“ TENTANG RINDU I “ Bag.2
sebuah karya anak kisaran : IWAN SEKOPDARAT
Tak lama malam semakin larut, Bakat dan Her tak kuasa menunggu
teman–temannya pulang dari tempat pacar mereka, karena sudah ngantuk
berat, Her dan Bakat masuk kedalam rumah untuk tidur, pintu hanya
ditutup namun tidak terkunci.Senin pagi, Her sudah bangun
subuh–subuh, memasak indomie rebus, mandi dan sarapan, lalu membanguni
teman–temannya yang lain pada heran melihat Her telah rapi dan siap
berangkat kerja. Dengan wajah masih sembab Amat nyelutuk “ada yang mau
diperli ya cs, kenalkan ke kita, siapa tau kita bisa bantu, ha…ha…ha…”,
“anak mana cs ?” tanya Pri yang masih mengucek – ngucek matanya. “masih
pendekatan jika kalian ikut, bisa gawat, hancur total rencana!” jawab
Her sambil menggunakan sepatunya,” tu Indomie dah ku masak sarapan
kalian, aku berangkat dulu, Assalamu’alaikum!” Her pun berangkat
meninggalkan mereka yang baru bangun.
Perkiraan Her tak meleset.
Her bertemu lagi dengan gadis itu, Her segera berjalan disisi kanan
gadis itu “hai, berangkat kerja!” sapa Her,”iya” jawab gadis itu
tersenyum, duh senyum itu, batin Her. Ia memberanikan diri menyapa gadis
itu lagi, “oh ya kemaren kita asyik ngobrol sampai lupa aku menanyakan
namamu, kenalkan aku Her, Herdiawan anak blok ahli, blok paling ujung “,
ujar Her menyodorkan tangannya. Gadis itu tertunduk lalu menyalami Her,
“Putri, Putri Wulan Dari, aku tinggal di blok rakyat”, jawab gadis itu
pelan yang ternyata bernama Putri, “blok rakyat nomer berapa? “ , tanya
Her lagi, “nomer 13”, sambil berjalan pelan Putri memandang ujung
sepatunya, “boleh nggak aku maen-maen ke rumahmu Put?”, sela Her lagi,
Putri hanya mengangguk.
Her merasa lega setidaknya ia diberi
kesempatan untuk bertamu ke rumah Putri, Her juga bertanya tentang
kerjaan Putri dan dari daerah mana Putri berasal, mereka bercerita
sambil berjalan perlahan menuju jalan raya, setibanya disana tak lama
mobil jemputan Putri pun tiba, “ aku duluan ya”, sambil membetulkan
letak kaca matanya, Putri menuju mobil jemputannya, “ iya, hati-hati di
jalan”, jawab Her. Putri hanya mengangguk dan tersenyum penuh makna
kepada Her, mobil pun melaju meninggalkan Her yang masih tersenyum. Dari
cerita Putri, Her tau bahwa Putri bekerja di salah satu perusahaan
kawasan industri muka kuning, tepatnya PT. Epson Industri sebagai quisi
atau bagian pengecekan bahan. Her menilai Putri seorang gadis dengan
pribadi yang agak tertutup namun tidak begitu sombong, agak pendiam dan
selalu berhati-hati berbicara dengan lawan jenis. Her begitu bahagia
mengenal Putri lebih dekat.
Seolah mendapat semangat baru, Her
begitu ceria berangkat kerja yang biasanya menggunakan jurus ampuh dua
jari bila mau berangkat kerja, kini mandi dan rapi namun jika Putri
masuk malam kerjanya, Her berangkat kerja bersama teman-temannya. Walau
tidak diceritakan kepada teman-temannya, sahabat Her maklum dengan
tingkah Her dalam tahap pendekatan dengan seorang gadis.
Seminggu
dari Her bertutur sapa dengan gadis itu, Her memberanikan diri bertamu
ke rumah Putri, ia menuju dan mencari blok rakyat yang bernomor 13.
setelah tiba di depan rumah yang dicarinya, Her terdiam sesaat memandang
pekarangan rumah yang penuh dengan bunga tertata rapi, tampak dari
pemilik rumah yang rajin merawatnya. Her mengetuk pelan pintu itu,
“permisi”, ujar Her. Karena tak ada sahutan, Her mengulanginya lagi,
terdengar suara sendal yang diseret kaki berjalan menuju pintu,
“siapa ya? “, tanya suara dari dalam rumah, sambil membuka pintu
ternyata seorang gadis nerambut pendek, dengan wajah oval yang
membukakan pintu, “ada Putri” sela Her! , “ada, baru siap makan, tunggu
bentar ya aku panggilkan”, ujar gadis itu. Ia pun memanggil Putri, “
Put, ada tamu ni cari kamu”. Tak lama Putri keluar dari dapur menuju
ruang tamu, “oh kamu, masuklah”, putri coba mempersilahkan Her untuk
masuk. “terima kasih, biar di luar saja nyari udara dingin”, jawab Her
seadanya sambil duduk di bangku depan rumah Putri. Putri kembali masuk,
tak lama keluar dengan membawa segelas teh manis hangat dan sepiring
cemilan, melatakkan di atas meja, “silahkan diminum”, kata Putri dengan
memeluk nampan yang tadi dibawanya. “makasih Put, dah merepotkan”,
sela Her sambil meminum teh manis tersebut, lalu Her dan Putri pun larut
dalam obrolan ringan. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 10
malam, Her pun pamit pulang kepada Putri karena tidak mau besok Putri
terlambat bangun disebabkan Her bertamu larut malam. Hari-hari Her
terasa indah, ia tampak makin akrab dengan Putri, Her sempat berpikir
tak mungkin gadis secantik Putri belum punya kekasih, dan beruntung
sekali orang yang menjadi kekasih Putri. Ya sudahlah, menjadi sahabat
Putri saja aku sudah senang.
Tak terasa sudah hampir sebulan Her
kenal dengan Putri, jika ada waktu luang Her sering main ke rumah Putri
sekedar bercerita, seperti pagi itu Her berjalan bersama Putri menuju
jalan raya. Tiba-tiba dari arah belakang terdengar suara yang tak asing
di telinga Her. “oi cs, tunggu”, Reno berteriak memanggil Her , secara
spontan Her dan Putri menoleh secara bersamaan. Langkah mereka terhenti,
Her garuk-garuk kepala, “aduh, pastilah dikerjai teman-teman”, gerutu
Her dalam hati. Tak berapa lama, Pri, Reno, Frans, Bakat, Aldin dan Amat
tiba di depan mereka. Mereka lalu berjalan bersama menuju jalan raya.
“pacar Her ya?“, tanya Amat kepada Putri. “wah ini anugerah bagi Her
kenal sama mbak, dan musibah bagi mbak mengenalinya karena Her suka
gonta-ganti pacar, ha…ha…ha…!“ semua ikut tertawa ketika Pri menimpali
perkataan Amat, Her dan Putri hanya terdiam dengan wajah memerah. Putri
hanya tertunduk. “mat, Pri, jangan begitu sama teman, tidak enak biar
saja Her menentukan pilihannya, entah gadis ini atau gadis semalam atau
juga gadis kemaren sebagai tambatan hatinya ha..ha..ha..”, sambil
tertawa Aldin menggoda dengan kata-kata lucunya. Lalu mereka berjalan
lebih dulu meninggalkan Her dan Putri yang masih terdiam, “awas kalian
ya”, gerutu Her sambil mengepal tinju ke arah teman-temannya. “awas apa?
Awas asap rokoknya mbak, kasih jarak 2 meter kalau tidak ha…ha…ha…“,
tak kalah Frans menambahkan perkataan Her tadi. Dari kejauhan setelah
agak jauh teman-teman Her berlalu, Putri berujar, “apa benar kamu bilang
sama teman-temanmu bahwa aku pacar kamu”, entah tadi keki atau gondok
sengaja keluar dari ucapan Putri barusan. Her hanya melongo, nggak
menyangka Putri tersinggung mendengar candaan tadi, “kok kamu diam,
berarti benerkan, aku kecewa sama kamu”, ujar Putri lagi sambil
mempercepat langkahnya. “put, Putri, dengarkan dulu penjelasanku“, Her
coba mengejar langkah Putri. Putri hanya diam malah mempercepat
langkahnya. Her mengurungkan niat mengejar Putri. Her berpikir Putri
tersinggung mendengar candaan tadi, percuma kalau sekarang
menerangkannya kepada Putri, malah nanti Putri jadi marah beneran.
Sesampai
di pinggir jalan raya, Putri kembali di goda teman-teman Her. “bagus
mbak, mengambil tindakan tepat agar tidak terhirup asap rokok buaya
darat, ha.ha…ha.. “, Putri hanya diam tanpa menggubris candaan Frans.
Tak lama mobil jemputan karyawan tempat dimana Putri bekerja tiba. Putri
masuk ke dalam mobil, dan mobil pun melaju ke jurusan muka kuning. Her
baru saja tiba, “itu cewek tersinggung cs? Kalau mudah tersinggung buang
ke laut aja, ha…ha…ha…”, Pri coba bertanya pada Her, kalau nggak tahan
bercanda di hutan aja tinggal, ha…ha…ha…”, teman-teman yang lain tertawa
mendengar candaan Aldin. Her hanya tersenyum keki sambil garuk-garuk
kepalanya yang tidak gatal. Mobil jemputan mereka datang, Her dan
teman-teman langsung naik ke coltdiesel yang diberi terpal pelindung
dari panas dan hujan. Mobil melaju ke arah tanjung uncang.
Hari
ini kayaknya Putri cepat naik darah, dari semalam ia telah gondok dengan
tetangganya yang menyetel volume musik kuat-kuat sampai larut malam pun
belum berhenti hingga membuat Putri dan teman-temannya tidak bisa
tidur ditambah lagi dengan candaan teman-teman Her, lengkap sudah rasa
gondok di hati Putri. “hai Put, cemberut saja, kamu sakit?“, tanya Benu
di pagi itu. “nggak ah, cuma kurang tidur aja, kamu kapan pulang?”,
jawab Putri, tak lupa Putri menanyakan kapan kepulangan Benu dari
Singapura. “semalam”, jawab Benu. Putri hanya mengangguk.
Benu
adalah pacar Putri yang telah dua tahun menjalin asmara. Benu bekerja di
perusahaan yang sama dengan Putri. Ia bagian personalia atau lebih
jelasnya Benu orang kantoran selalu berpakaian rapi dan necis ditambah
dengan wajahnya yang ganteng. Banyak karyawan-karyawan wanita yang jatuh
hati pada Benu, namun Benu meletakkan hatinya pada Putri. Pertama Putri
sempat menolak cinta Benu namun dengan beberapa pertimbangan dan
nasehat sahabatnya Putri menerima Benu menjadi kekasihnya. Putri coba
membuka hatinya buat Benu. Ia ingin melihat dulu kesungguhan niat Benu,
melihat dan menjajaki cinta Benu, apakah tulus atau sekedar main-main
saja. Memang diakui Putri kalau Benu orang yang baik walau sedikit
meninggi jika bicara, suka ngatur, dan juga sedikit keras kepala,
mungkin saja sifatnya begitu karena tempat tinggalnya dulu. Benu adalah
anak dari keluarga orang berada sama seperti Putri, “tak ada manusia
yang sempurna”, batin Putri. Semoga saja kelak Benu banyak belajar dari
kekurangan-kekurangannya, jika ia benar-benar mencintaiku, gumam Putri
dalam hati. Benu selalu mengajak Putri untuk makan di restoran yang
mewah atau nonton di bioskop nagoya dan jodoh.
Putri kembali
melanjutkan kerjanya mengawasi bahan-bahan atau komponen-komponen yang
dikerjakan karyawan sedangkan Benu kembali ke kantornya.
Sore itu
pukul 5.30 WIB, mobil karyawan yang ditumpangi Her dan kawan-kawannya
berhenti dipinggir jalan, tak jauh dari pintu masuk perumahan MKGR, Amat
yang keluar lebih dulu dan melompat dari mobil disusul Bakat, Pri dan
teman-teman yang lain. Her keluar belakangan, tiba-tiba Frans berujar
pada teman-temannya, “ayo kita lomba lari, siapa yang kalah dia nyuci
piring tanpa menunggu aba-aba dua kali mereka tancap gas berlari menuju
rumah. Hanya Her yang tersenyum geli melihat teman-temannya yang
bertingkah lucu semua, biasanya Her orang yang paling iseng dan paling
konyol, hari ini ia enggan berlari bersama teman-temannya. Ia tidak
habis pikir dengan kejadian tadi pagi, mengapa Putri kesal dengan
dirinya. Seorang gadis berambut pendek berwajah oval berjalan melintasi
Her. Her tersentak dari lamunannya, “itu kan Mila, teman Putri”, gumam
Her dalam hati. Mila, Siska dan Putri teman satu rumah. “Mil, Mila!”,
panggil Her. “ada apa“, sahut Mila menghentikan langkahnya. Her berjalan
menuju Mila dan dengan langkah santai mereka jalan berbarengan. “Mila,
emang Putri sudah punya pacar?“, Her coba membuka pembicaraan. “apa
penting !”, Mila coba bercanda. “nggak juga“, lanjut Her, lalu Her
menceritakan kejadian tadi pagi kepada Mila. Mila hanya tersenyum dan
mengatakan bahwa mereka semalam tidak tidur karena musik tetangga sangat
kuat. Mila pun bercerita bahwa Putri telah memiliki kekasih yang
bekerja di perusahaan yang sama dengan Putri, Benu namanya. Emang sih
pertamanya Putri menolak cintanya Benu, Mila dan Siska memberi pandangan
kepada Putri. Memang sekarang Putri orangnya mudah tersinggung dan
kurang percaya sama laki-laki karena pernah dikhianatai cintanya. Putri
tak ingin kecewa untuk kedua kalinya. Cukup sudah hancur hati Putri
dibuat kekasihnya waktu masih di kota asalnya. Putri meninggalkan kota
tercintanya menuju Batam hanya ingin menenangkan pikirannnya dan menutup
hatinya untuk urusan cinta. Mila dan Siska menasehatinya dan meminta
Putri untuk membuka sedikit pintu hatinya, jangan di kenang lagi
kenangan yang menyakitkan hati, biar kenangan itu berlalu buat satu
pelajaran berharga agar di hari kedepannya lebih berhati-hati.
Biarkan
dulu Benu masuk di kehidupanmu, jangan terlalu meletakkan sepenuhnya
kepercayaan di atas nama cinta. Jika kecewa maka hati akan terasa sangat
merana, dengan nasehat itu, Putri coba terima kehadiran Benu dalam
hatinya. Iya siapa tau Benu memang sungguh-sungguh yang penting saat ini
jalani apa adanya sambil menjajaki sampai di mana keseriusan Benu. Dua
bulan belakangan ini, Benu tidak ke rumah Putri karena dari pihak
perusahaan Benu di sekolahkan di perusahaan induk letaknya di Singapura,
makanya dalam sebulan belakangan ini, jika Her bertamu ke rumah Putri
tidak ada ditemukan lelaki yang datang menemui Putri. Ternyata
kekasihnya Putri yang bernama Benu sekolah ke luar negeri. Tak lupa Her
minta tolong untuk sampaikan permintaan maafnya juga teman-temannya tadi
pagi hingga membuat Putri tersinggung. Mila hanya mengangguk dan
tersenyum lalu di persimpangan mereka berpisah. Mila berbelok ke kanan
menuju rumahnya sedangkan Her lurus.
Biasanya malam ini Her
bertamu ke rumah Putri namun diurungkan niatnya, Her tak ingin
mengganggu Putri istirahat, apalagi kata Mila semalam tetangganya pasang
musik keras-keras hingga Putri, Mila dan Siska susah tidur, atau
mungkin saja Putri masih gondok dengan kejadian tadi pagi.
Di
ruangan depan, Reno, Amat dan Aldin menonton televisi sedang Frans dan
Bakat sibuk menyusun buah catur adu ketangkasan berfikir, Pri merapikan
pakaiannya, lalu memasukkan pakaiannya kedalam ransel, semalam Pri dapat
telfon dari keluarganya, melalui telfon tetangga sebelah agar Pri
segera pulang ke Binjai, Medan. Ibunya menelfon memberitahukan bahwa
kasihan Bapak ngurus ladang sendirian, Pri tak kuasa menolak keinginan
orang tua, padahal ia sudah merasa betah, berkumpul bersama sahabatnya
di Batam,”besok jam berapa berangkat cs?”, tanya Her “jam 7 pagi lewat
sekupang”, jawab Pri, “balek ke Batam lagikan?” sela Her lagi, Pri hanya
diam, “yang penting selamat diperjalanan dan tetap semangat”, timpal
Bakat “kalau jadi orang sukses kelak jangan lupa sama sahabat”, Aldin
mengingati “itu ada berapa bungkus rokok, sekedar diperjalan, oleh-oleh
dari kami”, Frans memberitahukan kalau mereka membelikan rokok buat Pri,
”jangan lupa carikan aku satu anak Medan, siapa tahu jodoh ha…ha…ha..!”
canda Amat. Mereka tertawa bahagia semua, tak lama datang Reni pacar
Pri setelah berbicara sebentar mereka keluar, Her mengambil gitar dan
duduk dibangku samping rumah, dia coba memetik dawai gitar dan
bernyanyi, menyanyikan lagu-lagu yang diciptanya sendiri, entah mengapa
bayang wajah Putri selalu menghiasi lamunannya. Her kembali masuk
kedalam rumah mengambil ballpoint dan buku, ia kembali kebangkunya. Her
coba merangkai kata demi kata menjadi kalimat, menyelaraskan dengan
gitar, menggubah satu lagu tentang suasana hatinya yang tak menentu, tak
lama lagu tersebut selesai, satu lagu yang diciptakan Her kala hati
rasa merindu pada seraut wajah gadis berkaca mata. Lagu itu ia beri
judul “Lagu Tentang Rindu”. Adapun lirik lagu tersebut adalah
“ Lagu Tentang Rindu” cipt. Iwan Sekopdarat
G C G G C G
Resah hatiku, gundah hatiku
Dmy C G Dmy C G
Mengapa aku merindu, mengapa jadi tak tentu
B C G B C Dmy
Ku bernyanyi lagu rindu untukmu, satu lagu ku merindu padamu
Reff G C
Dengarkanlah ku bernyayi untukmu
Dmy G
Satu lagu tentang rindu di hatiku
G C
Dengarkanlah ku bernyanyi untukmu
Dmy C G
Agar engkau pun tau ku merindu
( lagu tentang rinndu bisa dilihat dan didengar dipencarian Iwan sekopdarat di youtube )
Her
coba mengulang-ulang lagu tersebut yang baru diciptakannya, “buat lagu
ya cs, ajarkan gripnya, lagunya asyik! “, Her sekilas menatap Bakat
yang bertanya padanya yang minta diajarkan lagu itu, Her hanya tersenyum
lalu menyanyikannya lagi lagu tentang rindu itu, sementara teman-teman
yang lain sedang asyik menonton televisi sambil mengangguk–angguk dengar
Her bernyanyi, mereka suka dengan lagu itu. Frans bergabung dengan
mereka menonton televisi. Her mengajarkan Bakat dengan iringan gitar.
Bukan
hanya Her yang galau hatinya, Putri pun entah mengapa sulit tidur, ia
coba membolak-balikkan diarynya, menyibak halaman demi halaman yang ia
tulis tentang Benu. Ia selalu menulis tentang Benu di diarynya, setiap
moment terindah bersama Benu, baik itu jalan-jalan, makan atau nonton
dengan Benu, moga dengan sering membaca buku itu ia bisa belajar
mencintai Benu seutuhnya, bukan dengan dorongan Mila dan Siska. Dia
hanya tidak ingin melukai perasaan Benu yang baik kepadanya. Diary yang
dipegang Putri jatuh ke lantai, Putri memungutnya. Ketika membalikkan
buku itu, Putri tertegun sesaat membaca satu nama yang ia tulis di
lembar tengah buku hariannya “Herdiawan“. Hanya itu yang tertulis di
lembar diarynya, terbayang Putri akan wajah Her yang baru dikenalnya,
lalu Putri mengambil pena dan menulis di bawah nama itu “kadang aku
ingin mendengar candamu“ hanya itu yang ditulis Putri.
Mila masuk
ke kamar Putri sambil berkata, “lagi ngapain Put?“, “baca-baca aja”,
jawab Putri ringan membolak-balikkan diarynya, lalu Mila bercerita
kepada Putri bahawa ia pulang tadi sore jalan bareng Her, Her juga
menanyakan apakah Putri sudah punya pacar, Mila mengatakan apa adanya
bahwa Putri sudah memiliki kekasih Benu namanya, dan bercerita siapa
Benu pada Her, tak lupa Mila pun menyampaikan salam Her buat Putri, dan
Her meminta maaf atas kejadian tadi pagi, temn-teman Her memang suka
bercanda, jangan diambil hati pesan Her. Putri mendengar dengan seksama
semua penjelasan dari Mila.
Selesai bercerita tak lama Mila pun
keluar dari kamar Putri menuju kamarnya, kembali Putri tertegun seorang
diri jauh dilubuk hatinya, ia sangat menyesal dengan kejadian tadi pagi
mengapa ia sampai tega berbicara seperti itu pada Her. Putri coba
menutup matanya karena malam makin larut. Putri pun tertidur sambil
mendekap diarynya.
Tak terasa sudah seminggu kepergian Pri sahabat
mereka sebelum Pri berangkat menuju kampung halamannya, Pri dan sahabat
yang lainnya saling berpelukan, saling menasehati itulah rahasia
perjalanan hidup semoga saja Pri menjadi orang yang sukses nantinya.
Giat bekerja mengolah ladang orang tuanya dan juga semoga dilindungi
yang Mahakuasa. Itulah doa dan harapan teman-teman Pri, tampak raut
sedih di wajah Pri berpisah dari sahabatnya, namun Pri harus kuat,
berjanji untuk maju dengan semangat doa teman-temannya. Pri pun
berangkat meninggalkan pulau Batam yang banyak menyimpan kenangan indah.
Sebagai
karyawan kontraktor, Frans, Reno, Bakat, Amat, Aldin dan Her tidak
dalam satu naungan sub kontraktor yang sama. Jika sub kontraktornya
Aldin dan Amat tidak mendapat job atau bagian tender maka Aldin dan Amat
diistirahatkan sejenak namun tidaklah lama lebih kurang seminggu di
offkan, begitu dapat tender mereka dipanggil kembali untuk bekerja,
begitu juga sebaliknya baik di sub kontraktor tempat Bakat dan Reno
bekerja atau di sub kontraktor tempat Her dan Frans bekerja.
Bagi
mereka itu tidak masalah, sahabat yang tidak bekerja tetap ditanggung
atau dibiayai oleh sahabat yang bekerja, begitu juga sebaliknya. Disini
jelas tampak nilaii persahabatan yang terjalin erat, keakraban yang
tulus, walaupun mereka bukan dibesarkan dalam lingkungan dan tempat yang
sama namun nilai-nilai luhur akan arti sahabat itu mengalir di jiwa
mereka.
Benu mengetuk pintu rumah nomor 13 blok rakyat, seraut
wajah manis membuka pintu, “Sis, Putrinya ada?”, tanya Benu. “ada, lagi
di kamar, masuklah mas, biar ku panggilkan Putri”, jawab Siska. Sebelum
Siska sampai ke pintu kamar Putri, Putri sudah keluar berpapasan dengan
Siska. Siska hanya mengisyaratkan dengan matanya mengatakan Benu ada di
luar, dari suara tadi Putri tau kalau itu Benu, ia langsung menuju ruang
tamu. Benu tersenyum pada Putri, Putri pun membalas senyum Benu, senyum
sekedar tanpa ekspresi. “Jadi kita pergi Put?”, ujar Benu. “jadi,
bentar ya mas”, jawab Putri sambil berjalan menuju kamarnya. Di kamar,
Putri berkaca dan merapikan diri alakadarnya. Terdengar suara lantang
dari depan pintu rumah Putri, “Assalamu’alaikum”, rupanya suara itu
mirip Tono. “Wa’alaikum salam Wr. Wb”, secara bersamaan benu dan Siska
menjawabnya. Sambil berjalan dari ruang tengah, Siska menuju ruang tamu,
mendengar suara tersebut, Siska langsung menghampiri Tono. “eh, ada
tamu rupanya, pa kabar Ben?”, sela Tono. “sehat Ton, gimana kerjaannya?”
jawab Benu. “kerjaannya sih biasa aja, akunya yang luar biasa, semalam
baru gajian ni hari sudah kasbon ha…ha…ha…”, sambil bercanda Tono
menyahuti Benu. “eh, eh nona manis kok bengong, awas di sambar Kalong”,
ujar Tono sekenanya melihat Siska hanya diam disitu. Siska hanya
tersenyum saja melihat tingkah Tono. Tono teman sekampung Mila dan Tono
pacar dari sepupu Mila, Anita namanya. Tono dan Mila juga teman satu
sekolahan, Tono kenal dengan Anita dari Mila yang mengenalkannya. Anita
tetap di kampung halamannya, sementara Mila dan Tono merantau ke pulau
Batam. Duluan Tono yang mengadu nasib di pulau Batam.
Tak lama
Mila pun keluar dari ruang tengah sambil nyelutuk, “katanya semalam mau
datang, mau ngajak makan bakso, kan gajian, mana……? “, dengan sedikit
cemberut Mila menatap Tono. “mana…mana…mana…uang tidak ada
ha…ha…ha…sambil bergaya bak penyanyi dangdut professional“, Tono
menjawab pertanyaan Mila dengan melebarkan kedua tangannya. Putri yang
baru keluar dari kamarnya ikut tersenyum mendengar candaan konyol Tono,
mereka tertawa hanya Benu yang tersenyum tipis karena memang Benu yang
agak pendiam dan kurang humor, dia selalu serius dalam menanggapi semua
hal. Kadang putri merasa serba salah bila duduk berduaan sama Benu.
Karena banyak diamnya daripada ngobrolnya. Kalaupun ngobrol, Benu sering
mengingatkan Putri, menasehati dan sedikit mengatur. Harus
pandai-pandai jaga diri lah, jangan terlalu akrab sama cowoklah dan
lain-lain. Semua yang dilakukan Benu menandakan bahwa Benu sangat
menyayangi Putri, hanya caranya saja yang membuat Putri merasa kurang
nyaman diperlakukan seperti itu. “sekalian bilang cuci tangan sebelum
makan, jangan pipis sembarangan”, gerutu Putri dalam hati. “Mila, Siska,
ayo ikut boss, katanya mau makan bakso, ntar kita beli baksonya,
sekalian gerobak dan penjual baksonya ha…ha…ha…!”, Tono memulai
keisengannya. Putri, Mila dan Siska hanya tersenyum geli, “nggak enak
ganggu orang pacaran”, celutuk Tono lagi, “kami mau pergi juga kok”,
ujar Putri dan memandang Benu, “kalau gitu kami duluan ya!“, sahut Mila.
Siska dan Mila hanya mengenakan pakaian santai, celana jeans dan kaos
oblong saja. Mereka tidak ke kamar lagi karena memang baru mandi dan
merapikan diri sebelum Tono datang. “jangan lupa kuncinya diletak di
tempat biasa”, sela Siska lagi. Mila, Siska dan Putri bekerja di
perusahaan yang sama terkadang mereka lain sift (jam kerja), jadi jika
yang lainnya kerja sementara temannya belum pulang maka anak kunci
diletakkan di bawah pot bunga mawar samping teras rumah sebelah kanan.
Mila,
Siska dan Tono pamit duluan kepada Benu. Mereka berjalan keluar menuju
warung bakso yang berjualan dikompleks perumahan MKGR tersebut. Tak lama
Benu dan Putri pun keluar, Putri menutup dan mengunci pintu, anak kunci
diletakkan Putri di bawah pot bunga itu. Mereka berjalan menuju jalan
raya, menunggu taksi, rencananya mereka akan nonton di bioskop di daerah
sekitar nagoya. Sebenarnya kalau saja Putri bisa memilih, ia lebih
mending ikut teman-temannya makan bakso sambil bercanda daripada nonton
sama Benu, mungkin ia lebih banyak belajar untuk berusaha mencintai
Benu.
Begitu Mila, Siska dan Tono tiba di warung bakso, ternyata
warung bakso itu tutup. “syukur Alhamdulillah… dompetku tetap utuh,
nggak jebol dibuat makhluk-makhluk luar angkasa ini ha…ha…ha…”, Tono
menunjuk tangannya ke arah Mila dan Siska, sambil tertawa. Sementara
Mila dan Siska hanya tersenyum kecut, “tenang bidadari cantik kita ke
rumah temanku saja”, tanpa menunggu jawaban dari Mila dan Siska, Tono
sudah berjalan lebih dulu diikuti Mila dan Siska berjalan berbarengan
sambil menggerutu dengan suara pelan dan tidak begitu jelas, Tono cuek
saja. Mereka berhenti di blok ahli no 31 dan menaiki anak tangga yang
terbuat dari kayu “horas cs“, sambil mengangkat tangan Tono menyapa
Reno, “horas juga cs“, jawab Reno yang sedang jongkok di sisi pintu gaya
jongkok, Reno tak ubah seperti orang melihat pertandingan adu ayam
saja.
“wah mimpi apa kau semalam cs, hingga dapat dua cewek
sekaligus, padahal kau paling jelek di PT, pakek pelet ya, ha…ha…ha…“,
sela Reno tak lupa mempersilahkan mereka masuk, “awak memang tidak
ganteng lae, tapi opung awak tinggi ilmunya, ha…ha…ha…”, Tono menjawab
pertanyaan Reno dengan nada konyol, meniru logat batak Reno, walau Tono
asli orang Jawa, terlebih sering menirukan logat batak Reno. Apalagi
kalau sedang bercanda dengan Her dan teman-teman yang lain.
Rumah
yang Her sewa dengan teman-temannya kalau malam biasanya tak pernah
sepi, ada saja teman-teman satu kerjaan mereka main ke rumah, mila dan
Siska sedikit risih melihat keadaan rumah, terkesan kurang tertata rapi,
belum lagi puntung rokok disana-sini, karena memang harap maklum dengan
makhluk penghuni rumah ini cowok semua, “pendekar-pendekar lain kemana
cs?”, ujar Tono. “di belakang lagi masak”, jawab Reno sambil memandang
Siska, Tono pun menuju dapur bercerita sebentar tak lama keluar lagi
menuju ruang depan, “ayok ke belakang saja tak baek lama-lama duduk
dekat buaya darat, nanti kena embat, dianya banyak ilmu pelet,
ha…ha…ha…!”, ujar Tono kembali berjalan ke dapur tanpa menunggu jawaban
dari Mila dan Siska. “bodat kau Ton!”, jawab Reno sewot, “ayok mbak ke
belakang aja, di belakang ramai kawan”, sela Reno sambil beranjak menuju
dapur dengan sedikit tersenyum malu, Mila dan Siska berjalan di
belakang Reno dan dulu waktu masih dikampung, Mila sangat akrab sama
Tono, Mila merasa tenang setiap jalan sama Tono karena ia tau siapa
Tono. Walau Tono orangnya konyol, namun ia seorang yang bertanggung
jawab, bersifat melindungi, waktu masih sekolah saja, jika ada yang
kurang ajar sama Mila maka tak segan bogem mentah Tono bersarang di
wajah cowok yang kurang ajar itu.
Her yang sedang mengiris bawang
merah tersentak sewaktu bertatap muka dengan Mila dan Siska, “o… rupanya
kalian, kirain siapa”, ujar Her, “pacar Tono yang mana? Mila apa
Siska?”, selidik Her lagi. Her hanya menggunakan handuk tanpa baju,
rencana Her mau makan dulu baru mandi. “ nggak kok Her, Tono teman
sekampungku “, jawab Mila. Lalu mereka membaur bercerita apa saja.
Disela canda-canda konyol yang membuat Mila dan Siska menahan tawanya,
tak henti Mila dan Siska tersenyum melihat dan mendengar tingkah dan
candaan Her dengan teman-temannya. Tono satu perusahaan dengan Her dan
teman-teman lainnya, cuma lain lokasi saja kerjanya. Pertama Mila dan
Siska sempat menolak ajakan teman-teman Her untuk makan bersama,
sementara Tono sudah menyendok nasi dan mie goreng dari kuali, “nggak
sudi makan masakan kami ya…!”, ujar Amat, “kalau nggak makan berarti
menghina tuan rumah, hukumannya nggak boleh pulang sampai adzan subuh,
ha…ha…ha…”, timpal Frans sambil meniup-niupkan nasinya yang panas.
“ambil sendiri ya, mie sama nasinya”, ujar Her memberikan piring kepada
Mila dan Siska. Mila dan Siska tidak kuasa menolak dan beranjak dari
duduknya lalu menyendok nasi secukupnya secara bergantian. Memang tadi
Mila dan Siska sewaktu di ajak Tono keluar mereka belum makan, baru
selesai mandi dan duduk di ruang tengah sambil menonton acara di
televisi, apalagi warung bakso yang mereka tuju tutup, cacing-cacing
yang ada di perut Mila dan Siska akhirnya pada menjerit, “mbak, kalau di
sini makan dan minum bebas semua, Cuma pulangnya baru bayar”, seloro
Aldin disusul tawa teman-teman yang lain. Mila dan Siska hanya tersenyum
mendengar canda si Aldin sambil menyuapkan nasi ke mulutnya. Sebenarnya
Mila dan Siska agak canggung makan tanpa sendok, mau meminta sendok
Mila dan Siska segan karena yang makan semuanya nggak pakai sendok,
terkadang sambil makan Her dan teman-temannya saling ejek, maen tebakan
konyol atau yang lainnya hingga membuat suasana malam itu terlihat
sangat akrab. Mila pun sering juga maen ke rumah Benu, disana Putri
minta ditemani, namun suasananya tak seharmonis dengan suasana di rumah
Her. Benu dan teman-teman serumahnya mereka terkesan saling cuek, lebih
banyak diam, sementara Her dan teman-temannya selalu ceria walau makan
dengan indomie saja yang pastinya suasana malam itu sangat kompak, penuh
dengan banyolan-banyolan atau canda mereka, selesai makan baik Reno dan
teman-teman lainnya bergantian masuk ke kamar mandi untuk mencuci
piring mereka masing-masing, lalu berjalan ke ruang depan duduk sambil
merokok disertai obrolan ringan. “mari, piringnya Sis, biar ku cuci”,
ujar Her yang sudah selesai duluan makan, sengaja menunggu Mila dan
Siska yang baru selesai makan. Her berdiri meminta piring yang di tangan
Mila dan Siska. Sebenarnya Mila dan Siska merasa tidak enak hati
membiarkan Her mencuci piring mereka, namun karena Mila dan Siska masih
merasa canggung sebab baru pertama kali kerumah Her. Tak lama Mila dan
Siska bangkit dari duduknya menuju ruang depan rumah, rumah yang di
sewa Her dan teman-teman adalah rumah yang sederhana dari pintu masuk
sampai ke pintu belakang, tak ada ditemukan yang namanya meja dan kursi
apalagi telepon, beda dengan rumah Mila dan rumah Benu yang punya
fasilitas lengkap.
Di ruang depan dengan cepat Mila dan Siska
dapat bergabung dengan cerita mereka, tawa canda slalu menghiasi obrolan
mereka. “dari tadi Her hanya bilang Mila, Siska, namun kita-kita belum
kenalan. “kenalkan… Aldin, makhluk paling ganteng di rumah ini“, sambil
menyodorkan tangan, Aldin memperkenalkan diri, “ganteng, ganteng gajah
tenggen ha….ha…ha…”, sela Reno. Mila dan Siska menjabat tangan Aldin dan
diikuti teman-teman yang lain walau baru kenal Mila dan Siska merasa
sudah kayak Sohib sendiri.
Tak lama keluar Her dari dalam sambil
memegang buku dan membawa gitar menuju bangku di samping rumah. Ia baru
selesai mandi setelah mencuci piring tadi, duduk di bangku samping rumah
menyalakan sebatang comfil sambil membuka minuman kaleng dan
meminumnya. Her mulai memetik dawai gitar, belum selesai satu lagu, Mila
menghampiri Her, Her hanya menoleh sebentar dan tersenyum lalu
meneruskan lagunya lagi, selesai lagu yang dinyanyikan Her, Mila
bertanya “suka minum juga?“ dengan menatap ke kaleng yang barusan di
minum Her, di kaleng tersebut bertuliskan heineiken, minuman alkohol
kadar rendah, walau rendah tetaplah alkohol.
Itulah pikir Mila, “nggak juga, paling kalau overtime pulang jam 9 malam”, jawab Her.
“kerjaanku
di pinggir pantai, udaranya sangat dingin, jadi sekedar melawan rasa
dingin saja, mau minum jamu, tukang jamunya gak ada yang lewat di
pinggir pantai“, timpal Her lagi. Mila hanya tersenyum mendengar
candaaan Her, Her melanjutkan nyanyiannya lagi ,dengan seksama Mila
mendengar dan membaca di buku itu lirik-lirik lagu tersebut. Buku itu
berisikan lagu-lagu ciptaan Her. Her kembali menghisap rokoknya selesai
ia bernyanyi. “lagu sendiri ya?, buat pacarnya?”, tanya Mila penasaran
menunjukkan lirik-lirik lagu tentang rindu. “iya, lagu sendiri bukan
buat pacar, pacar aja belum punya, buat seseorang saja”, jawab Her
seadanya. “buat Putri ya…”, ujar Mila lagi menggoda Her. Her hanya
tersenyum namun tidak mengangguk mengiyakan. Mila kagum pada Her,
disamping Her pandai bermain gitar dan menciptakan lagu. Her juga pandai
melukis. Lukisan pemandangan di ruang depan, Her yang melukis. Di
antara lagu-lagu ciptaan Her, yang Her nyanyikan Mila sangat senang lagu
Tentang Rindu dan Dendang Anak Melayu. Di lagu Tentang Rindu, bercerita
soal hati akan rasa yang merindu hingga tercipta satu lagu sangat
romantis, pikir Mila. Dan juga di lagu Dendang Anak Melayu, karena Mila
asli orang Jawa. Mendengar logat melayu yang kocak geli hatinya dengan
cengkok melayu Her membawanya, walau lirik itu terkesan kocak namun
sarat dengan nasehat-nasehat juga kata-kata kiasan dengan gaya bahasa
yang sangat tinggi. Mila meminta Her untuk menyanyikan dua lagu itu
kembali.
Adapun lirik lagu dendang melayu sebagai berikut:
“ Dendang Anak Melayu “ cipt. Iwan Sekopdarat
C G
Benyayi bedendang anak melayu
G C
Besenda bepantun di dalam lagu
C G
Hati yang bingong jangan murong sayang
G C
Bebalas panton kite bedendang
C G C F G C
Nak tepong sayang ku kasi tepong, tepong ade di dalam gelas
C G C F G C
Nak panton sayang ku kasi panton, satu pantun tak tebalas
C G C F G C
Anak orang di sayang menggoreng kopi, kopi di goreng dalam kuali
C G C F G C
Anak siape di sayang bepanton tadi, nak di balas sekali lagi
Reff Zapen berentak tari melayu, jangan kau bingong ikotkan lagu
Tesuson kate elok mendayu, selamat rage sentosa slalu
Tidaklah kayu sayang berkelang lidi, jikalau lidi kan besulam
Tepi, takkan melayu sayang ilang di bumi, jikalau hati kan bertanam budi
( lagu “Dendang Anak Melayu” dapat dibuka di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
Di
lagu yang diberi judul “Dendang Anak Melayu“ di samping liriknya yang
kocak dengan beberapa bait pantun di rangkai menjadi lagu, disisip juga
dengan madah dan gurindam yang berisikan nasehat juga petuah yang sangat
terkenal dari “Laksamane Gagah Perkase Tiang Tuah“ , yaitu “takkan
melayu ilang di bumi“.
Tak lama Tono keluar bersama
Siska mengajak Mila untuk pulang karena malam semakin larut. Mereka
pamit diri untuk pulang tak lupa Reno mengatakan kepada Mila dan Siska
jangan sungkan-sungkan maen ke rumah mereka, Frans dan teman-teman yang
lain pun titip salam buat Putri dan tolong sampaikan maaf mereka pada
Putri. Jika waktu itu Putri tersinggung dengan canda mereka, mereka
tiada berniat untuk menyakiti Putri. Mereka hanya sekedar bercanda tidak
lebih.
Mila dan Siska hanya mengangguk tersenyum
menanggapi pernyataan Reno dan teman-temannya. Lalu berjalan menuruni
anak tangga dan hilang di kegelapan malam. Setelah mengantar Mila dan
Siska, Tono pulang menuju jalan raya menunggu taksi yang mengantarkan ke
tempat kediamannya.
Mila mencari kunci di bawah pot
bunga mawar, ternyata kunci tak ditemukan. Siska coba membuka pintu dan
pintu terkuncidari dalam, rupanya Putri sudah pulang duluan. Siska pun
mengetuk pintu sambil memanggil nama Putri, Putri membukakan pintu lalu
masuk ke kamarnya lagi.
Seperti halnya Reno dan
teman-temannya yang lain, Putri, Mila dan Siska demikian. Mereka bukan
satu kampung. Mereka bekerja di perusahaan yang sama, dari situ mengenal
kepribadian satu sama lainnya. Dari keakraban itulah mereka menyewa
rumah bersama. Putri berasal dari Jogja, Mila dari Pacitan, sementara
Siska dari Kisaran, Asahan. Semenjak Putri kenal sama Her, Putri sempat
bertanya dengan Siska karena Her berasal dari suku melayu, dan Siska pun
sama dari suku melayu. Tapi mengapa dialeg berbicaranya atau cara
penyampaiannya berbeda. Seperti contoh pada kata “kemana“ Her biasa
menyebutkannya dengan “kemane“, sedang Siska “kemano” juga pada kata
apa, di mana, dan lain-lain. Siska tidak menjelaskannya secara rinci,
karena dia memang kurang mengerti masalah itu. Siska hanya menjelaskan
secara garis besarnya saja, mungkin saja pengucapannya berbeda
disebabkan letak geografis dimana mereka tinggal atau lingkungan mana
mereka berada juga cara hidup mereka. Maupun cara bergaul mereka dengan
lingkungannya yang membuat cara penyampaian bahasa itu berubah bunyi
namun bermakna sama. Siska orang melayu dari Kisaran, Asahan, Sumatera
Utara yang biasa disebut dengan melayu pesisir. Sementara Her orang
melayu dari Dabosingkep, Lingga yang biasa disebut dengan melayu
kepulauan Riau. Walau berbeda dialegnya, tak begitu dipermasalahkan,
karena mereka tetap sama-sama orang melayu. Putri pun mulai mengerti
dengan apa yang dijelaskan Siska itu.
Di kamarnya Putri hanya
tidur-tiduran, Mila masuk ke kamar Putri, “Put, kamu tau nggak, kami
tadi ke rumah Her, ternyata Tono temannya Her”, ujar Mila. Putri hanya
menatapnya sebentar sambil mengangguk-angguk kecil lalu kembali diam.
“ada apa Put? Kamu bertengkar sama Benu?”, tanya Mila lagi penuh
selidik. “aku kesal sama Benu, masak baru nonton aja tangannya udah
kelayapan, emang aku cewek apaan”, jawab Putri sewot. Putri pun
menceritakan kejadiannya sewaktu film baru di putar, Benu coba meremas
tangan Putri dan merebahkan kepala Putri di bahunya, Putri diam saja
namun setelah Benu bertindak lebih berani dan kurang ajar, Putri jadi
sebel dan kecewa sama Benu, Putri tidak menyangka, Benu setega itu
padanya. Benu yang dikenalnya dua tahun menjalin hubungan asmara
dengannya berbuat serendah itu, Putri sangat kecewa seakan terbayang
kenangan silam di mana kekasihnya yang dulu waktu di kampungnya yang
mementingkan hawa nafsu di atas nama cinta. Benu tak ulahnya sama
seperti mantan kekasih Putri, Putri sangat kecewa malam itu. Dulu waktu
pertama menerima Benu sebagai kekasihnya, Putri berpikiran Benu adalah
anak yang baik, yang bisa menjaganya, menjaga dari perbuatan-perbuatan
yang melanggar norma-norma agama, sampai ia menjadi halal bagi Benu,
ternyata Putri salah menilai Benu.
Putri yang kecewa sama
Benu menepis tangan Benu dari pahanya, “aku nggak nyangka mas, kamu
kayak gitu!“, dengan ketus sambil berdiri dan keluar dari pintu samping
bioskop meninggalkan Benu seorang diri. Benu coba mengejar Putri, “Put,
Putri tunggu Put! maafkan aku, aku tak bermaksud merendahkanmu“, dengan
rasa bersalah Benu coba menahan langkah Putri. Putri tak menggubrisnya,
ia langsung menuju pinggir jalan raya. Putri terlanjur kecewa atas
perbuatan Benu barusan, Putri segera menyetop taksi, masuk ke dalam
taksi tanpa sepatah katapun berkata pada Benu yang coba menahannya,
“jalan pak!“, ujar Putri dingin kepada supir taksi, dan taksipun melaju
meninggalkan Benu di pinggir jalan seorang diri.
Putri
yang dulu pernah dikecewakan laki-laki merasa sangat terpukul atas
kejadian tadi, bukannya Putri sok suci, Putri hanya ingin orang yang
mencintainya benar-benar tulus dan ikhlas dari hati bukan ditunggangi
nafsu belaka.
Setelah selesai Mila mendengar kisah
Putri, Mila pun menjelaskan bahwa mereka makan di rumah Her, karena
warung bakso tutup, Tono mengajak ke rumah temannya yang ternyata rumah
Her, begitu sampai disana, Reno, Her dan teman-teman lainnya sedang
masak. Mila dan Siska tak kuasa menolak ajakan mereka untuk makan. Mila
pun mengatakan walau makan duduk di lantai hanya dengan indomie goreng
dan nasi, makannya begitu nikmat, penuh canda dan sedikit
banyolan-banyolan konyol. Satu makna dari persahabatn yang dilihat Mila
sangat harmonis, sarat dengan nilai-nilai kesetiakawanan.
Putri yang tadinya kesal, sedikit mulai tersenyum. Putri dengan seksama
mendengar penjelasan Mila. Mila pun melanjutkan ceritanya dan
mengatakan bahwa Her bisa melukis,bisa main gitar dan bisa menciptakan
lagu. “asyik lho Put, lagu ciptaan Her, lagu tentang rindu, aku suka
lagu itu“, ujar Mila, “emang itu lagu buat pacarnya ya?“, tanya Putri
penuh selidik. “nggak, katanya belum punya pacar, itu lagu untuk
seseorang aja“, jawab Mila, “cuma Her suka minum – minuman keras dan
perokok berat!“ sela Mila lagi. Putri hanya terdiam, matanya tertuju di
ujung sudut keramik lantai sedikit kecewa terbesit di matanya, mendengar
perkataan Mila barusan. “yok lah Put, aku mau tidur dulu, udah
ngantuk“, sambil menepuk pundak Putri pelan. Mila pun keluar dari kamar
Putri menuju kamarnya untuk beristirahat. “met tidur Mil“, ujar Putri.
Mila membalikkan badannya, ia tersenyum pada Putri, lalu berlalu dari
hadapan Putri.
Putri kembali termenung, ia penasaran
ingin juga mendengar suara Her disaat menyanyikan lagu ciptaannya
sendiri, namun sedikit kecewa hatinya mendengar pernyataan Mila barusan
bahwa Her suka minum – minuman keras dan perokok berat, itu yang paling
tak disukai Putri dari Her. Putri paling benci melihat laki-laki tukang
minum atau perokok berat karena Putri tau betul akibat atau bahaya
merokok yang dapat merugikan kesehatan, sebab Putri dulu seorang
mahasiswi Fakultas Kedokteran semester akhir di salah satu Universitas
ternama yang ada di kotanya. Putri meninggalkan bangku kuliahnya dan
merantau ke pulau Batam hanya ingin mencari ketenangan, setelah Putri
dapat menguasai emosinya, Putri berencana untuk melanjutkan kuliahnya
lagi, begitu sangat kecewa dan sakit hatinya Putri dikhianati oleh orang
yang sangat ia kasihi hingga mengambil keputusan seperti ini.
Putri mengambil diarynya lalu menulis kata di bawah nama Herdiawan
“mengapa dirimu tak seperti harapanku”, tak lama setelah Putri
menuliskan kata tersebut, Putri pun tertidur sambil mendekap buku
hariannya.
Di bangku samping rumahnya, Her masih memetik
dawai gitar, Her tidak bernyanyi hanya sekedar memetik dawai gitarnya
saja, Her masih teringat perkataan Mila bahwa tiap malam Putri hanya
menulis di diarynya. Putri pun sering tidur larut malam tak jarang Mila
sering melihat Putri termenung seorang diri, begitu terlukanya Putri
dikhianati.
Her masuk ke dalam rumah mengambil ballpoint
dan kembali ke tempat duduk semula, Her coba merangkai nada dan
menguntai kata menjadi satu lagu, akhirnya lagu tersebut siap. Lagu itu
Her beri judul dengan “ Lagu Tentang Rindu 2 “. Adapun lirik lagu itu
adalah:
“ Lagu Tentang Rindu 2 “ cipt. Iwan Sekopdarat
G Amn Dmy G B
Tidurlah, pejamkan matamu dengarlah
C Amn Dmy
Syair merindu kunyanyikan untuk dirimu
G Amn Dmy G B C
Tidurlah bersandar di dadaku, rebahlah di bahuku
Amn Dmy
Mimpi indahlah dirimu, o…..o….o….
Dmy G B C Dmy
Reff Kujaga malam untukmu, satu lagu tercipta dari hatiku
Dmy G B C Dmy
Kujaga malam untukmu, agar kau tau aku merindu
Dmy Amn C G
Pada bintang yang bertaburan aku nyanyikan
Dmy Amn C G
Pada bulan indah menawan aku sampaikan
( Lagu Tentang Rindu 2 dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
Her
menyanyikan lagu yang baru diciptakannya berulang–ulang agar tidak
lupa, baik itu lirik dan nadanya. Setelah hafal betul, Her segera
beranjak dari duduknya karena malam semakin larut, Her pun masuk ke
dalam rumah dan tidur di ruang depan bersama teman-temannya yang telah
duluan terhanyut di mimpi mereka masing-masing.
Setelah
dua hari kejadian di bioskop itu, Benu memberanikan diri bertamu ke
rumah Putri, Putri menyambut kedatangan Benu sambil menyuguhkan segelas
teh manis dan sepiring roti lalu mereka saling diam. Benu berharap
semoga Putri memaafkan dan memaklumi kesilapan yang Benu lakukan, juga
semoga Putri dapat melupakan kejadian di bioskop malam itu. Benu
bertanya tentang keseriusan hubungan mereka, Putri diam sesaat, dengan
suara pelan ia menerangkan kepada Benu. Putri tidak ingin Benu salah
menanggapi atau sakit hati. Putri mengatakan untuk saat ini kita
berjalan atas nama persahabatan, jangan dulu hubungan ini di atas
namakan cinta. Walau Benu masih status kekasih Putri, ia ingin melalui
hubungan ini dari awal lagi, hubungan persahabatan mengenal satu sama
lain lebih dekat, lebih saling memahami, sampai benar-benar Putri
percaya kalau Benu benar-benar mencintainya. Putri pun tak melarang,
jika memang Benu dapat menentukan pilihan hatinya nanti, putri ingin
menguji kesetiaan Benu, keseriusan hati Benu kepadanya. Benu sadar
secara halus Putri menggantungkan hubungan ini, ia hanya diam merenung,
tak lama Benu permisi pulang, berjalan menuju jalan raya dengan pikiran
yang berkecamuk.
Keesokan malamnya selesai makan, Mila,
Siska dan Putri duduk di ruang tengah sambil menonton televisi.
Tiba-tiba Siska berkata “main ke rumah Her yuk?“, Mila dan Putri menoleh
ke arah Siska, “rindu sama Reno ya?“, celutuk Mila. Siska hanya
tersenyum dan tidak menjawab candaan Mila, memang waktu di rumah Her,
Reno sering bercanda sama Siska, “ayoklah Put, kita ke rumah Her, Her
bilang ia segan main kemari, tak enak jika bertemu Benu, dikira ada
apa-apa lagi!“, sela Mila juga mengajak Putri. Putri diam sesaat,
sebenarnya Putri penasaran juga, ia ingin melihat dan mendengar lagu
ciptaan Her yang dibilang Mila asyik, tak lama Putri mengangguk lalu
mereka menuju kamar sekedar merapikan diri. Putri hanya mengenakan jeans
selutut, di balut kaos oblong berwarna putih bercorak batik di
pinggirnya, begitu juga Mila dan Siska yang mengenakan celana santai dan
kaos oblong. Mereka akhirnya pergi menuju rumah Her dengan berjalan
kaki karena jaCak rumah Putri dan Her tidak begitu jauh. Kompleks
perumahan MKGR yang mereka tempati sangat luas, berpuluh-puluh blok
banyaknya, kadang antara blok ini dan blok itu pun tak saling kenal
walau tinggalnya berdekatan seperti halnya Putri, Mila dan Siska yang
tinggal di blok rakyat dengan Her beserta teman-temannya yang tinggal di
blok ahli. Mila, Siska dan Putri menaiki tangga dari kayu menuju rumah
Her, pintu rumah Her selalu terbuka jika penghuninya sudah tidur saja,
pintunya tertutup. Di ruang depan, Frans, Reno, Bakat dan Her, lagi
asyik bermain kartu, wajah mereka sudah pada hitam karena colekan arang
dari pantat kuali. Reno melihat ke arah pintu yang terbuka, disitu
berdiri Siska, di belakangnya berdiri Mila dan Putri, “silahkan masuk
Sis, maklum keadaannya berantakan, orangnya pun ikut berantakan,“ ujar
Reno sambil menunjukkan wajahnya yang hitam kena colekan, hukuman dari
permainan kartu yang mereka mainkan. Siska tersenyum lalu mengucapkan
salam dengan suara tawa tertahan diikuti dengan Mila dan Putri yang
menahan tawa geli melihat wajah Reno, Bakat, Frans dan Her yang
berlepotan dengan warna hitam dari pantat kuali itu atau wajan
penggorengan. Apalagi mereka tambah tersenyum melihat kuali yang
dibalikkan di sebelah Bakat sebagai alat hukuman bagi yang kalah. Frans
juga mempersilahkan masuk kepada Mila, Siska dan Putri sambil
membereskan kartu dan meletakkannya di samping televisi. Her bangkit
lalu mengambil kuali dan membawanya ke dapur sambil membersihkan
wajahnya di kamar mandi, diikuti Frans, Bakat, dan Reno secara
bergantian. Sementara Her telah duduk di tempat semula, “maaf ya Put,
kalau disini duduknya di lantai, nggak seperti di rumahmu yang duduknya
di sofa, maklum aja nasib anak kost”, dengan sedikit canda Her membuka
pembicaraan. “nggak apa-apa“, hanya itu yang keluar dari mulut Putri.
Tak lama Reno, Bakat, dan Frans kembali ke ruang depan duduk berhadapan
dengan Mila, Siska dan Putri lalu mereka ngobrol diselingi canda dan
banyolan-banyolan konyol. Sebentar-bentar Putri, Mila, dan Siska
tersenyum dan menahan tawa geli melihat tingkah penghuni rumah yang
sering bercanda. Mila juga menanyakan di mana Aldin dan Amat, Bakat
menjawab bahwa Aldin dan Amat pagi tadi pulang ke kampung mereka
masing-masing karena kemarin sub kontraktor mereka nggak ada orderan,
paling minggu depan masuk lagi. Kesempatan ini digunakan Amat dan Aldin
untuk pulang kampung sekedar melepas rindu dengan orang tuanya.
Mereka melanjutkan lagi obrolannya dan ada saja bahan yang diceritakan,
entah cerita konyol lah, tebakan iseng lah, pokoknya suasana keakraban
muncul di tengah-tengah mereka diselingi canda tawa.
“
oh ya Put, katanya kamu pengen lihat Her main gitar, juga pengen dengar
Her nyanyi, main gitar dong Her, Putri pengen lihat?”, ujar Mila di
sela-sela obrolan mereka, “ ah. Kamu Mila bikin malu aja”, jawab Putri
dengan wajah memerah, sambil tertunduk. Ekor matanya melirik ke Her dan
tertunduk lagi, Her hanya tersenyum dan tak menjawab perkataan Mila, “
ayok cs, tunjukkan bahwa engkau bisa, buktikan pada dunia ha…ha…ha…”,
sambil tertawa Bakat menimpali “ lagakmu kat, kayak mau kampanye saja”,
ujar Her sambil tersenyum lalu mereka kembali bercerita, bertanya
masalah kerjaan dan lain-lain. Tak lama Her masuk menuju kamar dan
keluar sambil membawa gitar dan buku, ia langsung menuju bangku di
samping rumah. Sejenak menyetem suara gitar agar tidak sumbang atau
fals, “ kesana Put, katanya pengen liat Her main gitar “, sela Siska
ketika mendengar suara petikan gitar Her yang lagi menyetem gitar, Putri
tertunduk malu mendengar perkataan Siska tadi. Tak lama Putri pun
bangkit dan berjalan menuju bangku duduk di sebalah Her tanpa diminta,
Her pun menyanyikan lagu ciptaan yang diberi judul “ Lagu Tentang Rindu
1“ dan “ Lagu Tentang Rindu 2 “, entah ,mengapa di dekat Putri, Her
menyanyikan Lagu itu dengan penuh penghayatan seakan hati kecilnya
berbicara sambil memandang ke buku dan menghayati lirik demi lirik,
sesekali mata Her terpejam meresapi lagu yang dinyanyikannya. Putri
tertegun mendengar suara Her saat menyanyikan lagu tentang rindu itu,
sangat menyentuh hati kecilnya seakan lagu yang dinyanyikan Her masuk ke
pembuluh nadinya, berjalan di bawah aliran darah ke seluruh anggota
tubuhnya. Putri sangat terkesan mendengar lagu itu, sempat berdiri bulu
kuduknya ketika Her menyanyikan lagu tentang rindu di bait reffnya,
tanpa sadar begitu selesai Her menyanyikan lagunya, Putri berkata, “
ajarin aku main gitar ya, ajarin aku lagu itu “, sambil jari Putri
menunjuk buku, Putri memang tidak bertanya laggu yang diciptakan Her di
buat untuk siapa, Putri sudah tau dari cerita Mila, mungkin Putri
beranggapan lagu itu bukan untuknya. Pastilah lagu yang dibuat Her untuk
seseorang yang sangat berarti dalam hidupnya, andai saja lagu itu buat
Putri, Putri akan sangat bahagia. Sementara di ruang depan Mila, Siska,
Frans, Reno dan Bakat larut dalam obrolan mereka , kadang mereka tertawa
bila Frans, Reno atau Bakat bercanda. Mereka membiarkan Her dan Putri
di bangku samping Her menyerahkan gitarnya pada Putri, Putri menerimanya
dan coba memetik dawai gitar, Putri ragu untuk menekan jarinya ke senar
gitar sambil melihat ke buku lirik itu dan membacanya, meraba – raba
tangannya mengingat bagaimana letak jari pada kunci G, Her mengambil
sebatang rokok dari bungkusnya, menyalakan rokok lalu meletakkan bungkus
rokok dan mancis di atas meja samping buku itu, menghisapnya
dalam-dalam lalu mengeluarkan asapnya dengan perlahan-lahan, “ maaf ya
Put, juka aku harus memegang jarimu, tuk menunjukkan bagaimana posisi
jari pada kunci G”, ujar Her perlahan, ia takut Putri tersinggung kalau
tanpa permisi ia memegang jari Putri. Putri hanya mengangguk lalu Her
memegang jari Putri, meletakkan jari tengah di senar nomor 5 kolom ke 2,
jari manis di senar nomor 6 kolom ke 3 dan jari kelingking di senar
nomor 1 kolom ke 3. sewaktu pertama Her menyentuh jemarinya, Putri
sempat bergetar, ada perasaan aneh yang merambat ke seluruh tubuhnya, ia
merasa tenang dan damai di dekat Her, tak pernah ia rasakan sebelumnya
dari Benu. Putri membiarkan saja jemari Her menuntun jemarinya di senar
gitar, hatinya terasa bahagia saat jemarinya bersentuhan dengan jemari
Her, waktu kuliah dulu. Putri sempat juga sebentar belajar main gitar
dengan temannya yang kuliah di jurusan musik tapi tidak didalaminya,
sekedar kunci dasar saja yang diulang-ulang Putri sambil menyanyikan
satu, dua lagu yang diajarkan temannya, namun tiga tahun belakangan ini,
Putri sama sekalitidak pernah memetik atau bermain gitar, ntah mengapa
setelah mendengar lagu yang dinyanyikan Her tadi Putri ingin
sungguh-sungguh main gitar dan menyanyikan lagu tentang rindu yang
dibawakan Her dengan penuh kejiwaan. Tidaklah begitu sulit bagi Her
mengajarkan Putri memetik gitar walau sedikit-sedikit Putri masih ingat
juga kunci dasar, kadang ia lupa kunci apa yang ia tekan. Her pun
mengajarkan lirik lagu itu dan perpindahan kuncinya, Putri mengikutinya.
Mila dan Siska keluar dari rumah dan memanggil Putri karena waktu telah
menunjukkan pukul 22.30. Mila dan Siska permisi pulang, padahal Putri
masih ingin belajar main gitar sama Her, tapi karena malam mulai larut,
ia pun mengurungkan niatnya dan pulang bersama Mila dan Siska. Reno
turut mengantar mereka karena malam mulai larut, Reno tak ingin Mila,
Putri dan Siska digoda cowok lain. Reno juga sempat mengajak Her untuk
mengantar mereka bersama, “ kamu saja sendiri Ren , hati-hati ya Put !
“, ujar Her yang masih memeluk gitarnya. Putri hanya tersenyum dan
mengangguk lalu mereka menuruni anak tangga disusul Reno dan mengantar
Siska, Mila, dan Putri sampai di depan rumah mereka. Setelah Putri, Mila
dan Siska masuk ke rumahnya dan menutup pintu. Barulah Reno pulang ke
rumahnya dan duduk sebentar di samping Her yang sedang bermain gitar,
tak lama keduanya masuk ke dalam rumah, menutup pintu lalu tidur.
Di
dalam kamar, Putri mengambil diarynya lalu menulis tentang isi hatinya.
Ia suka candaan Her, kagum melihat cara Her memetik gitar dan suaranya.
Sebelumnya Putri tak pernah tersenyum bahagia sewaktu menulis di buku
hariannya tentang Benu, ia hanya menulis moment-moment romantis dengan
Benu waktu jalan-jalan, makan atau nonton di bioskop lalu dibacanya
berulang-ulang sambil mengingat kejadian itu, agar ia lebih dapat
belajar mencintai Benu, namun suasana hati Putri biasa – biasa saja
walau telah 2 tahun menjalin hubungan dengan Benu, pikirnya mungkin saja
dia masih trauma ketika ditinggalkan kekasihnya dulu hingga perasaan
hatinya biasa-biasa saja, tapi mengapa Putri senyum bahagia ketika
menulis di buku harian tentang Her, ada suatu perasaan aneh yang hinggap
di hati Putri, tak tau perasaan apa yang pasti Putri bahagia dengan
perasaan itu dan tak ingin perasaan pergi dari hati Putri. Jauh di
sanubari diam – diam Putri mengagumi Her. Putri sempat kecewa karena ia
tak sempat menghafal lirik lagu yang dinyanyikan Her tadi. Putri ingin
menulis lirik itu namin ia tidak begitu ingat akhirnya Putri tertidur
sewaktu mengingat lagu yang dinyanyikan Her tadi.
Semenjak itu, Mila, Siska dan Putri sering main ke rumah Her, begitu
juga sebaliknya, getar-getar rasa menjalar di sela-sela canda antara
Reno dan Siska. Apalagi Siska pun tau dari Frans bahwa Reno baru putus
dari pacarnya. Tak lama Siska dan Reno pun resmi berpacaran. Hari ini
Siska ulang tahun, Reno bingung apa yang sebaiknya ia beri sebagai
hadiah istimewa di hari ulang tahun Siska, Reno ingin nantinya Siska
terkesan dengan hadiah itu dan mengenang slalu hadiah yang diberikan
Reno, “ Ren, belikan jam dinding aja yang gede “, ujar Frans sekenanya, “
emang nanti Siska kau suruh gantung jam besar itu di lehernya, kayak
jam berjalanlah”, jawab Reno seakan tak menyetujui pendapat Frans,
sementara teman-teman yang lain pada tertawa. “ belikan baju saja cs !”
sela Aldin yang baru kembali dari kampung halamannya.
“ ah… udah
kayak anak SMA aja ! “, Reno pun seolah tak menyetujui pendapat Aldin, “
Ren, buatin Siska lagu tapi jangan yang cengeng ! “ Bakat mencoba
mengeluarkan pendapatnya, Reno diam sejenak dan memandang Her. Reno
ingin kepastian dari Her, setidaknya minta bantuan Her, Her hanya
menaikkan sedikit kedua bahunya maksud Her ya terserah, Aldin yang
melihat gelagat itu tertawa terbahak-bahak bersama Frans, “ nanti
Siskanya jatuh hati sama Her, bacinto di awak kawin di urang, ha…ha…ha…
“, Aldin menggoda Reno dengan logat padangnya. Teman-teman yang lain
pada tertawa semua, Bakat menjelaskan maksudnya, walau Reno tak paham
menciptakan lagu setidaknya Reno membantu Her dalam membuat lagu, Reno
bisa menyampaikan ide-idenya atau berkisah tentang apa lagu itu. Biarlah
Her yang menyempurnakan lirik atau kata-katanya hingga menjadi lirik
lagu. Teman-teman yang lain pada ngangguk – ngangguk mendengar
penjelasan Bakat, “ Trima kasih friend, idemu mantap”, ujar Reno sambil
memeluk Bakat. Tak lama Tono sahabat mereka datang, hari ini mereka
memang tidak bekerja karena hari ini tanggal merah, mereka diliburkan
semua, selesai makan siang mereka langsung berbelanja ke pasar disekitar
perumahan MKGR tersebut. Reno membeli 3 ekor ayam rencananya sebagian
untuk dipanggang dan sebagian lagi untuk dimasak gulai, setelah membeli
ayam, mereka juga membeli bumbu dan bahan-bahan lainnya untuk keperluan
memasak itu. Pulangnya mereka singgah di rumah Putri, hari ini Mila,
Siska dan Putri tidak bekerja juga dikarenakan hari libur. Putri yang
membukakan pintu heran melihat Her dan teman – teman datang ke rumahnya
dengan menenteng belanjaan yang banyak. Mila dan Siska yang melihatnya
juga heran, namun setelah Reno menjelaskan semua maksud kedatangan
mereka, barulah Siska, Mila dan Putri paham. Mila, Siska dan Putri
terharu melihat kekompakan Her dan teman-temannya. Maksud Reno dan
teman-teman ke rumah Siska, mereka ingin Mila, Siska dan Putri membantu
mereka memasak, bahan-bahan yang tadi di beli dari pasar sekedar
makan-makan merayakan hari ulang tahun Siska. Siska yang paling terharu,
ia tak menyangka Reno dan teman-temannya begitu tulus pada Siska. Tak
lama mereka semua menuju rumah Her, sesampainya di rumah, mereka membagi
tugas masing-masing, ada yang menggiling bumbu, ada yang memarut kelapa
dan ada yang membuat tempat bakaran. Mereka semua bekerja, sambil
bercanda tertawa bahagia. Mereka sengaja membiarkan Reno dan Her di
ruang depan. Bakat bercerita pada Siska, bahwa Reno ingin menghadiahkan
sebuah lagu buat Siska, karena Reno kurang paham dalam membuat lagu,
Reno minta bantuan dari Her, ide-ide lagu itu dari Reno, Her Cuma
menyempurnakan liriknya saja. Mila, Siska dan Putri kembali terharu
mendengar penjelasan Bakat barusan. Begitu erat tali persahabatan Her
dan teman-temannya, sesekali baik Mila, Siska, dan Putri melihat Reno
dan Her yang lagi konsen dalam membuat lagu, Reno memetik dawai gitar,
sementara Her menulis di atas kertas, sesekali meminta Reno untuk
memainkan kunci-kunci gitar untuk menentukan nada-nada yang mana yang
cocok dengan lirik – lirik itu. Reno hanya kurang paham dalam menggubah
lagu, kalau soal memetik dawai gitar dan bernyanyi. Reno dapat
menguasainya, Reno mengemukakan maksud dari lagu itu. Reno ingin satu
lagu yang sarat dengan nasehat-nasehat , bukan lagu percintaan yang
cengeng, karena Siska gadis melayu, Reno ingin lagu itu ditulis dalam
bentuk madah melayu dan cengkok melayu. Waktu bersekolah di Binjai dulu
pun banyak teman-teman Reno anak melayu deli, jadi tidak begitu sulit
bagi Reno untuk menyanyikan lagu melayu, cuma pada cengkoknya saja Reno
kurang walau bertemunya di Batam, Reno dan Siska masih satu provinsi
yang ibukotanya Medan, hanya beda kabupaten saja Reno di Binjai,
sedangkan Siska dari Kisaran, Asahan.
Selesai memasak,
Mila, Siska dan Putri pamit pulang untuk mandi dan berbenah diri dan
berjanji nanti malam mereka akan kembali lagi.
Akhirnya
lagu tersebut selesai juga, lagu itu diberi judul “ Gadis Asahan “
karena memang Siska seorang gadis yang berasal dari Kabupaten Asahan.
Adapun lirik dari lagu tersebut adalah..
“ Gadis Asahan “ cipt. Iwan Sekopdarat
Amn
Gadis Asahan, menari payung
Dmn Amn
Pakai kerudung, berbaju kurung
Dmn Amn
Lenggoknya raga paras jelita
E Amn
Laksana kembang indah seroja
Amn
Harum semerbak mewangi taman
Dmn Amn
Dijalin oleh sang putri raja
Dmn Amn E Amn
Indah laksana merak kayangan, rayuan syair untuk dipuja 2 x
Amn E
Reff wahailah kembang mekar selalu
Amn
Janganlah gugur sebelum layu
E
Indah pesona si bunga rampai
Amn
Tanah Asahan nyaman nan permai
Dmn Amn
Hai gadis Asahan, teruslah kau berbakti
E Amn
Agar hidup di kenang, luhur berbudi
( lagu “ Gadis Asahan “ dapat dilihat dan didengar di youtube di pencarian Iwan Sekopdarat )
http://youtu.be/7wSfxtn-AIQ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar