencintaiku, gumam Putri dalam hati. Benu selalu mengajak Putri untuk makan di restoran yang mewah atau nonton di bioskop nagoya dan jodoh.
Putri kembali melanjutkan kerjanya mengawasi bahan-bahan atau komponen-komponen yang dikerjakan karyawan sedangkan Benu kembali ke kantornya.
Sore itu pukul 5.30 WIB, mobil karyawan yang ditumpangi Her dan kawan-kawannya berhenti dipinggir jalan, tak jauh dari pintu masuk perumahan MKGR, Amat yang keluar lebih dulu dan melompat dari mobil disusul Bakat, Pri dan teman-teman yang lain. Her keluar belakangan, tiba-tiba Frans berujar pada teman-temannya, “ayo kita lomba lari, siapa yang kalah dia nyuci piring tanpa menunggu aba-aba dua kali mereka tancap gas berlari menuju rumah. Hanya Her yang tersenyum geli melihat teman-temannya yang bertingkah lucu semua, biasanya Her orang yang paling iseng dan paling konyol, hari ini ia enggan berlari bersama teman-temannya. Ia tidak habis pikir dengan kejadian tadi pagi, mengapa Putri kesal dengan dirinya. Seorang gadis berambut pendek berwajah oval berjalan melintasi Her. Her tersentak dari lamunannya, “itu kan Mila, teman Putri”, gumam Her dalam hati. Mila, Siska dan Putri teman satu rumah. “Mil, Mila!”,  panggil Her. “ada apa“, sahut Mila menghentikan langkahnya. Her berjalan menuju Mila dan dengan langkah santai mereka jalan berbarengan. “Mila, emang Putri sudah punya pacar?“, Her coba membuka pembicaraan. “apa penting !”, Mila coba bercanda. “nggak juga“, lanjut Her, lalu Her menceritakan kejadian tadi pagi kepada Mila. Mila hanya tersenyum dan mengatakan bahwa mereka semalam tidak tidur karena musik tetangga sangat kuat. Mila pun bercerita bahwa Putri telah memiliki kekasih yang bekerja di perusahaan yang sama dengan Putri, Benu namanya. Emang sih pertamanya Putri menolak cintanya Benu, Mila dan Siska memberi pandangan kepada Putri. Memang sekarang Putri orangnya mudah tersinggung dan kurang percaya sama laki-laki karena pernah dikhianatai cintanya. Putri tak ingin kecewa untuk kedua kalinya. Cukup sudah hancur hati Putri dibuat kekasihnya waktu masih di kota asalnya. Putri meninggalkan kota tercintanya menuju Batam hanya ingin menenangkan pikirannnya dan menutup hatinya untuk urusan cinta. Mila dan Siska menasehatinya dan meminta Putri untuk membuka sedikit pintu hatinya, jangan di kenang lagi kenangan yang menyakitkan hati, biar kenangan itu berlalu buat satu pelajaran berharga agar di hari kedepannya lebih berhati-hati.
Biarkan dulu Benu masuk di kehidupanmu, jangan terlalu meletakkan sepenuhnya kepercayaan di atas nama cinta. Jika kecewa maka hati akan terasa sangat merana, dengan nasehat itu, Putri coba terima kehadiran Benu dalam hatinya. Iya siapa tau Benu memang sungguh-sungguh yang penting saat ini jalani apa adanya sambil menjajaki sampai di mana keseriusan Benu. Dua bulan belakangan ini, Benu tidak ke rumah Putri karena dari pihak perusahaan Benu di sekolahkan di perusahaan induk letaknya di Singapura, makanya dalam sebulan belakangan ini, jika Her bertamu ke rumah Putri tidak ada ditemukan lelaki yang datang menemui Putri. Ternyata kekasihnya Putri yang bernama Benu sekolah ke luar negeri. Tak lupa Her minta tolong untuk sampaikan permintaan maafnya juga teman-temannya tadi pagi hingga membuat Putri tersinggung. Mila hanya mengangguk dan tersenyum lalu di persimpangan mereka berpisah. Mila berbelok ke kanan menuju rumahnya sedangkan Her lurus.
Biasanya malam ini Her bertamu ke rumah Putri namun diurungkan niatnya, Her tak ingin mengganggu Putri istirahat, apalagi kata Mila semalam tetangganya pasang musik keras-keras hingga Putri, Mila dan Siska susah tidur, atau mungkin saja Putri masih gondok dengan kejadian tadi pagi.
Di ruangan depan, Reno, Amat dan Aldin menonton televisi sedang Frans dan Bakat sibuk menyusun buah catur adu ketangkasan berfikir, Pri merapikan pakaiannya, lalu memasukkan pakaiannya kedalam ransel, semalam Pri dapat telfon dari keluarganya, melalui telfon tetangga sebelah agar Pri segera pulang ke Binjai, Medan. Ibunya menelfon memberitahukan bahwa kasihan Bapak ngurus ladang sendirian, Pri tak kuasa menolak keinginan orang tua, padahal ia sudah merasa betah, berkumpul bersama sahabatnya di Batam,”besok jam berapa berangkat cs?”, tanya Her “jam 7 pagi lewat sekupang”, jawab Pri, “balek ke Batam lagikan?” sela Her lagi, Pri hanya diam, “yang penting selamat diperjalanan dan tetap semangat”, timpal Bakat “kalau jadi orang sukses kelak jangan lupa sama sahabat”, Aldin mengingati “itu ada berapa bungkus rokok, sekedar diperjalan, oleh-oleh dari kami”, Frans memberitahukan kalau mereka membelikan rokok buat Pri, ”jangan lupa carikan aku satu anak Medan, siapa tahu jodoh ha…ha…ha..!” canda Amat. Mereka tertawa bahagia semua, tak lama datang Reni pacar Pri setelah berbicara sebentar mereka keluar, Her mengambil gitar dan duduk dibangku samping rumah, dia coba memetik dawai gitar dan bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu yang diciptanya sendiri, entah mengapa bayang wajah Putri selalu menghiasi lamunannya. Her kembali masuk kedalam rumah mengambil ballpoint dan buku, ia kembali kebangkunya. Her coba merangkai kata demi kata menjadi kalimat, menyelaraskan dengan gitar, menggubah satu lagu tentang suasana hatinya yang tak menentu, tak lama lagu tersebut selesai, satu lagu yang diciptakan Her kala hati rasa merindu pada seraut wajah gadis berkaca mata. Lagu itu ia beri judul “Lagu Tentang Rindu”. Adapun lirik lagu tersebut adalah

          “ Lagu Tentang Rindu”                 cipt. Iwan Sekopdarat

G      C       G  G      C         G
Resah hatiku, gundah hatiku
         Dmy  C           G            Dmy   C           G
Mengapa aku merindu, mengapa jadi tak tentu
B                              C             G    B             C                     Dmy
Ku bernyanyi lagu rindu untukmu, satu lagu ku merindu padamu
Reff   G                            C    
Dengarkanlah ku bernyayi untukmu
           Dmy                            G
Satu lagu tentang rindu di hatiku
G                                    C
Dengarkanlah ku bernyanyi untukmu
            Dmy          C               G
Agar engkau pun tau ku merindu

( lagu tentang rinndu bisa dilihat dan didengar dipencarian Iwan sekopdarat di youtube )

Her coba mengulang-ulang lagu tersebut yang baru diciptakannya,  “buat lagu ya cs, ajarkan gripnya, lagunya asyik! “, Her sekilas menatap Bakat yang bertanya padanya yang minta diajarkan lagu itu, Her hanya tersenyum lalu menyanyikannya lagi lagu tentang rindu itu, sementara teman-teman yang lain sedang asyik menonton televisi sambil mengangguk–angguk dengar Her bernyanyi, mereka suka dengan lagu itu. Frans bergabung dengan mereka menonton televisi. Her mengajarkan Bakat dengan iringan gitar.
 Bukan hanya Her yang galau hatinya, Putri pun entah mengapa sulit tidur, ia coba membolak-balikkan diarynya, menyibak halaman demi halaman yang ia tulis tentang Benu. Ia selalu menulis tentang Benu di diarynya, setiap moment terindah bersama Benu, baik itu jalan-jalan, makan atau nonton dengan Benu, moga dengan sering membaca buku itu ia bisa belajar mencintai Benu seutuhnya, bukan dengan dorongan Mila dan Siska. Dia hanya tidak ingin melukai perasaan Benu yang baik kepadanya. Diary yang dipegang Putri jatuh ke lantai, Putri memungutnya. Ketika membalikkan buku itu, Putri tertegun sesaat membaca satu nama yang ia tulis di lembar tengah buku hariannya “Herdiawan“. Hanya itu yang tertulis di lembar diarynya, terbayang Putri akan wajah Her yang baru dikenalnya, lalu Putri mengambil pena dan menulis di bawah nama itu “kadang aku ingin mendengar candamu“ hanya itu yang ditulis Putri.
Mila masuk ke kamar Putri sambil berkata, “lagi ngapain Put?“, “baca-baca aja”, jawab Putri ringan membolak-balikkan diarynya, lalu Mila bercerita kepada Putri bahawa ia pulang tadi sore jalan bareng Her, Her juga menanyakan apakah Putri sudah punya pacar, Mila mengatakan apa adanya bahwa Putri sudah memiliki kekasih Benu namanya, dan bercerita siapa Benu pada Her, tak lupa Mila pun menyampaikan salam Her buat Putri, dan Her meminta maaf atas kejadian tadi pagi, temn-teman Her memang suka bercanda, jangan diambil hati pesan Her. Putri mendengar dengan seksama semua penjelasan dari Mila.
Selesai bercerita tak lama Mila pun keluar dari kamar Putri menuju kamarnya, kembali Putri tertegun seorang diri jauh dilubuk hatinya, ia sangat menyesal dengan kejadian tadi pagi mengapa ia sampai tega berbicara seperti itu pada Her. Putri coba menutup matanya karena malam makin larut. Putri pun tertidur sambil mendekap diarynya.
Tak terasa sudah seminggu kepergian Pri sahabat mereka sebelum Pri berangkat menuju kampung halamannya, Pri dan sahabat yang lainnya saling berpelukan, saling menasehati itulah rahasia perjalanan hidup semoga saja Pri menjadi orang yang sukses nantinya. Giat bekerja mengolah ladang orang tuanya dan juga semoga dilindungi yang Mahakuasa. Itulah doa dan harapan teman-teman Pri, tampak raut sedih di wajah Pri berpisah dari sahabatnya, namun Pri harus kuat, berjanji untuk maju dengan semangat doa teman-temannya. Pri pun berangkat meninggalkan pulau Batam yang banyak menyimpan kenangan indah.
Sebagai karyawan kontraktor, Frans, Reno, Bakat, Amat, Aldin dan Her tidak dalam satu naungan sub kontraktor yang sama. Jika sub kontraktornya Aldin dan Amat tidak mendapat job atau bagian tender maka Aldin dan Amat diistirahatkan sejenak namun tidaklah lama lebih kurang seminggu di offkan, begitu dapat tender mereka dipanggil kembali untuk bekerja, begitu juga sebaliknya baik di sub kontraktor tempat Bakat dan Reno bekerja atau di sub kontraktor tempat Her dan Frans bekerja.
Bagi mereka itu tidak masalah, sahabat yang tidak bekerja tetap ditanggung atau dibiayai oleh sahabat yang bekerja, begitu juga sebaliknya. Disini jelas tampak nilaii persahabatan yang terjalin erat, keakraban yang tulus, walaupun mereka bukan dibesarkan dalam lingkungan dan tempat yang sama namun nilai-nilai luhur akan arti sahabat itu mengalir di jiwa mereka.
Benu mengetuk pintu rumah nomor 13 blok rakyat, seraut wajah manis membuka pintu, “Sis, Putrinya ada?”, tanya Benu. “ada, lagi di kamar, masuklah mas, biar ku panggilkan Putri”, jawab Siska. Sebelum Siska sampai ke pintu kamar Putri, Putri sudah keluar berpapasan dengan Siska. Siska hanya mengisyaratkan dengan matanya mengatakan Benu ada di luar, dari suara tadi Putri tau kalau itu Benu, ia langsung menuju ruang tamu. Benu tersenyum pada Putri, Putri pun membalas senyum Benu, senyum sekedar tanpa ekspresi. “Jadi kita pergi Put?”, ujar Benu. “jadi, bentar ya mas”, jawab Putri sambil berjalan menuju kamarnya. Di kamar, Putri berkaca dan merapikan diri alakadarnya. Terdengar suara lantang dari depan pintu rumah Putri, “Assalamu’alaikum”, rupanya suara itu mirip Tono. “Wa’alaikum salam Wr. Wb”, secara bersamaan benu dan Siska menjawabnya. Sambil berjalan dari ruang tengah, Siska menuju ruang tamu, mendengar suara tersebut, Siska langsung menghampiri Tono. “eh, ada tamu rupanya, pa kabar Ben?”, sela Tono. “sehat Ton, gimana kerjaannya?” jawab Benu. “kerjaannya sih biasa aja, akunya yang luar biasa, semalam baru gajian ni hari sudah kasbon ha…ha…ha…”, sambil bercanda Tono menyahuti Benu. “eh, eh nona manis kok bengong, awas di sambar Kalong”, ujar Tono sekenanya melihat Siska hanya diam disitu. Siska hanya tersenyum saja melihat tingkah Tono. Tono teman sekampung Mila dan Tono pacar dari sepupu Mila, Anita namanya. Tono dan Mila juga teman satu sekolahan, Tono kenal dengan Anita dari Mila yang mengenalkannya. Anita tetap di kampung halamannya, sementara Mila dan Tono merantau ke pulau Batam. Duluan Tono yang mengadu nasib di pulau Batam.
Tak lama Mila pun keluar dari ruang tengah sambil nyelutuk, “katanya semalam mau datang, mau ngajak makan bakso, kan gajian, mana……? “, dengan sedikit cemberut Mila menatap Tono. “mana…mana…mana…uang tidak ada ha…ha…ha…sambil bergaya bak penyanyi dangdut professional“, Tono menjawab pertanyaan Mila dengan melebarkan kedua tangannya. Putri yang baru keluar dari kamarnya ikut tersenyum mendengar candaan konyol Tono, mereka tertawa hanya Benu yang tersenyum tipis karena memang Benu yang agak pendiam dan kurang humor, dia selalu serius dalam menanggapi semua hal. Kadang putri merasa serba salah bila duduk berduaan sama Benu. Karena banyak diamnya daripada ngobrolnya. Kalaupun ngobrol, Benu sering mengingatkan Putri, menasehati dan sedikit mengatur. Harus pandai-pandai jaga diri lah, jangan terlalu akrab sama cowoklah dan lain-lain. Semua yang dilakukan Benu menandakan bahwa Benu sangat menyayangi Putri, hanya caranya saja yang membuat Putri merasa kurang nyaman diperlakukan seperti itu. “sekalian bilang cuci tangan sebelum makan, jangan pipis sembarangan”, gerutu Putri dalam hati. “Mila, Siska, ayo ikut boss, katanya mau makan bakso, ntar kita beli baksonya, sekalian gerobak dan penjual baksonya ha…ha…ha…!”, Tono memulai keisengannya. Putri, Mila dan Siska hanya tersenyum geli, “nggak enak ganggu orang pacaran”, celutuk Tono lagi, “kami mau pergi juga kok”, ujar Putri dan memandang Benu, “kalau gitu kami duluan ya!“, sahut Mila. Siska dan Mila hanya mengenakan pakaian santai, celana jeans dan kaos oblong saja. Mereka tidak ke kamar lagi karena memang baru mandi dan merapikan diri sebelum Tono datang. “jangan lupa kuncinya diletak di tempat biasa”, sela Siska lagi. Mila, Siska dan Putri bekerja di perusahaan yang sama terkadang mereka lain sift (jam kerja), jadi jika yang lainnya kerja sementara temannya belum pulang maka anak kunci diletakkan di bawah pot bunga mawar samping teras rumah sebelah kanan.

Mila, Siska dan Tono pamit duluan kepada Benu. Mereka berjalan keluar menuju warung bakso yang berjualan dikompleks perumahan MKGR tersebut. Tak lama Benu dan Putri pun keluar, Putri menutup dan mengunci pintu, anak kunci diletakkan Putri di bawah pot bunga itu. Mereka berjalan menuju jalan raya, menunggu taksi, rencananya mereka akan nonton di bioskop di daerah sekitar nagoya. Sebenarnya kalau saja Putri bisa memilih, ia lebih mending ikut teman-temannya makan bakso sambil bercanda daripada nonton sama Benu, mungkin ia lebih banyak belajar untuk berusaha mencintai Benu.
Begitu Mila, Siska dan Tono tiba di warung bakso, ternyata warung bakso itu tutup. “syukur Alhamdulillah… dompetku tetap utuh, nggak jebol dibuat makhluk-makhluk luar angkasa ini ha…ha…ha…”, Tono menunjuk tangannya ke arah  Mila dan Siska, sambil tertawa. Sementara Mila dan Siska hanya tersenyum kecut, “tenang bidadari cantik kita ke rumah temanku saja”, tanpa menunggu jawaban dari Mila dan Siska, Tono sudah berjalan lebih dulu diikuti Mila dan Siska berjalan berbarengan sambil menggerutu dengan suara pelan dan tidak begitu jelas, Tono cuek saja. Mereka berhenti di blok ahli no 31 dan menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu “horas cs“, sambil mengangkat tangan Tono menyapa Reno, “horas juga cs“, jawab Reno yang sedang jongkok di sisi pintu gaya jongkok, Reno tak ubah seperti orang melihat pertandingan adu ayam saja.
“wah mimpi apa kau semalam cs, hingga dapat dua cewek sekaligus, padahal kau paling jelek di PT, pakek pelet ya, ha…ha…ha…“, sela Reno tak lupa mempersilahkan mereka masuk, “awak memang tidak ganteng lae, tapi opung awak tinggi ilmunya, ha…ha…ha…”, Tono menjawab pertanyaan Reno dengan nada konyol, meniru logat batak Reno, walau Tono asli orang Jawa, terlebih sering menirukan logat batak Reno. Apalagi kalau sedang bercanda dengan Her dan teman-teman yang lain.
Rumah yang Her sewa dengan teman-temannya kalau malam biasanya tak pernah sepi, ada saja teman-teman satu kerjaan mereka main ke rumah, mila dan Siska sedikit risih melihat keadaan rumah, terkesan kurang tertata rapi, belum lagi puntung rokok disana-sini, karena memang harap maklum dengan makhluk penghuni rumah ini cowok semua, “pendekar-pendekar lain kemana cs?”, ujar Tono. “di belakang lagi masak”, jawab Reno sambil memandang Siska, Tono pun menuju dapur bercerita sebentar tak lama keluar lagi menuju ruang depan, “ayok ke belakang saja tak baek lama-lama duduk dekat buaya darat, nanti kena embat, dianya banyak ilmu pelet, ha…ha…ha…!”, ujar Tono kembali berjalan ke dapur tanpa menunggu jawaban dari Mila dan Siska. “bodat kau Ton!”, jawab Reno sewot, “ayok mbak ke belakang aja, di belakang ramai kawan”, sela Reno sambil beranjak menuju dapur dengan sedikit tersenyum malu, Mila dan Siska berjalan di belakang Reno dan dulu waktu masih dikampung, Mila sangat akrab sama Tono, Mila merasa tenang setiap jalan sama Tono karena ia tau siapa Tono. Walau Tono orangnya konyol, namun ia seorang yang bertanggung jawab, bersifat melindungi, waktu masih sekolah saja, jika ada yang kurang ajar sama Mila maka tak segan bogem mentah Tono bersarang di wajah cowok yang kurang ajar itu.
Her yang sedang mengiris bawang merah tersentak sewaktu bertatap muka dengan Mila dan Siska, “o… rupanya kalian, kirain siapa”, ujar Her, “pacar Tono yang mana? Mila apa Siska?”, selidik Her lagi. Her hanya menggunakan handuk tanpa baju, rencana Her mau makan dulu baru mandi. “ nggak kok Her, Tono teman sekampungku “, jawab Mila. Lalu mereka membaur bercerita apa saja. Disela canda-canda konyol yang membuat Mila dan Siska menahan tawanya, tak henti Mila dan Siska tersenyum melihat dan mendengar tingkah dan candaan Her dengan teman-temannya. Tono satu perusahaan dengan Her dan teman-teman lainnya, cuma lain lokasi saja kerjanya. Pertama Mila dan Siska sempat menolak ajakan teman-teman Her untuk makan bersama, sementara Tono sudah menyendok nasi dan mie goreng dari kuali, “nggak sudi makan masakan kami ya…!”, ujar Amat,  “kalau nggak makan berarti menghina tuan rumah, hukumannya nggak boleh pulang sampai adzan subuh, ha…ha…ha…”, timpal Frans sambil meniup-niupkan nasinya yang panas. “ambil sendiri ya, mie sama nasinya”, ujar Her memberikan piring kepada Mila dan Siska. Mila dan Siska tidak kuasa menolak dan beranjak dari duduknya lalu menyendok nasi secukupnya secara bergantian. Memang tadi Mila dan Siska sewaktu di ajak Tono keluar mereka belum makan, baru selesai mandi dan duduk di ruang tengah sambil menonton acara di televisi, apalagi warung bakso yang mereka tuju tutup, cacing-cacing yang ada di perut Mila dan Siska akhirnya pada menjerit, “mbak, kalau di sini makan dan minum bebas semua, Cuma pulangnya baru bayar”, seloro Aldin disusul tawa teman-teman yang lain. Mila dan Siska hanya tersenyum mendengar canda si Aldin sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. Sebenarnya Mila dan Siska agak canggung makan tanpa sendok, mau meminta sendok Mila dan Siska segan karena yang makan semuanya nggak pakai sendok, terkadang sambil makan Her dan teman-temannya saling ejek, maen tebakan konyol atau yang lainnya hingga membuat suasana malam itu terlihat sangat akrab. Mila pun sering juga maen ke rumah Benu, disana Putri minta ditemani, namun suasananya tak seharmonis dengan suasana di rumah Her. Benu dan teman-teman serumahnya mereka terkesan saling cuek, lebih banyak diam, sementara Her dan teman-temannya selalu ceria walau makan dengan indomie saja yang pastinya suasana malam itu sangat kompak, penuh dengan banyolan-banyolan atau canda mereka, selesai makan baik Reno dan teman-teman lainnya bergantian masuk ke kamar mandi untuk mencuci piring mereka masing-masing, lalu berjalan ke ruang depan duduk sambil merokok disertai obrolan ringan. “mari, piringnya Sis, biar ku cuci”, ujar Her yang sudah selesai duluan makan, sengaja menunggu Mila dan Siska yang baru selesai makan. Her berdiri meminta piring yang di tangan Mila dan Siska. Sebenarnya Mila dan Siska merasa tidak enak hati membiarkan Her mencuci piring mereka, namun karena Mila dan Siska masih merasa canggung sebab baru pertama kali   kerumah Her. Tak lama Mila dan Siska bangkit dari duduknya menuju ruang depan rumah, rumah yang di sewa Her dan teman-teman adalah rumah yang sederhana dari pintu masuk sampai ke pintu belakang, tak ada ditemukan yang namanya meja dan kursi apalagi telepon, beda dengan rumah Mila dan rumah Benu yang punya fasilitas lengkap.
Di ruang depan dengan cepat Mila dan Siska dapat bergabung dengan cerita mereka, tawa canda slalu menghiasi obrolan mereka. “dari tadi Her hanya bilang Mila, Siska, namun kita-kita belum kenalan. “kenalkan… Aldin, makhluk paling ganteng di rumah ini“, sambil menyodorkan tangan, Aldin memperkenalkan diri, “ganteng, ganteng gajah tenggen ha….ha…ha…”, sela Reno. Mila dan Siska menjabat tangan Aldin dan diikuti teman-teman yang lain walau baru kenal Mila dan Siska merasa sudah kayak Sohib sendiri.
Tak lama keluar Her dari dalam sambil memegang buku dan membawa gitar menuju bangku di samping rumah. Ia baru selesai mandi setelah mencuci piring tadi, duduk di bangku samping rumah menyalakan sebatang comfil sambil membuka minuman kaleng dan meminumnya. Her mulai memetik dawai gitar, belum selesai satu lagu, Mila menghampiri Her, Her hanya menoleh sebentar dan tersenyum lalu meneruskan lagunya lagi, selesai lagu yang dinyanyikan Her, Mila bertanya “suka minum juga?“ dengan menatap ke kaleng yang barusan di minum Her, di kaleng tersebut bertuliskan heineiken, minuman alkohol kadar rendah, walau rendah tetaplah alkohol.
Itulah pikir Mila, “nggak juga, paling kalau overtime pulang jam 9 malam”, jawab Her.
 “kerjaanku di pinggir pantai, udaranya sangat dingin, jadi sekedar melawan rasa dingin saja, mau minum jamu, tukang jamunya gak ada yang lewat di pinggir pantai“, timpal Her lagi. Mila hanya tersenyum mendengar candaaan Her, Her melanjutkan nyanyiannya lagi ,dengan seksama Mila mendengar dan membaca di buku itu lirik-lirik lagu tersebut. Buku itu berisikan lagu-lagu ciptaan Her. Her kembali menghisap rokoknya selesai ia bernyanyi. “lagu sendiri ya?, buat pacarnya?”, tanya Mila penasaran menunjukkan lirik-lirik lagu tentang rindu. “iya, lagu sendiri bukan buat pacar, pacar aja belum punya, buat seseorang saja”, jawab Her seadanya. “buat Putri ya…”, ujar Mila lagi menggoda Her. Her hanya tersenyum namun tidak mengangguk mengiyakan. Mila kagum pada Her, disamping Her pandai bermain gitar dan menciptakan lagu. Her juga pandai melukis. Lukisan pemandangan di ruang depan, Her yang melukis. Di antara lagu-lagu ciptaan Her, yang Her nyanyikan Mila sangat senang lagu Tentang Rindu dan Dendang Anak Melayu. Di lagu Tentang Rindu, bercerita soal hati akan rasa yang merindu hingga tercipta satu lagu sangat romantis, pikir Mila. Dan juga di lagu Dendang Anak Melayu, karena Mila asli orang Jawa. Mendengar logat melayu yang kocak geli hatinya dengan cengkok melayu Her membawanya, walau lirik itu terkesan kocak namun sarat dengan nasehat-nasehat juga kata-kata kiasan dengan gaya bahasa yang sangat tinggi. Mila meminta Her untuk menyanyikan dua lagu itu kembali.

Adapun lirik lagu dendang melayu sebagai berikut:

                   “ Dendang Anak Melayu “                         cipt. Iwan Sekopdarat
            C                             G
          Benyayi bedendang anak melayu
              G                                C
Besenda bepantun di dalam lagu
   C                                       G
Hati yang bingong jangan murong sayang
   G                                    C
Bebalas panton kite bedendang
C                     G                        C             F              G         C
Nak tepong sayang ku kasi tepong, tepong ade di dalam gelas
C            G                                C               F         G          C
Nak panton sayang ku kasi panton, satu pantun tak tebalas
C             G                               C                           F       G         C
Anak orang di sayang menggoreng kopi, kopi di goreng dalam kuali
C            G                                  C                  F        G      C
Anak siape di sayang bepanton tadi, nak di balas sekali lagi

Reff   Zapen berentak tari melayu, jangan kau bingong ikotkan lagu

Tesuson kate elok mendayu, selamat rage sentosa slalu

Tidaklah kayu sayang berkelang lidi, jikalau lidi kan besulam

Tepi, takkan melayu sayang ilang di bumi, jikalau hati kan bertanam budi

( lagu “Dendang Anak Melayu” dapat dibuka di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )

Di lagu yang diberi judul “Dendang Anak Melayu“ di samping liriknya yang kocak dengan beberapa bait pantun di rangkai menjadi lagu, disisip juga dengan madah dan gurindam yang berisikan nasehat juga petuah yang sangat terkenal dari “Laksamane Gagah Perkase Tiang Tuah“ , yaitu “takkan melayu ilang di bumi“.
          Tak lama Tono keluar bersama  Siska mengajak Mila untuk pulang karena malam semakin larut. Mereka pamit diri untuk pulang tak lupa Reno mengatakan kepada Mila dan Siska jangan sungkan-sungkan maen ke rumah mereka, Frans dan teman-teman yang lain pun titip salam buat Putri dan tolong sampaikan maaf mereka pada Putri. Jika waktu itu Putri tersinggung dengan canda mereka, mereka tiada berniat untuk menyakiti Putri. Mereka hanya sekedar bercanda tidak lebih.
          Mila dan Siska hanya mengangguk tersenyum menanggapi pernyataan Reno dan teman-temannya. Lalu berjalan menuruni anak tangga dan hilang di kegelapan malam. Setelah mengantar Mila dan Siska, Tono pulang menuju jalan raya menunggu taksi yang mengantarkan ke tempat kediamannya.
          Mila mencari kunci di bawah pot bunga mawar, ternyata kunci tak ditemukan. Siska coba membuka pintu dan pintu terkuncidari dalam, rupanya Putri sudah pulang duluan. Siska pun mengetuk pintu sambil memanggil nama Putri, Putri membukakan pintu lalu masuk ke kamarnya lagi.
          Seperti halnya Reno dan teman-temannya yang lain, Putri, Mila dan Siska demikian. Mereka bukan satu kampung. Mereka bekerja di perusahaan yang sama, dari situ mengenal kepribadian satu sama lainnya. Dari keakraban itulah mereka menyewa rumah bersama. Putri berasal dari Jogja, Mila dari Pacitan, sementara Siska dari Kisaran, Asahan. Semenjak Putri kenal sama Her, Putri sempat bertanya dengan Siska karena Her berasal dari suku melayu, dan Siska pun sama dari suku melayu. Tapi mengapa dialeg berbicaranya atau cara penyampaiannya berbeda. Seperti contoh pada kata “kemana“ Her biasa menyebutkannya dengan “kemane“, sedang Siska “kemano” juga pada kata apa, di mana, dan lain-lain. Siska tidak menjelaskannya secara rinci, karena dia memang kurang mengerti masalah itu. Siska hanya menjelaskan secara garis besarnya saja, mungkin saja pengucapannya berbeda disebabkan letak geografis dimana mereka tinggal atau lingkungan mana mereka berada juga cara hidup mereka. Maupun cara bergaul mereka dengan lingkungannya yang membuat cara penyampaian bahasa itu berubah bunyi namun bermakna sama. Siska orang melayu dari Kisaran, Asahan, Sumatera Utara yang biasa disebut dengan melayu pesisir. Sementara Her orang melayu dari Dabosingkep, Lingga yang biasa disebut dengan melayu kepulauan Riau. Walau berbeda dialegnya, tak begitu dipermasalahkan, karena mereka tetap sama-sama orang melayu. Putri pun mulai mengerti dengan apa yang dijelaskan Siska itu.
Di kamarnya Putri hanya tidur-tiduran, Mila masuk ke kamar Putri, “Put, kamu tau nggak, kami tadi ke rumah Her, ternyata Tono temannya Her”, ujar Mila. Putri hanya menatapnya sebentar sambil mengangguk-angguk kecil lalu kembali diam. “ada apa Put? Kamu bertengkar sama Benu?”, tanya Mila lagi penuh selidik. “aku kesal sama Benu, masak baru nonton aja tangannya udah kelayapan, emang aku cewek apaan”, jawab Putri sewot. Putri pun menceritakan kejadiannya sewaktu film baru di putar, Benu coba meremas tangan Putri dan merebahkan kepala Putri di bahunya, Putri diam saja namun setelah Benu bertindak lebih berani dan kurang ajar, Putri jadi sebel dan kecewa sama Benu, Putri tidak menyangka, Benu setega itu padanya. Benu yang dikenalnya dua tahun menjalin hubungan asmara dengannya berbuat serendah itu, Putri sangat kecewa seakan terbayang kenangan silam di mana kekasihnya yang dulu waktu di kampungnya yang mementingkan hawa nafsu di atas nama cinta. Benu tak ulahnya sama seperti mantan kekasih Putri, Putri sangat kecewa malam itu. Dulu waktu pertama menerima Benu sebagai kekasihnya, Putri berpikiran Benu adalah anak yang baik, yang bisa menjaganya, menjaga dari perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma agama, sampai ia menjadi halal bagi Benu, ternyata Putri salah menilai Benu.

Putri yang kecewa sama Benu menepis tangan Benu dari pahanya, “aku nggak nyangka mas, kamu kayak gitu!“, dengan ketus sambil berdiri dan keluar dari pintu samping bioskop meninggalkan Benu seorang diri. Benu coba mengejar Putri, “Put, Putri tunggu Put! maafkan aku, aku tak bermaksud merendahkanmu“, dengan rasa bersalah Benu coba menahan langkah Putri. Putri tak menggubrisnya, ia langsung menuju pinggir jalan raya. Putri terlanjur kecewa atas perbuatan Benu barusan, Putri segera menyetop taksi, masuk ke dalam taksi tanpa sepatah katapun  berkata pada Benu yang coba menahannya,  “jalan pak!“, ujar Putri dingin kepada supir taksi, dan taksipun melaju meninggalkan Benu di pinggir jalan seorang diri.
          Putri yang dulu pernah dikecewakan laki-laki merasa sangat terpukul atas kejadian tadi, bukannya Putri sok suci, Putri hanya ingin orang yang mencintainya benar-benar tulus dan ikhlas dari hati bukan ditunggangi nafsu belaka.
          Setelah selesai Mila mendengar kisah Putri, Mila pun menjelaskan bahwa mereka makan di rumah Her, karena warung bakso tutup, Tono mengajak ke rumah temannya yang ternyata rumah Her, begitu sampai disana, Reno, Her dan teman-teman lainnya sedang masak. Mila dan Siska tak kuasa menolak ajakan mereka untuk makan. Mila pun mengatakan walau makan duduk di lantai hanya dengan indomie goreng dan nasi, makannya begitu nikmat, penuh canda dan sedikit banyolan-banyolan konyol. Satu makna dari persahabatn yang dilihat Mila sangat harmonis, sarat dengan nilai-nilai kesetiakawanan.
          Putri yang tadinya kesal, sedikit mulai tersenyum. Putri dengan seksama mendengar penjelasan Mila. Mila pun melanjutkan ceritanya dan mengatakan bahwa Her bisa melukis,bisa main gitar dan bisa menciptakan lagu. “asyik lho Put, lagu ciptaan Her, lagu tentang rindu, aku suka lagu itu“, ujar Mila, “emang itu lagu buat pacarnya ya?“, tanya Putri penuh selidik. “nggak, katanya belum punya pacar, itu lagu untuk seseorang aja“, jawab Mila, “cuma Her suka minum – minuman keras dan perokok berat!“ sela Mila lagi. Putri hanya terdiam, matanya tertuju di ujung sudut keramik lantai sedikit kecewa terbesit di matanya, mendengar perkataan Mila barusan. “yok lah Put, aku mau tidur dulu, udah ngantuk“, sambil menepuk pundak Putri pelan. Mila pun keluar dari kamar Putri menuju kamarnya untuk beristirahat. “met tidur Mil“, ujar Putri. Mila membalikkan badannya, ia tersenyum pada Putri, lalu berlalu dari hadapan Putri.
          Putri kembali termenung, ia penasaran ingin juga mendengar suara Her disaat menyanyikan lagu ciptaannya sendiri, namun sedikit kecewa hatinya mendengar pernyataan Mila barusan bahwa Her suka minum – minuman keras dan perokok berat, itu yang paling tak disukai Putri dari Her. Putri paling benci melihat laki-laki tukang minum atau perokok berat karena Putri tau betul akibat atau bahaya merokok yang dapat merugikan kesehatan, sebab Putri dulu seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran semester akhir di salah satu Universitas ternama yang ada di kotanya. Putri meninggalkan bangku kuliahnya dan merantau ke pulau Batam hanya ingin mencari ketenangan, setelah Putri dapat menguasai emosinya, Putri berencana untuk melanjutkan kuliahnya lagi, begitu sangat kecewa dan sakit hatinya Putri dikhianati oleh orang yang sangat ia kasihi hingga mengambil keputusan seperti ini.
          Putri mengambil diarynya lalu menulis kata di bawah nama Herdiawan “mengapa dirimu tak seperti harapanku”, tak lama setelah Putri menuliskan kata tersebut, Putri pun tertidur sambil mendekap buku hariannya.
          Di bangku samping rumahnya, Her masih memetik dawai gitar, Her tidak bernyanyi hanya sekedar memetik dawai gitarnya saja, Her masih teringat perkataan Mila bahwa tiap malam Putri hanya menulis di diarynya. Putri pun sering tidur larut malam tak jarang Mila sering melihat Putri termenung seorang diri, begitu terlukanya Putri dikhianati.
          Her masuk ke dalam rumah mengambil ballpoint dan kembali ke tempat duduk semula, Her coba merangkai nada dan menguntai kata menjadi satu lagu, akhirnya lagu tersebut siap. Lagu itu Her beri judul dengan “ Lagu Tentang Rindu 2 “. Adapun lirik lagu itu adalah:

                   “ Lagu Tentang Rindu 2 “                    cipt. Iwan Sekopdarat

           G       Amn        Dmy       G              B
          Tidurlah, pejamkan matamu dengarlah
                        C                   Amn             Dmy
          Syair merindu kunyanyikan untuk dirimu
            G     Amn        Dmy           G              B             C    
          Tidurlah bersandar di dadaku, rebahlah di bahuku
                          Amn       Dmy
          Mimpi indahlah dirimu, o…..o….o….
           Dmy          G            B              C                            Dmy
Reff   Kujaga malam untukmu, satu lagu tercipta dari hatiku
           Dmy          G            B             C                       Dmy
           Kujaga malam untukmu, agar kau tau aku merindu
           Dmy        Amn                  C                    G
          Pada bintang yang bertaburan aku nyanyikan
           Dmy     Amn                C                   G
          Pada bulan indah menawan aku sampaikan

( Lagu Tentang Rindu 2 dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )

Her menyanyikan lagu yang baru diciptakannya berulang–ulang agar tidak lupa, baik itu lirik dan nadanya. Setelah hafal betul, Her segera beranjak dari duduknya karena malam semakin larut, Her pun masuk ke dalam rumah dan tidur di ruang depan bersama teman-temannya yang telah duluan terhanyut di mimpi mereka masing-masing.
          Setelah dua hari kejadian di bioskop itu, Benu memberanikan diri bertamu ke rumah Putri, Putri menyambut kedatangan Benu sambil menyuguhkan segelas teh manis dan sepiring roti lalu mereka saling diam. Benu berharap semoga Putri memaafkan dan memaklumi kesilapan yang Benu lakukan, juga semoga Putri dapat melupakan kejadian di bioskop malam itu. Benu bertanya tentang keseriusan hubungan mereka, Putri diam sesaat, dengan suara pelan ia menerangkan kepada Benu. Putri tidak ingin Benu salah menanggapi atau sakit hati. Putri mengatakan untuk saat ini kita berjalan atas nama persahabatan, jangan dulu hubungan ini di atas namakan cinta. Walau Benu masih status kekasih Putri, ia ingin melalui hubungan ini dari awal lagi, hubungan persahabatan mengenal satu sama lain lebih dekat, lebih saling memahami, sampai benar-benar Putri percaya kalau Benu benar-benar mencintainya. Putri pun tak melarang, jika memang Benu dapat menentukan pilihan hatinya nanti, putri ingin menguji kesetiaan Benu, keseriusan hati Benu kepadanya. Benu sadar secara halus Putri menggantungkan hubungan ini, ia hanya diam merenung, tak lama Benu permisi pulang, berjalan menuju jalan raya dengan pikiran yang berkecamuk.
          Keesokan malamnya selesai makan, Mila, Siska dan Putri duduk di ruang tengah sambil menonton televisi. Tiba-tiba Siska berkata “main ke rumah Her yuk?“, Mila dan Putri menoleh ke arah Siska, “rindu sama Reno ya?“, celutuk Mila. Siska hanya tersenyum dan tidak menjawab candaan Mila, memang waktu di rumah Her, Reno sering bercanda sama Siska, “ayoklah Put, kita ke rumah Her, Her bilang ia segan main kemari, tak enak jika bertemu Benu, dikira ada apa-apa lagi!“, sela Mila juga mengajak Putri. Putri diam sesaat, sebenarnya Putri penasaran juga, ia ingin melihat dan mendengar lagu ciptaan Her yang dibilang Mila asyik, tak lama Putri mengangguk lalu mereka menuju kamar sekedar merapikan diri. Putri hanya mengenakan jeans selutut, di balut kaos oblong berwarna putih bercorak batik di pinggirnya, begitu juga Mila dan Siska yang mengenakan celana santai dan kaos oblong. Mereka akhirnya pergi menuju rumah Her dengan berjalan kaki karena jaCak rumah Putri dan Her tidak begitu jauh. Kompleks perumahan MKGR yang mereka tempati sangat luas, berpuluh-puluh blok banyaknya, kadang antara blok ini dan blok itu pun tak saling kenal walau tinggalnya berdekatan seperti halnya Putri, Mila dan Siska yang tinggal di blok rakyat dengan Her beserta teman-temannya yang tinggal di blok ahli. Mila, Siska dan Putri menaiki tangga dari kayu menuju rumah Her, pintu rumah Her selalu terbuka jika penghuninya sudah tidur saja, pintunya tertutup. Di ruang depan, Frans, Reno, Bakat dan Her, lagi asyik bermain kartu, wajah mereka sudah pada hitam karena colekan arang dari pantat kuali. Reno melihat ke arah pintu yang terbuka, disitu berdiri Siska, di belakangnya berdiri Mila dan Putri, “silahkan masuk Sis, maklum keadaannya berantakan, orangnya pun ikut berantakan,“ ujar Reno sambil menunjukkan wajahnya yang hitam kena colekan, hukuman dari permainan kartu yang mereka mainkan. Siska tersenyum lalu mengucapkan salam dengan suara tawa tertahan diikuti dengan Mila dan Putri yang menahan tawa geli melihat wajah Reno, Bakat, Frans dan Her yang berlepotan dengan warna hitam dari pantat kuali itu atau wajan penggorengan. Apalagi mereka tambah tersenyum melihat kuali yang dibalikkan di sebelah Bakat sebagai alat hukuman bagi yang kalah. Frans juga mempersilahkan masuk kepada Mila, Siska dan Putri sambil membereskan kartu dan meletakkannya di samping televisi. Her bangkit lalu mengambil kuali dan membawanya ke dapur sambil membersihkan wajahnya di kamar mandi, diikuti Frans, Bakat, dan Reno secara bergantian. Sementara Her telah duduk di tempat semula, “maaf ya Put, kalau disini duduknya di lantai, nggak seperti di rumahmu yang duduknya di sofa, maklum aja nasib anak kost”, dengan sedikit canda Her membuka pembicaraan. “nggak apa-apa“, hanya itu yang keluar dari mulut Putri. Tak lama Reno, Bakat, dan Frans kembali ke ruang depan duduk berhadapan dengan Mila, Siska dan Putri lalu mereka ngobrol diselingi canda dan banyolan-banyolan konyol. Sebentar-bentar Putri, Mila, dan Siska tersenyum dan menahan  tawa geli melihat tingkah penghuni rumah yang sering bercanda. Mila juga menanyakan di mana Aldin dan Amat, Bakat menjawab bahwa Aldin dan Amat pagi tadi pulang ke kampung mereka masing-masing karena kemarin sub kontraktor mereka nggak ada orderan, paling minggu depan masuk lagi. Kesempatan ini digunakan Amat dan Aldin untuk pulang kampung sekedar melepas rindu dengan orang tuanya.
          Mereka melanjutkan lagi obrolannya dan ada saja bahan yang diceritakan, entah cerita konyol lah, tebakan iseng lah, pokoknya suasana keakraban muncul di tengah-tengah mereka diselingi canda tawa.
          “ oh ya Put, katanya kamu pengen lihat Her main gitar, juga pengen dengar Her nyanyi, main gitar dong Her, Putri pengen lihat?”, ujar Mila di sela-sela obrolan mereka, “ ah. Kamu Mila bikin malu aja”, jawab Putri dengan wajah memerah, sambil tertunduk. Ekor matanya melirik ke Her dan tertunduk lagi, Her hanya tersenyum dan tak menjawab perkataan Mila, “ ayok cs, tunjukkan bahwa engkau bisa,  buktikan pada dunia ha…ha…ha…”, sambil tertawa Bakat menimpali “ lagakmu kat, kayak mau kampanye saja”, ujar Her sambil tersenyum lalu mereka kembali bercerita, bertanya masalah kerjaan dan lain-lain. Tak lama Her masuk menuju kamar dan keluar sambil membawa gitar dan buku, ia langsung menuju bangku di samping rumah. Sejenak menyetem suara gitar agar tidak sumbang atau fals, “ kesana Put, katanya pengen liat Her main gitar “, sela Siska ketika mendengar suara petikan gitar Her yang lagi menyetem gitar, Putri tertunduk malu mendengar perkataan Siska tadi. Tak lama Putri pun bangkit dan berjalan menuju bangku duduk di sebalah Her tanpa diminta, Her pun menyanyikan lagu ciptaan yang diberi judul “ Lagu Tentang Rindu 1“ dan “ Lagu Tentang Rindu 2 “, entah ,mengapa di dekat Putri, Her menyanyikan Lagu itu dengan penuh penghayatan seakan hati kecilnya berbicara sambil memandang ke buku dan menghayati lirik demi lirik, sesekali mata Her terpejam meresapi lagu yang dinyanyikannya. Putri tertegun mendengar suara Her saat menyanyikan lagu tentang rindu itu, sangat menyentuh hati kecilnya seakan lagu yang dinyanyikan Her masuk ke pembuluh nadinya, berjalan di bawah aliran darah ke seluruh anggota tubuhnya. Putri sangat terkesan mendengar lagu itu, sempat berdiri bulu kuduknya ketika Her menyanyikan lagu tentang rindu di bait reffnya, tanpa sadar begitu selesai Her menyanyikan lagunya, Putri berkata, “ ajarin aku main gitar ya, ajarin aku lagu itu “, sambil jari Putri menunjuk buku, Putri memang tidak bertanya laggu yang diciptakan Her di buat untuk siapa, Putri sudah tau dari cerita Mila, mungkin Putri beranggapan lagu itu bukan untuknya. Pastilah lagu yang dibuat Her untuk seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, andai saja lagu itu buat Putri, Putri akan sangat bahagia. Sementara di ruang depan Mila, Siska, Frans, Reno dan Bakat larut dalam obrolan mereka , kadang mereka tertawa bila Frans, Reno atau Bakat bercanda. Mereka membiarkan Her dan Putri di bangku samping Her menyerahkan gitarnya pada Putri, Putri menerimanya dan coba memetik dawai gitar, Putri ragu untuk menekan jarinya ke senar gitar sambil melihat ke buku lirik itu dan membacanya, meraba – raba tangannya mengingat bagaimana letak jari pada kunci G, Her mengambil sebatang rokok dari bungkusnya, menyalakan rokok lalu meletakkan bungkus rokok dan mancis di atas meja samping buku itu, menghisapnya dalam-dalam lalu mengeluarkan asapnya dengan perlahan-lahan, “ maaf ya Put, juka aku harus memegang jarimu, tuk menunjukkan bagaimana posisi jari pada kunci G”, ujar Her perlahan, ia takut Putri tersinggung kalau tanpa permisi ia memegang jari Putri. Putri hanya mengangguk lalu Her memegang jari Putri, meletakkan jari tengah di senar nomor 5 kolom ke 2, jari manis di senar nomor 6 kolom ke 3 dan jari kelingking di senar nomor 1 kolom ke 3. sewaktu pertama Her menyentuh jemarinya, Putri sempat bergetar, ada perasaan aneh yang merambat ke seluruh tubuhnya, ia merasa tenang dan damai di dekat Her, tak pernah ia rasakan sebelumnya dari Benu. Putri membiarkan saja jemari Her menuntun jemarinya di senar gitar, hatinya terasa bahagia saat jemarinya bersentuhan dengan jemari Her, waktu kuliah dulu. Putri sempat juga sebentar belajar main gitar dengan temannya yang kuliah di jurusan musik tapi tidak didalaminya, sekedar kunci dasar saja yang diulang-ulang Putri sambil menyanyikan satu, dua lagu yang diajarkan temannya, namun tiga tahun belakangan ini, Putri sama sekalitidak pernah memetik atau bermain gitar, ntah mengapa setelah mendengar lagu yang dinyanyikan Her tadi Putri ingin sungguh-sungguh main gitar dan menyanyikan lagu tentang rindu yang dibawakan Her dengan penuh kejiwaan. Tidaklah begitu sulit bagi Her mengajarkan Putri memetik gitar walau sedikit-sedikit Putri masih ingat juga kunci dasar, kadang ia lupa kunci apa yang ia tekan. Her pun mengajarkan lirik lagu itu dan perpindahan kuncinya, Putri mengikutinya. Mila dan Siska keluar dari rumah dan memanggil Putri karena waktu telah menunjukkan pukul 22.30. Mila dan Siska permisi pulang, padahal Putri masih ingin belajar main gitar sama Her, tapi karena malam mulai larut, ia pun mengurungkan niatnya dan pulang bersama Mila dan Siska. Reno turut mengantar mereka karena malam mulai larut, Reno tak ingin Mila, Putri dan Siska digoda cowok lain. Reno juga sempat mengajak Her untuk mengantar mereka bersama, “ kamu saja sendiri Ren , hati-hati ya Put ! “, ujar Her yang masih memeluk gitarnya. Putri hanya tersenyum dan mengangguk lalu mereka menuruni anak tangga disusul Reno dan mengantar Siska, Mila, dan Putri sampai di depan rumah mereka. Setelah Putri, Mila dan Siska masuk ke rumahnya dan menutup pintu. Barulah Reno pulang ke rumahnya dan duduk sebentar di samping Her yang sedang bermain gitar, tak lama keduanya masuk ke dalam rumah,  menutup pintu lalu tidur.

Di dalam kamar, Putri mengambil diarynya lalu menulis tentang isi hatinya. Ia suka candaan Her, kagum melihat cara Her memetik gitar dan suaranya. Sebelumnya Putri tak pernah tersenyum bahagia sewaktu menulis di buku hariannya tentang Benu, ia hanya menulis moment-moment romantis dengan Benu waktu jalan-jalan, makan atau nonton di bioskop lalu dibacanya berulang-ulang sambil mengingat kejadian itu, agar ia lebih dapat belajar mencintai Benu, namun suasana hati Putri biasa – biasa saja walau telah 2 tahun menjalin hubungan dengan Benu, pikirnya mungkin saja dia masih trauma  ketika ditinggalkan kekasihnya dulu hingga perasaan hatinya biasa-biasa saja, tapi mengapa Putri senyum bahagia ketika menulis di buku harian tentang Her, ada suatu perasaan aneh yang hinggap di hati Putri, tak tau perasaan apa yang pasti Putri bahagia dengan perasaan itu dan tak ingin perasaan pergi dari hati Putri. Jauh di sanubari diam – diam Putri mengagumi Her. Putri sempat kecewa karena ia tak sempat menghafal lirik lagu yang dinyanyikan Her tadi. Putri ingin menulis lirik itu namin ia tidak begitu ingat akhirnya Putri tertidur sewaktu mengingat lagu yang dinyanyikan Her tadi.
          Semenjak itu, Mila, Siska dan Putri sering main ke rumah Her, begitu juga sebaliknya, getar-getar rasa menjalar di sela-sela canda antara Reno dan Siska. Apalagi Siska pun tau dari Frans bahwa Reno baru putus dari pacarnya. Tak lama Siska dan Reno pun resmi berpacaran. Hari ini Siska ulang tahun, Reno bingung apa yang sebaiknya ia beri sebagai hadiah istimewa di hari ulang tahun Siska, Reno ingin nantinya Siska terkesan dengan hadiah itu dan mengenang slalu hadiah yang diberikan Reno, “ Ren, belikan jam dinding aja yang gede “, ujar Frans sekenanya, “ emang nanti Siska kau suruh gantung jam besar itu di lehernya, kayak jam berjalanlah”, jawab Reno seakan tak menyetujui pendapat Frans, sementara  teman-teman yang lain pada tertawa. “ belikan baju saja cs !” sela Aldin yang baru kembali dari kampung halamannya.
“ ah… udah kayak anak SMA aja ! “, Reno pun seolah tak menyetujui pendapat Aldin, “ Ren, buatin Siska lagu tapi jangan yang cengeng ! “ Bakat mencoba mengeluarkan pendapatnya, Reno diam sejenak dan memandang Her. Reno ingin kepastian dari Her, setidaknya minta bantuan Her, Her hanya menaikkan sedikit kedua bahunya maksud Her ya terserah, Aldin yang melihat gelagat itu tertawa terbahak-bahak bersama Frans, “ nanti Siskanya jatuh hati sama Her, bacinto di awak kawin di urang, ha…ha…ha… “, Aldin menggoda Reno dengan logat padangnya. Teman-teman yang lain pada tertawa semua, Bakat menjelaskan maksudnya, walau Reno tak paham menciptakan lagu setidaknya Reno membantu Her dalam membuat lagu, Reno bisa menyampaikan ide-idenya atau berkisah tentang apa lagu itu. Biarlah Her yang  menyempurnakan lirik atau kata-katanya hingga menjadi lirik lagu. Teman-teman yang lain pada ngangguk – ngangguk mendengar penjelasan Bakat, “ Trima kasih friend, idemu mantap”, ujar Reno sambil memeluk Bakat. Tak lama Tono sahabat mereka datang, hari ini mereka memang tidak bekerja karena hari ini tanggal merah, mereka diliburkan semua, selesai makan siang mereka langsung berbelanja ke pasar disekitar perumahan MKGR tersebut. Reno membeli 3 ekor ayam rencananya sebagian untuk dipanggang dan sebagian lagi untuk dimasak gulai, setelah membeli ayam, mereka juga membeli bumbu dan bahan-bahan lainnya untuk keperluan memasak itu. Pulangnya mereka singgah di rumah Putri, hari ini Mila, Siska dan Putri tidak bekerja juga dikarenakan hari libur. Putri yang membukakan pintu heran melihat Her dan teman – teman datang ke rumahnya dengan menenteng belanjaan yang banyak. Mila dan Siska yang melihatnya juga heran, namun setelah Reno menjelaskan semua maksud kedatangan mereka, barulah Siska, Mila dan Putri paham. Mila, Siska dan Putri terharu melihat kekompakan Her dan teman-temannya. Maksud Reno dan teman-teman ke rumah Siska, mereka ingin Mila, Siska dan Putri membantu mereka memasak, bahan-bahan yang tadi di beli dari pasar sekedar makan-makan merayakan hari ulang tahun Siska. Siska yang paling terharu, ia tak menyangka Reno dan teman-temannya begitu tulus pada Siska. Tak lama mereka semua menuju rumah Her, sesampainya di rumah, mereka membagi tugas masing-masing, ada yang menggiling bumbu, ada yang memarut kelapa dan ada yang membuat tempat bakaran. Mereka semua bekerja, sambil bercanda tertawa bahagia. Mereka sengaja membiarkan Reno dan Her di ruang depan. Bakat bercerita pada Siska, bahwa Reno ingin menghadiahkan sebuah lagu buat Siska, karena Reno kurang paham dalam membuat lagu, Reno minta bantuan dari Her, ide-ide lagu itu dari Reno, Her Cuma menyempurnakan liriknya saja. Mila, Siska dan Putri kembali terharu mendengar penjelasan Bakat barusan. Begitu erat tali persahabatan Her dan teman-temannya, sesekali baik Mila, Siska, dan Putri melihat Reno dan Her yang lagi konsen dalam membuat lagu, Reno memetik dawai gitar, sementara Her menulis di atas kertas, sesekali meminta Reno untuk memainkan kunci-kunci gitar untuk menentukan nada-nada yang mana yang cocok dengan lirik – lirik itu. Reno hanya kurang paham dalam menggubah lagu, kalau soal memetik dawai gitar dan bernyanyi. Reno dapat menguasainya, Reno mengemukakan maksud dari lagu itu. Reno ingin satu lagu yang sarat dengan nasehat-nasehat , bukan lagu percintaan yang cengeng, karena Siska gadis melayu, Reno ingin lagu itu ditulis dalam bentuk madah melayu dan cengkok melayu. Waktu bersekolah di Binjai dulu pun banyak teman-teman Reno anak melayu deli, jadi tidak begitu sulit bagi Reno untuk menyanyikan lagu melayu, cuma pada cengkoknya saja Reno kurang walau bertemunya di Batam, Reno dan Siska masih satu provinsi yang ibukotanya Medan, hanya beda kabupaten saja Reno di Binjai, sedangkan Siska dari Kisaran, Asahan.
          Selesai memasak, Mila, Siska dan Putri pamit pulang untuk mandi dan berbenah diri dan berjanji nanti malam mereka akan kembali lagi.
          Akhirnya lagu tersebut selesai juga, lagu itu diberi judul “ Gadis Asahan “ karena memang Siska seorang gadis yang berasal dari Kabupaten Asahan.
Adapun lirik dari lagu tersebut adalah..

                   “ Gadis Asahan “                      cipt. Iwan Sekopdarat
          Amn
          Gadis Asahan, menari payung
                          Dmn                    Amn
          Pakai kerudung, berbaju kurung
                              Dmn            Amn
          Lenggoknya raga paras jelita
                                 E               Amn
          Laksana kembang indah seroja
          Amn
          Harum semerbak mewangi taman
                    Dmn                   Amn
          Dijalin oleh sang putri raja
                          Dmn                 Amn               E                 Amn
          Indah laksana merak kayangan, rayuan syair untuk dipuja    2 x 
           Amn                         E
Reff   wahailah kembang mekar selalu
                                                    Amn
          Janganlah gugur sebelum layu
                                                  E
          Indah pesona si bunga rampai
                                                  Amn
          Tanah Asahan nyaman nan permai
                              Dmn                            Amn
          Hai gadis Asahan, teruslah kau berbakti
                                E                         Amn   
          Agar hidup di kenang, luhur berbudi
( lagu “ Gadis Asahan “ dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/7wSfxtn-AIQ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar